• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Adhoc sebagai Pendukung Pengambilan Kebijakan dan Regulasi

Total Aset Total DPK Total Pembiayaan

IKHTISAR RINGKAS HASIL KAJIAN/ PENELITIAN PERBANKAN SYARIAH

4. Kajian Adhoc sebagai Pendukung Pengambilan Kebijakan dan Regulasi

Selain penelitian yang telah direncanakan di atas, penelitian-penelitian lain yang bersifat adhoc juga dilakukan seperti: (i) kajian leveraging, (ii) kajian perlambatan kinerja industri perbankan syariah dan, (iii) kajian perhitungan treshold jaringan kantor bank syariah. Kajian-kajian tersebut dilakukan untuk

138 mendukung perumusan peraturan dan kebijakan yang akan diambil agar lebih realible, applicable dan academically acceptable.

a. Pertama, kajian leveraging dilatarbelakangi oleh rencana penerapan PBI multiple license yang antara lain berpotensi mengurangi kemampuan bank-bank syariah dalam membuka kantor-kantor cabang. Leveraging diartikan sebagai kemungkinan penggunaan jaringan kantor bank induk (bank konvensional) oleh bank syariah yang dimiliki oleh bank konvensional tersebut. Sehingga, walaupun PBI Multiple license diberlakukan, ekspansi jaringan kantor bank-bank syariah diharapkan tetap berlangsung dan bahkan semakin meningkat karena bank syariah dapat memanfaatkan jaringan kantor bank induk dan menghemat biaya pembukaan kantor baru (efisiensi biaya operasi). Secara khusus, kajian ini menghitung dan menganalisa: (i) kontribusi pembukaan kantor bank syariah (BUS dan UUS) kepada total aset, DPK dan pembiayaan, (ii) potensi perlambatan yang akan terjadi pada forecast total aset, pembiayaan dan DPK 2013-2014 apabila PBI Multiple license diberlakukan dan ketentuan leveraging tidak diberlakukan, (iii) potensi jaringan kantor bank induk yang dapat di-employ oleh bank syariah dalam rangka ekspansi jaringan ketika PBI Multiple license diberlakukan dan, (iv) potensi maksimal dan rasional kenaikan total aset, DPK dan pembiayaan ketika leveranging dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh bank-bank syariah termasuk potensi penghematan biaya pembukaan kantor baru (lihat gambar).

Hasil kajian menunjukkan bahwa apabila leveraging diberlakukan, kontribusi jaringan kantor BUS dan UUS sangat signifikan dan menentukan pencapaian estimasi total DPK dan pembiayaan perbankan syariah. Sementara itu untuk aktifitas di sisi aset, penambahan jaringan kantor karena fasilitas leveraging bukan faktor utama yang menentukan estimasi total aset ke depan. Secara khusus, model aset, DPK dan pembiayaan pada kajian menghasilkan estimasi rata-rata kontribusi pembukaan jaringan kantor perbankan syariah bagi: (i) pertumbuhan DPK sebesar 18% (skenario moderat), 14% (skenario base line) dan 22% (skenario optimis), (ii) pertumbuhan pembiayaan sebesar 30% (skenario moderat), 26% (skenario base line) dan 33% (skenario optimis) dan (iii) pertumbuhan aset sebesar 28% (skenario moderat), 25% (skenario base line) dan 35% (skenario optimis). Kemudian, perkiraan penghematan biaya pembukaan kantor baru bank syariah apabila fasilitas leveraging diterapkan antara lain: (i) minimal Rp180 miliar dan maksimal Rp1,1 triliun (asumsi jumlah kantor baru bertambah 300 kantor) dan (ii) minimal Rp240 miliar dan maksimal Rp1,5 triliun (asumsi jumlah kantor baru bertambah 400 kantor).

Gambar. Analisa Leveraging Industri Perbankan Syariah

Peningkatan Aktifitas Service Financing

Pengaruh Pembukaan Kantor BUS dan UUS

Pengaruh Pembukaan Kantor BUS dan UUS

Pengaruh Pembukaan Kantor BUS dan UUS

Penambahan Tabungan Penambahan Deposito

Peningkatan Total DPK, Total Pembiayaan dan Total Aset 2013-2014

Estimasi Kontribusi Pembukaan Kantor BUS dan UUS kepada Peningkatan DPK

Estimasi Biaya Pembukaan Kantor BUS dan UUS Penambahan Rekening

Peningkatan Aktifitas Pembiayaan

Peningkatan Aktifitas Selain Pembiayaan

Peningkatan Aktifitas Investment Financing

Estimasi Kontribusi Pembukaan Kantor BUS dan UUS kepada Peningkatan Total Aset

Estimasi Kontribusi Pembukaan Kantor BUS dan UUS kepada Peningkatan Pembiayaan

Pengaruh Multiple License bagi Total Pembiayaan

Penambahan Giro Peningkatan Aktifitas Debt

Financing Pengaruh Multiple License bagi

DPK

Pengaruh Multiple License bagi Total Aset

139 b. Kedua, kajian perlambatan kinerja industri perbankan syariah dilakukan karena semester kedua tahun 2013 ditandai dengan penurunan kinerja perekonomian nasional karena beberapa tekanan ekonomi yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir seperti: (i) defisit transaksi perdagangan sejak sembilan triwulan terakhir (walaupun per Oktober 2013 sudah terjadi surplus), (ii) kenaikan harga (inflasi) sejak Juni 2013 sehingga target inflasi 2013 (4,5% +/- 1%) tidak tercapai, (iii) pelemahan nilai tukar rupiah hingga melewati Rp12.000/USD dan, (iv) keluarnya sejumlah dana asing karena pengumuman tappering off dari Federal Reserve Bank. Tekanan-tekanan tersebut berdampak lanjutan dengan naiknya suku bunga acuan (BI Rate) sehingga suku bunga perbankan (simpanan dan kredit) meningkat, menurunnya pembiayaan (kredit) perbankan dan kontraksi perekonomian dalam jangka pendek.

Penurunan kinerja perekonomian nasional tersebut awalnya belum berdampak signifikan kepada industri perbankan syariah karena dari bulan Agustus 2012 s.d Maret 2013 pembiayaan perbankan syariah masih tumbuh secara tahunan bahkan hingga 55% (yoy) (Maret 2013). Namun demikian, tiga triwulan terakhir 2013, kinerja industri perbankan syariah mulai menurun karena tekanan ekonomi yang masih berlanjut. Utamanya, hal ini terlihat dari cenderung menurunnya ekspansi pembiayaan karena akselerasi DPK yang juga cenderung melambat disamping beberapa bank syariah mulai menyesuaikan marjin pembiayaan terhadap inflasi dan perlambatan kinerja ekonomi. Kajian ini menganalisa perlambatan kinerja industri perbankan syariah dengan data sekunder yaitu menggunakan: (i) model dinamis (ARDL) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja perbankan syariah (termasuk NPF dan volatilitas simpanan) dan, model vector autoregressive (VAR) untuk mengetahui mekanisme interaksi antara variable dan recovery period. Secara khusus, model dinamis menemukan bahwa non performing financing (NPF) perbankan syariah dipengaruhi oleh faktor internal perbankan syariah yaitu aktifitas pembiayaan yang sedang dan telah dilakukan seperti pembiayaan Mudarabah, rate Murabahah dan rate Mudarabah, rasio total pembiayaan terhadap total simpanan disamping penanganan NPF oleh bank syariah. Selain itu, faktor eksternal juga mempengaruhi NPF seperti pricing benchmark pada kontrak pembiayaan dan kinerja makroekonomi utamanya inflasi. Selain itu, model dinamis juga menemukan bahwa volatilitas giro (demand deposit) perbankan syariah oleh nasabah utamanya dipengaruhi oleh dua bunga deposito jangka pendek di bank konvensional dan return giro yang diberikan oleh bank syariah.

Kemudian, model VAR menemukan bahwa perubahan satu standar deviasi bunga SBI akan cenderung segera direspon oleh nasabah bank syariah dalam jangka pendek (satu triwulan pertama) dengan mengurangi (menarik) simpanan giro (demand deposit) dan pengaruhnya berlangsung sampai 1 tahun. Sementara itu, nasabah bank syariah cenderung kurang responsif dengan menarik dananya di tabungan dan deposito syariah. Di sisi aktiva, marjin pembiayaan Murabahah dan Mudarabah juga terpengaruh oleh kenaikan benchmark rate di atas dan terus turun selama 1 tahun (walaupun masih positif) dengan penurunan maksimal 2%. Berbeda dengan pembiayaan Murabahah dan Mudarabah, marjin pembiayaan Musyarakah berpotensi langsung negatif namun akan recover dalam waktu 1 tahun. Sejalan juga dengan hasil dari model dinamis, kenaikan SBI rate berpotensi menurunkan FDR dan NPF rate dalam jangka pendek namun akan recover dalam jangka waktu 6 bulan kemudian.

c. Ketiga, kajian perhitungan treshold jaringan kantor bank syariah dilakukan dalam rangka mendukung penentuan batasan/treshold Net Operating Marjin

140 (NOM) dan Biaya Operasi dan Pendapatan Operasi (BOPO) yang menjadi salah satu acuan pada Surat Edaran (SE) BI pembukaan jaringan kantor di perbankan syariah. Langkah-langkah analisa yang dilakukan antara lain:

 Analisa historis NOM dan BOPO individual bank umum syariah untuk: (i) mengetahui pola / trend NOM dan BOPO setiap bank syariah, (ii) mendeteksi adanya data yang outlier atau spike untuk dieliminasi di dalam analisa, (iii) menjadi salah satu dasar pertimbangan pembagian treshold di setiap Buku dan, (iv) menjadi gambaran apakah treshold yang ditetapkan akan realiable sekaligus mengarahkan setiap BUS untuk mencapai indikator NOM dan BOPO yang ideal apabila ingin mendapatkan koefisien pembukaan kantor tertinggi dari indikator NOM dan BOPO.  Mapping data NOM dan BOPO di dalam grafik sehingga terlihat data

(capaian) tertinggi dan nilai terendah NOM dan BOPO dan volatilitas kedua indikator. Kemudian dilakukan smoothing data seperti penyesuaian terhadap: (i) NOM yang bernilai nol dan, (ii) BOPO di awal periode sebuah BUS berdiri yang umumnya sangat tinggi namun kemudian turun seiring dengan lama operasional BUS tersebut.

Pembagian historical series NOM dan BOPO setiap BUS ke bobot 25%, 50%, 75% dan 100% dengan cara menghitung selisih nilai tertinggi dan terendah di setiap indikator (NOM dan BOPO) kemudian dibagi menjadi empat interval yang mewakili empat bobot tersebut. Batasan (treshold) individual BUS tersebut dikompilasi dan dirata-rata sesuai dengan Buku setiap BUS. Di dalam kompilasi ini, nilai treshold yang extreme di exclude agar treshold kompilasi mencerminkan interval yang wajar, reachable dan reasonable.

Hasil analisa menunjukkan bahwa kinerja BUS selama tiga tahun terakhir menunjukkan NOM yang stabil dan cenderung meningkat sedangkan efisiensinya belum begitu optimal seperti yang terlihat dari BOPO yang cenderung stabil dan belum menurun secara persisten. Hal ini menjadi input bagi penentuan treshold NOM dan BOPO yaitu harus dapat mengarahkan industri untuk mencapai kinerja NOM yang tinggi dan efisiensi yang semakin baik.

141 LAMPIRAN – 2 (L.2.)