BAB III ASEAN DAN EKSISTENSI KEJAHATAN TRANSNASIONAL
D. Kesepakatan ASEAN dengan Subjek Hukum Internasional
Setiap organisasi internasional yang merupakan himpunan dari negara-negara bukanlah subjek hukum internasional asli. Organisasi internasional bisa disebut sebagai
104
subjek buatan karena merupakan subjek hukum yang diciptakan oleh negara-negara yang mendirikannya. Oleh karena itu kehendak suatu organisasi internasional sangat bergantung
pada kehendak dari negara-negara yang mendirikannya. 105 pembedaan organisasi-organisasi
internasional dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama-tama kita harus bedakan antara organisasi-organisasi yang bersifat universal dan organisasi yang bersifat regional. Organisasi yang bersifat universal merupakan organisasi dimana semua negara dapat menjadi anggota
sedangkan organisasi regional terbatas pada kawasan atatu negara-negara tertentu.106
Association of SouthEast Asian Nation (ASEAN) merupakan salah satu organisasi internasional yang bersifat regional. Hal ini dikarenakan negara-negara anggota ASEAN adalah negara-negara yang berada di kawasan khusus Asia Tenggara. Organisasi yang dibentuk melalui Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus tahun 1967 ini pada awalnya memiliki tujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan stabilitas wilayah, danmembentuk kerja sama di berbagai bidang kepentingan bersama.Lambat laun organisasi ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan di bidang politik dan ekonomi,
seperti disepakatinya Deklarasi Kawasan Damai, Bebas, dan Netral (Zone of Peace,
Freedom, and Neutrality Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun 1971. Kemudian, pada tahun 1976 lima negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat Persahabatan dan
Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) yang menjadi landasan bagi negara-
negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai. Sehingga hal ini menjadi dorongan utama negara-negara Asia Tenggara secara bertahap bergabung ke dalam organisasi
ASEAN. 107
Organisasi internasional yang juga dibentuk berdasarkan perjanjian internasional juga memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan kerjasama dan menciptakan kesepakatan
105
Boer Mauna, Ibid Hal . 463
106
Loc Cit
107
dengan subjek-subjek hukum internasional. Subjek hukum internasional adalah pemegang
segala hak dan kewajiban dalam hukum internasional.108 Agar dapat disebut sebagai subjek
hukum internasional, haruslah merupakan personalitas hukum yang memiliki kemampuan
dan kecakapan tertentu, berupa ;109
1) Kemampuan untuk mendukung hak dan kewajiban internasional (capable of
possessing international rights and duties);
2) Mampu melakukan tindakan tertentu yang bersifat internasional (endowed
with the capacity to take certain types of action on international plane);
3) Mampu menjadi pihak dalam pembentukan perjanjian internasional (they have
related to capacity to treaties and agreements under international law);
4) Memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan terhadap pihak yang
melanggar kewajiban internasional (the capacity to make claims for breaches
of international law);
5) Memiliki kekebalan dari pengaruh/penerapan yurisdiksi nasional suatu negara
(the enjoyment of privileges and immunities from national jurisdiction)
6) Dapat menjadi anggota dan berpartisipasi dalam keanggotaan suatu organisasi
internasional (the question of international legal personality may also arise in
regard to membership or participation in international bodies).
Oleh karena itu, organisasi regional seperti ASEAN yang memiliki kemampuan dan kecakapan personalitas hukum layak disebut sebagai subjek hukum internasional. sebagaimana dalam hukum internasional bahwa yang tergolong sebagai subjek hukum
internasional yang memiliki personalitas hukum adalah :110
1) Negara;
2) Organisasi Internasional;
3) Palang Merah Internasional;
4) Tahta Suci Vatikan;
5) Individu;
6) Kaum Pemberontak
108
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes., Ibid hal. 97
109
Subjek Hukum Internasional , “Pengertian Subjek Hukum Internasional”, Status Hukum, Art in the Science of Law, 2013, artikel website :
110
Sejak didirikan sampai sekarang telah banyak kerjasama yang dilakukandalam kerangka ASEAN. Kerjasama itu merupakan rencana dan aktivitas politik dari ASEAN sendiri. Dalam hubungan kerjasama itu dibutuhkan instrument hukum yang disepakati
bersama dan akan mengikat dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi ASEAN dan legal
person yang menjalin hubungan kerjasama dengan ASEAN. Hal ini disebut dengan Pacta Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian adalah mengikat, ditaati, ditepati, serta menimbulkan
hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.111
ASEAN yang menghadapi masalah serius dengan masalah keamanan melakukan banyak upaya kerjasama untuk menstabilkan wilayah Asia Tenggara dalam zona aman dan damai. Beberapa kerjasama ASEAN dalam bidang politik dan keamanan adalah
Hal ini menandakan bahwa setiap hubungan kerjasama dalam skala internasional selalu ditandai dengan adanya kesepakatan atau perjanjian internasional antar subjek hukum internasional.
Dalam konteks penegakan hukum pidana transnasional maupun internasional,
kerjasama internasional merupakan sesuatu yang conditio cine quanon. Hal ini dikarenakan
kejahatan transnasional tidak hanya melibatkan dua yuridiksi hukum atau lebih bagi tindak pidana transnasional tetapi juga mempunyai aspek internasional yaitu ancaman terhadap keamanan dan perdamaian dunia ataupun menggoyahkan rasa kemanusiaan bagi tindak pidana internasional.
112
1) Traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana (Treaty on Mutual Legal
Assistance in Criminal Matters/MLAT);
;
2) Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme (ASEAN Convention on
Counter Terrorism/ACCT) ;
111
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), hal. 48.
112
3) Pertemuan para Menteri Pertahanan (Defence Ministers Meeting/ADMM) yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan
4) melalui dialog serta kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan;
5) Penyelesaian sengketa Laut China Selatan;
6) Kerjasama Pemberantasan kejahatan lintas negara yang mencakuppemberantasan
terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang,penyelundupan dan per- dagangan senjata ringan dan manusia, bajak laut,kejahatan internet dan kejahatan ekonomi intemasional; dan
7) Kerjasama di bidang hukum; bidang imigrasi dan kekonsuleran; sertakelembagaan
antar parlemen.
Dari ke enam bentuk kerjasama ASEAN dalam bidang politik dan keamanandi atas, salah satu di antaranya merupakan kerjasama di bidang pemberantasan kejahatanlintas negara yang mencakup pemberantasan terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang, penyelundupan dan perdagangan senjata ringan dan manusia bajak laut, kejahatan intemet dan kejahatan ekonomi internasional.
Menurut hasil kesepakatan para anggota negara dalam internasional The World
Ministerial Conference on Organized Crime yang diselenggarakan di Nepal tahun 1994 , kejahatan transnasional adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh suatu organisasi dipimpin secara terorganisir yang memiliki jaringan hirarkis atau hubungan personal dimana operasinya diperluas sampai luar negeri dan bekerjasama dengan organisasi terorganisir lainnya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan transnasional merupakan kejahatan yang operasinya melintasi batas negara dimana pelaku lebih dari satu,
bisa nation-state actor ataupun yang lain dan memiliki efek terhadap negara ataupun aktor
internasional di negara lain sehingga jelas tindakan ini melanggar hukum di lebih dari satu negara.
Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai perlawanan terhadapkejahatan
transnasional yang terorganisasi (United Nation Convention Against Transnasional
Organized Crime / UNTOC)disepakati di Palermo Italia. Sesuai dengan ketentuan Pasal 36 ayat 1 UNTOC bahwa terbuka bagisemua negara untuk menandatanganinya dari tanggal 12 – 15 Desember 2000 di Palermo, Italiadan selanjutnya di Markas Besar PBB di NewYork sampai dengan tanggal 12 Desember2002.
Kerjasama ASEAN dalam rangka memberantas kejahatan lintas negara (transnational
crime) pertama kali diangkat pada pertemuan para Menteri DalamNegeri ASEAN di Manila
tahun 1997 yang mengeluarkan ASEAN Declaration on Transnational Crimes. Sejak
dikeluarkannya deklarasi ini pada 1997, ASEAN telah pula melaksanakan secara rutin
pertemuan ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime dan telah pula membuat
ASEAN Plan of Action to combat Transnational Crime dan Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters. Cakupan yang termasuk dalam kejahatan transnasional ASEAN ini cukup luas yaitu perdagangan obat terlarang, penyeludupan dan perdagangan senjata ringan dan manusia, bajak laut, pencucian uang, kejahatan internet dan dan kejahatan
ekenomi internasional.113
Beberapa kesepakatan yang telah dihasilkan ASEAN terkait dengan pemberantasan
kejahatan lintas negara yaitu;114
1) ASEAN Plan of Action to combat Transnational crimes yang mencakup kerjasama pernberantasan terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang, penyelundupan dan perdagangan senjata ringan dan manusia bajak laut kejahatan internet dan kejahatan ekonomi intemasional;
113
ASEAN Selayang Pandang., Ibid
114
ASEAN selayang Pandang,hal 29. ,Dalam http://deplu.go.id . diakses tanggal 7 November 2009
2) Treaty on Mutual Legal Assistance in criminal Matters (MLAT) ditandatangani tahun 2006 atau
3) Agreement of Information Exchange and Establishment of Communication Procedures ditandatangani tahun 2002, merupakan perjanjian di tingkat sub regional guna penanganan kejahatan lintas batas melalui pertukaran informasi dan memfasilitasi dialog maupun upaya menangani kejahatan antar lintas. Adapun jenis
kejahatan antar lintas yang diatur dalam kesepakatan ini adalah ; Terorisme, money
loundering (pencucian uang), Penyelundupan (barang, senjata, manusia dan benda-
benda illegal lainnya), Pembajakan atau Perampokan di Laut, Hijacking (pembajakan
pesawat udara), intrusion115
4) ASEAN Declaration on Joint Action to Counter Terorism ditandatangani tahun 2001 dalam penanganan terorisme; dan
(pengacau), Illegal Entry (pendatang Haram), drug
trafficking, theft of marine resources (Pencurian sumber daya kelautan, Marine Pollution (Pencemaran Laut), Illicit Trafficking in Arms (Perdagangan gelap senjata).
5) ASEAN Convention on Counter Terorism (ACCT) ditandatangani tahun 2007 sebagai
instrumen hukum dalam penanganan terorisme. Telah dilaksanakan dua working
Group untuk membahas ASEAN comprehensive Plan of Action on Counter Terorism guna pengimplementasian ACCT.
6) Deklarasi hubungan kerjasama ASEAN dengan Amerika Serikat dalam memerangi
kejahatan teroris internasionalmelalui ASEAN-US declaration for cooperation to
combat international terrorism);
7) Kesepakatan ASEAN-China dalam memerangi isu-isu kejahatan non tradisional
melalui ASEAN-China (Tiongkok) non-traditional join declaration of ASEAN and
115
Intrusion (pengacau), yang dalam perjanjian ini adalah setiap pelanggar hukum yang dilakukan secara rahasia, kegiatan dan/atau perbuatan untuk merendahkan martabat setiap orang atau sekelompok kecilorang, termasuk unsur-unsur pemberontak, ke dalam wilayah setiap pihakpihakdalam rangka melemahkan keamanan atau menumbangkan kepentinganpihak yang bersangkutan.
China on Cooperation in the field of Non-traditional Security issues 2002. Selain itu ASEAN dan Cina juga terlibat dalam kerjasama dibidang keamanan untuk laut cina
selatan melalui Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002.
8) Kesepakatan ASEAN-India dalam menanggulangi masalah narkoba melalui ASEAN-
Senior Officials on Drugs (ASOD)-India Consultation.
9) Kesepakatan ASEAN dengan Rusia dalam memberantas kejahatan teroris dan
kejahatan transnasional lainnya. ASEAN-Russia workplan on Countering Terrorism
and Transnational Crime pada 15 Mei 2009 melalui suatu referendum.
10)Kesepakatan ASEAN-Selandia Baru dalam memerangi kejahatan teroris internasional
melalui ASEAN-New Zealand Joint Declaration to Combat International Terrorism.
11)Kesepakatan ASEAN-Pakistan memerangi kejahatan transnasional melalui forum
ASEAN Senior Officials Meeting on Transnational Crime(SOMTC)-Pakistan Consultation dan juga kerjasama ASEAN-Pakistan memerangi isu terorisme melalui ASEAN-Pakistan Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism.
12)Kerjasama regional ASEAN melalui pertemuan rutin ASEAN Regional Forum dan
konferensi 10 kepala kepolisian negara ASEAN atau konferensi ASEANAPOL untuk
menanggulangi kejahatan transnasional seperti Cyber Crime, Human Trafficking dan
Arms Smuggling.116
116
Konferensi ASEANAPOL yang ke-23 di Manila, Filipina dan yang ke-25 di Bali, Indonesia
Konferensi Kepala Kepolisian ASEAN ke 25 (ASEANAPOL). yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, Indonesia, menyepakati adanya kerjasama menanggulangi kejahatan transnasional sepertiperdagangan obat terlarang, terorisme, penyelundupan, senjata, perdagangan manusia, kejahatan di laut, kejahatan dunia maya, pencucian, uang, kejahatan komersial, kejahatan perbankan, kejahatan kartu kredit dan, pemalsuan dokumen perjalanan.
Jika dilihat dari sekian banyaknya kerjasama ASEAN dalam menanggulangi kejahatan transnasional ini, ASEAN menunjukkan keseriusannya menanggulangi kejahatan transnasional. Namun dari sekian banyak kesepakatan hampir tidak bisa ditemukan bahwaada bentuk kerjasama yang dilakukan berupa kerjasama militer. Namun hal ini dikarenakan ASEAN memiliki prinsip untuk mengedepankan penyelesaian masalah secara damai tanpa menggunakan kekerasan dan kekuatan militer sesuai dengan prinsip-prinsip ASEAN yang tertuang dalam Piagam ASEAN.