• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internasionalisasi Kasus Kashmir

Pengembangan Nuklir Pakistan (2008-2012) 3.1 Awal Pembangunan Nuklir Pakistan

B. Perkembangan Nuklir India (2008-2012)

4.2 Internasionalisasi Kasus Kashmir

Sejak Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada 21 April 1948 yang menyatakan bahwa plebisit harus dilaksanakan di Kashmir serta dikawal oleh badan UNCIP, India menjadi negara yang selalu menunda-nunda untuk melaksanakan kehendak rakyat Kashmir tersebut. India bahkan semakin gencar menempatkan 400 ribu pasukannya di garis perbatasan

yang memisahkan dengan Pakistan (Line of Control).252 Selama bertahun-tahun, India telah

menempatkan persoalan Kashmir keluar dari konteks semula, yakni hanya dijadikan sebagai problem bilateral India-Pakistan dengan mengabaikan hak dan kemauan rakyat seperti yang diamanatkan oleh PBB yaitu prinsip bahwa masa depan status Jammu-Kashmir ditentukan berdasar atas aspirasi rakyat Kashmir sendiri.

Di kemudian hari muncul kelompok-kelompok pemberontak seperti Lashkar e-Thaiba

dan Pasukan Hizbul Mujahidin yang menginginkan kemerdekaan.253 Menyikapi fenomena ini,

Pakistan lantas mengirim delegasi-delegasi kenegaraan untuk mendukungnya dalam menyelesaikan isu Kashmir. Isu yang dimaksudkan Islamabad yakni pelanggaran terhadap nilai demokrasi berupa penangguhan hak plebisit dan pelanggaran HAM yang dilakukan India di

252India‟s secret Army in Kashmir: New Patterns of Abuse Emergence in the conflict, (A Human Right Watch/Asia

Report: Mei 1996), Hal 17-18.

253“Mapping Militant Organization of Lashkar e-Thaiba” http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-bin/groups/view/79 diakses pada 30 Juni 2014.

67

wilayah Kashmir. Berdasarkan laporan dari Komisi HAM di Srinagar yang diberi judul Kashmir

Bleeds disebutkan bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan aparat India menyebabkan 2.300

orang meninggal di tempat penginterogasian dan 40 sampai 50 orang terbunuh setiap harinya.254

Pakistan lantas meminta dukungan PBB untuk turut menyelesaikan isu Kashmir. Pada Februari 1993, Nawaz Sharif menyampaikan tuduhan pelanggaran terhadap HAM khususnya

terhadap kaum Muslim di komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.255 Beberapa keberhasilan

yang dicapai diantaranya; Organisation of Islamic Countries (OIC) mengajukan agar India

mendapat sanksi atas pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Pada Mei 1993, Partai Buruh di Inggris mengangkat isu Kashmir dan mendesak

pemerintah Inggris untuk memberi tekanan pada India untuk memberi kesempatan

self-determination pada rakyat Kashmir.256 Internasionalisasi isu Kashmir merupakan bagian dari strategi untuk mendesak dunia internasional turut campur dalam konflik Kashmir. Berbagai dialog sempat dicetuskan seperti perundingan yang dilakukan pada 17 Januari 2006 dimana delegasi Pakistan yang beranggotakan 10 orang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Pakistan

Riaz Mohammed Khan terbang langsung ke New Delhi,257 namun perundingan tersebut kembali

mengalami jalan buntu akibat kedua negara memiliki pandangan berbeda atas solusi yang ingin dicapai.

Seiring perjalanan waktu, Pakistan mulai menganggap bahwa persoalan Kashmir tidak lagi menjadi perhatian serius negara-negara lain. Maka dengan strategi nuklir, Pakistan setidaknya berusaha mengalihkan pandangan dunia internasional atas apa yang terjadi di Kashmir. Dengan cara seperti ini, komunitas internasional kembali mengangkat isu Kashmir

254

Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 76.

255

Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 78-79.

256

Ganguly, Rajat. India, Pakistan and the Kashmir Dispute. New Zealand: Victoria University of Wellington. 1998.

257

68

menjadi agenda penting di forum-forum internasional, baik di regional Asia maupun di forum PBB. India keras menolak segala upaya pihak ketiga yang ingin mencampuri urusan Kashmir. Hal ini jelas dari ucapan Menteri Luar Negeri India Salman Khurshid yang menyatakan:

There is no way in which India will accept any intervention on an issue that is entirely accepted in the Simla Agreement as a bilateral issue between India and Pakistan. It is a waste of time for anybody no matter how eminent to be even trying to question it.”258

Dalam sebuah pertemuan dengan Barack Obama, Presiden Nawaz Sharif sempat melakukan perbincangan menyangkut wilayah Kashmir. Kepada Obama, Sharif mengatakan:

“The situation can become dangerous. India has nuclear bomb, so do we; India

develops missiles, so do we…In July 1999 amid Kargil war, I had clearly told the then President Bill Clinton that if the US intervened, Kashmir issue could be resolved. I told him if he spends 10 per cent of the time that he was spending on Middle East, the Kashmir issue between the two countries would resolve.”

Maka jika mencermati upaya dari Pakistan ini, maka dengan hubungan aliansi yang pernah dijalin antara Islamabad dengan Amerika tentu akan memberikan keuntungan tersendiri di forum-forum internasional. Apalagi, hubungan Pakistan dengan Cina sebagai negara yang memegang hak veto kian akrab. Tentunya, internasionalisasi isu Kashmir akan memberi daya tawar yang lebih tinggi bagi Pakistan dalam menghadapi India.

258

http://www.deccanchronicle.com/131020/news-world/article/pak-seeks-us-intervention-resolving-kashmir-issue diakses pada 9 Juli 2014.

69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Paska pemisahan Pakistan dari India yang dilakukan pada tahun 1947, berbagai polemik menyangkut garis batas wilayah menjadi hambatan bagi hubungan kedua negara. Persoalan Kashmir merupakan akibat dari sengketa lahan yang diperebutkan kedua negara. Akibat konflik ini, kedua negara sedikitnya telah tiga kali merasakan perang terbuka yang mengorbankan materi dan nyawa. Karena Kashmir pula, India harus berhadapan dengan superioritas Cina. Pakistan sebagai negara yang cenderung lemah dari segi kekuatan militer konvensional mulai berpikir bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan sebuah keharusan dalam upaya menekan India yang unggul dalam segala bidang.

Dalam sistem internasional yang statis bergerak ke arah anarki, negara-negara akan

cenderung mengakumulasi power-nya untuk meraih kepentingan nasional. Maka atas upaya

tersebut, nuklir Pakistan dapat diartikan sebagai upaya meraih kepentingannya terkait wilayah Kashmir.

Isu Kashmir telah mengantarkan Pakistan pada pengembangan strategi nuklir yang lebih canggih. Untuk mencapai hal tersebut, Pakistan tidak segan-segan menjalin hubungan dengan negara lain, termasuk Cina. Tercatat di tahun 2012 jumlah hulu ledak telah mencapai angka yang

fantastis yakni 100 hingga 120 hulu ledak.259 Dengan kekuatan ledak yang ditimbulkan oleh

nuklir, kedua negara hingga saat ini masih sama-sama menahan diri untuk tidak saling menyerang.

259

70

Penggunaan nuklir Pakistan memiliki tiga kepentingan yakni : memperoleh kedaulatan atas wilayah Kashmir, untuk mengimbangi kekuatan India di kawasan Asia Selatan dan internasionalisasi isu Kashmir. Kedaulatan atas wilayah Kashmir memiliki tujuan untuk menguasai potensi serta sumber daya alam yang ada di Kashmir. Dengan kekayaan SDA Kashmir, Pakistan tentu akan mengalami kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kepemilikan senjata nklir dalam mengimbangi dominasi India memiliki dampak yang signifikan terhadap eksistensi Pakistan di kawasan Asia Selatan. Dengan senjata nuklir, Pakistan lebih mudah melakukan posisi tawar atas India dalam isu Kashmir. Sementara internasionalisasi isu Kashmir akan memberi keuntungan bagi proses penyelesaian sengketa atas wilayah tersebut. Hal ini karena intervensi lembaga lain dapat memediasi konflik tersebut.

71

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen terkait