Level Representasi
4.2.3 Kategori Ide
Dalam klip ini, ide atau nilai yang disampaikan kelompok dominan adalah berupa testimonial yang mereka tulis di sebuah kartu. Kelompok dominan memberikan pendapat atau penilaian mereka mengenai Kangen Band.
4.2.3.1 Kode Gerakan dalam Ide
Gambar 4.2.3.1 Gambar 4.2.3.2
Gambar 4.2.3.1 – 4.2.3.2 Gerakan Kelompok Dominan Menyampaikan Ide Sumber: Video Klip “Nilailah Aku”
Yuni Shara (Gambar 4.2.3.1) selain menunjukkan senyuman, ia juga menunjuk kartu testimoninya dengan jari telunjuk. “Telapak tangan dikepalkan sementara jari telunjuk menjadi alat simbolik yang digunakan si pembicara untuk menyuruh pendengarnya agar patuh” (Pease, 1987, p. 28). Yuni ingin agar kelompok subordinat “patuh” terhadap nilai yang disampaikannya. Dalam hal ini, patuh bisa berarti percaya. Ini juga salah satu bentuk seseorang yang dominan untuk membuat orang lain percaya pada pendapatnya.
Meski Ifan (Gambar 4.2.3.2) tidak menggunakan senyuman untuk meningkatkan kepercayaan, tetapi ia menggunakan isyarat gerakan tubuh. Ia menambahkan gerakan mengangkat jempolnya, yang biasa disebut “OK”. Allan
Pease, dalam bukunya yang berjudul “Bahasa Tubuh” menjelaskan bahwa isyarat tersebut bisa dimaknai suatu bentuk persetujuan.
4.2.3.2 Kode Ekspresi dalam Ide
Gambar 4.2.3.3 Gambar 4.2.3.4
Gambar 4.2.3.5 Gambar 4.2.3.6
Gambar 4.2.3.7
Gambar 4.2.3.3. – 4.2.3.7 Ekspresi Kelompok Dominan Menyampaikan Ide Sumber: Video Klip “Nilailah Aku”
Kelompok dominan mayoritas menggunakan ekspresi tersenyum lebar dalam menyampaikan penilainnya terhadap Kangen Band. Hal tersebut untuk meningkatkan kepercayaan kelompok subordinat terhadap nilai yang mereka sampaikan. “Kita lebih
mempercayai individu yang tersenyum daripada yang tidak. Para pramusaji yang tersenyum mendapatkan tip lebih besar dan para calon politikus yang tersenyum mendapatkan dukungan suara lebih banyak” (Cohen, 2009, p. 152). Semakin ia menampakkan ekspresi senyuman, orang akan semakin percaya terhadapnya. Agar hegemoni bisa diterima, maka seorang yang dominan harus menciptakan unsur kepercayaan dalam dirinya. Hal tersebut dikonstruksi dalam bentuk senyuman para kelompok dominan sambil mengangkat kartu testimoni mereka yang merupakan penilaian terhadap Kangen Band.
“Ekspresi emosional manusia boleh jadi universal, tetapi tidaklah universal kapan dan dalam situasi apa manusia menampilkan ekspresi tersebut, karea hal itu dikendalikan oleh aturan budaya” (Mulyana, 2008, p. 203). Sebuah senyuman bisa dimaknai berbeda di tiap budaya. Orang Indonesia dikenal banyak menampilkan senyuman, ia boleh dikatakan ramah. Ia juga akan dihargai oleh orang lain karena ekspresinya tersebut. Sebaliknya, jika seseorang tidak banyak tersenyum, ia dianggap tidak ramah. Berbeda dengan orang Jerman yang jarang tersenyum. Hal tersebut bukan berarti mereka tidak ramah. Hanya saja, keramahan berdasarkan parameter budaya Indonesia dengan Jerman berbeda (Mulyana, 2008).
Gambar 4.2.3.8
Gambar 4.2.3.8 Ekspresi Donna Harun Menyampaikan Ide Sumber: Video Klip “Nilailah Aku”
Berbeda dengan Donna Harun (Gambar 4.2.3.8). Ia mengekspresikan penilaiannya dengan mengkerutkan alisnya yang berarti suatu kemarahan (Mulyana,
2008). Ia tidak suka dengan Kangen Band. Penilaian tidak hanya disampaikan dengan sesuatu yang bisa membuat orang lain percaya, seperti yang mayoritas dilakuakan kelompok dominan. Tetapi bisa juga dengan ekspresi yang menggambarkan perasaannya, seperti Donna Harun. Hal ini secara tidak langsung membuat orang yang menyaksikan ekspresi Donna menjadi lebih memahami nilai atau ide yang ia sampaikan.
4.2.3.3 Kode Kamera dalam Kelompok Subordinat
Gambar 4.2.3.9 Gambar 4.2.3.10
Gambar 4.2.3.11 Gambar 4.2.3.12
Gambar 4.2.3.13
Gambar 4.2.3.8 – 4.2.3.13 Shot Permainan Musik Kelompok Subordinat Sumber: Video Klip “Nilailah Aku”
Kelima shot Kangen Band (Gambar 4.2.3.9 hingga 4.2.3.13) menggambarkan permainan masing-masing personil Kangen Band dalam bermain musik. Dengan menggunakan teknik kamera Middle Close Up (Gambar 4.2.3.9, 4.2.3.10, dan 4.2.3.12) dan Close Up (Gambar 4.2.3.11 dan 4.2.3.13), klip ini ingin menonjolkan kemampuan musik mereka. Teknik kamera MCU lebih menekankan profil objek, sehingga penonton akan lebih jelas melihat bagaimana permainan Iim. Penonton masih dapat melihat bahwa di belakang narasumber ada gedung bertingkat. Tetapi, kalau kita zoom in lebih dalam menjadi MCU maka kita hanya fokus kepada narasumber saja (Naratama, 2004). Dengan menggunakan teknik CU, klip ini lebih menekankan lagi permainan musik Kangen Band, Jika sebelumnya masih menyertakan latar, shot ini hampir dipenuhi oleh fokus objek. Jadi, dengan teknik-teknik tersebut, Kangen Band ingin menyampaikan nilai mereka tentang musikalitas yang dimiliki.
Suatu ideologi tidak hanya dibentuk melalui ide-ide atau nilai-nilai, pendapat, dan penilaian, tetapi melalui tampilan tertentu. Seperti kelima shot di atas. Tidak hanya dari kelompok dominan, tetapi Kangen Band sendiri yang merupakan kelompok subordinat juga menyampaikan suatu pesan. Shot-shot ini adalah bentuk “perlawanan” mereka terhadap hegemoni yang dilakukan kelompok dominan. Melalui shot-shot tertentu, peneliti menemukan beberapa kode yang memperlihatkan usaha Kangen Band menyampaikan perlawanan mereka. Kelima gambar di atas merupakan gerakan tangan personil Kangen Band. Dalam shot-shot tersebut, mereka sedang memainkan alat musik masing-masing. Dengan begini, mereka ingin menyampaikan suatu pesan melalui tampilan di atas bahwa mereka bisa bermain musik.
4.2.3.4 Kode Dialog dalam Ide
Keseluruhan penilaian kelompok dominan mayoritas adalah respon yang baik untuk Kangen Band. Donita (Gambar 4.2.3.3) mengatakan bahwa Kangen Band lucu dan membuatnya kangen. Walaupun Donita tidak menilai secara musikalitas, tetapi ia memberikan respon yang baik terhadap Kangen Band. Demikian pula Fitri Tropica
(Gambar 4.2.3.4) yang juga tidak menilai dari sisi musikalitas. Fitri lebih menunjukkan apresiasinya kepada Andhika, sang vocalist, yang juga merupakan pentolan dalam band ini. Testimoni yang disampaikannya memiliki arti bahwa ia nge-fans dengan Andhika (“Salam cumbu hangat mesra membabi buta buat Andhika”). Anjasmara (Gambar 4.2.3.5) memberikan dukungannya terhadap Kangen Band dengan menulis “Cukup kreatif”. Dalam tulisannya, ia juga menambahkan simbol smile, yang artinya dia juga senang atau puas terhadap penilaian yang disampaikan.
Bentuk dukungan kembali diperlihatkan Bemby Putuanda (Gambar 4.2.3.7) mengatakan bahwa Kangen Band fenomenal dan menjadi inspirasi buat dia. Bemby menambahkan tanda seru “!!!” sebanyak tiga kali untuk mempertegas pendapatnya tersebut. Ifan “Domino” (Gambar 4.2.3.2) menunjukkan dukungannya kepada Kangen Band dengan menulis “Tetap solid!!!”. Itu merupakan suatu bentuk perhatiannya kepada Kangen Band.
Penilaian yang disampaikan Yuni (Gambar 4.2.3.1) mengindikasikan bahwa Kangen Band tetap bisa berkarya walaupun image buruk tentang mereka banyak dilontarkan kelompok dominan. Yuni menulis “Teori tidak berlaku buat mereka”. “Teori” yang dimaksud bisa berarti teori yang disampaikan kelompok-kelompok dominan di luar. Kangen Band menuai banyak kritik, ada yang mengatakan mereka tidak memiliki musikalitas, lagu-lagunya kampungan atau tidak berbobot, para personil-nya yang juga kampungan, dan cap jelek lainnya. Hal-hal tersebut dimaknai Yuni sebagai teori dari para kelompok dominan atau superior (musisi atau pengamat musik). Dan teori tersebut tidak berlaku buat Kangen Band, karena mereka masih bisa berkarya. Penilaian yang disampaikannya tersebut, merupakan bentuk dukungan Yuni. Walaupun mereka mendapat banyak cemooh, tapi itu tidak menyurutkan Kangen Band untuk terus berkarya.
Tidak hanya pendapat yang berupa dukungan terlontar dari kelompok dominan, tetapi ada juga yang mengkritik Kangen Band dengan ekspresi senyuman. Riza Shahab (Gambar 4.2.3.6) menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan Kangen Band. Dia menulis bahwa Kangen Band agak norak. Norak bisa berarti tidak enak
untuk dilihat atau dinikmati. Tetapi, Riza juga menunjukkan sedikit apresiasi dengan mengatakan lagu-lagu Kangen Band cukup easy listening. Ia menambahkan simbol smile yang menandakan bahwa Riza menyukainya. Donna Harun (Gambar 4.2.3.8) juga menulis kritikan terhadap Kangen Band, “Tutup kuping aaa…!”. Ia mengisyaratkan ketidaksukaannya kepada musik Kangen Band dengan ekspresi marah atau kesal. Tulisan yang ditampilkan juga menggunakan tanda seru “!”, untuk memperkuat kesan “tidak-suka” nya.
Semua testimoni ditulis dengan menggunakan spidol berwarna hitam. Hitam dalam budaya Indonesia memiliki efek psikologis wibawa, disegani, dan dapat berarti “kekuatan” dalam segi desain. Dengan menggunakan warna hitam, memperkuat karakterisik kelompok dominan yang “kuat” untuk mengontrol kelompok subordinat melalui testimonialnya.