• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ASEAN DAN EKSISTENSI KEJAHATAN TRANSNASIONAL

B. Bentuk-Bentuk Kejahatan Transnasional Beserta Konvensi Internasional yang

7. International Economic Crime

Kejahatan ekonomi dapat diartikan sebagai tindak kejahatan yang melanggar hak dan kewajiban , keharusan maupun larangan hukum di bidang ekonomi. Tingkat jumlah kejahatan ekonomi suatu negara tergantung pada tingkat kemajuan ekonomi suatu negara juga. Kejahatan ekonomi memiliki cakupan yang sangat luas. Kejahatan ini sangat berpengaruh pada stabilitas kegiatan perekonomian dan sistem keuangan yang sehat dari suatu negara.

74

Laporan Kongres PBB ke-5 mengenai The Prevention of crime and the treatment of offendersmenyebutkan bahwa crime as business merupakan bentuk kejahatan dalam bidang bisnis atauindustri yang pada umumnya dilakukan secara terorganisasi dan mereka

mempunyai kedudukan yang terpandang dalam masyarakat.75

Ruang lingkup kejahatan ini memiliki cakupan yang sangat luas, beberapa

diantaranya adalah tindak pidana penyelundupan (smuggling), Tindak Pidana Di Bidang

Perbankan (Banking Crimes),Tindak Pidana Di Bidang Perniagaan (Commercial Crimes),

Kejahatan Computer (Computer Crime),Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Environmental

Crime), Tindak Pidana Di Bidang Kekayaan Intelektual,Tindak Pidana Di Bidang

Perpajakan,Tindak Pidana di Bidang Ketenagakerjaan, Tindak Pidana Korupsi76

a) Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Anti Korupsi 2003 atau dikenal

sebagai United Nations Convention Against Corruption (UNCAC),mendiskripsikan

masalah korupsi sebagai ancaman seriusterhadap stabilitas, keamanan masyarakat nasional dan internasional, karena melemahkan institusi, nilai-nilai demokrasi dan dan lain – lain.

Mengingat begitu banyaknya cakupan dari kejahatan ekonomi internasional ini, membuat defenisi umum mengenai kejahatan ekonomi juga belum begitu jelas.

Beberapa konvensi hukum internasional yang mengatur tentang kejahatan-kejahatan dalam cakupan kejahatan ekonomi internasional adalah:

75

Barda Nawawi Arif, Makalah, Fungsionalisasi Hukum dalam Penanggulangan Kejahatan Ekonomi., hal . 4

76

Korupsi dianggap sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime), dimana tindak pidana ini telah dikategorikan sebagai salah satu kejahatan transnasional. Bahkan Tindak Pidana korupsidiatur dalam Pasal 8 - 9 Konvensi Palermo. Perkembangan kerjasama internasional secara global, menyebabkan adanya kemungkinan tindak pidana ini terjadi dalam suatu kegiatan atau kerjasama internasional yang melibatkan kepentingan satu atau lebih negara adalah alasan mengapa kejahatan ini dikategorikan sebagai kejahatan transnasional. Selain itu adanya kemungkinan tindak pidana ini dilakukan secara terorganisir oleh suatu kelompok membuat kejahatan ini disebut sebagai salah satu organized crime. Dalam buku Muladi dan Barda nanawi tentang Bunga rampai Hukum PidanaKorupsi dikategorikan sebagai crime as business, economic crime, white collar crime atau salah satu bentuk abuse of power.

keadilan sertamembahayakan pembangunan berkelanjutan maupun penegakan hukum.

b) Basle Committee on Banking Regulations dan Supervisory Practices yang terdiri dari perwakilan-perwakilan Bank Sentral dan badan-badan pengawas negara-negara industri, dimana bank harus mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk

menetapkan identitas nasabahnya yang dikenal dengan Know Your-Customer Rule.

c) Penyelesaian sengketa melalui forum World Trade Organization untuk

menanggulangi kejahatan ekonomi dibidang perniagaan, hak katas kekayaan intelektual, perpajakan dan sengketa perekonomian lainnya.

d) Konvensi-konvensi ekonomi dibawah The United Nations Commission on

International Trade Law (UNCITRAL).

e) Konvensi tentang hak katas kekayaan intelektual seperti pembentukan Agreement on

Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works.

f)Kejahatan ekonomi pada cakupan lingkungan hidup yaitu berupa perdagangan flora dan

fauna yang dilindungi karena terancam kepunahannya. Konvensi yang mengaturnya

adalah Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora (CITES).77 8. Cyber Crime

Cyber crime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul melalui pemanfaatan teknologi internet. Alasan beberapa negara mengkategorikan kejahatan telematika ini sebagai kejahatan transnasional adalah karena tindakannya sesuai dengan sifat tatanan teknologi yang mencakup antar lintas batas negara. Sehingga kemungkinan jika kejahatan dilakukan oleh pelaku di Negara A, oleh warga Negara B, tetapikorbannya ada di Negara .

77

Defenisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang cyber crimeadalah a crime that oocurs in the virtual community of the Internet (suatu kejahatan yang terjadi dalam komunikasi

melalui intemet ). 78Demikian juga dengan Andy Hamzah memberi definisi kejahatan di

bidang komputer sebagai penggunaan computer secara illegal.79

Berdasarkan jenis aktivitas tindakan kejahatan computer atau cyber crime, dapat

digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut;80

a. Unauthorized Access , yaitu tindakan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringankomputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringankomputer yang dimasukinya. Biasanya pelakukejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi pentingdan rahasia.

b. Illegal Contents, yaitu kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang suatu halyang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertibanumum.

c. Penyebaran virus secara sengaja, yaitu tindakan menyebarkan virus pada umumnya

dilakukan dengan menggunakan email.

d. Data ForgeryKejahatan yang dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-dokumen pentingyang ada di internet.

e. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion,merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukankegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer pihaksasaran.

78

Cyberlav, in the Legal Ewironment., dalam http://blt.westbusilaw.com.,

79

Andi Hamzah. et.al, Aspek-Aspek Pidana Dibidang Komputer., Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal.26

80

Karya Ilmiah Dr. H. Obsatar Sinaga, M.Si , Dosen Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung tentang Penanggulangan Kejahatan Internasional Cyber Crime Di Indonesia. Hal. 12-14

f. Carding, merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang laindan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.

g. Hacking and Cracker, merupakan tindakan mempelajarisistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya dan memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif.

h. Cybersquatting, merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain namaperusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut denganharga yang lebih mahal.

i. Hijacking, Merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. j. Cyber Terorism, yaitu tindakan cybercrime yang mengancam pemerintah

atauwarganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.

Efek yang ditimbulkan oleh kejahatan computer atau cyber crime adalah kerugian

yang ditimbulkan mencapai jumlah yang sangat besar. Berbagai forum didunia telah

melakukan konvensi dan jalinan kerjasama untuk menanggulangi cyber crime di wilayah

regionalnya, beberapa diantaranya adalah ; Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC)

sepakat memerangi kejahatan cyber melaluiAPEC Cyber Crime Strategy, ASEAN melalui

Manila Declaration on Prevention and Control of Transnational Crime, dan organisasi Uni

Eropa melalui International Convention on Cyber Crime. PBB sendiri melalui Resolusi

55/63, PBB menganjurkan negara-negara anggota PBB untuk memerangi tindakan

kejahatantelematika atau tindakan penyalahgunaan teknologi informasi.81

C. Isu Kejahatan Transnasional di ASEAN

81

Ancaman kejahatan transnasional menjadi ancaman serius yang paling ditakuti saat ini di dunia, tidak terkecuali di ASEAN. Keberadaan negara-negara ASEAN yang mayoritas adalah negara yang sedang berkembang membuat tingkat kejahatan antar lintas di wilayah ini cukup memprihatinkan. Faktor proses globalisasi tidak hanya mendorong integrasi ekonomi pada tingkat global dan memperluas rembesan nilai demokrasi serta hak asasi manusia, tetapi sekaligus mendorong perluasan jaringan kejahatan. Berbagai jenis kejahatan akhirnya menjadi kejahatan transnasional. Kecemasan akan ancaman kejahatan transnasional pun membuat para petinggi negara-negara ASEAN selalu rutin melakukan diskusi atau pertemuan untuk membahas mengenai isu keamanan yang selalu berkembang di wilayah

Asia Tenggara. 82

Negara-negara ASEAN dalam upaya menanggulangi kejahatan transnasional dimulai menyepakati deklarasi ASEAN tentang pemberantasan kejahatan transnasionalpada pertemuan tingkat tinggi tahun 1997 di Malaysia. dalam forum pertemuan tingkat tinggi tersebut ASEAN menyetujui pembentukan forum khusus pembahasan kejahatan

transnasional yaitu ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Meeting on Transnational

Crime (AMMTC) yang bersidang setiap dua tahun, dan Senior Official Meeting on Transnational Crime (SOMTC) yang mengadakan pertemuan rutin tiap tahun. Selanjutnya

dalam susunanplan of action pemberantasan kejahatan transnasional ASEAN menyetujui

delapan jenis kejahatan transnasional yang dibahas dalam forum AMMTC dan SOMTC yaitu

Bahkan dalam artikel resmiUnited Nations Office on Drugs and

Crime(UNODC) pada tanggal 31 Oktober 2014 lalu, kepala perwakilan UNOCDC untuk

Asia Tenggara dan Pasifik Jeremy Douglas menyebutkan bahwa

kejahatantransnasionalyangteroganisirdi Asia Tenggarasecarakonservatifdiperkirakanmendekati100miliardollaramerikapertahun, hal inimengancamkebermanfaatanekonomidansosialdariintegrasiregional di ASEAN. diakses pada 13 Maret 2015.

terrorism, money laundering, drug trafficking, arms smuggling, sea piracy, cyber crime, trafficking in person (especially women and children), dan international economic crime.

Jenis-jenis kejahatan yang tercantum dalam ASEAN Plan of Action to Combat

Transnational Crimes juga menjadi isu keamanan yang berkembang di ASEAN. Berbagai isu keamanan non tradisional mencuat di ASEAN dengan bentuk yang lebih bersifat abstrak dan sulit diprediksi. Isu terorisme pasca kasus pemboman di Bali (12 Oktober 2002), bom Hotel JW Mariot , Kedutaan Australia (9 September 2003) dan terakhir bom di Tentena, Ambon (28 Mei 2005) membangunkan kesadaran baru betapa dahsyatnya ancaman ini. Tidak hanya di Indonesia, ancaman teror bom juga dialami oleh negara-negara ASEAN lainnya, seperti Filipina, Malaysia dan Singapura. Hal ini merupakan indikator semakin nyata dan meluasnya

ancaman yang berdimensi internasional ini. Perdagangan obat terlarang dan manusia (drug

and human trafficking), pencucian uang (money loundering), perdagangan kayu ilegal (Ilegal Logging), penyelundupan senjata (arms smuggling) perompakan di jalur laut strategis

merupakan ancaman dalam bentuknya yang lain.83Permasalahan juga bertambah ketika

bentuk kejahatan lintas negara seakin berkembang dengan menggunakan sistem teknologi

komunikasi dan informasi seperti penipuan kartu kredit (credit card fraud), pemalsuan

produk (product counterfeiting), serta pemalsuan atau kecurangan dokumen-dokumen

perjalanan (fraudulent travel documents). 84

1. Perdagangan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (Drug Trafficking)

Dari berbagai jenis kejahatan transnasional yang terjadi di ASEAN, berikut adalah isu-isu yang paling menyita perhatian negara-negara ASEAN dan dunia internasional :

83

23 Juni 1999 Second ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime Yangon, Mynamar Pertemuan pada tingkat Menteri Luar Negeri. Mengeluarkan Komunike Bersama

84

11 Oktober 2001 Third ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crimes Singapura Pertemuan pada tingkat Menteri Luar Negeri. Mengeluarkan Komunike Bersama

Asia Tenggara merupakan salah satu penghasil obat-obatan terlarang terbesar didunia setelah “Bulan Sabit Emas” (Afganistan, India, Pakistan) dan Kolombia.Kekuatan produsen

Asia Tenggara yang begitu besar adalah karena keberadaan Golden Triangle ditambah

dengan besarnya produksi obat-obat terlarang dengan jenis-jenis yang bermacam seperti di

Indonesia, Filipina dan Malasya. Sebutan “Segitiga Emas” atau The Golden Triangle yang

merupakan daerah perbatasan Thailand, Myanmar dan Laos merupakan penghasil 60 persen

produksi Opium dan Heroin di dunia.85

Selain itu jumlah penduduk Asia Tenggara yang hampir 500 juta jiwa, menjadikan wilayah ini bukan saja sebagai produksi terbesar obat-obatan berbahaya, namun juga sebagai pasar yang cukup potensial bagi para produsen dan pengedar narkotika.Bahkan laporan UNOCD pada tahun 2014 menyatakan bahwa naiknya permintaan narkoba di Asia Timur dan Tenggara telah membuat kawasan Asia Tenggara sebagai pasar terbesar dunia dalam

peredaran global narkoba.86

Seiring dengan semakin cepatnya proses globalisasi, perdagangan narkoba pun semakin berkembang dikawasan ini. Keberadaan Aceh di Indonesia disebut telah menempatkan Indonesia sebagai produsen ganja terbesar di Asia Tenggara.Pada tahun 2001-2002 Thailand juga berhasil menduduki peringkat tertinggi di dunia penyalahgunaan methampethamine. Dari 60 juta penduduk Thailand, lebih dari 30 jutanya merupakan

pengguna Ya’ba.87

Laporan tahunan UNOCD atau The UNODC World Drug Report yang

memberikan gambaran terkait situasi narkoba di dunia, dalam hal kultivasi ilegal, produksi, Rute perdagangan narkotika Thailand bahkan meluas hampir ke seluruh benua Asia, Eropa, Amerika dan Afrika.

85

e-Journal Ilmu Hubungan Internasional. Upaya Asean Dalam Menanggulangi Perdagangan Dan Peredaran Narkotika Ilegal Di Kawasan Asia Tenggara tahun 2013

86

media massa

87

Barry Buzan, Ole Waever dan Jaap de Wilde, Security: A New Framework for Analysis, (London: Lynne Rienner Publishers, 1998), hal 24.

perdagangan gelap dan penyalahgunaan obat-obatan dengan data terbaru yang tersedia selalu memiliki perhatian yang lebih terhadap isu pasar narkoba di wilayah Asia Tenggara.Masalah perdagangan narkoba di kawasan Asia Tenggara sangatlah sulit dihentikan. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi yang semakin tinggi tidak dibarengi dengan kualitas penegakan hukum yang baik di kawasan ini.

2. Terorisme

Asia Tenggaramerupakan salah satu kawasan regional dimana isu terorisme menjadi salah satuisu keamanan yang banyak dihadapi olehnegara-negara Asia Tenggara. Banyaknya peristiwa terorisme yang terjadi di AsiaTenggara telah mengakibatkan ASEAN dituntut untuk berperan lebih besar dalam menyelesaikan isu ini.

Setiap negara anggota ASEAN memiliki persepsi yang berbeda mengenai isu terorisme. Di Indonesia isu terorisme dimulai dengan kasus bom Bali Oktober 2002 dan hotel J.W. Mariot Jakarta Agustus 2003. Selain itu salah satu isu yang paling fenomenal adalah keberadaan jaringankelompok Jamaah Islamiyah sebagai jaringan yang beroperasi pasca 9/11 di Asia Tenggara. Bahkan jaringan ini disebut PBB dan Amerika Serikat sebagai salah satu

jaringan organisasi teroris internasional yang mendapat bantuan dana dari Al-Qaeda.88

Malaysia juga pernah diguncang isu terorismedengan atas berlangsungnya

peristiwapembajakan pesawat Malaysia Airlines653 tahun 1977.89

Isu terorisme di Myanmar yang paling fenomenal adalah tiga peristiwa pemboman yangberlangsung Ranggon pada 1983, Yangon tahun 2005 dan 2010. Pemerintahan Myanmar mensinyalir bahwa aktor-aktor teroris di Myanmar adalah Agen Korea Utara, United Liberations Front of Assam dan United National Liberation Front.Negara Singapura

88

artikel “Upaya Negara-Negara Asia Tenggara dalam Menghadapi Terorisme” diakses melalui situs internet

89

menghadapi isu terorisme dalam kasuspemboman di McDonald dan pembajakan pesawat Singapore Airlines pada 1991. Namun, meski Singapura tergolong sebagai negara aman, mereka juga tetap waspada dengan ancaman teroris.pemerintah Singapura aktif dalamserangkaian kerjasama dalammemberantas terorisme, khususnyadalam menghadap

gerakan jaringanJamaah Islamiyah dan Moro Islamic Liberation Front.

Filipina mengalami serangkaianserangan teroris, seperti pemberontakanMoro

National Liberation Front (2001),pembunuhan wisatawan asing diFilipina Selatan (2001), serangan diManila (2002), pengeboman di Quiapo (1971), Zamboanga (1991)Ozamiz City

(2000),pengeboman Bandara di Davao City(2003) dan kota-kota lainya.90Pemerintah Filipina

mensinyalir tindakan-tindakan terror ini dilakukan oleh new People’s Army(NPA), Jamaah

Islamiyah, Moro National Liberation Front (2001), Moro Islamic Liberation Front (MILF)

danAbu Sayyaf Group (ASG).91 Negara Kamboja menghadapi isu terorisme berasal dari

sisa-sisasimpatisan Khmer Merah danCambodian Freedom Fighters (CFF).92

3. Perdagangan Manusia (Human Trafficking)

Jaringan gerakan ini pernah melakukanpelemparan granat dan seranganterhadap instalasi pemerintahanKamboja di Amerika Serikat pada 2000.

Berbeda dengan negara lain di Asia Tenggara, negara Brunei Darussalam meskitidak menghadapi serangan-serangan teroris,namun negara ini sangat aktifmelakukan kerjasama menyangkut isuterorisme. Sementara negara Laos danVietnam tergolong sebagai negara yangaman dari isu terorisme.

Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis negara-negara Asia Tenggara menjadisalah satu penyebab berkembangnya isu human traffickingatau

90

Ibid.,Wikipedia., Terrorism in the Philiphines

91

The philipines and Terrorism dalam situs http//:archive.adl.org

92

perdagangan manusia di Asia Tenggara. Asia Tenggara sejak lama sudah dikenal sebagai kawasan yang banyak menjadi tempat asal para penyelundup dan perdagangan tenaga kerja illegal, baik untuk kawasan Asia Tenggara sendiri atau untuk Timur Tengah.

Selain itu keberadaan lembah sungai Mekong menambah catatan buruk kasus penyelundupan tenaga kerja illegal dan perdagangan manusia di Asia Tenggara. Sungai Mekong merupakan salah satu sungai lintas negara yang melewati beberapa negara di Asia

Tenggara yaitu Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam.93

Selain sungai Mekong , Thailand juga menjadi salah satu negara anggota ASEAN dimana isu perdagangan manusia menjadi salah satu isu yang paling berkembang. Thailand merupakan negara asal, tujuan dan juga transit untuk perdagangan manusia. Tujuan dari perdagangan manusia ini adalah untuk diperdagangkan sebagai pekerja seks ataupun sebagai eksploitasi tenaga kerja. Hal ini membuat Thailand menjadi salah satu tujuan wisata seks dari luar negeri. Diperkirakan setiap tahunnya di Thailand ada 500.000 wisatawan seks, dan juga ada 4,6 juta orang Thailand yang secara teratur mengunjungi para pekerja seks di sana.

Sungai Mekong menjadi kawasan wabah kejahatan transnasional sebagai tempat penyelundupan TKI illegal, perdagangan narkoba serta kasus human trafficking yang melibatkan anak-anak dan wanita.

94

Negara Indonesia dengan penduduk lebbih dari 250 juta jiwa juga mengalami masalah yang serius dengan kasus Human Trafficking.Data Komnas Perlindungan Anakmencatat ada 200 sampai 300 ribu kasus perdagangan anak pada tahun 2004 di Indonesia. Bahkan, Indonesia menjadi negara pemasok terbesar perdagangan anak di bawah usia 18 tahun untuk

93

UNESCO Study Area The Mekong River Basin, ” http://www.unesco-ihe.org/Post-Doctoral-Research-Programme-on-Adaptation-to-Climate-Change-PRoACC/Study-area-The-Mekong-River-Basin, diakses pada 13 Maret 2015.

94

“Trafficking In Thailand”, 22 November 2010, diakses dari http://thaitrafficking. wordpress.com pada tanggal 13 Maret 2015.

kawasan Asia Tenggara95. Sedangkan data International Organization for Migration (IOM) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa perdagangan orang di Indonesia mencapai 1.022

kasus.96

4. Pembajakan di Laut ( Sea Piracy )

melihat data statistik kasus human trafficking yang selalu meningkat di Asia

Tenggara, negara-negara ASEAN bahkan di tahun 2011 melalui KTT ASEAN ke-18 sepakat

untuk meningkatkan kerjasama untuk menanggulangi masalah human trafficking.

Isu perompakan atau pembajakan kapal di laut juga menjadi isu keamanan non

tradisional di ASEAN. Data yang pernah dikeluarkan oleh International Maritime

Organization menunjukkan bahwa pembajakan dan perompakan bersenjata yang terjadi di Asia Tenggara mayoritas terjadi di laut Selat Malakaserta Laut China Selatan sebagai

kawasan yg memiliki angka pembajakan terbesar di dunia. International Maritime Bureau

(IMB) Kuala Lumpur juga mengindikasikan bahwa pada Tahun 1999 terdapat 285 kasus pembajakan dan perompakan di perairan Asia, 113 diantaranya terjadi di Indonesia, sementara di Tahun 2000 terjadi peningkatan dengan terjadinya 117 kasus pembajakan di

Indonsia yang saat itu merupakan angka tertinggi di dunia. 97

5. Pencucian Uang (Money Loundering)

Pencucian uang atau yang juga dikenal sebagai Money laundering menjadi salah satu

persoalan yang dibahas dalam Konferensi Ke-23 Aseanapol98

di Manila, Filipina, September

2015.

96

“Kasus Perdagangan Anak Meningkat”, http://www.satuportal.net/content/kasus-perdagangan-anak-meningkat, diakses tanggal 13 Maret 2015.

97

Mattalitti, Abdurrachman, dkk. 2001. Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara. Jakarta : Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Hal. 1.

98

ASEANAPOL atau the Southeast Asian Police Organization merupakan organisasi independen perkumpulan 10 kepala kepolisian ASEAN non politis dan bertujuan sebagai forum kerjasama, pertukaran informasi para kepala kepolisian 10 negara ASEAN dalam http//www.aseanapol.org diakses pada 5 Maret 2015

2003. Persoalan ini semakin mengemuka karena pencucian uang dikaitkan dengan dana yang digunakan jaringan teroris. Sebelum isu terorisme menguak, biasanya masalah pencucian uang selalu dikaitkan dengan perdagangan gelap narkotika, bisnis prostitusi, perjudian, dan

perdagangan senjata ilegal di Asia Tenggara dan dunia.99

6. Penyelundupan Senjata Ilegal

Kekhawatiran akan maraknya tindakan pencucian uang juga dikarenakan isu kejahatan

seperti drugs trafficking, human trafficking, korupsi, terorisme dan bisnis-bisnis illegal

lainnya berkembang dengan pesat di Asia Tenggara. Kekhawatiran faktor penyebab berkembangnya isu-isu kejahatan transnasional di ASEAN adalah karena faktor maraknya kasus pencucian uang juga. Karena sumber dana yang berasal dari hasil-hasil kejahatan yang telah dicuci oleh pelaku kejahatan, besar kemungkinan akan dimanfaatkan kembali untuk memperluas aksi-aksi dan fasilitas kejahatan mereka.

Isu perdagangan senjata ternyata cukup sering terjadi di kawasan Asia Tenggara. Maraknya aksi teroris di Asia Tenggara dan juga konflik internal gerakan-gerakan pemberontak di ASEAN menyebabkan permintaan akan senjata illegal di ASEAN terus meningkat.

Beberapa negara ASEAN memang dikenal berperan sebagai pasar perdagangan senjata api illegal dengan harga murah. Negara seperti Kamboja, Myanmar dan Filipina adalah negara yang menyediakan pasar senjata api kelas ringan secara illegal dengan harga murah.

Isu-isu yang pernah mencuat adalah data Badan Intelijen Nasional (BIN) yang mengklarifikasi bahwa Gerakan Aceh Merdeka ternyata mendapat sokongan senjata dari

99

artikel Money Laundering dan Dana Teroris dalam situs http://www.interpol.go.id diakses pada 13 Maret 2015,

Malaysia dan Thailand secara illegal. Hasil kerjasama pertukaran informasi dengan negara tetangga juga menyebutkan bahwa kelompok-kelompok pemberontak negara seperti Abu

Syaffaf, Gerakan Aceh Merdeka dan Moro Islamic Liberation Front (MILF) telah terlibat

dalam kasus penyelundupan senjata api illegal ke wilayah Indonesia seperti Aceh, Sulawesi,

Maluku dan Papua. 100

7. International Economic Crime

Kejahatan ekonomi internasional yang memiliki tipe dan cakupan yang cukup luas juga

menjadi salah satu isu keamanan non tradisional di ASEAN. Kejahatan berupa white collar

crimesampai blue collar crime101

Pasar gelap merupakan salah satu isu kejahatan ekonomi yang cukup terkenal dikawasan Asia Tenggara.Contoh adalah negara Burma (Myanmar) di bawah kekuasaan Ne Win. Di bawah Cara Burma Menuju Sosialismenya, negara itu menjadi salah satu yang termiskin di dunia, dan hanya pasar gelap dan penyelundupan yang mampu mendukung kebutuhan rakyat.

menjadi isu kejahatan ekonomi di ASEAN.

102

Selain itu. Kejahatan ekonomi dibidang perbankan juga kerap terjadi di negara-negara Asia Tenggara. Kejahatan perbankan berupa penipuan kartu kredit bahkan kejahatan berbasis teknologi informasi menjadi kejahatan berlevel antar lintas di kawasan Asia Tenggara.

Dokumen terkait