• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretasi Data Klip “Nilailah Aku”

Level Representasi

4.3 Interpretasi Data Klip “Nilailah Aku”

Peneliti menemukan bahwa kelompok subordinat (yang dalam video klip ini dikonstruksi oleh Kangen Band) tidak terhegemoni oleh kelompok dominan, melainkan membentuk kontra-hegemoni. Bentuk perlawanan Kangen Band dikonstruksi dengan penolakan mereka terhadap pendapat yang disampaikan kelompok dominan.

Dalam perspektif Gramsci, hegemoni adalah suatu ideologi yang menjelaskan kesepakatan kelompok subordinat terhadap dominasi, kekuasaan, atau kontrol sosial kelompok dominan terhadap ide-ide atau nilai-nilai yang dianut. Tetapi, hegemoni bukanlah sesuatu yang dipaksakan atau disengaja. Prosesnya terjadi begitu saja, tanpa disadari, seakan tidak ada apa-apa. Jadi, ketika kelompok subordinat terhegemoni, mereka tidak menyadari bahwa dirinya dipengaruhi oleh kelompok dominan. Kelompok dominan juga tidak menyadari bahwa ketika ia menyampaikan sebuah ide, hal tersebut bisa mempengaruhi kelompok subordinat. Ada kelompok subordinat yang tanpa disadari mempercayai ide tersebut, maka terbentuklah hegemoni. Tetapi jika menolak, maka itu disebut kontra-hegemoni (counter-hegemony). Hegemoni adalah suatu proses yang wajar dan merupakan “penularan” ide atau nilai kelompok dominan terhadap kelompok subordinat yang tidak disengaja.

Dalam video klip ini, kelompok dominan dikonstruksi dengan menggunakan artis-artis ibukota dari berbagai macam latar belakang, seperti Donna Harun (aktris dan model), Anjasmara (aktor, model, dan presenter), Fitri Tropica (presenter dan pelawak), Riza Shahab (aktor), Ifan “Domino” (penyanyi), Bemby Putuanda (aktor), Donita (aktris, dan penyanyi), dan Yuni Shara (penyanyi). Masing-masing

dikonstruksi dengan kode penampilan, kostum, gerakan, ekspresi, dan latar yang berbeda.

Kelompok dominan dikonstruksi sebagai karakter yang memiliki status sosial tinggi, dominan, punya kekuatan, dan kuasa. Menurut Gramsci, kelompok dominan memiliki status tinggi, yaitu para intelektual yang memiliki kekuatan untuk menawarkan ide mereka. Dengan status tersebut, mereka memiliki kepemimpinan moral untuk mengontrol kelompok sosial kelas bawah (kelompok subordinat). Sedangkan kelompok subordinat, yang dikonstruksi oleh Kangen Band, digambarkan sebagai orang-orang lemah, terlihat dari kode kostum dan gerakan. Gramsci menyebutkan bahwa kelompok subordinat adalah orang-orang yang berasal dari kelas pekerja atau kaum buruh, sehingga dalam konteks hegemoni, mereka identik dengan citra lemah. Kelompok subordinat adalah sasaran kelompok dominan dalam menyampaikan ide atau nilai yang mereka anut. Dalam video klip ini, kelompok subordinat diwakili oleh keenam personil Kangen Band yang menampilkan kesan lemah pada mereka melalui kode kostum dan gerakan.

Di video klip ini, kelompok dominan memberikan pendapat mereka berupa testimonial kepada Kangen Band. Kangen Band di sini merupakan objek penilaian kelompok dominan. Dengan menggunakan kode gerakan, ekspresi, dan dialog, kelompok dominan menyampaikan penilaian mereka terhadap Kangen Band. Pendapat yang disampaikan oleh kelompok dominan ada yang disepakati oleh kelompok subordinat. Ada pula bentuk ketidaksepakatan yang dikonstruksikan melalui kode ekspresi dan gerakan Kangen Band.

Klip ini adalah bentuk kontra-hegemoni Kangen Band sebagai salah satu band pop Melayu terhadap stigma kelompok dominan yang sudah dijelaskan di latar belakang. Mereka tidak menyepakati pendapat “jelek” kelompok dominan yang sudah terlontar jauh sebelum klip ini dibuat. Pendapat “jelek” di klip ini maksudnya adalah pendapat-pendapat yang menghina dan melecehkan Kangen Band sebagai band ber-genre pop Melayu. Jadi melalui klip ini, Kangen Band seolah ingin menjawab cap atau stigma kelompok dominan dengan menjadi kelompok subordinat. Mereka menolak segala ide-ide atau nilai-nilai “jelek”, dan menerima yang “baik”.

Pendapat “baik” di klip ini maksudnya adalah pendapat-pendapat yang berisi dukungan dan pujian terhadap Kangen Band. Klip ini menghadirkan mayoritas pendapat yang “baik” menurut Kangen Band, untuk membalik stigma kelompok dominan di luar.

“Konsep kontra hegemoni Gramscian pada dasarnya bekerja mengidentifikasi, membaca, atau menganalisis kekuatan sosial dan budaya dominan yang berkuasa atau hegemonik kemudian bergerak menghimpun kekuatan atau melakukan kontra hegemoni, suatu upaya perlawanan untuk mereduksi atau menghilangkan dan bahkan memperjuangkan suatu hegemoni baru. Melalui teori kontra hegemoni dapat dilihat bagaimana seseorang atau suatu kelompok bergerak membentuk dan memperjuangkan sebuah hegemoni tersendiri sebagai perlawanan terhadap suatu dominasi tertentu” (Kariko, 2009, p. 37).

Ketika kelompok subordinat melakukan perlawanan terhadap hegemoni, mereka terlebih dahulu membaca atau menganalisa kekuatan hegemoni kelompok dominan. Dalam kode gerakan klip ini, Kangen Band duduk di sofa sambil menonton tayangan televisi yang memuat testimoni kelompok dominan terhadap mereka. Di sinilah proses kelompok subordinat digambarkan sedang membaca atau menganalisa hegemoni.

Setelah menganalisa, kelompok subordinat boleh jadi tidak sependapat dengan kelompok dominan. Mereka melakukan perlawanan yang oleh Gramsci disebut sebagai kontra-hegemoni. Asumsinya adalah kelompok subordinat menolak hegemoni dan ada usaha untuk melawannya. Bentuk-bentuk perlawanan tersebut bisa dengan cara mereduksi, menghilangkan, atau bahkan menciptakan hegemoni baru.

Video klip ini secara halus menolak hegemoni kelompok dominan. Mereka tidak secara frontal menolak hegemoni dengan melontarkan argumentasi seperti David “Naif” atau musisi lainnya, tetapi melalui media video klip musik. Menurut Gramsci, media massa dan budaya populer adalah tempat di mana hegemoni diproduksi, direproduksi, dan diubah. Video klip “Nilailah Aku” dibuat untuk mengubah hegemoni kelompok dominan tersebut. Pengertian kontra-hegemoni

Gramscian adalah setelah kelompok subordinat membaca dan menganalisa ide yang “ditawarkan”, mereka mereduksi hegemoni kelompok dominan.

Di klip ini, kelompok subordinat digambarkan mengurangi atau mereduksi kekuatan hegemoni yang diwakili oleh kelompok dominan. Itu terlihat mulai dari awal shot kelompok subordinat. Di awal klip, Kangen Band ditampilkan lebih dahulu. Dari kode kostum mereka sudah terlihat ada usaha untuk mereduksi kekuatan hegemoni. Kangen Band menunjukkan kostum T-Shirt berwarna putih yang dipakai dari awal klip sampai akhir. Dengan menggunakan kostum tersebut, Kangen Band ingin memperlihatkan nilai gengsinya dengan menggunakan T-Shirt berwarna putih. Tapi, kesan tersebut disamarkan oleh Kangen Band dibalik jaket yang mereka gunakan. Penggunaan kostum yang berlapis-lapis, makin menunjukkan kesan lemah atau tidak dominan pada diri Kangen Band. Itu salah satu bentuk reduksi yang dilakukan kelompok subordinat, dimana mereka juga menggunakan kostum yang sama dengan kelompok dominan, tapi ditutup dengan jaket.

Selain kostum, usaha mereduksi kekuatan hegemoni nampak dari kode kamera. Dengan menggunakan teknik Medium Close Up dan Close Up, penonton akan lebih jelas melihat permainan musik Kangen Band. Secara tidak langsung, shot seperti itu mengandung pesan tersendiri. Bagaimana tidak, objek alat musik dan tangan terlihat sangat jelas dan dekat dan penonton seakan-akan dipaksa untuk melihatnya. Jika titik fokus berada di alat musik dan tangan masing-masing personil tanpa memperlihatkan keseluruhan subjek, klip ini mengajak penonton untuk juga fokus pada permainan musik mereka.

Peletakan shot-shot tersebut terdapat di awal klip, yaitu sebelum Donna Harun, Anjasmara, dan Donita (bertepatan dengan lirik "Nilailah aku sesuka hatimu"). Peletakan shot sebelum kelompok dominan dimaksudkan sebagai bentuk pengurangan (reduksi) kekuatan hegemoni mereka. Hal tersebut dikarenakan kelompok dominan dan kelompok subordinat (Kangen Band) sama-sama menyampaikan pesannya. Jadi sebelum kelompok dominan ditampilkan, video klip tersebut terlebih dahulu menampilkan permainan musik Kangen Band.

Shot kelompok dominan sering ditampilkan bersamaan dengan lirik “Nilailah aku sesuka hatimu….”. Itu menunjukkan bentuk kontra-hegemoni yang disampaikan Kangen Band untuk mempersilahkan kelompok dominan menilai “sesuka hati” mereka. Seakan Kangen Band tidak peduli dengan penilaian kelompok dominan. Tapi pada shot sebelumnya, Kangen Band telah memperlihatkan permainan musik mereka secara Close Up. Mereka telah menyampaikan pesannya terlebih dahulu sebelum kelompok dominan, setelah itu Kangen Band membebaskan kelompok dominan untuk menilai.

Di awal klip, Kangen Band sedikit membuat gerakan. Mereka duduk ketika bermain musik, hanya Andhika (vokalisnya) yang berdiri. Sedangkan di akhir video klip, mereka banyak membuat gerakan, terutama pada saat menanggapi testimoni kelompok dominan. Kangen Band menunjukkan bahwa mereka ingin mendominasi dengan membuat banyak gerakan. Pada saat menonton atau melihat penilaian kaum dominan, mereka memiliki kuasa dan kekuatan untuk menanggapi penilaian yang disampaikan kelompok dominan.

Peneliti menemukan bahwa “kesepakatan” merupakan suatu bentuk kontra-hegemoni. “Kesepakatan” di sini adalah bentuk penerimaan kelompok subordinat, yaitu Kangen Band, terhadap ide yang disampaikan kelompok dominan. Kangen Band menyepakati ide-ide (pendapat atau penilaian) kelompok dominan yang menurut mereka “baik” (pendapat yang mendukung Kangen Band). Sebaliknya, mereka menolak ide kelompok dominan yang dianggap “jelek” (pendapat yang melecehkan atau menghina Kangen Band). Kelompok subordinat membaca, kemudian menganalisa ide-ide atau nilai-nilai kelompok dominan. Kangen Band hanya menampilkan, menyepakati dan menerima ide-ide kelompok dominan yang baik buat karir mereka.

Tidak hanya mereduksi, bentuk kontra-hegemoni yang dilakukan Kangen Band adalah dengan usaha menghilangkan hegemoni. “Kesepakatan” yang terjadi di sini secara tidak langsung adalah cara Kangen Band sebagai kelompok subordinat dalam menolak hegemoni. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Kangen Band menolak pendapat atau penilaian kelompok dominan yang tidak dapat menerima

Kangen Band. Di sini berarti kelompok subordinat berusaha untuk menghilangkan ide atau nilai kelompok dominan yang tidak mereka sepakati.

Pada klip ini, Kangen Band melihat dan menganalisa ide-ide atau pendapat kelompok dominan. Kelompok dominan menuliskan pendapat atau testimoni mereka terhadap Kangen Band ke dalam sebuah kartu. Dari sinilah Kangen Band menganalisa mana nilai yang mereka terima dan tidak. Jika setuju, mereka memberikan ekspresi dan gerakan senang, seperti tersenyum, dan jempol diangkat. Sebaliknya jika tidak, mereka menunjukkan ekspresi dan gerakan tidak setuju atau tidak senang, seperti mengangkat jempol ke bawah, dan muka bersedih. Melalui konstruksi tertentu, klip ini menyimpan makna bahwa kelompok subordinat menolak hegemoni di luar yang menganggap mereka band yang tidak memiliki musikalitas dan “kampungan”.

Beberapa pendapat kelompok dominan yang disepakati kelompok subordinat seperti, “Luchu &Ngangenin” (oleh Donita), “Kalian fenomenal and menjadi inspirasi buat gua!!!” (oleh Bemby Putuanda), “Tetap solid!!! (oleh Ifan “Domino”), dan “Teori tidak berlaku buat mereka” (oleh Yuni Shara). Sedangkan ide yang tidak mereka sepakati adalah “Tutup kuping, aaaa…!” (oleh Donna Harun), dan “Agak norak sih, tapi beberapa lagunya cukup easy listening” (oleh Riza Shahab). Ide kelompok dominan di sini disampaikan dalam bentuk penilaian atau pendapat terhadap Kangen Band.

Dalam video klip ini, penilaian kelompok dominan dikonstruksi dengan kode ekspresi dan gerakan. Kelompok dominan ditampilkan dengan ekspresi senyuman ketika menunjukkan testimonial mereka. Senyuman, selain merupakan bentuk keramahan untuk budaya Indonesia, digunakan juga untuk dapat meningkatkan kepercayaan seseorang. Ada juga yang menggunakan gerakan ketika menyampaikan pendapat mereka, seperti Yuni Shara dan Ifan “Domino”. Gerakan digunakan oleh Yuni sebagai bentuk ajakan untuk patuh terhadap pendapatnya. Sedangkan Ifan memberikan gerakan untuk menunjukkan isyarat “oke” atau bentuk penegasan terhadap pendapatnya. Bahkan, Donna Harun memberikan ekspresi marah dengan

mengkerutkan kedua alisnya. Ekspresi tersebut merupakan bentuk penegasan atas ketidaksukaannya terhadap Kangen Band.

Tidak semua pendapat yang menghina Kangen Band ditampilkan dengan ekspresi kemarahan. Riza Shahab dengan ekspresi senyumnya menulis “Agak norak sih, tapi beberapa lagunya cukup easy listening”. Ekspresi senyuman yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan seseoran, nyatanya tidak berlaku untuk Kangen Band. Bahkan simbol smile yang digambarkan Riza di belakang tulisannya tersebut juga tidak disepakati oleh Kangen Band. Kangen Band tetap menolak pendapat yang melecehkan karir mereka.

Walaupun kelompok dominan dikonstruksi dengan ekspresi senyuman ketika menyampaikan pendapat, rupanya tidak membuat kelompok subordinat percaya begitu saja dengan ide-ide mereka. Di sini, kelompok subordinat menganalisa hegemoni kelompok dominan. Mereka merasa bahwa hegemoni tersebut tidak tepat, sehingga berusaha untuk mereduksinya. Penilaian yang mereka percayai akan disepakati, dan menolak yang tidak dipercayai. Kemudian hegemoni baru muncul, karena mereka menolak nilai kelompok dominan, dan ada yang diterima. Nilai yang diterima ini adalah suatu bentuk hegemoni baru, dimana mereka menolak stigma kelompok dominan di luar klip ini.

Bentuk perlawanan Kangen Band tidak sebatas mereduksi dan menghilangkan hegemoni. Dengan proses-proses perlawanan yang telah mereka lakukan, secara tidak langsung Kangen Band juga menciptakan hegemoni baru. Dari kode dialog, ditampilkan beberapa pendapat kelompok dominan yang merespon Kangen Band dengan bentuk dukungan terhadap mereka. Itu menunjukkan bentuk hegemoni baru yang diciptakan Kangen Band melalui klip ini. Stigma buruk oleh musisi dan pengamat musik dari kelompok dominan sudah ada sebelum klip ini muncul. Klip ini merupakan “alat” bagi Kangen Band untuk menolak hegemoni kelompok dominan di luar. Di klip ini, kelompok subordinat menggunakan kelompok dominan yang pro dengan mereka sebagai pembuktian eksistensi Kangen Band di mata artis-artis Indonesia. Maka, klip ini memunculkan artis-artis ibukota dari berbagai macam latar

belakang. Dari kode dialog, Kangen Band kemudian merespon kelompok dominan melalui kode ekspresi dan gerakan.

Dalam hal ini, Kangen Band menyeleksi pendapat-pendapat kelompok dominan yang dalam video klip ini dikonstruksi oleh artis-artis ibukota. Mengacu pada perspektif Stuart Hall tentang active audience, Kangen Band aktif untuk merespon ide atau nilai kelompok dominan dalam video klip “Nilailah Aku”. Sehingga video klip ini adalah bentuk kontra-hegemoni dari Kangen Band terhadap ide atau nilai yang ditawarkan oleh kelompok dominan.

Melalui kode-kode yang ada di klip ini, Kangen Band menciptakan hegemoni baru sebagai band yang mendapat respon berupa dukungan dari kelompok dominan dan dianggap memiliki musikalitas. Bahkan ada kelompok dominan yang menjadikan Kangen Band sebagai inspirasinya. Awalnya, Kangen Band dituding sebagai band pop Melayu yang tidak berbobot dalam hal musik dan dicap “kampungan” oleh musisi dan pengamat musik Indonesia (penjelasan di latar belakang). Melalui klip ini, Kangen Band menyajikan bentuk ketidaksepakatannya dengan konstruksi-konstruksi yang sudah dijelaskan di atas. Lewat video klip “Nilailah Aku”, mereka membuktikan bahwa Kangen Band adalah band pop Melayu di Indonesia yang bisa diperhitungkan oleh kelompok dominan dari berbagai macam latar belakang. Ternyata ada kelompok dominan yang mendukung karir mereka.

Tabel 4.2 Temuan Kontra-Hegemoni dalam Video Klip “Nilailah Aku”

Hegemoni Kontra-hegemoni

Artis-artis menggunakan kostum T-Shirt yang identik dengan kelas sosial atas

Kangen Band mereduksi kekuatan hegemoni dengan memakai kostum yang sama dengan artis-artis

Artis-artis menyampaikan pesan berupa testimonial kepada Kangen Band

Kangen Band mereduksi kekuatan hegemoni melalui teknik kamera Close Up

Artis-artis menawarkan ide atau nilai mereka tentang Kangen Band

Kangen Band menolak pendapat artis-artis yang isinya kritikan

Artis-artis memberikan dukungan mereka terhadap Kangen Band

Kangen Band menciptakan hegemoni baru sebagai band pop Melayu yang diperhitungkan oleh artis-artis

Dokumen terkait