• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan IKNB Syariah

Grafik 2.8. Perkembangan Reksa Dana Syariah

4. Meningkatkan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

3.2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN INDUSTRI KEUANGAN NON BANK SYARIAH

3.2.2. Pengaturan IKNB Syariah

Pengaturan di sektor IKNB syariah, termasuk pula pengawasan, dilakukan dengan tujuan untuk:

84 (i) mendorong kegiatan usaha yang teratur, adil, transparan, dan akuntabel,

(ii) menciptakan pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan stabil, dan (iii) melindungi kepentingan konsumen.

Untuk mencapai tujuan tersebut, OJK harus melakukan pengaturan di seluruh sektor IKNB syariah secara terintegrasi melalui review dan penyempurnaan atas peraturan yang telah berlaku. Namun demikian, untuk menjaga kesinambungan pengaturan di sektor IKNB syariah, review dan penyempurnaan peraturan tersebut perlu dilakukan secara bertahap.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut, selama masa transisi OJK akan menerbitkan peraturan dengan mencakup dua sasaran utama, yaitu : (i) harmonisasi peraturan, dan (ii) penguatan pengaturan. Harmonisasi peraturan dimaksudkan untuk menciptakan pengaturan yang setara untuk industri sejenis, mendorong interkoneksi antar sektor, dan memfasilitasi pengawasan konglomerasi usaha di sektor keuangan. Dengan harmonisasi pengaturan diharapkan dapat terlaksana kegiatan pengawasan secara terintegrasi. Selain harmonisasi pengaturan, penguatan pengaturan juga perlu dilakukan secara simultan sehingga dapat meningkatkan efektivitas pengaturan yang sudah ada. Penguatan pengaturan dilakukan dengan menerbitkan peraturan baru maupun melakukan revisi (perubahan) atas peraturan yang telah berlaku. Selama tahun 2013, OJK telah menyusun konsep peraturan yang khusus mengatur IKNB syariah, yaitu:

a. Surat Edaran (SE) OJK tentang Penyisihan Teknis pada Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

b. POJK mengenai Pembiayaan Syariah. c. POJK mengenai Penjaminan Syariah.

Dengan penjelasan rancangan peraturan dimaksud adalah sebagai berikut:

a. SEOJK tentang Penyisihan Teknis pada Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 228/PMK.010/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah diwajibkan untuk membentuk penyisihan teknis pada dana tabarru’, yang terdiri atas penyisihan kontribusi, penyisihan kontribusi yang belum merupakan pendapatan, dan penyisihan klaim. PMK dimaksud juga mengamanatkan pengaturan lebih lanjut mengenai pedoman perhitungan penyisihan kontribusi dan penyisihan klaim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan. SEOJK ini diperlukan untuk memberikan pedoman bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dalam melakukan penilaian perhitungan penyisihan kontribusi dan penyisihan klaim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan pada usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah.

Selama tahun 2013, OJK telah melakukan pembahasan konsep SE OJK ini dengan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Adapun pokok-pokok materi yang akan diatur dalam SE OJK ini meliputi: (i) pihak yang melakukan perhitungan penyisihan teknis, (ii) ketentuan umum dalam perhitungan penyisihan teknis, (iii)

85 metode perhitungan penyisihan teknis, dan (iv) asumsi yang digunakan dalam perhitungan penyisihan teknis.

b. Rancangan POJK mengenai Pembiayaan Syariah.

Industri pembiayaan dinilai mengalami perkembangan yang cukup pesat. Untuk itu, OJK menilai diperlukan adanya pengaturan yang diharapkan dapat mendukung peningkatan sektor industri pembiayaan, termasuk juga pembiayaan syariah yang sampai dengan saat ini belum ada pengaturannya. Mengingat hal tersebut, OJK melakukan pembahasan aktif baik dengan internal OJK maupun dengan pelaku industri mengenai pengaturan industri pembiayaan syariah dan disesuaikan dengan arah kebijakan OJK secara umum.

Beberapa usulan untuk dijadikan arah pengaturan industri pembiayaan syariah, antara lain: perluasan kegiatan usaha, penentuan modal disetor untuk pendirian UUS, tingkat kesehatan yang terpisah untuk UUS dan mandatory spin-off bagi UUS yang sudah memenuhi persyaratan tertentu.

Dalam proses harmonisasi, disepakati bahwa rencana pengaturan yang dibuat untuk industri pembiayaan akan dibuat terpisah antara pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah, mengingat bahwa kegiatan pembiayaan konvensional akan berbeda dengan kegiatan pembiayaan syariah jika dilihat dari sisi akad yang digunakan. Rancangan POJK (RPOJK) yang akan diatur khusus untuk pembiayaan syariah adalah RPOJK mengenai perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan pembiayaan syariah, dan RPOJK mengenai penyelenggaraan usaha pembiayaan syariah.

c. Rancangan POJK mengenai Penjaminan Syariah.

Sehubungan dengan pengaturan untuk industri penjaminan yang ada saat ini, OJK memandang perlu untuk mengembangkan pengaturan yang ada seiring dengan kebijakan OJK yang ditetapkan untuk meningkatkan sektor industri penjaminan. Pengaturan yang ada saat ini mencakup pengaturan mengenai penjaminan dan penjaminan syariah. Untuk itu selama tahun 2013, OJK melakukan pembahasan aktif, baik secara internal maupun dengan industri untuk mengembangkan arah pengaturan industri penjaminan. Adapun topik terkait dengan penjaminan syariah yang dibahas dalam rangka penyusunan peraturan ini, antara lain: kegiatan usaha penjaminan syariah, pembatasan/larangan untuk kegiatan syariah, dan perizinan bagi perusahaan penjaminan syariah.

Proses harmonisasi yang dilakukan dengan rencana pengaturan industri penjaminan konvensional menghasilkan kesepakatan bahwa pengaturan untuk industri penjaminan dan penjaminan syariah dilakukan secara bersama-sama dan dibuat dalam satu RPOJK, yaitu RPOJK tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Penjaminan dan RPOJK tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Penjaminan. Adapun pengaturan khusus yang hanya berlaku untuk industri penjaminan syariah akan diatur dalam klausul tersendiri dalam RPOJK tersebut, termasuk juga pengaturan untuk UUS.

86 3.2.3. Penelitian IKNB Syariah

Melihat kesenjangan antara perkembangan IKNB Syariah dengan potensi pasar yang dimiliki, OJK yang diberi mandat untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap IKNB Syariah memerlukan strategi pengembangan dan pengawasan yang tepat. Strategi tersebut diharapkan dapat mendorong industri ini menjadi pilihan masyarakat dan tumbuh secara berkelanjutan.

Sebagai bagian dari upaya pengembangan IKNB Syariah, OJK melakukan penelitian untuk mengidentifikasi hambatan dan tantangan yang dihadapi IKNB syariah serta potensi untuk mengatasinya. Hal tersebut diperlukan untuk merumuskan strategi kebijakan yang efektif sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan produk IKNB syariah di Indonesia. Dalam tahun 2013, terdapat lima kegiatan kajian yang dilakukan oleh OJK bekerja sama dengan lembaga penelitian di bidang ekonomi syariah dengan topik-topik yang mencakup bidang IKNB Syariah, yaitu asuransi syariah, pembiayaan syariah, dana pensiun syariah, dan lembaga keuangan mikro syariah. Lebih lanjut terkait penelitian/kajian dimaksud dapat dilihat dalam Boks-boks berikut.

Kajian Interkoneksi antar Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Syariah

Perbankan Syariah dan IKNB Syariah merupakan unsur utama dalam sistem keuangan yang sehat dan stabil di masa depan. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan agar koneksi antar kedua sektor tersebut tercipta sehingga dapat terjadi sinergi untuk dapat digunakan sebagai faktor pendukung terciptanya keseimbangan ekonomi nasional. Dalam hal ini, OJK memandang perlu untuk mengetahui eksisting proses bisnis IKNB syariah, eksisting interkoneksi antar IKNB Syariah dan ekspektasi industri terhadap OJK dalam rencana kebijakan pengembangan IKNB syariah.

Kajian interkoneksi ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat koneksi antar IKNB syariah yang dibuktikan dengan adanya segmen konsumen yang saling beririsan dan juga terjadi joint activities (aktivitas bersama) antar IKNB Syariah dalam menjalankan bisnisnya. Industri asuransi syariah, baik asuransi jiwa ataupun umum, memegang peranan strategis dalam lingkup IKNB Syariah karena memiliki interkoneksi yang cukup tinggi dengan IKNB Syariah lainnya. Selain itu, diketahui bahwa salah satu hambatan dalam pengembangan IKNB Syariah adalah adanya kompetisi dengan IKNB konvensional dalam mendapatkan segmentasi pasar.

Untuk itu, diperlukan penguatan hubungan cooperation yang sudah terbentuk atau mengubah interaksi coexistence menjadi bentuk cooperation sehingga tercipta kerjasama yang positif antar IKNB syariah. Selain itu, juga diperlukan generic branding untuk IKNB Syariah, termasuk juga penguatan uniqueness produk dan skema IKNB Syariah dalam rangka meningkatkan positioning IKNB Syariah dengan IKNB Konvensional.

87 Potensi, Preferensi dan Kepercayaan Masyarakat Terhadap IKNB Syariah

1. Potensi dan Kepercayaan Masyarakat Jawa Timur terhadap Asuransi Syariah

Potensi penerimaan premi asuransi syariah di Indonesia sangat besar dan menurut hasil penelitian

Institute of Islamic Banking and Insurance di London, jumlahnya akan mencapai US$ 1,20 miliar

pada tahun 2015. Sehubungan dengan hal tersebut, OJK merasa perlu untuk mendapatkan informasi dan insights persepsi dan perilaku masyarakat atas Asuransi Syariah.

Alokasi pengeluaran rumah tangga masyarakat Jawa Timur untuk produk keuangan termasuk asuransi masih kecil. Pada umumnya, alokasi pengeluaran rumah tangga masyarakat Jawa Timur belum termasuk untuk pengeluaran produk asuransi. Hal ini karena belum banyak informasi yang tersedia mengenai produk asuransi, baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah. Meskipun produk asuransi syariah masih belum banyak dikenal oleh masyarakat umum, masyarakat tetap memiliki ketertarikan untuk memanfaatkan produk keuangan tersebut, diperkuat dengan keyakinan bahwa produk keuangan syariah sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur. Untuk itu, diperlukan komunikasi dan sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat mengenai produk asuransi syariah sehingga produk tersebut tidak hanya dikenal sebagai bagian dari sistem syariah namun juga segi kemanfaatannya dari produk itu sendiri, selain perlu juga disampaikan penjelasan mengenai perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah baik dari segi sistem, produk, dan layanannya.

2. Potensi, preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Pembiayaan Syari’ah di Jawa Tengah

Lembaga pembiayaan syariah memiliki potensi pengembangan yang cukup besar di Indonesia. Potensi pengembangan tersebut perlu dikaji dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhinya, antara lain segmentasi pasar yang potensial untuk berkembang, produk-produk yang diharapkan oleh masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dalam pemilihan lembaga keuangan dan produknya. Sehubungan dengan hal tersebut, OJK merasa perlu untuk mengetahui potensi perkembangan tersebut termasuk juga menganalisis keterkaitan antar faktor sebagai dasar penetapan strategi kebijakan bagi industri pembiayaan syariah.

Lembaga pembiayaan syariah belum banyak dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah karena belum banyak informasi yang tersedia mengenai produk keuangan dari lembaga tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan secara umum, sebagian besar masyarakat memilih menggunakan produk keuangan dari lembaga pembiayaan yang memberikan biaya serta layanan yang baik, tanpa mempertimbangkan faktor idiologi. Untuk itu kegiatan sosialisasi perlu ditingkatkan mengenai keberadaan lembaga pembiayaan syariah, termasuk juga dalam meningkatkan daya saing produk pembiayaan syariah dengan tetap memenuhi kompetensi prinsip-prinsip syariah.

3. Potensi, Prospek Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Dana Pensiun Syariah Di Jawa Barat

Salah satu fokus pengembangan lembaga keuangan non bank syariah adalah industri dana pensiun syariah yang dipandang sebagai salah satu produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pekerja. Potensi pengembangan terhadap industri tersebut diperlukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhinya, antara lain potensi, preferensi dan prospek penerapan dana pensiun syariah. Dalam hal ini, OJK merasa perlu untuk melakukan kajian dalam rangka pengembangan industri dana pensiun syariah.

Potensi pengembangan industri dana pensiun syariah cukup besar ditinjau dari jumlah keseluruhan masyarakat pekerja dan pemberi kerja. Namun, sebagian besar masyarakat tersebut tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kemanfaatan produk dana pensiun. Pada umumnya, masyarakat tertarik untuk memanfaatkan produk tersebut, namun mereka terkendala dengan alokasi pengeluaran untuk produk tersebut dan ketidakmampuan dalam memperkirakan kebutuhan dasar yang diperlukan pada masa pensiun. Untuk itu diperlukan sosialisasi, persuasi, edukasi, stimulasi dan advokasi kepada masyarakat dalam rangka memberikan informasi yang cukup tentang eksistensi produk dana pensiun syariah.

88 3.2.4. Kegiatan Pengawasan IKNB Syariah

Kegiatan pengawasan IKNB Syariah difokuskan berdasarkan sektor industrinya. Dalam tahun 2013, kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh OJK dilakukan terhadap industri perasuransian syariah, lembaga pembiayaan syariah, dan perusahaan penjaminan syariah. Kegiatan pengawasan IKNB Syariah yang dilakukan secara umum mencakup analisis dan pemeriksaan serta tindak lanjut atas hasil pengawasan.

Kegiatan analisis terhadap perusahaan perasuransian syariah mencakup kegiatan analisis terhadap laporan keuangan triwulanan dan tahunan, laporan program reasuransi treaty, laporan dana jaminan, dan laporan Dewan Pengawas Syariah. Sementara kegiatan analisis terhadap perusahaan pembiayaan syariah mencakup analisis laporan bulanan dan laporan tahunan yang diaudit, sedangkan untuk kegiatan analisis perusahaan modal ventura syariah dan lembaga penjaminan syariah mencakup analisis laporan bulanan.

Kegiatan pengawasan terhadap industri keuangan syariah secara umum dilakukan berdasarkan prinsip ketaatan (compliance base) dengan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini pengawas melakukan fokus pengawasan terhadap industri mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan kepada regulator, muatan/ruang lingkup yang tertuang dalam laporan yang disampaikan kepada regulator, dan kesesuaian praktik yang diterapkan oleh IKNB syariah dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya. Namun demikian, metode pengawasan yang dilakukan oleh OJK mulai tahun 2013 selain unsur compliance, telah memasukkan pula unsur risiko, seperti aspek legal dan tata kelola.