• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Pakistan dalam pengembangan nuklir periode 2008-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepentingan Pakistan dalam pengembangan nuklir periode 2008-2012"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEPEN

TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR

(PERIODE 2008-2012)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh :

Muammar

107083003268

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas permasalahan seputar “Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan

Nuklir (Periode 2008-2012)”. Skripsi ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara strategi nuklir yang diterapkan oleh Pakistan dalam upaya meraih ambisinya. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulisan skripsi ini hanya menggunakan data sekunder yang ditelusuri melalui studi kepustakaan serta dikaji dengan menggunakan konsep Kepentingan Nasional, Security Dilemma dan teori Defense-Offense. Tulisan ini menguraikan sejarah yang melatarbelakangi konflik Kashmir yang disertai intervensi Pakistan dan India. Setelah ikut campur kedua negara tersebut, Konflik Kashmir semakin tak menentu. Wilayah Kashmir bahkan menjadi terbelah dimana sebagian dikuasai India sementara sisanya di bawah kendali Pakistan. Beberapa kali Pakistan dan India membicarakan penyelesaian atas sengketa Kashmir namun selalu mengalami jalan buntu. Bahkan, kedua negara sempat mengalami perang yang dilatari oleh isu tersebut yakni tahun 1947, 1965 dan 1971. Pakistan yang mengalami kekalahan atas perang tersebut mulai berpikir bahwa kepemilikan nuklir merupakan langkah strategis untuk dapat menekan New Delhi.

Kepemilikan senjata nuklir Pakistan terbukti dapat memberikan potensi ancaman bagi India. Setelah kekalahan pada perang tahun 1971, praktis kedua negara hampir tidak pernah lagi terlibat dalam perang terbuka dengan skala besar. India malahan membujuk Pakistan agar selalu membicarakan solusi damai mengenai dinamika hubungan kedua negara. Dari analisa yang dipaparkan dalam skripsi ini, diketahui bahwa kepentingan Pakistan dalam mengembangkan

nuklir memiliki tiga tujuan utama: Pertama, mempertahankan kedaulatan atas Wilayah Kashmir,

Kedua, mengimbangi kekuatan India di Regional Asia Selatan dan Ketiga, internasionalisasi isu Kashmir.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahman dan rahim-Nya yang tidak pernah berhenti mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode 2008-2012)” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menjadi pribadi muslim yang berpengetahuan dan berperadaban. Terwujudnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Alm. Bapak H. Djamaluddin semoga diampuni dosa, dilapangkan kuburnya, diterima

segala amal ibadah dan buat Mama Hj. Aisyah semoga selalu diberikan kesehatan serta diringi dengan kebajikan. Keduanya sebagai anugerah terbesar yang telah Allah berikan kepada nanda. Curahan cinta, kasih, dan sayang sejak nanda masih belum lahir hingga akhir hayat kalian adalah sekelumit alasan kenapa nanda harus menjadi seorang muslim

yang berguna untuk agama dan bangsa. Rabbighfirly waliwalidayya warhamhumaa kama

rabbayani soghira.

2. Keluarga besar di rumah. Kak Maghfirah, Bang Nurmiswari, Dek Mal dan Dek Kal yang

tak pernah lelah menyertai nanda dengan semangat dan nasihat hingga sebagian besar impian penulis bisa tercapai untuk kini dan nanti.

3. Ibu Debbie Affianty, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing

penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk membaca, dan memberikan masukan yang cukup berarti, serta dengan penuh pengertian mau mendengarkan pandangan pribadi penulis sehingga proses penulisan skripsi ini menjadi sangat memorable bagi penulis pribadi.

4. Dosen dan Staff di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang selalu mendukung penulis

dalam proses belajar maupun beraktualisasi diri diantaranya Bapak Teguh Santosa, MA, Bapak Kiki Rizky, Ph.D.,Bapak Adian Firnas, Bapak Agus Nilmada yang selalu membuka cakrawala pemikiran dan pemahaman penulis selama masa studi. Ibu Dina Affrianti, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang selalu ramah sekaligus jeli dalam memberi masukan. Serta terakhir, tak lengkap rasanya kalau tak saya sebutkan

(7)

vii

membantu kelengkapan berkas dan selalu sepenuh hati melayani keperluan mahasiswa HI.

5. Teman-teman di jurusan HI terkhusus untuk Moka, Bayu, Fuad, Hendrik, ii, Yadi,

Shobah, Fatih selaku teman kosan yang selalu berbagi cerita. Ichsan Dalimunthe, Reval, Hafiz Al-asad serta semua teman-teman HI Angkatan 2007 A maupun B.

6. Keluarga besar Himmah Bang Jamhur, Bang Andri, Adli, Bustamam, Furkon dan

semuanya yang tidak memungkinkan disebut satu-persatu. Intinya, kalian adalah The Best

Things that I have. Terima kasih sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada Alm Maera

Puspita Sari yang semasa hidupnya selalu menyemangati penulis. Allahumma ghfirlahaa

amiiin.

7. Keluarga besar Kompa Jaya Bang Deni, Hijrah, Fauzan, Arbi, Iqbal, Hedi dan semuanya

yang selalu memiliki cita-cita perjuangan yang sama dengan penulis terkait membangun Aceh di masa yang akan datang.

8. Bona, Khaidir, Dian, Fikri, Nurul Huda, Irfan sebagai teman kecil yang selalu berbagi

canda dan tawa. Serta keluarga besar Alumni Assalaam. Terima Kasih atas inspirasinya.

Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini bisa memberikan paradigma baru yang bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Jakarta, Juli 2014

(8)

viii

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Pertanyaan Masalah………...10

BAB II : SEJARAH KASHMIR DAN KONFLIK INDIA-PAKISTAN 2.1 Wilayah Kashmir

BAB III: STRATEGI KEBIJAKAN NUKLIR PAKISTAN 3.1 Sejarah Pembangunan Nuklir Pakistan………...….39

A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium………...43

B. Pengembangan Senjata Misil Pakistan………..48

C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina ………..…..50

3.2 Perkembangan Nuklir Pakistan-India (2008-2012) A. Perkembangan Nuklir Pakistan……….…55

B. Perkembangan Nuklir India……….….59

BAB IV : KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM MENGEMBANGKAN NUKLIR KAITANNYA DENGAN WILAYAH KASHMIR 4.1 Mempertahankan Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir……….66

4.2 Strategi Mengimbangi Kekuatan India Di Regional Asia Selatan……….…..71

(9)

ix

DAFTAR SINGKATAN

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

WGU Weapon Grade Uranium

PDB Produk Domestik Bruto

LoC Line of Control

MBT Main Battle Tank

PAEC Pakistan Atomic Energy Comision

IAEC International Atomic Energy Comission

ICBM Intercontinental Ballistic Missile

NPT Non Prolifeation Treaty

PINSTECH Pakistan Institute of Science and Technology KANUPP Karachi Nuclear Power Plant

BNFL British Nuclear Fuels Limited

SGN Saint-Gobain Techniques Nouvelles

HEU High Enrichly Uranium

UCN Ultra-Centrifuge Nederland

ERL Engineering Research Laboratories

HAM Hak Asasi Manusia

SIPRI Stockholm International Peace Research Institute

IPFM International Panel on fisi Material

TNW Tactical Nuclear Weapon

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir………..56

Tabel 2 : Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan………57

Tabel 3 : Potensi Kekuatan Nuklir India……….61

Tabel 4 : Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun 2012………...65

(11)

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang kepentingan pengembangan nuklir

Pakistan periode 2008-2012 yang dijelaskan dengan perkembangan teknik nuklir dan

kemampaun rudalnya serta beberapa tujuan yang hendak dicapai.

India merupakan negara yang terletak di Benua Asia Bagian Selatan yang berbatasan

dengan Laut Arab di penjuru Barat Daya, Teluk Benggala di Bagian Tenggara dan Samudera

Hindia di Arah Selatan.1 Perbatasan Utara India sebagian besar berbatasan dengan pegunungan

Himalaya yang diapit oleh negara Cina dan Nepal, sementara di Ujung Barat berbatasan dengan

Pakistan yang dipisah oleh Gurun Thar dan daratan Punjab.2 Pakistan adalah negara yang terletak

di ujung Laut Arab di Bagian Selatan, berbatasan dengan negara Afghanistan yang diapit oleh

pegunungan Karakoram sebelah Utara serta berbatasan dengan India di penjuru Timur.3

India dan Pakistan merupakan dua negara yang berselisih atas perebutan wilayah

Kashmir yang masih berlangsung hingga kini. Kashmir sendiri adalah sebuah daerah yang

memiliki luas kurang lebih 222.236 Km, terletak di sub-kontinen Benua India Bagian Utara dan

berbatasan dengan Pakistan di sebelah Barat yang dipisah oleh wilayah Kargil.4 India menguasai

100.569 Km dari wilayah Kashmir yang terdiri dari wilayah Ladakh, Jammu-Kashmir dan

1

India Yearbook 2007, Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 2.

2

India Yearbook 2007. Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 3.

3

http://countrystudies.us/pakistan/23.htm diaksees pada 9 Juni 2014.

4

(12)

2

Lembah Kashmir dengan populasi penduduk pada tahun 2001 yaitu 10.069.917 jiwa.5 Sedangkan

Pakistan menguasai 78.932 dari wilayah Kashmir yang terdiri dari distrik Baltistan, Dartistan,

Muzaffarabad, Nirpur dan Poonch dengan populasi penduduk sekitar 3.000.000 jiwa.6

Gambar 1 : Peta Pembagian Wilayah Kashmir7

Demi mencapai ambisinya menguasai wilayah Kashmir, negara yang sama-sama pernah

merasakan penjajahan Inggris itu rela mengerahkan semua upaya politik, hukum dan militer,

termasuk menyiapkan strategi lebih ekstrim yaitu penggunaan senjata nuklir.8 Sejak uji coba

nuklir pertama dengan sandi „Smiling Buddha‟ pada 18 Mei 1974 di Pokhran, India telah

memperlihatkan kemajuan teknologi nuklirnya yang signifikan.

5

Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 86.

6

Ibid Hal 87.

7

Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations. Congressional Research Service Report for Congress (1 September 2011). Halaman 63.

8

(13)

3

Sebagai negara paling luas di Asia Selatan yang mencapai 3,287,590 km dengan populasi

1,104 miliar jiwa, India memegang peranan penting terhadap kestabilan keamanan kawasan Asia

Selatan.9 Negara yang masyarakatnya memiliki pendapatan 2,880 Dollar AS ini secara ekonomi

berada di atas negara-negara tetangga di kawasan Asia Selatan.10

Sementara Pakistan yang memiliki luas area 796,100,000 km dengan pendapatan

rakyatnya rata-rata 2.060 Dollar AS,11 tentu menganggap bahwa India menjadi lawan yang tidak

mudah untuk dihadapi. Apalagi, negara yang beribukota di New Delhi tersebut setiap tahun

mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkontribusi pada tingkat belanja alat

militer.12.

Keseriuasan India dalam menguatkan alat tempurnya terlihat dari belanja militer negara

tersebut pada tahun 2010 yang menembus angka 31,9 Miliar Dollar AS, dengan persentasi

peningkatan 54,3 persen dibanding tahun 2001 silam.13 Alokasi anggaran pertahanan India

berasal dari 2,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB) serta menempati urutan kelima sebagai

negara yang cukup besar dalam kegiataan pendanaan kegiatan militer, termasuk pegembangan

senjata nuklir.14

Dalam politik internasional, eksistensi senjata nuklir merepresentasikan suatu alat untuk

membuktikan kekuatan sebuah negara yang dapat menekan negara lainnya.15 Nuklir dipercaya

sebagai instrumen yang dapat meraih ambisi politik dan ekonomi maupun menyelesaikan

9

Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal 126.

10

Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York 2007. Hal 300.

11

Ibid Hal 287.

12

Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia : Tests of Causality and Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11 no. 02 1991.Hal 8

13

.Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget 2010-11:An Analysis, Journal of Defence Studies Vol 4 No. 2 2010. Hal 55-56.

14

News.viva.co.id/news/read/215170-4-negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar Diakses pada 24 Agustus 2012

15

(14)

4

sengketa atas suatu territorial. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai negara yang pernah

mengalami beberapa pengalaman buruk manakala berhadapan dengan India (khususnya perang

tahun 1947, 1965 dan 1971), Pakistan di bawah pimpinan Presiden Zia-ul Haq mulai

menganggap bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan strategi jitu untuk menekan India,

khususnya dalam perebutan wilayah Kashmir.

Dibandingkan Pakistan, India jelas memiliki kapabilitas militer yang lebih mumpuni.

Pengalaman dan kekuatan konvensional militer India serta kemahiran dalam pengoperasian alat

militer seperti tank perang, senapan otomatis, roket, mortir, granat dan sejumlah perlengkapan

militer lainnya, tentu menjadi ancaman serius bagi Pakistan16. Untuk itu, dalam rangka

meningkatkan bargaining position atas India, Pakistan terus berusaha meningkatkan kekuatan

militernya, baik persenjataan konvensional maupun melalui strategi senjata nuklir.

Strategi aliansi militer pasca Perang Dingin dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi

dan situasi keamanan internasional saat ini. Dalam rangka memperkuat alat utama sistem

persenjataan (alutsista) konvensional, impor senjata adalah pilihan masuk akal dalam upaya

perimbangan kekuatan lawan.17Sikap ini terlihat dari kerjasama Pakistan dengan beberapa

negara seperti Cina di bidang militer dalam pembelian tank tipe Norinco 90-II yang kemudian

diadopsi dalam bentuk tank Al Khalid MBT 2000 hasil buatan dalam negeri. 18

Diperkirakan hampir 60 persen alat persenjataan Pakistan berasal dari Cina.19 Kerjasama

bilateral antara Pakistan dan Cina sangat rutin dilakukan sebagai bentuk keseriusan Cina

16

Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004. Hal 34.

17

Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993. Hal 79-80.

18

http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=181 diakses pada 20 Agustus 2013.

19

(15)

5

membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Ini merupakan lanjutan persaingan

senjata antara Pakistan dengan India.

Selain melengkapi diri dengan senjata konvensional, kedua negara yang bertikai akibat

konflik historis itu kemudian mulai berlomba meningkatkan teknologi persenjataan nuklir

sebagai sebuah strategi deterrence (penangkalan). Teknologi nuklir selama periode Perang

Dingin dan setelahnya cenderung berfungsi sebagai pencegah yang dapat menahan satu pihak

dengan pihak lainnya untuk tidak saling menyerang.20 Bagi kedua negara, perjuangan menguasai

tanah Kashmir menjadi agenda utama yang tertuang dalam sejumlah kebijakan luar negeri, tak

terkecuali dengan perlombaan adu kekuatan nuklir.21

Pakistan yang memulai pembangunan proyek nuklir tahun 1956 melalui Pakistan Atomic

Energy Commission (PAEC) mendapat kucuran dana atas Atoms for Peace Proposal inisiasi

Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower, mengikuti jejak India yang lebih dulu

membangun fasilitas nuklir di bawah Indian Atomic Energy Commission (IAEC) pada 15 April

1948.22 Dalam perkembangannya, kedua negara pernah menjalin hubungan dengan sejumlah

negara sebagai upaya meningkatkan kapabilitas nuklir, termasuk kerjasama dalam

pengembangan rudal yang berfungsi untuk mengangkut hulu ledak nuklir. Pakistan melakukan

kerjasama dengan Korea Utara dalam penyempurnaan Rudal Ghauri 1 di pertengan tahun 1980an

dan adopsi Rudal M-11 buatan Cina ke dalam tipe Hatf 3 (Shaheen 1) di tahun 190an.23

20

Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Rajawali Press, Jakarta, 2009, Hal 96.

21

Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Hal 75

22

Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 78

23

(16)

6

Sedangkan India terlibat kerjasama dengan Amerika Serikat, Prancis dan Jerman dalam

pembuatan Rudal Agni 1 dan sistem pusat pengendalian ruang angkasa negara itu.

Baik Pakistan maupun India menyadari bahwa dari segi potensi ancaman, kekuatan daya

ledak thermo nuklir bukan satu-satunya gejala yang memberi pengaruh penting bagi terciptanya

kondisi bahaya terhadap lawan, tetapi daya jangkau dan ketepatan sasaran juga memiliki

pengaruh yang sama pentingnya.24 Oleh karena itu, kedua negara hingga kini masih terus

berlomba menguasai teknologi rudal yang lebih maju seperti pengembangan Rudal anti balistik

AD-2 dan Rudal ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) jenis Surya II milik India dan Ghauri

III di pihak Pakistan. Daya jelajah rudal-rudal tersebut dilaporkan mampu mencapai kota penting

di India maupun Pakistan.25

India yang bukan anggota NPT(Nuclear Non-Proliferation Treaty) telah melakukan uji

coba nuklir pertamanya di tahun 1974, kemudian direspon oleh Pakistan dengan pembangunan

fasilitas nuklir secara bertahap.26 Selang 24 tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, India kembali

melakukan uji coba Agni II yang direspon oleh Pakistan dengan unjuk kekuatan Rudal Ghauri II

dengan kemampuan jelajah mencapai 2000 km.27

Meski hubungan kedua negara selalu dibayang-bayangi dengan bentuk ancaman, proses

dialog terkait sengketa Kashmir masih terus dijalani, seperti dialog antara diplomat tinggi India

dan Pakistan yang dilaksanakan bulan Juni 2011 di Islamabad. Kedua pejabat negara tersebut

24

Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam studi hubungan Internasional, Hal 98.

25

http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 2 April 2014

26Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,”

in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca, New york: Cornell University Press, 2000. Hal. 159.

27Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,

(17)

7

sepakat membahas solusi perdamaian dan keamanan, termasuk langkah-langkah pembangunan

kepercayaan Jammu dan Kashmir, serta promosi pertukaran persahabatan.28

Hal ini tidak lepas dari peran Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang bersikap terbuka

atas upaya perundingan damai, khususnya pasca bom Mumbai tahun 2008 yang menewaskan

166 orang.29Setelah tragedi tersebut, hampir tidak ada niat dan upaya dari kedua belah pihak

untuk saling melakukan dialog damai. Begitu pula soal perkembangan proyek nuklir, Asif Ali

Zardari dalam pidatonya 22 November 2008 mengatakan tidak akan terlebih dulu menggunakan

senjata nuklir untuk menyerang lawannya. Ia bahkan berusaha untuk meyakinkan parlemen

Pakistan atas kebijakannya tersebut.30

Meski demikian, Zardari tidak menyangkal akan terus memperkuat sistem pertahanan

Pakistan demi mengantisipasi situasi ancaman. Hal ini terlihat pada pengembangan transformasi

Rudal Hatf V yang diuji coba tahun 2012. Rudal tersebut diperkirakan mampu mencapai jarak

1.400 kilometer (900 mil) yang bisa meluluhlantakkan wilayah di India.31 Lagi-lagi, uji coba ini

dilakukan atas aksi New Delhi yang sebelumnya melakukan tes rudal balistik berkemampuan

nuklir Agni V dengan daya jelajah 5.000 Km.32 Rudal dengan biaya 480 Juta Dollar AS tersebut

diyakini mampu membawa hulu ledak seberat 1,5 Ton.33

Persaingan kedua negara tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan pemahaman

potensi ancaman. Menarik untuk dianalisa sejauh mana kebijakan penerapan nuklir ini

28

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/18/lmydax-diplomat-pakistanindia-berunding-di-islamabad diakses pada 17 Maret 2014

29

http://www.hindustantimes.com/india-news/mumbai/mumbai-remembers-26-11-victims-four-years-on/article1-964329.aspx diakses pada 17 Maret 2014.

30

http://blogs.reuters.com/pakistan/2008/11/22/zardari-says-ready-to-commit-to-no-first-use-of-nuclear-weapons/ diakses pada 19 Maret 2014.

31

http://international.okezone.com/read/2013/04/10/413/789363/pakistan-uji-coba-misil-balistik-yang-sanggup-hantam-india diakses pada 19 Maret 2014.

32

Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 32.

33

(18)

8

mempengaruhi hubungan kedua negara. Peningkatan kekuatan militer kedua negara tersebut

seakan memberi gambaran kepada dunia internasional dan wilayah lainnya di Asia Selatan

bahwa potensi meletusnya perang lebih dahsyat masih ada dan akan berlangsung di masa

mendatang. Pakistan sebagai negara yang berada di bawah India dalam bidang kekuatan militer

tampaknya tidak mau ketinggalan dengan kemajuan yang diperoleh India. Maka dari itu, dalam

penulisan skripsi ini penelitian hanya dibatasi dari sudut pandang kebijakan Pakistan yang

berupaya melawan dominasi India di Asia Selatan dalam perebutan wilayah Kashmir tahun

2008-2012.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemilihan tahun tersebut. Pertama,

mundurnya Presiden Pervez Musharraf dan diangkatnya Asif Ali Zardari tahun 2008

menyebabkan perubahan pada formasi kontrol nasional pengendali senjata nuklir. Zardari

menyerahkan kepemimpinan National Command Authority (NCA) kepada Perdana Menteri

Yusuf Raza Gailani. NCA sendiri merupakan badan yang dibentuk untuk mengawasi senjata

nuklir Pakistan dan merumuskan kebijakan nuklir. Kedua, pasca bom Mumbai yang terjadi bulan

November 2008, konstelasi politik dan keamanan kedua negara sempat memanas.

Serentetan konflik bersenjata antara pasukan India dan Pakistan kerap terjadi seperti yang

berimbas pada gagalnya upaya diplomasi damai menyangkut wilayah Kashmir. Sementara di

tahun 2012, jumlah hulu ledak nuklir Pakistan semakin bertambah. Data dari Stockholm

International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan Pakistan menempati urutan keenam

sebagai negara yang memiliki jumlah hulu ledak terbanyak yaitu diperkirakan 100 sampai 120

hulu ledak.34 Sedangkan India hanya memiliki 90 sampai 110 hulu ledak. Selain itu, di tahun

tersebut terdapat suatu peristiwa penting bagi perkembangan program nuklir Pakistan. Negara

34

(19)

9

tersebut berhasil melakukan uji coba Rudal Hatf XI berkemampuan nuklir yang memiliki akurasi

tinggi.35

B. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini akan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian, sebagai berikut :

Apa Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir Periode 2008-2012 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk strategi Nuklir Pakistan dalam upaya perebutan wilayah

Kashmir dengan India.

2. Untuk mengetahui apa saja kepentingan Pakistan terkait pengembangan nuklir.

D. Tinjauan Pustaka

Penulisan skripsi yang bertemakan tentang kepentingan Pakistan dalam mengembangkan

nuklir sebagai upaya perebutan Kashmir ini sebenarnya bukan tema baru dalam penulisan karya

ilmiah. Tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan tema serupa pernah dilakukan oleh sejumlah

mahasiswa. Tesis mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia yang ditulis oleh Syaifuddin dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Pakistan Terhadap India Dalam Upaya Penyelesaian

Sengketa Wilayah Kashmir (1998-2003)” menyinggung persoalan konflik Kashmir yang

berimbas pada hubungan India dengan Pakistan setelah era Perang Dingin. India memegang

35

(20)

10

peranan penting sebagai kekuatan yang mendominasi wilayah Asia Selatan sehingga negara

tersebut disebut sebagai negara core, sementara Pakistan sebagai negara bargainer disebut

sebagai negara periphery. Tesis itu juga menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Pakistan

terkait hal di atas kemudian dirumuskan dalam dua agenda yang menjadi prioritas, yaitu

pertahanan yang memadai dalam menghadapi negara tetangga (India) yang relatif lebih kuat dan

prioritas meningkatkan bargaining position terhadap India dalam masalah Kashmir.

Ada pula skripsi mahasiswa Universitas Indonesia yang ditulis oleh Muhammad Taufiq dengan judul “Penerapan Nuklir Pakistan Terhadap India Dalam Penyelesaian Masalah Kashmir

: Analisis Tahun 1989-1998”. Dalam skripsinya, Taufiq memaparkan alasan Pakistan

menggunakan pilihan strategi senjata nuklir dalam menghadapi dominasi kekuatan India di Asia

Selatan. Faktor tersebut yakni kekalahan perang Pakistan menghadapi India tahun 1947 dan 1965

yang memaksa negara tersebut memperbaiki alutsistanya serta alternatif senjata lain yaitu nuklir.

Pengaruh munculnya self determination di Kashmir pasca Perang Dingin serta faktor perubahan

geopolitik strategik Amerika Serikat dan Cina di Asia Selatan, merupakan faktor-faktor dominan

lainnya yang mendorong penerapan strategi nuklir Pakistan.

Tema yang sama juga pernah ditulis oleh Irmawan Effendi dengan judul “Kashmir Dalam

Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan

Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik” yang dimuat di Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun

2005. Tulisan Irmawan tersebut cenderung menyoroti perkembangan nuklir dan uji coba rudal

Pakistan yang beberapa kali memunculkan respon dari India yakni berupa gagalnya upaya

(21)

11

Yang membedakan skripsi ini dengan beberapa karya ilmiah di atas, penulis lebih

menekankan pada aspek latar belakang kepentingan Pakistan dalam merebut wilayah Kashmir

dari India dengan memakai strategi nuklir periode 2008 hingga 2012.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam membahas kepentingan Pakistan mengembangkan nuklirnya, digunakan Teori

Offense-Defense, Konsep Security Dilemma, Kepentingan Nasional dan Nuklir Sebagai

Instrumen Power.

1. Teori Defense-Offense

Kajian terhadap teori defense-offense dalam konteks hubungan antar negara mendapat

perhatian serius bagi para pengkaji kebijakan dalam kaitannya dengan penggunaan kekuatan

militer, termasuk strategi nuklir. Ilmuwan yang menaruh perhatian lebih pada teori ini yakni

Robert Jervis.

Jervis berpandangan ;

“When we say that offense has advantage, we simply mean that it is easier to destroy other’s army and take its territory that it is to defend one’s own. When the defence has

the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy and

take,”36

"Ketika kita mengatakan pertahanan memiliki keunggulan, kita dengan sederhana mengartikan bahwa hal tersebut lebih mudah untuk menghancurkan tentara lain dan mengambil wilayahnya guna membela diri sendiri. Ketika pertahanan memiliki keuntungan, hal tersebut lebih mudah untuk melindungi dan menahan daripada untuk bergerak maju, menghancurkan dan mengambil (wilayah),"

Penjelasan Jervis di atas bisa dipahami bahwa pilihan bersikap ofensif memiliki

keuntungan saat lawan cenderung memiliki kekuatan militer yang tak sebanding dengan negara

36

(22)

12

agresor sehingga konsekuensi logisnya, negara penyerang tersebut dapat dengan mudah

menguasai lahan dan mempertahankan wilayah yang lain. Sementara sikap defensif cenderung

dimiliki negara dengan sistem pertahanan kuat dengan implikasi negara tersebut lebih

menguntungkan baik dalam segi materi maupun taktik untuk mengambil tindakan defensif

ketimbang melakukan penyerangan.

Lebih lanjut, Jervis menjelaskan keyakinan tentang kehadiran perang akan terjadi apabila

ofensif lebih memiliki keuntungan yang dilandasi atas faktor berupa potensi mendapatkan

kemenangan dalam waktu singkat.37 Konsekuensi dari hal tersebut dapat mengurangi

kesempatan kerjasama karena perang lebih menguntungkan bagi penyerang, perang juga

diharapkan dalam waktu singkat, insentif dalam menggunakan senjata modern dan canggih,

dengan begitu negara pasti memilih sekutu yang mampu mendukung proses perang dapat

berlangsung singkat dan cepat walaupun memiliki daya musnah massal karena menghasilkan

banyak korban.38

Menurut Jervis pula dua faktor utama yang mempengaruhi keuntungan untuk memilih

strategi defensif atau ofensif yakni faktor geografi dan teknologi.39 Kondisi geografis yang sulit

seperti wilayah pegunungan atau perbukitan yang terjal membuat lawan sulit untuk menyerang.

Sementara dalam bidang teknologi, kemampuan sebuah negara dalam menciptakan senjata nuklir

misalnya, memberi keuntungan negara tersebut untuk menekan negara lainnya. Dalam kaitannya,

Pakistan sebagai negara yang selalu merasa terancam dengan fasilitas nuklir India, semasa

37

Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317.

38

Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317

39

(23)

13

Presiden Zia-ul Haq mulai memandang bahwa kepemilikan nuklir menjadi pencegah atas upaya

penekanan yang dilakukan India menyangkut perebutan wilayah Kashmir.40

2. Security Dilemma

Konsep Security Dilemma (dilema keamanan) dalam ranah hubungan internasional kerap

dijadikan sebagai alat analisa atas terjadinya konflik hingga perang terbuka. Robert Jervis

menjelaskan bahwa dilema keamanan merupakan situasi dimana sebuah negara berusaha

meningkatkan keamanan dengan mengurangi keamanan pihak lain.41 Jika sebuah negara

menerapkan sistem senjata yang tergolong ofensif, lalu respon yang diberikan negara lain adalah

melakukan hal yang serupa, yaitu penempatan senjata ofensif juga, maka kemampuan negara

untuk melindungi wilayahnya akan berkurang dan cenderung lebih rentan keamanannya

dibandingkan sebelum merespon penempatan senjata tersebut.42

Jervis sebagaimana dikutip Glaser, Charles L & Kaufmann C, melihat kondisi dilema

keamanan akan muncul dalam dua situasi. Pertama, saat kekuatan militer ofensif maupun

defensif tidak dapat dibedakan, dimana pada kondisi ini objektifitas terhadap negara lain menjadi

sangat terbatas, misalnya dengan melihat jenis kekuatan militer yang digunakan untuk

disebarkan.43 Kondisi kedua muncul kala negara melihat strategi ofensif lebih menguntungkan,

maka tindakan untuk menyerang pertama kali memberikan keuntungan lebih jika dibanding

defensif. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan besar untuk

40“Profile: Muhammad Zia ul

-Haq”

http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=muhammad_zia_ul-haq diakses pada 20 Juni 2014.

41

Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal 167.

42

Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal168.

43

(24)

14

melakukan pre-emptive strike yakni sebuah upaya untuk mengantisipasi strategi serangan dari

lawan terlebih dahulu.44

Begitupula dalam urusan kerjasama antar negara, Robert Jervis berpendapat.

”if they cooperate to trap the stag, they will eat well. But if one person defects to chase a rabbit-which he likes less than stag-none of the others will get anything. Thus, all actors have the same preference order, and there is a solution that gives each his first choice: (1) cooperate and trap the stag (international analogue being cooperation and disarmed); (2) chase a rabbit while others remain at their posts (maintain a high level of arms while others are disarmed); (3) all chase rabbits (arms competition and high risk of war); and (4) stay at the original position while another chases a rabbit (being disarmed

while others are armed)”.45

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam situasi security dilemma suatu negara

dapat membuat pilihan dalam berinteraksi, yaitu pertama, suatu negara yang merasa takut atau

terancam, maka akan menimbulkan tindakan aksi-reaksi antar negara yang dapat menghilangkan

makna kerjasama. Keadaan seperti ini tidak akan dapat ditopang oleh rasa percaya dan

pemahaman individu terhadap kepentingan bersama yang diakomodasi secara bersama-sama.

Kedua, situasi anarki memaksa negara untuk mencari kekuasaan di luar batas nasional dan

memaksakan nilai-nilai ideologi yang dianut melalui tindakan intervensi untuk menyebarkan

pengaruhnya kepada negara lain. Ketiga, penyebaran pengaruh oleh negara-negara yang

memiliki kepentingan terhadap negara-negara yang lebih lemah lainnya memaksa beberapa

negara untuk saling berhadapan dalam perebutan pengaruh atau menciptakan daerah penyangga

demi kepentingan geopolitik. Keempat, berupaya untuk menyerang guna mengambil sikap atas

44

Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it?. Hal48

45

(25)

15

perilaku lawan yang meningkatkan persenjataan.46 Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, suatu

negara harus memperhatikan strategi yang akan digunakan dalam situasi security dilemma.

Dalam proses ini setiap pihak sama-sama merasa terancam. Kesiagaan defense salah satu

pihak dianggap bukti motif offensive oleh pihak lain, yang selanjutnya mempersenjatai diri

sebagai tanggapannya. Semua pihak berusaha untuk saling mengungguli sehingga menumbuhkan

perlombaan senjata dan pasukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlombaan ini

menciptakan security dilemma. Maka dalam konteks hubungan Pakistan dengan India, Pakistan

merasa terancam dengan eksistensi nuklir India sehingga kondisi dilema keamanan ini memaksa

Pakistan untuk ikut menerapkan strategi serupa. Sebagai negara yang selalu merasa terancam

atas kemajuan militer India, maka strategi pengembangan nuklir untuk sama-sama berada dalam

posisi satu level merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh Pakistan.

3. Teori Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional sering digunakan untuk mendeskripsikan, meramalkan

maupun menganjurkan perilaku luar negeri suatu negara. Salah satu ilmuwan yang terkenal

dengan konsep ini adalah Hans J. Morgenthau. Ia menjelaskan kepentingan nasional sebagai

berikut:

The fundamental objective ultimate determinant that guides the decision maker of a state is foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalized conception of those alignment that constitute the statemost vital needs. These include self preservation,independence, territorial integrity, military security and economic wellbeing. 47

Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa prioritas kepentingan nasional setiap

negara berbeda antara satu dengan negara lainnya, tergantung pada kebutuhan negara yang

46

Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues. Hal 177-178

47

(26)

16

bersangkutan. Namun para ahli cenderung menempatkan masalah survival dan self preservation

sebagai prioritas utama.48 Menurut Robert Gilpin tujuan mendasar serta faktor paling

menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik dan ekonomi

luar negeri adalah kepentingan nasional.49

Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur

yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara. Dalam konsep ini, ada lima kategori

umum yang dijadikan sasaran yang hendak dituju yaitu: (1) self preservation, yaitu hak untuk

mempertahankan diri; (2) independent, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain;

(3) military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer lain; (4) territorial

integrity, atau keutuhan wilayah dan (5) economic wellbeing atau kesejahteraan ekonomi.50

Dalam hal ini nuklir India membuat Pakistan merasa khawatir sehingga mengambil

tindakan preventif guna mengantisipasi berbagai macam permasalahan yang muncul akibat

adanya ancaman tersebut. Kepentingan nasional disini bisa diterjemahkan sebagai keinginan

politik yang dirasa sangat perlu untuk dilindungi dan diperjuangkan. Kepentingan ini bisa berupa

keutuhan wilayah atau territorial integrity, khususnya wilayah Kashmir.

4. Nuklir Sebagai Instrumen Power

Kepemilikan senjata nuklir menjadi tolak ukur bagi kekuatan dan perkembangan

teknologi militer suatu negara yang dapat meningkatkan bargaining position dalam percaturan

politik internasional.51 Karena efek ledakannya yang dahsyat, negara-negara cenderung menahan

diri untuk saling menyerang.

48Mas‟oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional

-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Hal 141.

49

Stuart S. Malawer, The Political Economy of International Relations by Robert Gilpin, Maryland Journal of International Law Volume 12 tahun 1988 Hal 1988.

50

Hans J, Morgenthau, Politic Among Nations, Hal 142.

51

(27)

17

Menurut Robert McNamara, perang nuklir hampir pasti tidak bisa dibatasi dan akan

menyulut perang yang lebih besar dengan konsekuensi kehancuran dunia secara totalitas.

Beberapa para ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika

mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat

serius bagi keamanan negaranya.52

Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat

dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, The Security Model yang berfokus pada

upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari

ancaman nuklir.53 Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa

setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri.54 Hal ini

dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir

mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain

yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Secara umum, deterrence dapat

diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan

keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk

tidak melakukan serangan tersebut

Kedua, The Domestic Politics Model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai

alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri ketika suatu

kelompok elit mampu mempengaruhi arah kebijakan suatu negara untuk menggunakan nuklirnya

52

http://history.defense.gov/mcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014.

53

Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security, Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997, Hal. 54.

54

(28)

18

demi kepentingan kelompok tersebut.55 Dalam hal ini, setiap aktor selalu aktif dalam

memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan. Ketiga, The

Norms Model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta

identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan

nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan

keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi Negara tersebut. Dalam hal ini

arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh

norma yang berlaku.56

Dari penjelasan di atas,sebuah kenyataan betapa strategisnya nilai guna dari kepemilikan

nuklir telah menciptakan sebuah power atas suatu negara. Strategi nuklir tidak hanya

dikotakkan sebagai sebuah unsur strategis karena terjadinya perang, namun karena penggunaan

sebagai deterrence yang efektif untuk mengatur tindakan dari negara lain, menjadi sebuah

indikator yang jelas untuk menentukan dsn memetakan kekuatan sebuah negara.57

Kekuatan penghancur nuklir memang memberikan dampak yang sangat mengerikan.

dengan satu megaton (1000 kiloton) ledakan nuklir, dapat mengakibatkan suhu 100 juta derajat

celcius atau sebanding dengan empat sampai lima kali lipat suhu permukaan matahari. Jika

dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang berkekuatan ledakan 15 Kiloton telah

membunuh sedikitnya 150.000 jiwa, maka dengan jumlah nuklir yang dimiliki Pakistan dan India

55

Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 68.

56

Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 69-71

57

(29)

19

tentu sudah mampu menghancur-leburkan anak benua India sendiri.58 Menyadari potensi tersebut,

maka kedua belah pihak hingga saat ini masih saling menahan untuk sama-sama menyerang

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menjawab pertanyaan dalam penulisan ini

melalui metode penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, metodologi kualitatif

merupakan jenis metode yang tidak diproduksi melalui prosedur statistik atau bentuk numerik.59

Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas

dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan

proses, peristiwa dan otentisitas.60

Penulis berusaha memahami strategi kebijakan nuklir Pakistan dalam rangka

mempertahankan wilayah Kashmir dari ambisi India. Pada penelitian ini metode yang

digunakan oleh penulis adalah deskriptif analitis yaitu kegiatan penelitian dalam Hubungan

Internasional dengan melihat permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori dalam

Hubungan Internasional.61

Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis

hanya menggunakan sumber sekunder yang berasal dari riset kepustakaan (library research).

58Ahmed, Samina, “Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia”, Asi

an Survey, Vol XXVII, No.8, Agustus 1998, Hal 142.

59

Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and Tehnique, Newbury Park, Sage Publication, 1990.

60

Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005: Hal. 58.

61

(30)

20

Penulis mendapatkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai perpustakaan

yang dikunjungi, seperti Perpustakaan Freedom Institutte, Perpustakaan FISIP UI, Perpustakaan

CSIS dan perpustakaan lainnya. Selain itu untuk mendapatkan data, penulis menggunakan

sumber melalui bahan bacaan dari jurnal-jurnal ilmiah, berita-berita dalam koran, dan situs-situs

internet yang dapat mendukung penelitian ini.

Langkah selanjutnya dalam metode ini yakni melakukan analisis data yang telah

dikumpulkan kemudian diklasifikasi dengan topik pembahasan yang dibutuhkan. Setelah itu data

tersebut bisa dipahami dan ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana untuk

menjelaskan hasil penelitian. Dengan menggunakan data-data tersebut penulis akan menjawab

pertanyaan penelitian mengenai kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir periode

(31)

21

Bab II : Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan.

2.1 .Wilayah Kashmir.

Bab II : Strategi Kebijakan Nuklir Pakistan.

3.1 Sejarah Pembangunan Reaktor Nuklir Pakistan

A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium B. Pengembangan Rudal Ghauri Dan Hatf

C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina Dan Korea Utara. 3.2 Kekuatan Nuklir Pakistan (2008-2012)

A. Kapabilitas Nuklir Pakistan B. Kapabilitas Nuklir India

Bab IV : Kepentingan Pakistan Mengembangkan Nuklir Dalam Merebut Wilayah Kashmir

A.Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir

B. Strategi Mengimbangi Dominasi Kekuatan India di Regional Asia Selatan

C.Internasionalisasi Isu Kashmir Bab V : Kesimpulan

(32)

22

BAB II

Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan

2.1 Wilayah Kashmir

A. Kondisi Geografis Kashmir

Wilayah Kashmir merupakan daerah yang terbentang di utara subkontinen India,

memiliki keadaan alam bergunung-gunung yang dialiri dengan banyak sungai antara lain Indus,

Jhellum, Khenab, Shyok dan Zaskar.62 Pada tahun 1947, sebelum 45 persen dikuasai utara India,

wilayah bernama lengkap Jammu dan Kashmir tersebut memiliki luas 85,806 Mil atau sekitar

222,979 km. Dengan keadaan geografis tersebut, Kashmir dikenal sebagai Princely State

(Negara Kepangeranan) paling luas di bawah kekuasaan Kerajaan British India.63

Setelah dikeluarkannya Resolusi PBB tahun 1949, wilayah Kashmir terbagi atas dua

bagian: Jammu Kashmir (India) dan Azad Kashmir (Pakistan). Wilayah Jammu Kahmir meliputi

distrik Ladakh dan lembah Kashmir sementara Azad Kashmir terdiri atas Baltistan, Dartistan,

Muzaffarabad, Gilgit dan Pooch.64 Wilayah yang berseberangan dengan gunung Himalaya dan

Karakorum ini berbatasan dengan Tibet di sebelah Utara, Cina Sinkiang di bagian Timur,

Himachal dan Punjab di sebelah Selatan serta di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan.65

B. Penduduk Kashmir

Penduduk wilayah Kashmir sering dipanggil dengan sebutan Kashmiree. Data dari sensus

penduduk Pemerintah India tahun 2011 menyebutkan jumlah seluruh populasi di wilayah

62

R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography, Volume 1, Infobase Publishing, 2005. Hal 75.

63

R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography. Hal 76-79

64

http://www.un.org/documents/ga/res/4/ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014

65

(33)

23

tersebut mencapai 12,541,302 jiwa dengan pembagian jenis kelamin laki-laki mencapai

6,640,662 orang sedangkan perempuan 5,900,640.66 Wilayah bagian Azad Kashmir yang berada

di bawah Pemerintah Pakistan memiliki penduduk kira-kira 2,5 juta sementara Jammu Kashmir

yang dikuasai India dengan jumlah 6,5 juta warga.67

Mayoritas penduduk Kashmir beragam Islam sedangkan sisanya ada yang memeluk

Hindu, Budha, Sikh dan Kristen.68 Sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana yakni

dari hasil pertanian dan pariwisata yang mencapai 80 persen dari penghasilan negara.69 Pada

tahun 1946, Sheikh Abdullah melalui Partai Politik National Conference dalam artikel 48

program New Kashmir menetapkan bahwa bahasa nasional Kashmir adalah Kashmiri, Dogri,

Balti, Dardi, Punjabi dan Urdu.70

C. Awal Konflik di Kashmir

Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan

polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan

secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang

ada.71 Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara

kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya

dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan

Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80% penduduknya beragama Hindu,

tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad

66

http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014

67

Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 12-13

68

Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 15

69

Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 89

70Nishat Anshari,“Jammu & Kashmir Linguistic Predica ment”

http://koshur.org/Linguistic/9.html diakses pada 26 Juni 2014.

71

(34)

24

berpenduduk mayoritas Hindu dengan penguasa seorang Muslim tetapi tidak berkecenderungan

baik Pakistan maupun India. Sedangkan Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Muslim

sebanyak 90 % dan condong kepada Pakistan, tetapi penguasanya yang beragama Hindu

kemudian membawa Jammu-Kashmir ke dalam India.72 Junagadh pada akhirnya bersatu dengan

India melalui plebisit, sedangkan Hyderabad melalui pendudukan militer.73 Namun untuk

wilayah Jammu-Kashmir sendiri hingga sekarang tidak dapat terselesaikan.

Untuk wilayah Kashmir permasalahannya berbeda, menurut peraturan pemisahan

India-Pakistan, Kashmir harus bergabung dengan Pakistan dengan melihat mayoritas penduduknya

Muslim. Berdasarkan hal itu maka setelah Inggris mundur dari Subkontinen India, seluruh

negara bagian yang pada saat kolonial Inggris kembali pada posisi sebelumnya yaitu merdeka.74

Maharaja Hari Singh yang kala itu memerintah wilayah Kashmir melihat bahwa hal ini

merupakan peluang baginya untuk mengembalikan sistem monarki absolut seperti sebelum

kedatangan Inggris di subkontinen India.75

Tetapi mayoritas rakyat muslim Kashmir menuntut agar Kashmir bergabung dengan

Pakistan atau merdeka. Namun Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih merdeka dari

pada bergabung dengan Pakistan, sementara penduduk Hindu Dogri di Jammu menginginkan

bergabung dengan India karena pertimbangan memiliki kesamaan agama.76 Akibat tidak adanya

kepastian apakah bergabung dengan India atau Pakistan atau merdeka, maka terjadilah krisis

internal di wilayah Kashmir. Krisis ini semakin memburuk ketika suku Poonch di bagian Barat

72

Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations. Hal 31.

73

Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25

74

Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 27-28

75

Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 29.

76

(35)

25

Daya Kashmir menginginkan bergabung dengan Pakistan serta ketika pasukan Kashmir

membelot dan membentuk Azad Kashmir (Kashmir merdeka).77

Merasa keadaan wilayahnya semakin tidak terkendali, Singh kemudian meminta bantuan

India untuk mengatasi pergolakan tersebut.78 Pada saat inilah awal mula peranan India di wilayah

Kashmir. Singh dan India bersepakat jika India mampu mengatasi keadaan di Kashmir maka

Singh akan bersedia untuk bergabung dengan India.79

Setelah ditandatangani persetujuan tersebut, India kemudian mengirimkan bantuan

militer secara besar-besaran masuk ke dalam Kashmir untuk menumpas pemberontakan suku

Poonch.80 Invasi militer India ke dalam wilayah Kashmir tidak disetujui Pakistan dengan alasan

melindungi warga Muslim Kashmir.81 Pakistan akhirnya ikut mengirimkan pasukannya masuk

ke dalam wilayah Kashmir. Dengan masuknya dua pasukan tersebut, yang terjadi malah perang

antara India-Pakistan.

Gejolak yang ditimbulkan oleh perselisihan antara kelompok yang ingin bergabung ke

India dengan yang ingin bergabung ke Pakistan semakin membuat persoalan ini menjadi rumit.

Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih bergabung dengan India karena selama ini

Kashmir sangat bergantung pada pelayanan sosial dan ekonomi yang diberikan India seperti

bantuan dana dan pengobatan gratis.82

Ketergantungan pelayanan sosial dan ekonomi ini dianggap oleh India bahwa Kashmir

akan bergabung dengan India tetapi ternyata anggapan itu salah. Meskipun Maharaja Kashmir

sudah dibujuk, ia justru menawarkan suatu Standstill Agreement karena ingin mempertahankan

77

Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Hal 20.

78

Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan. Hal 89.

79

Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005

80

Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 23.

81

Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3 Juli 1991 Hal 5.

82

(36)

26

status quo pelayanan tersebut.83 Pakistan setuju dengan perjanjian tersebut tetapi ditolak India

tanpa alasan yang jelas.

Pertentangan antara kelompok yang pro India dengan yang pro Pakistan lebih banyak

dipengaruhi pertentangan antara Partai Kongres dengan Liga Muslim, ditambah seorang tokoh

Kashmir yaitu Seikh Mohammad Abdullah lebih condong untuk bergabung ke India.84 Seikh

Mohammad memiliki pertimbangan Kashmir nantinya akan diberikan hak khusus untuk

memerintah sendiri yang tergabung dalam Uni India.85 Seikh Mohammad Abdullah yang

bergabung dalam National Conference yang pro India memiliki kedekatan dengan Partai

Kongres pimpinan Jawaharlal Nehru.86

Hal itu terbukti dengan keberhasilan Seikh Mohammad Abdullah dalam mempengaruhi

Nehru agar memberikan hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Namun tuntutan

plebisit yang selalu diminta oleh rakyat Kashmir selalu mendapat hambatan dari Pemerintah

India dengan alasan bahwa tuntutan plebisit itu sudah tidak mungkin dilaksanakan karena selama

ini India sudah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi tuntutan rakyat Kashmir, seperti

adanya persamaan di bidang hukum, pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi, nsmun

bagi Rakyat Kashmir itu tidak cukup karena mereka tetap ingin merdeka dari India.87

2.2 Perang India-Pakistan

A. Perang India-Pakistan Tahun 1947 dan 1965

Setelah India mulai memasuki wilayah Kashmir, India mulai melakukan

serangan-serangan terhadap suku Poonch yang melakukan pemberontakan dengan bantuan suku Pathan

83

Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide. 20

84

http://www.thekashmirwalla.com/2013/03/abdullah-familys-rise-and-fall/

85

Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India, Penerbit PT. Jambatan, Jakarta, 2002, hlm 15.

86

Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India. Hal 17.

87

(37)

27

dari Pakistan. Kedua suku ini terdesak dan harus mundur karena persenjataan mereka tidak

sebanding dengan persenjataan India. Korbanpun berjatuhan terutama dari pihak suku Poonch

dan Pathan yang kebetulan beragama Islam.88

Melihat situasi yang tidak seimbang ini, Pakistan dengan dalih melindungi kaum Muslim

akhirya mengirimkan tentara, milisi suku-suku, dan sukarelawan untuk melawan India.89 Pada

awalnya India sempat mengalami kemunduran akibat serangan Pakistan tersebut di beberapa

sektor penting di Kashmir. Namun India tidak merasa gentar setelah menambah jumlah pasukan

dan alat tempurnya untuk menekan Pakistan. Pasukan India berhasil memukul mundur pasukan

Pakistan sampai ke sepertiga wilayah Jammu dan Kashmir, dimana keadaan itu terus terjadi

sampai sekarang. Pakistan menamai wilayah tersebut sebagai Azad Kashmir (Kashmir Merdeka)

sedangkan dua pertiga wilayah lainnya dikuasai oleh India.90

Konflik bersenjata ini terus terjadi hingga tahun 1949. Sebagai lembaga yang menaungi

perdamaian dunia, PBB berusaha keras untuk meredam konflik bersenjata ini dengan

mengeluarkan resolusi melalui Dewan Keamanan PBB. Beberapa resolusi yang dikeluarkan

Dewan Keamanan PBB diantaranya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 47 (1948) yang

dikeluarkan pada tanggal 21 April 1948, resolusi Nomor 51 (1948) tanggal 3 Juni 1948 dan

resolusi yang dikeluarkan pada tanggal 13 Agustus 1948 yang akhirya mengakhiri perang

India-Pakistan.91 Kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata serta membagi wilayah Kashmir

menjadi dua bagian pada 5 Januari 1949.

88

India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Op.cit Hal 37-38.

89

A study in India-Pakistan Relations, New Delhi. Hal 29.

90

Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India. Hal 15.

91

(38)

28

Resolusi 5 Januari 1949 membagi wilayah Kashmir menjadi dua bagian, yaitu dua

pertiga wilayah dikuasai India dan sisinya satu pertiga wilayah dikuasai oleh Pakistan.92 PBB

juga membentuk suatu badan khusus yang mengawasi konflik bersenjata antara India dan

Pakistan yang bernama UNCIP (United Nation Comission for Indian Pakistan). Anggota komisi

UNCIP sendiri dari Argentina, Belgia, Colombia, Cekoslovakia, dan Amerika Serikat.93

Namun pada tahun 1965, konflik bersenjata kembali terjadi antara India dan Pakistan.

Sebelum konflik ini terjadi, India sempat terlibat konflik perbatasan dengan Cina pada tahun

1962 dan India mengalami kekalahan yang berakibat kerugian materil yang cukup banyak.

Pecahnya konflik bersenjata pada tahun 1965 antara India-Pakistan berasal dari rasa saling

curiga. India menuduh Pakistan sebagai pendukung yang telah membantu perlawanan rakyat

Jammu dan Kashmir terhadap India yang intensitasnya semakin meningkat. Selain itu, India

menganggap perlawanan ini dapat mengganggu integritas nasionalnya.94

Setelah militer India porak-poranda akibat konflik dengan Cina, praktis kekuatan militer

India cenderung melemah. Maka dari itu, India mulai mencari bantuan ekonomi dan militer ke

negara Barat. India bahkan rela mengubah kebijakannya di forum Non Blok ke arah yang

progresif dan cenderung mendukung negara Barat yang cenderung berideologi kapitalis.95

Akhirnya India berhasil mendapatkan bantuan dari negara-negara Eropa sementara bantuan dari

Uni Soviet yang berhaluan komunis masih terus berjalan. Pembangunan dan peningkatan

92

Kompas, 19 April 2004.

93

http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml diakses pada 20 Juli 2014.

94

Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004, Op.cit Hal 41.

95

(39)

29

kekuatan militer India ini juga ditujukan untuk memperkuat posisi mereka di Kashmir yang

masih didudukinya.96

Sementara India terus mencari dukungan bantuan militer ke dunia Barat, Pakistan

mengalami kemerosotan dukungan diplomatik dan militer dari Amerika. Hal ini lantaran

Amerika kecewa akibat bantuan militer yang diberikan kepada Pakistan untuk untuk

membendung pengaruh komunisme, ternyata digunakan oleh Pakistan untuk melawan India.97

Melihat kondisi tersebut, Pakistan mencoba untuk kembali mendapatkan simpatinya dari

Amerika Serikat dengan mendorong penyelesaian masalah Kashmir secara adil dan secepat

mungkin, sehingga peningkatan kekuatan militer India tidak akan digunakan untuk melawan

Pakistan. Pemimpin Pakistan yang waktu itu dijabat Ayub Khan juga terus berusaha meyakinkan

Presiden Amerika Serikat John F Kennedy bahwa cara tersebut adalah tepat untuk mencegah

konflik.98

Pada tanggal 21 Desember 1964, Pemerintah India berupaya menguasai Kashmir untuk

dijadikan bagian integral secara keseluruhan India. Langkah konkrit yang diambil Pemerintah

India terhadap Kashmir adalah membubarkan National Conference dan menggantikan partai

tersebut dengan Partai Kongres. Maksud pemerintah India adalah agar dapat mengatur hak-hak

politik di Kashmir sesuai dengan keinginan pemerintah pusat India.99

Kebijakan ini langsung diprotes oleh masyarakat Kashmir, karena mereka lebih memilih

jajak pendapat atau referendum untuk menentukan masa depan Jammu-Kashmir daripada terus

tunduk di bawah pemerintahan India.100 Tuntutan ini didasarkan oleh masyarakat Kashmir untuk

96

Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff, Regional Studies No. 3, Vol. XXI, summer 2003.

97

Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff. Hal 16.

98

Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff. Hal 19.

99

Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War, Tauris; 3 edition, 2010. Hal 110

100

(40)

30

menuntut janji yang diberikan oleh Mountbatten dan Nehru pada saat penyatuan

Jammu-Kashmir dengan India oleh Maharaja Hari Singh. Janji itu adalah referendum, plebisit atau jajak

pendapat untuk menentukan masa depan Kashmir. Protes yang dilakukan rakyat Kashmir

membuat suasana berkecamuk dan bentrokan hampir tiap hari terjadi. Melihat kondisi ini, India

menambah kekuatan militernya untuk memadamkan gejolak di Kashmir. Tindakan militer India

yang represif tidak menyelesaikan masalah. Korban dari rakyat Kashmir terus berjatuhan dan

menimbulkan gelombang pengungsian yang besar ke wilayah Pakistan. Kondisi ini memancing

ketegangan antara Pakistan dan India kembali terjadi.101

Kontak senjata diperbatasan tidak dapat dihindari lagi antara tentara India dan Pakistan.

Namun kejadian ini dapat diredam dengan perjanjian antara kedua negara dan lebih dikenal

dengan perjanjian Rann Kutch. Pada tanggal 15 Januan 1965, hubungan kedua negara kembali

memanas. Hal ini dipicu oleh demonstrasi besar-besaran di sepanjang jalan wilayah Kashmir.

Sembilan kelompok oposisi di Kashmir menuntut janji India agar mengadakan jajak pendapat

atau referendum untuk diberi kebebasan dalam memilih bergabung dengan India atau

Pakistan.102 Kontak senjata kembali terjadi dimana pasukan Azad Kashmir dengan Pakistan

masuk ke wilayah Jammu-Kashmir dan berhasil memojokkan India di wilayah Srinagar. India

membalas dengan menyerang kembali posisi Pakistan hingga mendekati Lahore. Zona konflik

semakin melebar dan kedua negara terus mengirimkan tentara, milisi dan para anggota militer

lainnya sehingga menimbulkan permusuhan dan konflik yang lebih besar.

Kedua negara saling melanggar perbatasan masing-masing dan tidak menghiraukan garis

genjatan senjata. Menurut PM India saat itu B.Shastri, India tidak melanggar perbatasan tetapi

101

Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War. Hal 124.

102

(41)

31

Pakistan terlebih dahulu menyerang dan masuk ke wilayah Jammu-Kashmir.103 Konflik

bersenjata diantara India dan Pakistan ini menggunakan peralatan militer yang digunakan

terakhir kali ketika perang Dunia II berkecamuk.

Konflik bersenjata India-Pakistan ini menarik perhatian dunia. Beberapa negara besar

berusaha untuk menekan kedua negara untuk berhenti melakukan tindakan saling serang

tersebut. Amerika dan Inggris melakukan embargo ekonomi dan militer kepada India dan

Pakistan. Soviet pun menekan dengan cara politik dan embargo militer. Cara-cara penyelesaian

ini tidak mempengaruhi intensitas konflik yang terjadi, bahkan India berencana akan menyerang

Pakistan Timur namun rencana India ini dapat dibatalkan oleh Cina yang mengancam apabila

India tetap menyerang Pakistan Timur, maka Cina akan menyerbu India. Cina memberikan

ultimatum akan menyerbu India jika tidak menghentikan perang dalam waktu tiga hari.104

Tindakan Cina ini cukup efektif menekan India yang akhirnya mengumumkan gencatan

senjata pada tanggal 22 September 1965 dan menyerahkan permasalahan konflik ini kepada PBB

untuk menyelesaikan konflik ini. Mediator yang dipilih oleh India dan Pakistan adalah PM Uni

Soviet Alexie Kosygin.105 Pada Januari 1966, disepakati perjanjian Taskent yang ditandatangani

di Ibukota Uzbekistan. Kedua negara sepakat untuk mengembalikan posisi status quo Kashmir

sesuai dengan pembagian wilayah tahun 1949 yang mengantarkan konflik ini dapat diredam.106

B. Perang India-Pakistan Tahun 1971

http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/1965.stm diakses pada 5 Maret 2014.

104

Kompas, 30 Mei 2005.

105

Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?, Washington DC, United States Institute Peace, 2009, Hal 21.

106

Gambar

Tabel 1 : Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir………………..56
Gambar 1 : Peta Pembagian Wilayah Kashmir7
Tabel 1: Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir195
Tabel 3: Potensi Kekuatan Nuklir India223
+5

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data yang bersifat deskriptif (descriptive analisys). Hasil penelitian ini menunjukan: 1)

Dalam rangka penegakan peraturan daerah, dalam hal ini kewenagan tersebut di emban oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Satuan Polisi Pamong Praja

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan tidak berjalannya suatu fungsi dengan baik dan kepala administrasi bertugas memeriksa kelengkapan dokumen

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Kelima proyek ini yaitu membangun pabrik baru di Ban- jarmasin, bandung, Jawa Barat, akuisisi PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia, membangun fasilitas pabrik bahan baku yang

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan sangat berat, dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Penggunaan Metode Sosiodrama Melalui