• Tidak ada hasil yang ditemukan

International Islamic Liquidity Management Corporation (IILM)

Tabel 4.5. Rasio PUAS dan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) (Rp triliun)

D. Lembaga Terkait Lainnya

5.2.4. International Islamic Liquidity Management Corporation (IILM)

IILM pada tahun 2013 telah mengeluarkan sukuk perdananya. Lebih jauh tentang IILM dan sukuk perdana IILM dapat dilihat dalam Boks berikut.

SUKUK PERDANA IILM

IILM merupakan lembaga yang didirikan tanggal 25 Oktober 2010 oleh sejumlah bank sentral dan lembaga multilateral, dan berkedudukan di Kuala Lumpur, Malaysia. Anggota IILM saat ini terdiri atas 9 bank sentral dari Indonesia, Kuwait, Luxembourg, Malaysia, Mauritius, Nigeria, Qatar, Turkey, the United Arab Emirates (UAE), serta IDB. Tujuan utama IILM adalah menyediakan instrumen keuangan syariah jangka pendek yang berkualitas tinggi, likuid dan dapat diperdagangkan secara internasional dengan

rating tinggi untuk memenuhi kebutuhan investor yang ingin berinvestasi di produk

keuangan syariah. Melalui penerbitan instrumen dimaksud, diharapkan akan mendorong investasi keuangan syariah lintas negara, manajemen likuiditas institusi keuangan syariah, kerjasama internasional, dan peningkatan stabilitas sistem keuangan.

IILM melakukan penerbitan perdana sukuknya pada tanggal 26 Agustus 2013 senilai USD 490 juta, dan diserap penuh oleh Network Primary Dealer (a.l. dari Turki; Kuwait, Malaysia, UAE dan Qatar).

Struktur program sukuk IILM serupa dengan Asset Backed Commercial Paper (ABCP) dengan melibatkan 3 kontrak yaitu: (i) kontrak antara asset provider dengan asset poolling SPV, (ii) antara asset poolling SPV dengan issuer SPV, dan (iii) antara issuer SPV dengan investor. Hal unik yang terdapat dalam struktur program IILM antar lain terletak pada underlying asset yang berupa pool of

sovereign assets, serta liquidity provider yang mengandalkan network of Primary Dealers (PDs) untuk

menjaga terserapnya seluruh sukuk IILM di primary market, maupun ketika di-roll over, diluar peran menyediakan kuotasi harga jual dan beli yang wajar di secondary market. Struktur program tersebut mendapat rating A-1 dari Standard and Poors (S & P).

 Tantangan utama dalam proses penerbitan sukuk IILM adalah penetapan dokumen standar yang mengakomodasi permintaan PDs yang memiliki lawyer and Sharia board yang berbeda-beda. Tantangan lain dalam aktivasi pasar, adalah perlunya proses edukasi dan peningkatan pemahaman karakteristik sukuk IILM, disamping memberi keyakinan kepada pasar terkait ketepatan waktu pembayaran kupon dan pelaksanaan

roll over, serta kelanjutan issuance untuk meningkatan volume dan likuiditas.

 Kedepan, permintaan terhadap sukuk IILM diyakini akan meningkat dikarenakan posisi unik sukuk IILM sebagai sukuk jangka pendek (3 bulan) dengan rating tinggi yang diklaim sebagai yang pertama di dunia dan sangat dibutuhkan oleh lembaga keuangan syariah, khususnya perbankan syariah yang secara global masih memiliki pilihan instrumen likuid yang terbatas. Karakteristik sukuk IILM lainnya yang berpotensi meningkatkan permintaannya adalah sebagai berikut : (i) memiliki karakteristik sovereign (sementara

sovereign sulit menerbitkan sukuk jangka pendek, karena utilisasi underlying asset yang sifatnya jangka

panjang), dan (ii) memiliki short term volatility lebih rendah dibandingkan sukuk jangka panjang, sehingga lebih berpotensi memenuhi kriteria high quality liquid asset yang disyaratkan oleh Basel III.

110 5.2.5. Accounting and Auditing for Islamic Financial Institution (AAOIFI)

AAOIFI yang berkedudukan di Manama, Bahrain dan didirikan sejak tahun 1990 adalah organisasi yang menyusun dan menerbitkan standar akuntansi, audit, governance & ethic serta sharia standard untuk lembaga keuangan syariah yang beranggotakan ±200 institusi dari 45 negara. AAOIFI telah menerbitkan paling kurang 82 standar yang terdiri atas paling kurang 41 standar accounting, auditing, ethics, dan governance, serta paling kurang 41 sharia standards. Selain itu, sejak 2007 AAOIFI juga melakukan sertifikasi di bidang akuntansi, audit dan Islamic banking, yaitu CIPA (certified Islamic professional accountant) dan CSAA (certified sharia auditor and adviser). Sejak tahun 2010 AAOIFI juga merintis contract certification program bagi lembaga keuangan yang menawarkan produk keuangan syariah (AAOIFI sebagai independen reviewer atas sharia compliance).

111 STANDAR ISLAMIC FINANCIAL SERVICES BOARD (IFSB) NO. 15 TAHUN 2013 :

Revised Capital Adequay Standard For Institutions Offering Islamic Financial Services (excluding Islamic Insurance Institutions and Islamic Collective Investment Scheme)

IFSB sebagai International Standard Setting Body untuk keuangan syariah telah mengeluarkan standar No. 15 terkait revisi permodalan pada bulan Desember 2013. Standar permodalan ini secara umum mengadopsi fitur Basel III khususnya untuk komponen modal antara lain penetapan Common Equity Tier-1 (Core Capital) sebesar 4.5%, penetapan kriteria instrumen keuangan syariah yang dapat digolongkan sebagai Additional Tier-1 dan Tier, 2, penghapusan pembatasan terhadap Tier-2, penghapusan Tier-3, penetapan pembentukan Capital Conservation

Buffer dan Countercyclical Buffer, perumusan Leverage Ratio, dan perubahan pada komponen ATMR

khususnya untuk equity position. Dalam standar ini juga melakukan revisi terhadap IFSB No.7 mengenai Sukuk Securitization dan menetapkan batasan pengenaan modal untuk transaksi yang terkait dengan real estate, selain mengangkat isu terkait Domestic Systematically Important Bank (D-SIB) di syariah. Latar belakang, tujuan dan cakupan serta struktur standar ini adalah sebagai berikut :

LATAR BELAKANG :

Standar IFSB sebelumnya masih berdasarkan Basel I Belum mengakomodasi advance approach pengukuran

risiko kredit/operasional dan sukuk

Belum menyediakan detailed guidance secara menyeluruh Adanya Standar internasional baru (Basel III)

TUJUAN :

Memperkuat ketahanan institusi keuangan syariah (IIFS), dengan membantu IIFS dan otoritas pengawasan dalam implementasi kecukupan dan alokasi modal yang tepat dalam mengcover risiko.

Pedoman dalam mempertahankan high quality regulatory capital component yang sesuai prinsip syariah.

Pedoman kecukupan modal terkait sukuk dan sekuritisasi Mengakomodasi international best practices terkait permodalan

CAKUPAN : Full pledge Islamic bank

Islamic investment bank

Islamic bank subsidiaries of conventional bank

Islamic division unit of conventional bank

Pemberlakuan standar ini berganting juga kepada nature,

size, complexity, product IIFS.

STRUKTUR :

1. Background & objectives

2. Basic criteria & various components of capital 3. Calculation credit/market/operational risk

accommodates of global standard

4. Capital adequacy requirement for credit/market risk for sharia compliant financing & instruments 5. Capital adequacy treatment for

sukuk/securitization exposures

6. Capital requirement for real estate financing & investment

112

BAB VI. PROSPEK DAN ARAH KEBIJAKAN

Industri keuangan syariah secara keseluruhan selama tahun 2013 masih tetap menunjukkan kinerja yang relatif cukup terjaga dengan baik, hal ini antara lain tercermin dari perkembangan aset dan permodalan perbankan syariah yang relatif tetap tumbuh maupun pasar modal dan industri keuangan non bank syariah yang masih menunjukkan kinerja yang cukup positif. Walaupun sepanjang tahun 2013 dampak krisis keuangan dan perlambatan perekonomian global masih terasa dan cenderung berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, termasuk terhadap perekonomian domestik ditambah dengan kenaikan harga BBM dan kenaikan suku bunga kredit menambah pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian domestik, dimana pada tahapan berikutnya juga memiliki pengaruh terhadap laju pertumbuhan kredit yang cenderung melambat dibanding tahun sebelumnya. Namun dari perkembangan yang ada, masih terlihat kinerja yang cukup positif dari industri keuangan syariah, seperti terlihat dari pertumbuhan perbankan syariah nasional sebagai salah satu indikator utama keuangan syariah yang relatif lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional maupun perbankan syariah global dengan pertumbuhan aset, pembiayaan dan DPK perbankan syariah nasional berkisar diangka ±24%. Hal ini mencerminkan dapat bertahannya dan berprospeknya industri keuangan syariah Indonesia kedepannya untuk tetap mampu berkompetisi serta dapat berkembang lebih besar baik dalam skala keuangan Indonesia maupun secara global.

Dalam rangka memanfaatkan peluang dan potensi pertumbuhan serta mengantisipasi berbagai tantangan yang akan dihadapi ke depan, sejumlah kebijakan akan ditetapkan dengan tujuan agar visi pengembangan keuangan syariah yang sehat, kuat dan dapat berkontribusi dengan lebih optimal dalam mendukung perekonomian nasional dapat dicapai secara lebih baik. Arah kebijakan keuangan syariah akan dijabarkan secara umum dalam Bab ini.