Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan 2.1 Wilayah Kashmir
C. Awal Konflik di Kashmir
Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang
ada.71 Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara
kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya
dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan
Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80% penduduknya beragama Hindu, tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad
66
http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014
67
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 12-13
68
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 15
69
Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 89
70Nishat Anshari,“Jammu & Kashmir Linguistic Predica ment” http://koshur.org/Linguistic/9.html diakses pada 26 Juni 2014.
71
Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council of World Affair, 1967 Hal 23.
24
berpenduduk mayoritas Hindu dengan penguasa seorang Muslim tetapi tidak berkecenderungan baik Pakistan maupun India. Sedangkan Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Muslim sebanyak 90 % dan condong kepada Pakistan, tetapi penguasanya yang beragama Hindu
kemudian membawa Jammu-Kashmir ke dalam India.72 Junagadh pada akhirnya bersatu dengan
India melalui plebisit, sedangkan Hyderabad melalui pendudukan militer.73 Namun untuk
wilayah Jammu-Kashmir sendiri hingga sekarang tidak dapat terselesaikan.
Untuk wilayah Kashmir permasalahannya berbeda, menurut peraturan pemisahan India-Pakistan, Kashmir harus bergabung dengan Pakistan dengan melihat mayoritas penduduknya Muslim. Berdasarkan hal itu maka setelah Inggris mundur dari Subkontinen India, seluruh
negara bagian yang pada saat kolonial Inggris kembali pada posisi sebelumnya yaitu merdeka.74
Maharaja Hari Singh yang kala itu memerintah wilayah Kashmir melihat bahwa hal ini merupakan peluang baginya untuk mengembalikan sistem monarki absolut seperti sebelum
kedatangan Inggris di subkontinen India.75
Tetapi mayoritas rakyat muslim Kashmir menuntut agar Kashmir bergabung dengan Pakistan atau merdeka. Namun Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih merdeka dari pada bergabung dengan Pakistan, sementara penduduk Hindu Dogri di Jammu menginginkan
bergabung dengan India karena pertimbangan memiliki kesamaan agama.76 Akibat tidak adanya
kepastian apakah bergabung dengan India atau Pakistan atau merdeka, maka terjadilah krisis internal di wilayah Kashmir. Krisis ini semakin memburuk ketika suku Poonch di bagian Barat
72
Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations. Hal 31.
73
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25
74
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 27-28
75
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 29.
76
Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, New Zealand, Victoria University of Wellington, 1998 Hal 19.
25
Daya Kashmir menginginkan bergabung dengan Pakistan serta ketika pasukan Kashmir
membelot dan membentuk Azad Kashmir (Kashmir merdeka).77
Merasa keadaan wilayahnya semakin tidak terkendali, Singh kemudian meminta bantuan
India untuk mengatasi pergolakan tersebut.78 Pada saat inilah awal mula peranan India di wilayah
Kashmir. Singh dan India bersepakat jika India mampu mengatasi keadaan di Kashmir maka
Singh akan bersedia untuk bergabung dengan India.79
Setelah ditandatangani persetujuan tersebut, India kemudian mengirimkan bantuan militer secara besar-besaran masuk ke dalam Kashmir untuk menumpas pemberontakan suku
Poonch.80 Invasi militer India ke dalam wilayah Kashmir tidak disetujui Pakistan dengan alasan
melindungi warga Muslim Kashmir.81 Pakistan akhirnya ikut mengirimkan pasukannya masuk
ke dalam wilayah Kashmir. Dengan masuknya dua pasukan tersebut, yang terjadi malah perang antara India-Pakistan.
Gejolak yang ditimbulkan oleh perselisihan antara kelompok yang ingin bergabung ke India dengan yang ingin bergabung ke Pakistan semakin membuat persoalan ini menjadi rumit. Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih bergabung dengan India karena selama ini Kashmir sangat bergantung pada pelayanan sosial dan ekonomi yang diberikan India seperti
bantuan dana dan pengobatan gratis.82
Ketergantungan pelayanan sosial dan ekonomi ini dianggap oleh India bahwa Kashmir akan bergabung dengan India tetapi ternyata anggapan itu salah. Meskipun Maharaja Kashmir
sudah dibujuk, ia justru menawarkan suatu Standstill Agreement karena ingin mempertahankan
77
Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Hal 20.
78
Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan. Hal 89.
79
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005
80
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 23.
81
Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3 Juli 1991 Hal 5.
82
26
status quo pelayanan tersebut.83 Pakistan setuju dengan perjanjian tersebut tetapi ditolak India tanpa alasan yang jelas.
Pertentangan antara kelompok yang pro India dengan yang pro Pakistan lebih banyak dipengaruhi pertentangan antara Partai Kongres dengan Liga Muslim, ditambah seorang tokoh
Kashmir yaitu Seikh Mohammad Abdullah lebih condong untuk bergabung ke India.84 Seikh
Mohammad memiliki pertimbangan Kashmir nantinya akan diberikan hak khusus untuk
memerintah sendiri yang tergabung dalam Uni India.85 Seikh Mohammad Abdullah yang
bergabung dalam National Conference yang pro India memiliki kedekatan dengan Partai
Kongres pimpinan Jawaharlal Nehru.86
Hal itu terbukti dengan keberhasilan Seikh Mohammad Abdullah dalam mempengaruhi Nehru agar memberikan hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Namun tuntutan
plebisit yang selalu diminta oleh rakyat Kashmir selalu mendapat hambatan dari Pemerintah
India dengan alasan bahwa tuntutan plebisit itu sudah tidak mungkin dilaksanakan karena selama ini India sudah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi tuntutan rakyat Kashmir, seperti adanya persamaan di bidang hukum, pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi, nsmun
bagi Rakyat Kashmir itu tidak cukup karena mereka tetap ingin merdeka dari India.87