KERJASAMA ASEAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH
GOLDEN TRIANGLE
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH:
RO BOY PAKPAHAN NIM: 110200142
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KERJASAMA ASEAN DALAM UPAYA MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH GOLDEN
TRIANGLE
SKRIPSI
DisusundanDiajukanSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaHukumPadaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara
OLEH
RO BOY PAKPAHAN
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
NIM : 110200142
Disetujui Oleh:
KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
Dr. Chairul Bariah, S.H., M.Hum
DosenPembimbing I DosenPembimbing II
NIP : 195612101986012001
Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum
NIP : 197308012002121002 NIP: 196403301993031002 Arif , S.H.,M.H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “KERJASAMA ASEAN DALAM UPAYA
MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI KAWASAN GOLDEN TRIANGLE”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada orangtua
tercinta (E. Pakpahan dan M. Br. Sianturi) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi
bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dan untuk segala kasih sayang,
doa, semangat, bimbingan, perhatian, dukungan yang luar biasa dan tiada hentinya selama ini
bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga untuk
kakak terkasih (Ony Y. Pakpahan, Peranika Pakpahan dan Quitsyah Pakpahan) dan
adik-adikku tersayang ( Sarinah Pakpahan, Tati Apriana Pakpahan dan Usi Hexsa Putri Pakpahan)
yang telah memberikan dukungan moril dan doa yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan menjadi bagian penting
selama penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara (USU), yaitu:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin HAsibuan, S.H, M.H, D.F.M. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK Saidin, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H.,M.Hum selaku ketua Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum Selaku sekretaris Departemen Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen
pembimbing I penulis, yang juga telah dengan penuh kesabaran membimbing penulis
dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Arif, S.H., M.H selaku dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Dr. Bachtiar Hamzah, SH, M.H selaku dosen penasehat akademik penulis.
9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
mendidik dan memberi bimbingan kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
10.Sahabat-sahabat mahasiswa Fakultas Hukum Universitas sumatera utara terkhusus
kawan-kawan mahasiswa stambuk 2011 dan mahasiswa departemen hukum
internasional stambuk 2011.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis di dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan, 17 April 2015
Penulis
DAFTAR ISTILAH
ASEAN Association of SouthEast Asian Nation
AMM ASEAN Ministerial Meeting
ASA Association of southeast Asia
SEATO Souteast Asia treaty Organization
Maphilindo Malaysia, Philipinadan Indonesia
SEAMO Southeast Asian Minister of Education Organization
ASPAC Asia and Pacific Council
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
TAC Treaty of Amity and Cooperation
PMC Post Ministerial Conference
SOM Senior Officials Meeting
SOC Senior Officials Consultations
AACM ASEAN-Australia Consultative Meetings
AANZFTA ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade
Agreement
ASC ASEAN Standing Committee
RRT Republik Rakyat Tiongkok
MoU Memorandum of Understanding
ROK Republic of Korea
APJSCC ASEAN-Pakistan Joint Sectoral Cooperation
Committee
EU European Union
ASEAN+3 ASEAN Plus Three
JCC Joint Cooperation Committee
UNDP United Nations Development Programme
UN United Nations
GCC Gulf Cooperation Council
MERCOSUR Mercado Comúndel Sur/Common Market of the South South Asia Association for Regional Cooperation
AGC ASEAN Geneva Committee
AEC Asean Economic Community
ASCC ASEAN Socio-Cultural Community
ZOPFAN Zone of Peace, Freedom and Neutrality Declaration
SEANWFZ South-East Asia Nuclear Weapon Free Zone
AFTA ASEAN Free Trade Area
ASEAN PACTC ASEAN Plan of Action to Combat Transnational
Crime World Health Organization
UNCLOS United Nations Convention on the Law of the Sea
UNCAC United Nations Convention Against Corruption
WTO World Trade Organization
UNCITRAL The United Nations Commission on International
Trade Law
TRIPs Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights
UNODC United Nations Office on Drugs and Crime
UNLF United National Liberation Front
MNLF Moro National Liberation Front
MILF Moro Islamic Liberation Front
CFF Cambodian Freedom Fighters
OM Organization for Migration
ACCT ASEAN Convention on Counter Terorism
ASOD ASEAN Senior Official on Drugs Matters
ICDAIT International Conference on Drug Abuse and Illicit
Trafficking
ACCORD ASEAN-China Cooperative Response to Dangerous Drugs
MOGE Myanmar Oil and Gas Enterprise
UNCTOC United Nations Convention against Transnational Organized
CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
AMMTC ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Meeting on
DAFTAR ISI A. Sejarah Terbentuknya ASEAN Sebagai Organisasi Internasional ………19
B. Tujuan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional ………..23
C. Norma dan Prinsip ASEAN Sebagai Organisasi Internasional …27 D. Hubungan Kerjasama Internasional ASEAN Sebagai Subjek Hukum Internasional dengan Subjek Hukum Internasional Lainnya……….. 29
BAB III ASEAN DAN EKSISTENSI KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI KAWASAN ASIA TENGGARA A. Kejahatan Transnasional Menurut Hukum Internasional ……….. 65
1. Perdagangan Narkotika (Drugs Trafficking) ………. 71
2. Perdagangan manusia (Human Trafficking) ………73
3. Pembajakan di Laut (Sea Piracy)……….75
4. Penyelundupan Senjata (Arms Smuggling) ……… 77
5. Pencucian Uang (Money loundering) ……… 80
6. Terorisme ………. . 83
7. International Economic Crime………. 85
8. Cyber Crime………88
C. Isu Kejahatan Transnasional di ASEAN 1. Perdagangan Narkotika (Drugs Trafficking) ……… 93
2. Terorisme ………..95
3. Perdagangan manusia (Human Trafficking) ……… 97
4. Pembajakan di Laut (Sea Piracy)………..98
5. Pencucian Uang (Money loundering)……….. .99
6. Penyelundupan Senjata (Arms Smuggling) ……….. …. 100
7. International Economic Crime ………...101
8. Cyber Crime……… 102
D. Kesepakatan ASEAN dengan Subjek Hukum Internasional Lainnya Dalam Upaya menanggulangi Isu Kejahatan Transnasional di ASEAN ……… 103
BAB IV EKSISTENSI KERJASAMAASEAN DALAM UPAYA MENANGGULANGI PERDAGANGAN NARKOBA DI ASIA TENGGARA A. Dampak Perdagangan Obat-Obat Terlarang (Drug Trafficking) Dalam DimensiHuman Security……….………..….113
1. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Ekonomi …………..117
2. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Politik ………..118
3. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Sosial………119
4. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Kesehatan………….120
5. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Individual……….…122
B. Perkembangan Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Drugs Trafficking di ASEAN ……….. 122
C. Perdagangan Narkoba (Drugs Trafficking) di Wilayah Golden Triangle ……….……………… 127
1. Kesepakatan Internal ASEAN melalui Asean Senior Official on Drugs Matters
(ASOD) ……….……… ...131
2. Kesepakatan Eksternal ASEAN dengan Republik Rakyat
Tiongkok……… 133
3. Kesepakatan Eksternal ASEAN dengan PBB………… . …. 139
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………..144
B. Saran ………146
KERJASAMA ASEAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH GOLDEN
TRIANGLE ABSTRAK Ro Boy Pakpahan
Kejahatan transnasional merupakan isu keamanan non-tradisional yang mengancam keutuhan dan stabilitas negara. Kejahatan ini memiliki bentuk yang kompleks dan jaringan kuat yang operasi kejahatannya melintasi batas kedaulatan negara membuat jenis kejahatan ini sangat sulit untuk dihadapi. Salah satu jenis kejahatan transnasional yang paling
berbahaya bagi human security adalah drug trafficking.
110200142
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya, Bagaimana kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi isu kejahatan transnasional, dan bagaimana kesepakatan hubungan kerjasama yang dilakukan ASEAN dalam menanggulangi
kejahatan transnasional berupa drug trafficking di wilayah Golden Triangle.
Adapun metode penelitian dilakukan dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan, dan data sekunder lainnya.
Berdasarkan penjelasan setiap bab dari penelitian ini akan diketahui bahwa kerjasama dalam konteks hukum internasional adalah cara terbaik untuk menanggulangi setiap jenis
kejahatan transnasional. ASEAN telah membuktikannya melalui penanganan kejahatan drug
trafficking di kawasan Golden Triangle (Thailand, Laosdan Myanmar). Hasil kerjasama
ASEAN dalam lingkup regional maupun eksternal mampu meredam produktivitas drug
trafficking di kawasan Golden Triangle. Keberhasilan ASEAN dilihat dari bagaimana melalui
berbagai aktivitas Ladang tanaman opium di kawasan golden triangle mengalami penurunan
mulai dari 157.900 hektar di tahun 1998 menjadi 24.160 hektar di tahun 2006 dan produksi opium tahun 1998, jumlah produksi opium dikawasan ini mencapai 1.435 metrik ton menjadi 337 metrik ton di tahun 2006.
KERJASAMA ASEAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH GOLDEN
TRIANGLE ABSTRAK Ro Boy Pakpahan
Kejahatan transnasional merupakan isu keamanan non-tradisional yang mengancam keutuhan dan stabilitas negara. Kejahatan ini memiliki bentuk yang kompleks dan jaringan kuat yang operasi kejahatannya melintasi batas kedaulatan negara membuat jenis kejahatan ini sangat sulit untuk dihadapi. Salah satu jenis kejahatan transnasional yang paling
berbahaya bagi human security adalah drug trafficking.
110200142
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya, Bagaimana kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi isu kejahatan transnasional, dan bagaimana kesepakatan hubungan kerjasama yang dilakukan ASEAN dalam menanggulangi
kejahatan transnasional berupa drug trafficking di wilayah Golden Triangle.
Adapun metode penelitian dilakukan dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan, dan data sekunder lainnya.
Berdasarkan penjelasan setiap bab dari penelitian ini akan diketahui bahwa kerjasama dalam konteks hukum internasional adalah cara terbaik untuk menanggulangi setiap jenis
kejahatan transnasional. ASEAN telah membuktikannya melalui penanganan kejahatan drug
trafficking di kawasan Golden Triangle (Thailand, Laosdan Myanmar). Hasil kerjasama
ASEAN dalam lingkup regional maupun eksternal mampu meredam produktivitas drug
trafficking di kawasan Golden Triangle. Keberhasilan ASEAN dilihat dari bagaimana melalui
berbagai aktivitas Ladang tanaman opium di kawasan golden triangle mengalami penurunan
mulai dari 157.900 hektar di tahun 1998 menjadi 24.160 hektar di tahun 2006 dan produksi opium tahun 1998, jumlah produksi opium dikawasan ini mencapai 1.435 metrik ton menjadi 337 metrik ton di tahun 2006.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan alat teknologi dan komunikasi pada era globalisasi juga berpengaruh pada
aktivitas komunikasi antar individu yang semakin intensif dan telah mencakup jangkauan
global. Kemajuan teknologi dan komunikasi juga meningkatkan kualitas kerja baik individu
maupun organisasi. Namun disisi lain kemajuan teknologi dan komunikasi juga telah
meningkatkan kualitas operasi kejahatan pada tingkat tataran domestik juga pada tingkat
global. Seperti yang dikemukakan Thomas L.Friedman bahwa kemajuan teknologi akan
mendorong terjadinya globalisasi yang melibatkan integrasi global, bahkan menurutnya dunia
telah menjadi global villageatau perkampungan global.1
Hubungan antar lintas negara yang semakin bebas dan berkembang menjadi alasan
mengapa kejahatan juga semakin sulit dikendalikan. Kejahatan antar lintas negara pun telah
menjadi salah satu bisnis yang paling menguntungkan. Kejahatan yang mengancam
kredibilitas dan stabilitas negara ini memiliki ragam bentuk. PBB mengidentifikasikan 18
bentuk kejahatan transnasional yakni: Money Laundering (Pencucian uang) , terrorism
(terorisme), theft of art and cultural object (pencurian seni dan objek budaya), theft of
intellectual property (pencurian kekayaan intelektual), illicit traffict in arms(perdagangan
senjata gelap), aircraft hijacking(pembajakan pesawat terbang), sea piracy(pembajakan di
laut), insurance fraud(penipuan asuransi), computer crime(kejahatan
1
computer)environmental crime(kejahatan lingkungan), trafficking in person (perdagangan
manusia), trade in humanbody part (perdagangan anggota tubuh manusia),illicit drug
trafficking(perdagangan obat bius), Fraudulent Bankruptcy(kebangkrutan bank), infiltration
of illegalbussines(bisnis illegal), corruption and bribery of public officials (korupsi dan
penyogokan pejabat pemerintah)and others offences commited by organized criminal
group(kejahatan yang dilakukan oleh kelompok terorganisir lainnya).2Sedangkan dalam
pertemuan internasional The World Ministerial Conference on Organized Crime yang
diselenggarakan di Nepal tahun 1994 negara-negara peserta sepakat membagi kejahatan
transnasional menjadi 6 karakteristik yakni3
1. Group organization to commit crime(suatu organisasi yang melakukan kejahatan); :
2. hierarchical links or personal relationship which permit leaders to control the group ( memiliki jaringan hirarkis atau hubungan personal yang memberikan kewenangan pemimpinnya untuk mengendalikan kelompok tersebut);
3. Violence, intimidation, and corruption used to earn profit or control terotories or markets ( kekerasan, intimidasi, dan korupsi digunakan untuk mendapatkan keuntungan atau mengontrol daerah kekuasaan atau pasar ) ;
4. Loundering of illicit proceeds both in furtherance of crominal activity and to infiltrate the legitimacy economy (mencuci uang hasil perdagangan gelap baik yang berasal dari kegiatan kriminal dan disusupkan dalam kegiatan ekonomi yang sah);
5. The potential for expansion into any new activities and beyond national borders (potensi untuk memperluas jaringan operasinya keluar negeri);
6. cooperation with other organized transnational criminal group (Bekerjasama dengan kelompok kejahatan transnasional terorganisir lainnya).
Dalam buku Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara
dijelaskan bahwa satu dari enam asumsi dasar dari kejahatan lintas negara adalah bahwa
kejahatan transnasional merupakan gejala global yang tidak dapat diselesaikan oleh satu
negara saja, melainkan harus melalui kerjasama internasional.4
2
Gerhard O. W. Mueller, Transnational Crime, Definitions and Concepts:, dalam P. Williams dan D. Vlassis (eds), Combating Transnational Crime, a Special Issue of Transnational Organized Crime, 4 (3&4), Autum/Winter 1998, hal 14
3
Alan Castle, Transnational Organized Crime and International Security, Working Paper, No. 19, Institute of International Relations the University of British Columbia, November 1997, hal: 7
4
Mattalitti, Abdurrachman, dkk. Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara. Jakarta : Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2001. Hal. 1.
kemampuan suatu negara
diragukan. Hal ini dikarenakan jenis kejahatan yang dihadapi adalah kejahatan dimana para
pelaku dan operasi kejahatannya telah melibatkan pihak lebih dari satu negara dimana aturan
hukum setiap negara berbeda dalam hal menanggulangi kejahatan kriminal. Untuk
menanggulangi kejahatan yang mencakup antar lintas ini banyak negara-negara melakukan
kerjasama internasional secara bilateral juga multilateral. Dengan kerjasama itu, maka
kejahatan antar lintas negara akan lebih mudah ditanggulangi.
Tidak hanya negara, organisasi internasional pun turut serta melakukan upaya untuk
menanggulangi tindakan-tindakan kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah regional
organisasi tersebut. Karena pada dasarnya gagasan untuk mendirikan suatu organisasi
internasional adalah untuk menghimpun negara-negara dalam suatu sistem kerjasama yang
dilengkapi dengan organ-organ yang dapat mencegah atau menyelesaikan sengketa-sengketa
yang terjadi diantara mereka.5
Association of SouthEast Asian Nation atau ASEAN sebagai satu-satunya organisasi
regional di Asia Tenggara memiliki masalah yang serius dengan isu kejahatan transnasional.
Bahkan kawasan Asia Tenggara disebut-sebut sebagai salah satu kawasan dengan tingkat
kejahatan transnasional tertinggi di dunia. Berbagai macam kejahatan yang mencapai level
kejahatan antar lintas batas negara terjadi di kawasan ini. Isu keamanan di kawasan ini Oleh karena itu untuk mengendalikan kejahatan transnasional
yang marak terjadi di wilayah regional suatu organisasi internasional, hubungan kerjasama
internasional menjadi suatu keniscayaan untuk menanggulangi kejahatan transnasional
tersebut. Tidak hanya kerjasama regional yang dilakukan tetapi juga kerjasama organisasi itu
sendiri dengan subjek hukum internasional lainnya pun turut dilakukan untuk
memaksimalkan penanggulangan kejahatan-kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah
regional organisasi tersebut.
5
menjadi keprihatinan negara-negara di Asia Tenggara. Bukan hanya isu keamanan
tradisional, isu keamanan non-tradisional yang meliputi keamanan lingkungan dan ekonomi
juga menyita perhatian besar. Isu keamanan non-tradisional dewasa ini bahkan bukan hanya
mencakup keamanan lingkungan dan keamanan ekonomi saja, tetapi juga mencakup
keamanan manusia yang meliputi organized crime dan trafficking.6
Apabila dilihat dari berbagai isu keamanan yang terjadi di Asia Tenggara, isu
kejahatan transnasional berupa organized crime menjadi isu yang paling memprihatinkan.
Organized crime atau disebut juga transnational crime adalah kelompok terorganisir yang
tujuan utamanya mendapat uang baik secara legal maupun tidak legal dengan menjual barang
dagangan apa pun yang dapat memberikan keuntungan maksimal dengan resiko sesedikit
mungkin. Kegiatan mereka berupa jual-beli senjata, narkotika, pemerasan, pencucian uang,
pornografi, prostitusi, kejahatan ekologi dan berbagai kejahatan lainnya.
Menyadari akan seriusnya ancaman kejahatan transnasional, ASEAN melakukan
berbagai upaya untuk memerangi kejahatan transnasional di kawasan Asia Tenggara.
Pertemuan ke-2 ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime di Yangoon, bulan Juni
1999 menjadi upaya awal rencana aksi ASEAN untuk memerangi kejahatan
transnasional.Kemudian tahun 2000, di Wina, ASEAN mengikuti 7th Session of The Adhoc
Committee on The Ellaboration of a UN Convention Againts Transnational Organized Crime
kemudian ini terus berlanjut hingga Asia Pacific and Middle East Regional Conference &
High Level Prosecutors Meeting yang berlangsung di Istana Negara, Kamis 17 Maret 2011.
7
Perdagangan narkotika (drugs trafficking)merupakan isu kejahatan transnasional yang
paling berkembang di kawasan Asia Tenggara, lemahnya penegakan hukum dan pengawalan
6
Bambang Cipto, Hubungan Internasional Di Asia Tenggara, Teropong Terhadap Dinamika,Realitas, dan Masa Depan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2007, hal 223
7
kelembagaan pemerintah menjadi faktor mengapa bisnis perdagangan obat-obatan di
kawasan Asia Tenggara sangat mudah berkembang. Keberadaan Golden Triangle yang
diperankan oleh Myanmar sebagai penghasil opium terbesar di dunia, negara Laos sebagai
penghasil opium terbesar kedua setelah Myanmar dan Thailand yang mendominasi penjualan
ekstasi, sabu-sabu dan narkotika cair lainnya menjadi bukti betapa besarnya kekuatan
narkotika di daerah ini. Bahkan dalam buku Zarina Othman disebutkan bahwa Thailand pada
era Golden Triangle berada di peringkat I pengguna narkotika di dunia. 8
Kawasan dimana jenis narkotika seperti heroin dan amphetamine secara
besar-besaran diproduksi ini sangat sulit ditaklukkan karena pelakunya sangat sulit ditaklukkan.
Kaum Mafioso menanam opium dan mengolahnya menjadi heroin dikawasan yang sulit
dijangkau oleh aparat keamanan. Kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi
dimanfaatkan oleh kaum Mafioso dengan baik untuk memperluas jaringan kegiatan hingga
mencapai skala global.9
Segitiga Emas atau Golden Triangle yang terletak di perbatasan Thailand, Myanmar,
dan Laos menghasilkan 60% produksi opium dan heroin di dunia. Produksi narkoba di
kawasan tersebut termasuk dalam kategori narkotika dan potential addictive yang terbuat dari
jenis-jenis tumbuhan opium poppy dan papaver somniferum yang menghasilkan heroin.
Wilayah Segi Tiga Emas ini memberikan sumbangan pada industri heroin yang bernilai US$
160 Milyar pertahun.10
Menyadari akan ancaman besar keberadaanTheGolden Triangle, ASEAN sebagai
wadah kerja sama internasionalberupaya menangani maraknya fenomena perdagangan
narkotika di Asia Tenggara, terkhusus di wilayah Golden Triangle. Untuk menangani
8
Zarina Othman.Myanmar. Illicit Drugs Trafficking and Security Implication, (Akademika 65,2004) , hal 33
9
Sumarno Ma’sum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Jakarta: CV. Haji Masagung 1987, hal 36-40
10
fenomena pasar narkoba terbesar di dunia ini, kerja sama internasional memanglah sebuah
keniscayaan dan keharusan bagi ASEAN. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam
Declaration of ASEAN concord, pada Tanggal 24 Februari 1976 bahwa telah disepakati
perlunya peningkatan kerjasama dengan lembaga internasional yang relevan guna
memberantas penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Upaya ASEAN mewujudkan ASEAN drug free 2015 menjadi tantangan tersendiri
bagi ASEAN dalam menanggulangi maraknya perdagangan narkotika di wilayah Asia
Tenggara. ASEAN dan negara-negara anggotanya perlu bergerak cepat dan harus serius
dalam hal menanggulangi setiap jenis kejahatan transnasional. Kerja sama internasional
adalah solusi yang tepat untuk menangani masalah yang dihadapi oleh setiap subjek hukum
internasional termasuk ASEAN sebagai organisasi internasional. sehingga terciptalah
kawasan regional yang bebas dari ancaman bahaya kejahatan transnasional.Berangkat dari
ide permasalahan tersebut, maka perlu dikaji mengenai bagaimana bentuk kerja sama yang
dilakukan ASEAN dalam menanggulangi fenomena pasar narkoba di kawasan Golden
Triangle yang disebut sebagai salah satu pasar narkoba terbesar yang pernah ada di dunia.
Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bagaimana keefektifan suatu hubungan kerja sama
maupun kesepakatan antar subjek hukum internasional dalam menangani setiap isu-isu
internasional, terkhusus kejahatan transnasional berupa drugs trafficking.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN
dengan subjek hukum internasional lainnya sejak berdiri sampai saat ini?
2. Bagaimanakah kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh ASEAN dengan subjek
3. Bagaimana kesepakatan kerjasama yang dilakukan ASEAN secara internal maupun
eksternal dalam menanggulangi kejahatan transnasional berupa drug trafficking di
wilayah Golden Triangle?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui bidang-bidang hubungan kerjasama ASEAN dengan subjek hukum
Internasional lainnya.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kejahatan transnasional, terkhusus kejahatan yang menjadi
isu-isu di ASEAN.
3. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama ASEAN dengan subjek hukum internasional
lainnya dalam upaya menyelesaikan kejahatan transnasional berupa drugs trafficking
yang terjadi di wilayah The Golden Triangle.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka terkhusus pustaka di bidang
hukum internasional yang berkaitan dengan hubungan kerja sama internasional dan isu-isu
kejahatan internasional. selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi dasar ide untuk
dilakukannya penelitian lebih lanjut di dalam bidang hukum internasional mengenai
kerjasama suatu organisasi internasional terkhususnya ASEAN menanggulangi isu-isu
kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah negara-negara anggotanya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi organisasi internasional
maupun subjek hukum internasional lainnya dalam menanggulangi isu-isu kejahatan
transnasional. Bagi pemerintah Indonesia diharapkan penelitian ini menjadi masukan tentang
bagaimana hubungan kerjasama ASEAN dalam menanggulangi kejahatan transnasional
terkhusus kasus drugs trafficking. Selain itu, bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat
menggambarkan bagaimana kejahatan transnasional itu menjadi ancaman serius bagi
kehidupan setiap negara, sehingga perlu ditangani dengan serius. Dan penelitian ini
diharapkan dapat menggambarkan mengenai sejarah bagaimana suatu organisasi
internasional seperti ASEAN mampu menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs
trafficking di wilayah segitiga emas (The Golden Triangle).
E. Keaslian Penulisan
Penelitian ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman selama
menjadi mahasiswa di fakultas hukum terutama saat berada di jurusan departemen hukum
internasional. Penelitian ini dilakukan dengan cara menuangkan ide dan gagasan dari sudut
pandang hukum internasional terhadap kerjasama ASEAN dalam upaya menanggulangi
kejahatan transnasional berupa drugs traffickingyang terjadi di wilayah The Golden Triangle.
Sepanjang penelusuran dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
bahwa penulisan penelitian tentang “Kerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi Kejahatan
Transnasional Yang Berupa Drugs Trafficking di Wilayah Golden Triangle” belum pernah
ditulis sebelumnya. Namun demikian dalam beberapa literatur penulisan sebelumnya dalam
lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Hukum
Internasional dapat dijumpai beberapa persamaan dalam hal substansi dasar mengenai kajian
perkembangan kerjasama ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya, akan tetapi
kejahatan transnasional terkhusus dalam menanggulangi kasus drugs trafficking di wilayah
Golden Triangle.
F. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi ini berkisar tentang kerjasama ASEAN sebagai organisasi
internasional menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs trafficking. Adapun
tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Hukum Internasional
Secara umum hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara
negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional11
a) Negara
. Dalam
buku Pengantar Hukum Internasional oleh Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes
disebutkan bahwa yang menjadi subjek hukum internasional adalah sebagai berikut :
b) Takhta suci (Vatican)
c) Palang merah internasional
d) Organisasi internasional
e) Orang perorangan (individu)
f) Pemberontak dan pihak dalam sengketa
11
Dr.Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global
Sedangkan yang menjadi sumber hukum internasional berdasarkan Statuta Mahkamah
Internasional (International Court of Justice) adalah:12
a) International conventions, whether general or particular , establishing rules expressly recognized by the contesting states (Perjanjian internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus, menyangkut aturan-aturan yang disepakati para pihak yang membuat);
b) International custom, as evidence of a general practice accepted as law ( Hukum kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu praktik umum yang diterima sebagai hukum);
c) The general principles of law recognized by civilized nations (Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab);
d) Subject to the provisions of article 59, judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law ( Ketentuan-ketentuan yang tunduk pada pasal 59, keputusan hukum dan ajaran ahli yang memenuhi syarat dari berbagai negara, sebagai cara tambahan untuk menentukan aturan hukum).
Tujuan utama hukum internasional lebih mengarah kepada upaya untuk menciptakan
ketertiban daripada sekedar menciptakan sistem hubungan-hubungan internasional yang adil.
2. Organisasi Internasional
Pengertian mengenai organisasi internasional sangat banyak dijumpai di berbagai
literature, namun sangatlah jarang pengertian organisasi internasional itu didefinisikan secara
langsung. Para sarjana hukum internasional lebih sering memberikan ilustrasi mengenai
substansi elemen-elemen dasar yang harus dimiliki sehingga suatu entitas disebut sebagai
organisasi internasional.
Menurut Bowwet D.W bahwa batasan mengenai organisasi internasional publik itu
belum ada yang sudah diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan
organisasi permanen yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang pada
12
umumnya lebih banyak berasal dari perjanjian multilateral dibandingkan perjanjian bilateral
yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya.13
Sedangkan menurut pasal 57 Piagam PBB dapat disimpulkan bahwa pengertian
organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan persetujuan antar
pemerintah atau antar negara ( an international organization is on organization established
by intergovernmental or interstate agreement ).14
3. Kejahatan Transnasional (Transnasional crime)
Defenisi mengenai kejahatan transnasional cukuplah banyak dijumpai di berbagai
literatur, para ahli banyak yang mengemukakan pendapat mengenai defenisi kejahatan
transnasional.
Menurut Mueller Kejahatan transnasional digunakan untuk menyebut offences whose
inception, prevention, and/or direct or indirect effects involve more than one country.
Mueller sendiri menggunakan istilah kejahatan transnasional untuk mengidentifikasi certain
criminal phenomena transcending international borders, trans-gressing the laws of several
states or having an impact on another country. 15
Dalam definisi yang dikeluarkan Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) transnational
crime diartikan sebagai suatu kejahatan yang memiliki dampak langsung maupun tidak
langsung dengan melibatkan lebih dari satu negara, “as offences whose inception, prevention
and/or direct or indirect effects involve more than one country.16
Sementara dari ASEAN sendiri, dalam pertemuan di Yangon, Myanmar pada bulan
Juni 1999, telah ditetapkan ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes (
13
Ade Maman Suherman , 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT Ghalia Indonesia , Jakarta , hlm 45
14
Pasal 57 Piagam Perserikatan Bangsa - Bangsa
15
Gerhard O. W. Mueller, Op.cit, hal 4
16
Rencana Aksi ASEAN untuk memerangi kejahatan lintas Negar) dimana rencana aksi
tersebut memprioritaskan enam bidang kerjasama dalam kejahatan transnasional, antara lain:
trafficking in illegal drugs (perdagangan, peredaran, dan penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang), woman and children trafficking(perdagangan perempuan dan anak-anak),
sea piracy (pembajakan di laut),arms smuggling(penyelundupan senjata), money
laundring(pencucian uang), dan terrorism(terorisme).
G. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, metode yang digunakan adalah metode yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka dan data sekunder.17
1. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan
oleh pihak-pihak berwenang yang relevan dengan masalah penelitian ini, yakni
berupa undang-undang, perjanjian internasional, dokumen-dokumen resmi yang
berupa sumber hukum internasional, dan sebagainya.
Penelitian yuridis normatif digunakan dalam
penelitian ini untuk meneliti norma hukum internasional yang terbentuk dari hasil kerja sama
ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi kejahatan
transnasional berupa drugs trafficking di wilayah Golden Triangle.
Adapun data sekunder yang digunakan dalam karya ilmiah ini meliputi :
2. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan tulisan-tulisan atau
karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, tesis, disertasi, jurnal,makalah ,
surat kabar, majalah, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3. Bahan hukum tersier , yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan
keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan lain-lain.
17
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa untuk
mengetahui bagaimana norma hukum yang terbentuk dari hasil kerja sama ASEAN dalam
upaya menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs trafficking di wilayah Golden
Triangle.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan inventarisasi buku hukum internasional dan bahan-bahan hukum lainnya
yang relevan dengan objek penelitian.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media elektronik,
dokumen-dokumen internasional yang resmi dikeluarkan oleh instansi berwenang.
3. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
4. Menganalisis data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang
menjadi objek penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat sistematis, artinya penulisannya dilakukan
dengan suatu sistem dan berdasarkan pada suatu aturan tertentu. Untuk memahami materi
skripsi ini terhadap pemahaman masalahnya, makadiuraikan secara garis besar sistematika
penulisan yang bertujuan agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemikiran maupun penafsiran
dalam menguraikan lebih lanjut.
Pada bagian ini dibuat ringkasan garis besar lima bab, yang dimulai dengan kata
pengantar dan dilanjutkan dengan daftar isi.Setiap bab akan terdiri dari beberapa sub bab
yang akan mendukung keutuhan topik dari setiap bab.
Pada bab Pendahuluan ini akan dikaji mengenai Latar belakang penulisan sebagai
terbentuklah Perumusan masalah yang lebih rinci yang menjadi poin-poin utama
permasalahan dari penulisan skripsi ini. Setelah itu dalam bab ini akan dikaji mengenai
Manfaat dan Tujuan penulisan. Dalam kajian bab pendahuluan ini juga dikaji mengenai
Keaslian penulisan untuk membuktikan kemurnian penyusunan karya ilmiah. Tinjauan
kepustakaan, Metode dan Sistematika penulisan akan menjadi pembahasan yang selanjutnya
di bab ini yang mengkaji mengenai bagaimana proses penyusunan dan metode yang
digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Untuk menghindari adanya kekeliruan
penafsiran dalam membahas karya ilmiah ini, maka Sistematika penulisan akan mengkaji
mengenai gambaran umum isi pembahasan skripsi ini.
Selanjutnya pada Bab II akan dijelaskan secara umum mengenai ASEAN (Association
of South East Asian Nation) sebagai organisasi regional Asia Tenggara. Di dalam bab ini
dijelaskan bagaimana sejarah terbentuknya ASEAN sebagai organisasi internasional, Tujuan
dibentuknya organisasi ASEAN, Norma dan Prinsip ASEAN sebagai organisasi
internasional, serta bagaimana hubungan kerjasama internasional organisasi ASEAN dengan
subjek hukum internasional lainnya pasca pembentukannya.
Pada bab selanjutnya yaitu Bab IIIakan dijelaskan tentang isu kejahatan antar lintas
batas negara di wilayah Asia Tenggara dan bagaimana ASEAN menjalin
kesepakatan-kesepakatan dengan subjek hukum internasional lainnya. Kesepakatan ASEAN dalam upaya
menanggulangi isu kejahatan transnasional mencakup pada kesepakatan internal dan
kesepakatan eksternal.
Bab yang akan membahas mengenai keterkaitan dua variabel yang ada pada bab II
dan bab III adalah bab IV. Bab ini adalah bab yang menjawab permasalahan – permasalahan
dalam skripsi ini secara rinci. Bab IV terlebih dahulu akan membahas mengenani gambaran
akan dijelaskan bagaimana kerjasama internasional yang dijalin oleh ASEAN dengan subjek
hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi kejahatan transnasional berupa
drugs trafficking di wilayah golden triangle. Kerjasama – kerjasama itu meliputi kerjasama
regional ASEAN yang berupaya menanggulangi Drugs Trafficking. Kerjasama ASEAN-Cina
(Tiongkok) dan juga Kerjasama ASEAN dengan PBB dalam upaya menanggulangi drugs
trafficking di wilayah golden triangle.
Sebagai bab terakhir adalah bab V. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran sebagai
penutup dari skripsi ini.Pada Bab ini akan dirangkum inti sari dari penulisan skripsi dan
penulisan saran terhadap permasalahan yang terdapat pada penulisan skripsi ini.
BAB II
PEMBENTUKAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL REGIONAL SE-ASIA TENGGARA
A. Sejarah Terbentuknya ASEAN Sebagai Organisasi Internasional
Secara geopolitik dan geoekonomi, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang
sangat strategis. Hal ini tercermin dari adanya berbagai konflik di kawasan yang melibatkan
kepentingan negara-negara besar pasca Perang Dunia II, sehingga Asia Tenggara pernah
dijuluki sebagai “Balkan-nya Asia”.18
18
Dirjen kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-17, Jakarta, Deplu RI, 2007 hal 1
Sebelum terbentuknya ASEAN negara-negara seperti
Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina menjalin hubungan yang baik dengan negara
barat. Malaysia dan Singapura terikat dengan kerjasama keamanan denganInggris
bersama-sama dengan Australia dan Selandia Baru. Demikian juga dengan Thailand dan Philipina
kudeta PKI, dikenal cenderung ke blok komunis karena kedekatan Sukarno dengan pimpinan
Cina dan Uni Soviet. 19
Berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malaysia pasca jatuhnya rejim Soekarno tahun
1966 dan ketidakpastian masa depan perang Vietnam juga menjadi dorongan lain bagi
negara-negara non-komunis untuk membentuk organisasi regional menjadi motivasi awal
pembentukan ASEAN pada tahun 1967.
Dilatarbelakangi oleh hal itu, negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya
dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya,
serta mendorong kerja sama pembangunan kawasan. Pada pembentukan organisasi regional
awal dimulai pada tahun 1961 dengan dibentuknya Association of southeast Asia (ASA).
Namun konflik antara Filipina dan Malaysia menghancurkan upaya awal tersebut. Upaya
kedua pun dilakukan dengan membentuk Maphilindo (Malaysia, Philipina dan Indonesia),
tetapi tetap juga tidak bertahan lama karena Indonesia menentang pembentukan Malaysia
melalui politik konfrontasi yang dilancarkan Soekarno. Selain kedua organisasi tersebut
pernah juga terbentuk Souteast Asia treaty Organization (SEATO), yang merupakan
organisasi atas prakarsa Amerika yang berupaya untuk membendung pengaruh komunis di
kawasan Asia Tenggara. Selain itu pernah juga terbentuk Southeast Asian Minister of
Education Organization (SEAMO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC).
20
19
Evelyn Colbert, Southeast Asian Regional Politics: Toward a Regional Order, New York, Columbia University Press, 1992, hal. 231
20
Bambang Cipto., Op cit hal 15
Upaya pembentukan organisasi kerjasama kawasan
membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok
pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri
Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Philipina, Singapura dan
Thailand. Deklarasi tersebut menandai bahwa telah didirikannya sebuah perhimpunan
Pada awal pembentukan, ASEAN beranggotakan lima negara. Lima negara itu adalah
negara yang memprakarsai pembentukan ASEAN yakni; Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Philipina. Namun sesuai dengan pasal 4 Deklarasi Bangkok, keanggotaan
ASEAN terbuka bagi seluruh negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat
negara-negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEANseperti
yang tercantum dalam deklarasi ASEAN dan semua traktak/persetujuan yang telah dibentuk
oleh ASEAN. Proses perluasan keanggotaan ASEAN hingga tercapainya ASEAN-10 adalah
sebagai berikut. 21
1. Brunei Darussalam secara resmi diterima menjadi anggota ke-6 ASEAN pada
tanggal 7 Januari 1984, dalam sidang Khusus menteri- menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta.
2. Vietnam diterima menjadi anggota ke-7 ASEAN dalam Pertemuan Para
Menteri Luar Negeri (AMM) ke-28 pada tanggal 29-30 Juli 1995 di Bandar Seri Begawan.
3. Laos dan Myanmar diterima sebagai anggota penuh ASEAN melalui suatu
upacara resmi pada tanggal 23 Juli 1997 dalam rangkaian Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) ke-30 di Subang Jaya, Malaysia, tanggal 23-28 Juli 1997.
4. Kamboja diterima sebagai anggota penuh ASEAN pada upacara penerimaan
resmi di Hanoi tanggal 30 April 1999.
Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita para pendiri
ASEAN yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara (visi ASEAN-10) telah
tercapai22
Pada tanggal 15 desember 1997 dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN
pada tahun 1997 di Kuala Lumpur,para petinggi ASEAN bersepakat mengembangkan
kawasan ASEAN menjadi kawasan yang terintegrasi dengan membentuk komunitas
negara-negara Asia Tenggara menjadi kawasan yang damai, stabil, sejahtera, dan saling peduli dalam
ikatan kemitraan yang dinamis pada tahun 2020. Visi yang dituangkan dalam Visi ASEAN
2020 itu semakin diperkuat dengan dibentuknya Bali Concord II dalam Konferensi Tingkat
21
Dirjen kerjasama ASEAN kemenlu RI , Op cit hal. 3
22
Tinggi ke-9 ASEAN pada tahun 2003 sebagai wujud dari keseriusan ASEAN merealisasikan
terbentuknya komunitas ASEAN (ASEAN Community). Upaya pembentukan ASEAN
Community semakin kuat setelah disahkannya Deklarasi Cebu pada tahun 2007 di Filipina.
Deklarasi Cebu yang dihasilkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-12 pada 13
Januari 2007 ini bahkan mempercepat pembentukan komunitas ASEAN menjadi tahun 2015
(Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by
2015). 23
Dalam piagam ASEAN tersebut tercantum mengenai ketetapan pembentukan ASEAN
Community 2015. Komunitas ASEAN terdiri dari 3 (tiga) pilar yaitu Komunitas Politik
Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya
ASEAN.Untuk mencapai terbentuknya Komunitas ASEAN 2015, ASEAN menyusun Cetak
Biru (Blue Print) dari ketiga pilar tersebut sebagai pedoman arah pembentukan Komunitas
ASEAN di tiga pilar. Untuk Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN disahkan pada KTT
ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura. Selanjutnya Cetak Biru Komunitas Politik Pada tahun yang sama lahirnya Deklarasi Cebu, para petinggi ASEAN pun berhasil
menetapkan piagam ASEAN sebagai suatu anggaran dasar bagi organisasi regional Asia
Tenggara ini. Piagam ASEAN ini baru terbentuk ketika usia organisasi ASEAN yang ke-40
tahun dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang ke-13 di Singapura bulan November
tahun 2007. Piagam ASEAN ini secara resmi berlaku pada pada tanggal 18 desember 2008
setelah semua negara menyampaikan ratifikasinya secara resmi kepada Sekretaris Jenderal
ASEAN. Indonesia secara resmi mensahkan pemberlakuan piagam ASEAN melalui
Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa
Asia Tenggara (Charter of The Association of Southeast Asian Nations).
23
Keamanan ASEAN dan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN disahkan pada KTT
ASEAN ke-14 tahun 2009 di Cha Am Hua Hin, Thailand.24
B. Tujuan Asean Sebagai Organisasi Internasional
Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam deklarasi Bangkok adalah
untuk25
1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural development in
the region through join endeavours in the spirit of equality and partnership in
order to strengthen the foundation for a prosperous and peaceful community of
Southeast Asian Nations. (Mempercepat pertumbuhan ekonomi , kemajuan sosial
serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam
semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah
masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai) ; :
2. To promote regional peace and stability through abiding respect for justice and
the rule of law in the relationship among countries of the region and adherence to
the principles of the United Nations Charter.(Meningkatkan perdamaian dan
stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam
hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip – prinsip
piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa);
3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of common
interest in economic, social, cultural, technical and administrative fields.
(Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam
masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial,
teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi) ;
24
Ibid, Hal 5-6
25
4. To provide assistance to each other in the form of training and research facilities
in the educational, professional, technical and administrative spheres. (Saling
memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam
bidang bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi) ;
5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their agriculture and
industries , the expansion of their trade, including the study of the problems of
international commodity trade, the improvement of their transportation and
communications facilities and raising of the living standarts of their
peoples(Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan
pertanian dan industri mereka , memperluas perdagangan dan pengkajian
masalah-masalah komoditi internasional , memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan
komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka) ;
6. To promote Southeast Asian studies. (Memajukan pengkajian mengenai Asia
Tenggara) ;
7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international and
regional organizations with similar aims and purpose, and explore all avenues for
even closer cooperation among themselves. (Memelihara kerjasama yang erat dan
berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional yang mempunyai
tujuan serupa , dan untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling
bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri).
Setelah ASEAN berhasil membentuk piagam ASEAN sebagai anggaran dasar dari
bagi perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara, maka tujuan dari organisasi ini semakin
diperluas. Adapun yang menjadi tujuan utama organisasi ASEAN yang tertuang dalam
ASEAN Charter atau Piagam ASEAN antara lain26
26
Pasal 1 Piagam ASEAN
1. Memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas, serta lebih memperkuat nilai-nilai yang berorientasi pada perdamaian di kawasan.
2. Meningkatkan ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama politik,
keamanan, ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas.
3. Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan
bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal.
4. Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup damai
dengan dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis.
5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat
kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas.
6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di
ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik.
7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan
aturan hukum, dan memajukan, serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental dengan memperhatikan hak dan kewajiban dari Negara-Negara Anggota ASEAN.
8. Menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh,
segala bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas.
9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan
lingkungan hidup di kawasan, sumber dayaalam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, dan kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi.
10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di
bidang pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN.
11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN
melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan.
12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan
terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN.
13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya
seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN.
14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih
tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan kawasan.
15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan
penggerak utama dalam berhubungan dan bekerja sama dengan para mitra eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif.
Menurut Amitav Acharya adapun yang menjadi landasan pembentukan norma
organisasi regional seperti ASEAN, terdapat dua sumber nilai. Pertama, sebuah organisasi
seperti ASEAN dapat belajar dari organisasi regional lain atau organisasi dunia yang ada.
Kedua, sumber juga bisa didapatkan dari nilai-nilai sosial, politik dan budaya setempat. 27
Perjanjian Persahabatan Dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) yang
ditandatangani pada pertemuan puncak ASEAN pertama di Bali tahun 1976 sering disebut
sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari pembentukan organisasi regional.
Dalam pertemuan tersebut negara-negara ASEAN sepakat untuk (1) saling menghormati
kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah semua bangsa, (2) setiap negara berhak
memelihara keberadaannya dari campur tangan, subversi, kekerasan dari kekuatan luar, (3)
tidak mencampuri urusan dalam negara lain, (4) menyelesaikan perbedaan pendapat dan
pertikaian dengan jalan damai, (5) menolak ancaman penggunaan kekerasan.28
Kejelasan mengenai prinsip maupun norma ASEAN dalam mewujudkan tujuan
organisasi regional ini, terlihat setelah berhasilnya dibentuk piagam ASEAN oleh para
petinggi negara-negara anggota pada November tahun 2007silam. Pada pasal 2, piagam
ASEAN tercantum mengenai prinsi-prinsip ASEAN, yaitu 29
1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas
nasional seluruh Negara-Negara Anggota ASEAN. :
2. Memiliki bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian,
keamanan, dan kemakmuran di kawasan.
3. Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan-tindakan lainnya
dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional;
4. Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai.
5. Memegang teguh prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara-negara
Anggota ASEAN.
6. Menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas
dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan.
27
Amitav Acharya, Constructing a security Community in South-East Asia: ASEAN and the problem of regional order, London and New York, Routledge, 2001 , hal 45.
28
Bambang Cipto Op cit, hal. 23
29
7. Meningkatkan konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius mempengaruhi kepentingan bersama ASEAN.
8. Memegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip
demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional.
9. Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia,
dan pemajuan keadilan sosial.
10.Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional,
termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota ASEAN.
11.Memegang teguh prinsip tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun,
termasuk penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN.
12.Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat ASEAN
dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman.
13.Mengutamakan sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif dan nondiskriminatif.
14.Memegang teguh prinsip berpegang teguh pada aturan perdagangan multilateral dan
rezim yang didasarkan padaaturan ASEAN untuk melaksanakan komitmen ekonomi secara efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan semua jenis hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan dalam ekonomi yang digerakkan oleh pasar.
D. Hubungan Kerjasama ASEAN Sebagai Subjek hukum Internasional dengan Subjek Hukum Internasional Lainnya
ASEAN sebagai subjek hukum internasional mempunyai kemampuan untuk
mengadakan hubungan dengan subjek hukum internasional lainnya. Suatu organisasi
internasional dapat melakukan hubungan dengan negara anggotanya atau yang disebut
dengan hubungan intern. Selain itu organisasi internasional dapat mengadakan hubungan
dengan negara yang bukan anggota atau dengan organisasi lainnya yang disebut dengan
hubungan eksternal30
Pada Paragraf 7 Deklarasi Bangkok, ASEAN memiliki tujuan untuk memelihara kerja
sama yang erat dan berguna dengan organisasi kawasan dan internasional yang mempunyai
kesamaan tujuan. ASEAN sejak berdiri telah menunjukkan sikap berpandangan ke luar dan .
30
keinginan untuk aktif menjalin hubungan dengan pihak-pihak di luar ASEAN. Sesuai
semangat tersebut, ASEAN telah menjalin hubungan dengan berbagai negara baik di kawasan
Asia, Pasifik, Amerika, dan Eropa.31
1. Hubungan eksternal
Secara umum gambaran hubungan kerjasama ASEAN dibagi menjadi dua bidang,
yaitu eksternal dan internal.
Sesuai dengan pasal 41 Piagam ASEAN pelaksanaan hubungan eksternal ASEAN
bertujuan untuk mengembangkan hubungan yang bersahabat dan dialog,kerja sama, dan
kemitraan yang saling menguntungkan dengan negara-negara,dan organisasi-organisasi dan
lembaga-lembaga sub-kawasan, kawasan, dan internasional dengan memegang teguh
tujuan-tujuan serta prinsip sebagaimana dinyatakan dalam Piagam ASEAN. Dalam melaksanakan
hubungan eksternal ASEAN, Pertemuan paraMenteri Luar Negeri ASEAN dapat
memberikan suatu status formal kepadapihak eksternal sebagai Mitra Wicara, Mitra Wicara
Sektoral, MitraPembangunan, Pengamat Khusus, Tamu, atau status lainnya yang
dapatditetapkan selanjutnya.32
Mekanisme hubungan ASEAN dengan Mitra Wicara dilaksanakan melalui beberapa
tahapan, yaitu33
a. Pada tingkat Kepala Negara dilakukan melalui KTT ASEAN dan KTT terkait
lainnya. :
b. Pada tingkat Menteri dilakukan melalui pertemuan tingkat menteri ASEAN
(ASEAN Ministerial Meeting/AMM), pertemuan dengan mitra wicara (Post Ministerial Conference/PMC), dan pertemuan tingkat menteri di luar rangkaian PMC.
c. Pada tingkat Pejabat Tinggi ASEAN (Senior Officials Meeting/SOM), mitra
wicara, dan pertemuan di luar rangkaian SOM seperti Senior Officials
Consultations/SOC, Forum, dan Consultation among Senior Officials.
31
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN edisi ke-19, Ibid, hal. 159
32
Pasal 44 Piagam ASEAN
33
d. Pada tingkat Direktur Jenderal seperti Working Group/WG, Joint Cooperation Committee/JCC, Joint Planning Committee/JPC, dan Japan-ASEAN Integration Fund /JAIF Management Committee/JMC.
e. Pada tingkat kelompok ahli
f. Pada tingkat sektoral
g. Pada tingkat Komite Wakil Tetap (Committee of Permanent
Representatives/CPR.
Dalam situs resmi ASEAN, adapun yang menjadi mitra wicara resmi ASEAN dalam
hubungan kerjasama eksternalnya, antara lain:34
a. ASEAN-Australia, Australia adalah negara pertama yang secara resmi menjadi mitra
wicara ASEAN yaitu sejak tahun 1974 dengan pembentukan ASEAN-Australia
Consultative Meetings (AACM). Hubungan kerjasama antara ASEAN-Australia meliputi
berbagai bidang. Pada bidang keamanan, ASEAN dan Australia sepakat untuk
bekerjasama melawan terorisme melalui penandatanganan ASEAN-Australia Joint
Declaration on Counter Terrorismoleh kedua belah pihak. Aksesi Australia kedalam
Treaty of Amity Cooperation pada tahun 2005 juga menjadi tahapan penting kerjasama
ASEAN dengan Australia. Selain itu, ASEAN dan Australia juga menjalin kerjasama di
bidang ekonomi. Kemajuan kerja sama ekonomi ASEAN-Australia ditandai dengan
ditandatanganinya Persetujuan Pasar Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru atau
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) pada bulan Februari
2009 dan mulai berlaku sejak pada tanggal 1 Januari 2010.Berikut adalah persetujuan dan
deklarasi yang sudah ditandatangani oleh ASEAN dan Australia;
1) Plan of Action to Implement the ASEAN-Australia Comprehensive
Partnership (2015-2019)
2) Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade
Area, Cha-am, Thailand, 27 February 2009
34
3) Annexes to the Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand
Free Trade Area, Cha-am, Thailand, 27 February 2009
4) Implementing Arrangement for the ASEAN-Australia-Australia-New
Zealand Free Trade Area Economic Co-Operation Work Programme
Pursuant to Chapter 12 (Economic Co-Operation) of the Agreement
Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area
5) Understanding on Article 1 (Reduction And/Or Elimination of Customs
Duties) of Chapter 2 (Trade in Goods) of the Agreement Establishing the
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area
6) MOU on ASEAN Australia Development Cooperation Program (AADCP) II
7) Plan of Action to Implement the Joint Declaration on ASEAN-Australia
Comprehensive Partnership
8) Instrument of Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast
Asia by Australia, Kuala Lumpur, 10 December 2005
9) Instrument of Extension of the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast
Asia by Australia, Kuala Lumpur, 10 December 2005
10) Declaration of Intention to Accede to the Treaty of Amity and Cooperation
in Southeast Asia by Australia, Vientiane, 28 July 2005
11) ASEAN Declaration of Consent to the Accession to the Treaty of Amity and
Cooperation in Southeast Asia by Australia, Vientiane, 28 July 2005
12) Co-Chairs Statement 19th ASEAN-Australia Forum Bandar Seri Begawan,
8-9 May 2003
13) Ministerial Declaration on the AFTA-CER Closer Economic Partnership,
Bandar Seri Begawan, 14 September 2002
15) Memorandum of Understanding between the Governments of the Member
Countries of the Association of Southeast AsiaNations and the Government
of Australia on the ASEAN-Australia Economic Cooperation Programme
(AAECP) Phase IIIn Bangkok, Thailand, 27 July 1994
b. ASEAN-Kanada,
1) ASEAN-Canada Joint Declaration for Cooperation to Combat International
Terrorism, Kuala Lumpur, 28 July 2006
Pertemuan formal ASEAN-Kanada pertama kali dilakukan pada
Februari 1977 melalui pertemuan ASEAN Standing Committee (ASC). Pada pertemuan itu
Kanada menyampaikan komitmen untuk memberikan bantuan kepada ASEAN dalam
program pembangunan. Untuk bidang politik dan keamanan ASEAN dan Kanada telah
menjalin kesepakatan untuk memerangi terorisme internasional yang dituangkan dalam
ASEAN-Canada Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism
yang ditandatangani pada tanggal 28 Juli 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada tahun
2007 bertepatan dengan 30 tahun hubungan ASEAN-Kanada ditandai dengan Pengesahan
2�� ASEAN-Canada Joint Cooperation Workplan 2007-2010 (ACJCWP).Pada pertemuan
ASEAN PMC ke-42 tanggal 22 Juli 2009 di Phuket, Thailand, telah diadopsi Joint
Declaration on ASEAN-Canada Enhanced Partnership. Pada pertemuan tersebut juga
disepakati bahwa penanda-tanganan aksesi TAC Kanada akan dilakukan pada pertemuan
ASEAN PMC ke-43 dengan syarat Kanada menyertakan surat pernyataan resmi untuk
menyetujui 3�� Protocol Amendment. Berikut adalah kesepakatan-kesepakatan yang
sudah ditandatangani ASEAN dan Kanada ;
2) Joint Declaration on the ASEAN-Canada Enhanced Partnership
3) Joint Declaration Between ASEAN and Canada on Trade and Investment,
4) Plan of Action to Implement the Joint Declaration on ASEAN-Canada
Enhanced Partnership 2010-2015
c. ASEAN – Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Hubungan kerja sama ASEAN-RRT telah
dimulai secara informal pada tahun 1991. RRT dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh
ASEAN pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996. Sebelas Bidang
Prioritas Kerjasama ASEAN-RRT meliputi: pertanian, energi, informasi dan teknologi
komunikasi (ICT), sumber daya manusia (SDM), mutual investment, Mekong
development, transportasi, budaya, pariwisata, kesehatan publik dan lingkungan
hidup.35
1) Memorandum of Understanding Between the Association of Southeast Asian
Nations and the Government of the People's Republic of China on
Strengthening Sanitary and Phytosanitary Cooperation, Singapore, 20
November 2007
Beberapa deklarasi dan kesepakatan penting yang pernah disepakati oleh ASEAN
maupun RRT, antara lain:
2) Declaration on The Conduct of Parties in The South China Sea
3) Memorandum of Understanding between the Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) Secretariat and the Ministry of Agriculture of the People's
Republic of China on Agricultural Cooperation, Cebu, Philippines, 14
January 2007
4) Plan of Action to Implement the Beijing Declaration on ASEAN-China ICT
Cooperative Partnership for Common Development, Cebu, Philippines, 14
January 2007
5) Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement on
Comprehensive Economic Co-operation between the Association of Southeast
35