• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA DATA. 36 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISA DATA. 36 Universitas Kristen Petra"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Sasaran Penelitian

4.1.1 Bangkitnya Musik Pop Melayu di Indonesia

“Musik fenomenal”, adalah sebutan yang cocok untuk musik pop Melayu. Lihat saja, sejak kemunculannya empat tahun silam, band asal Bandung, ST12 atau Kangen Band asal Lampung berhasil “merebut hati” para pecinta musik, bahkan musisi dan pengamat pun ikut memanaskan popularitas mereka. Di album perdana saja, Kangen Band berhasil mendapat angka penjualan sebanyak 300.000 keping.

ST12 muncul pada akhir 2008, beranggotakan Charly (vocalist), Pepep (drummer), dan Pepeng (guitarist). Nama ST12 sendiri merupakan kependekan dari Jalan Stasiun Timur nomer 12, yang adalah markas mereka. Didirikan di Bandung pada tahun 2004, ST12 hingga kini telah menelurkan lima album yang sukses di pasaran. Lagu-lagu hits mereka seperti “Puspa”, “Cari Pacar Lagi”, dan “Saat Terakhir”, berhasil merajai tangga lagu musik tanah air dan meraih penghargaan.

ST12 meraih penghargaan sebagai “Band Terdahsyat” pada Dahsyatnya Award RCTI tahun 2010.

Selain tiga band tersebut, ada Radja, diikuti dengan Hijau Daun, Matta, Angkasa, Sembilan Band, Republik, D’Bagindas, Zivillia, Golliath, dan Armada yang muncul beberapa tahun setelahnya. Radja yang dianggap sebagai awal bangkitnya kembali musik pop Melayu pada era 2000-an. Band asal Jakarta yang dibentuk pada 17 Maret 2001 ini meluncurkan album pertama mereka pada tahun 2001. Sempat mengalami perubahan formasi, yaitu menjadi Ian (vocalist), Moldy (guitarist), Seno (drummer), dan Indra (bassist), Radja berhasil meluncurkan total Sembilan album hingga 2011 ini.

Sebenarnya, musik pop Melayu telah ada sebelum era 2000-an. Pada awal tahun 1980 hingga 1990-an, ada musisi-musisi pop Melayu yang terkenal kala itu, seperti Search, dan Inka Kristie. Search merupakan band asal Malaysia, yang beranggotakan Amy (vocalist), Yazit (drummer), Hillary Ang (guitarist), Nasir

(2)

(bassist), dan Zainal (guitarist & backing vocal). Lagu mereka yang berjudul “Isabella” sangat populer di zamannya. Bahkan lagu yang dibawakan bersama Inka

Kristie tersebut, bisa dibilang merupakan tonggak bangkitnya musik Melayu. Meski dibawakan dengan nuansa yang lebih modern, unsur Melayu-nya masih kental. Unsur itulah yang disebut pop Melayu.

Bagaimana sejarah munculnya istilah pop Melayu? Musik pop Melayu merupakan akar dari musik Melayu. Adalah dr. A.K. Gani yang menggunakan istilah “melayu”. Ia adalah seorang tokoh dari Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1938. Menurut beliau, musik Melayu merupakan musik rakyat dan bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan nasionalisme.

Ia memasukkan alat musik keroncong, orkes harmonium, dan irama Malaya ke dalam rumpun musik Melayu. Pada masa awal kemerdekaan, Radio Republik Indonesia adalah media pertama yang meluaskan orkes Melayu ini hingga naik pamor dan menjadi musik yang merakyat. Masyarakat Indonesia pada kala itu mengapresiasi musik ini.

Kira-kira sepuluh tahun kemudian, muncul berbagai corak musik Melayu, salah satunya yang paling menonjol adalah Melayu Deli. Instrumen yang digunakan adalah akordeon, suling, bas, kadang-kadang gambus, rebana, dan juga gendang. Rebana merupakan pengaruh dari musik Arab, sedangkan gendang dipakan untuk mengiringi tarian yang mengutamakan gerak kaki. Pada masa ini, Melayu Deli menjadi begitu dominan dibanding musik Melayu lainnya.

Baru sekitar tahun 1955, orkes Melayu Chandralela pimpinan Mashabi dengan penyanyi-penyanyi, seperti Said Effendi, Ellya Agus (Ellya Khadam), Juhana Satar, dan Elvy Sukaesih menjadi sangat populer. Menyusul kemudian orkes Melayu Bukit Siguntang pimpinan Abdul Chalik dengan penyanyi Hasnah Thahar dan Husaimi. Muncul pula musisi A. Haris, yang menciptakan lagu yang sangat terkenal pada saat itu, berjudul “Kudaku Lari”.

Musik Melayu dari masa ke masa menjadi kaya akan jenis dan latar belakangnya. Seperti pada awal tahun 1960-an, musik Melayu mendapat pengaruh dari media film India. Sejak pemerintahan Demokrasi Terpimpin masa itu membuka

(3)

pintu seluas-luasnya bagi masuknya film India ke Indonesia. Tidak demikian untuk film Barat. Para musisi Melayu pun mulai melirik ilustrasi musik India di film-filmnya. Mereka memasukkan musik-musik India ke dalam Melayu.

Siapa tak kenal Ellya Khadam. Lagu-nya yang berjudul “Boneka Dari India”,

ciptaan Husein Bawafie, kala itu sangat populer. Dengan ciri khas penampilannya yang menggunakan sari, pakaian khas India, serta beberapa gerakan seperti menggoyangkan pundak dan kepala, Ellya memukau jutaan pencinta musik, khususnya Melayu. Selain Husein, ia juga membawakan lagu-lagu ciptaan Said Effendi yang lebih sentimental. Disebut-sebut bahwa Ellya-lah yang dianggap memproklamasikan sifat India Melayu.

Yang sebelumnya gendang digunakan sebagai instrumen musik Melayu, pada era ini perannya digantikan oleh tabla yang populer di India. Irama tabla itu tidak hanya merangsang kaki untuk bergerak, tetapi juga liukan tari India. Said Effendi menyebut musik Melayu India ini sebagai Orkes Tabla. Dari sinilah, “goyang” menjadi pelengkap dari musik Melayu.

Berikutnya, akar dari musik Melayu yang terelakkan adalah Dangdut. Dangdut dipopulerkan oleh penghibur terkenal di Indonesia, sejak periode pasca Soekarno, yaitu antara tahun 1975-1981 Dangdut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Frederick dalam Ibrahim, 1997).

Mengapa “Dangdut”? Menurut Said Effendi, istilah tersebut muncul karena perasaan sinis dari mereka yang anti musik Melayu. Oma Irama (sekarang dikenal bernama Rhoma Irama) pada awal-awal pemunculannya pun menolak istilah yang saat itu mulai banyak digunakan. Oma berkeras menyebut orkesnya adalah Melayu. Ia menyebutkan istilah Dangdut itu diberikan oleh mereka yang tidak suka irama Melayu. Tim Peneliti Lagu-lagu Melayu Radio Republik Indonesia pada awal 1980-an juga menolak D1980-angdut masuk ke lingkung1980-an irama Melayu. Mereka menyebut jenis itu sebagai Orkes Tabla. Penolakan itu terbit dari semangat menjaga keaslian musik Melayu, yakni Melayu Deli (“Melayu, Melayu Deli, Orkes Tabla, Baru Dangdut”, 2010).

(4)

Kata“dangdut” muncul sekitar tahun 1972-1973, diambil dari suara alat musik yang dikeluarkan dengan menggunakan gendang (tabla). Sepintas terdengar suara “dang” dan “ndut”. Musiknya didominasi irama yang mengajak untuk bergoyang,

dan mengandung pesan merakyat.

Musik Melayu telah menjalani beberapa fase mulai dari tahun 1930-an hingga 2011 ini. Hal ini merupakan repitisi dari budaya pop yang sebelumnya juga mengalami kejayaan di era nya. Secara singkat perjalanan musik Melayu adalah sebagai berikut.

(5)
(6)

Meski mengalami “pergesaran”, toh musik Melayu masih saja digemari para penikmat musik. Pop Melayu sendiri telah berkembang, dari mulai era 1980 hingga 2000-an. Sebut saja era pop Melayu I (tahun 1980 hingga 1990-an) dan pop Melayu II (tahun 2000-an hingga kini). Perkembangan ini bisa dilihat dari pemilihan bahasa lagu, iringan musik, dandanan, dan gaya berpakaian. Di era pop Melayu I, musisi-musisinya tampil percaya diri dengan rambut gondrong. Sedangkan, band-band pop Melayu II lebih berani dengan rambut lebih pendek.

Gambar 4.1.1 Search Sumber : http://www.kastum.com/

Gambar 4.1.2 D’Bagindas

(7)

Apapun perbedaannya, semuanya tetap berakar dari rumpun yang sama, yaitu Melayu. Musik ini terus mengalami reproduksi sampai saat ini dengan mengikuti perkembangan zaman yang lebih modern. Bahkan akan seterusnya berkembang dengan inovasi yang berbeda tanpa mengubah salah satu ciri khas Melayu, yaitu cengkok. Melihat perkembangan yang terjadi dari awal hingga saat ini, hanya ciri tersebutlah yang tidak tergantikan. Dari sisi musik, iramanya jelas berbeda antara Melayu yang dulu dan sekarang. Segi penampilan, dandanan, dan bahasa lagu pun berbeda.

Musik pop Melayu dicap sebagai aliran yang mendayu-dayu, memiliki cengkok yang khas, serta lirik yang tidak putis dengan menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga disebut musik yang tidak berbobot. Musik ini pula dicap buruk karena dinilai memilih lirik yang berlebihan dan merengek-rengek cinta. Tetapi nyatanya, tidak hanya musik ini yang menggunakan lirik seperti itu. Lihat saja, ada D’Masiv, Sm*ash, Kotak, dan musisi non pop Melayu lainnya. Jika ditelusuri liriknya, mereka pun “mengemis-ngemis” cinta lewat lagu yang dibawakan.

Hebohnya fenomena musik Melayu, yang pada era ini dikenal dengan pop Melayu, membuat banyak musisi non pop Melayu yang ingin keluar dari aliran mereka. Hal tersebut dikarenakan permintaan pasar yang masih cinta terhadap aliran pop Melayu, sehingga ideologi beberapa band tanah air pun berubah. Mereka tidak lagi memikirkan jati diri atau warna musik yang stabil, tapi sudah melihat ke arah keuntungan pasar yang akan didapatkan. Contohnya adalah band Ungu.

Ungu, sebagai band yang dari album pertama mengangkat musik yang jauh dari pop Melayu, ikut mencoba peruntungan mereka meski sudah mendulang kesuksesan di aliran aslinya. Mereka menulis dan membawakan lagu berirama pop Melayu bersama penyanyi dangdut Iis Dahlia berjudul “Hampa Hatiku”. Lagu yang

dibalut dengan nuansa rock Melayu tersebut berhasil menarik perhatian pecinta musik tanah air. Mereka mencampur musik meraku dengan irama Melayu tidak lain untuk mendapatkan perhatian dari pasar.

Ternyata tidak semua band yang berpindah haluan ke pop Melayu karena permintaan pasar. D’Bagindas adalah band yang malah sukses membawakan musik

(8)

pop Melayu, dibandingkan dengan aliran mereka sebelumnya. Merasa stuck di musik

rock, mereka pun banting setir ke aliran pop Melayu. Band asal Malang yang beranggotakan Bian (vocalist), Mike (guitarist), Tile dan Dandy (guitarist) ini sukses dengan membawakan hits mereka berjudul “C.I.N.T.A”. Lagu tersebut berhasil

menduduki peringkat teratas di beberapa program musik di televisi pada akhir 2010 lalu. Sempat menganggap enteng musik pop Melayu, mereka akhirnya tertantang dengan mengubah idialisme dalam bermusik, dengan harapan dapat menghibur penggemarnya.

"Tidak ada yang dapat disalahkan dalam hal ini, baik masyarakat maupun pelaku industri musik. Karena sudah menjadi hal yang alamiah jika masyarakat Indonesia lebih menyukai lagu yang bertendensi mellow," ujar pengamat musik, Denny Sakrie. Jika dikaitkan dengan budaya, lanjut Denny, masyarakat Indonesia adalah tipe yang sangat sensitif. Tidak heran jika lagu-lagu bertema cinta sangat laku di pasaran. Tambahan lagi, menurut dia, tidak bisa dibantah hal yang melatarbelakangi sebuah musik menjadi marak di pasaran akibat sifat latah. "Ketika ada sesuatu yang sukses, tidak lama akan muncul pengekornya. Musik Melayu tengah menjadi tren itu tidak bisa disalahkan, tetapi yang menjadi kontroversial musik mereka menjadi seragam," ujarnya (“Pop Melayu Atau Cengkok Melayu”, 2009, para. 6-7).

Bukan cerita baru, penjualan album yang diluncurkan oleh band-band pop Melayu selalu mencapai ratusan ribu kopi. Lagu-lagu mereka pun diunduh untuk dijadikan RBT (Ring Back Tone) telah menembus angka jutaan hanya dalam waktu singkat. Lihat saja band Wali yang berhasil meraup delapan juta unduhan RBT.

Denny pun melihat popularitas musik pop Melayu saat ini tidak lepas dari pola siklus musik di tanah air. Sebab, jika ditelusuri jauh ke belakang, alunan musik ini pernah menjadi tren dan mengalami pasang surut sejak dekade 1950 hingga 1980-an. Musik Melayu pernah tenggelam pada tahun 1980-an karena pengaruh Barat, sehingga banyak diambil alih oleh musisi-musisi Malaysia.

"Musik Melayu itu bagaikan siklus, dan kebetulan selera musik masyarakat kita sedang dalam masa di mana musik Melayu sangat diminati," ujar Denny. Sebut

(9)

saja, ujarnya, kemunculan lagu “Sepasang Mata Bola” dan ”Juwita Malam” ciptaan

Ismail Marzuki, lalu kehadiran band seperti D’Lyod dan invasi band asal Malaysia, Search (“Pop Melayu Atau Cengkok Melayu”, 2009, para. 9-10).

Di atas merupakan ulasan singkat tentang bagaimana perkembangan musik pop Melayu di Indonesia. Lantas, bagaimana reaksi fenomena musik pop Melayu ini? Reaksinya pun beragam, ada yang suka dan ada pula yang mengecam. Dibalik kecaman-kecaman tentang musik berirama mendayu tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa pop Melayu memang “dahsyat”. Musik ini populer tidak hanya alunan khas dari nenek moyang bangsa kita, tetapi juga kontroversi di balik band-band yang membawakannya. Pro kontra akan band pop Melayu salah satunya tercermin dalam lagu Kangen Band, “Nilailah Aku” yang akan dibahas dalam penelitian ini.

4.1.2 Kangen Band, Band Rakyat Jelata yang Berkelimang “Harta”

Gambar 4.1.3 Kangen Band Sumber : http://republica.co.id/

Kangen Band adalah grup musik asal Lampung yang beranggotakan tujuh pemuda, yaitu Andika (vocalist), Dodhy (guitarist), Tama (guitarist), Iim (drummer), Bebe (bassist) dan Izzy (keyboardist). Grup musik ini dibentuk pada tahun 2005.

Sampai saat ini, Kangen Band telah mengeluarkan empat album. Album perdana mereka adalah “Tentang Aku, Kau, Dan Dia” (2007). Album ini sukses

(10)

terjual sebanyak 300.000 keping. Beberapa hits dalam album ini, seperti “Tentang Bintang” dan “Selingkuh” menjadi populer di penikmat musik. Selain itu, Kangen

Band juga berhasil masuk sebagai “Grup Band Tervaforit” pada SCTV Award 2007. Pada tahun 2008, Kangen Band meluncurkan dua album sekaligus, yaitu “Yang Sempurna”, yang merupakan repackage dari album perdana, dan Bintang “14 Hari”. “Bintang 14 Hari” menyajikan warna musik yang berbeda dengan menampilkan unsur Melayu dan mengeksplorasi unsur Jawa, seperti lagu berjudul “Doy”. Di album ini, Kangen Band menggaet arranger Andi Bayau, dengan backing vocal Eren, yang merupakan vocalist lama mereka.

Pada 6 Mei 2009, Kangen Band merilis album keempat mereka yang diberi judul “Pujaan Hati”, dengan hits singleTerbang Bersamaku”, “Pujaan Hati”, “Nilailah Aku”, dan “Juminten”. Kesuksesan mereka, tidak hanya dicapai dari dunia

musik, tetapi juga acting. Pada tahun 2007, mereka membintangi sebuah sinetron berjudul “Aku Memang Kampungan”, yang bercerita tentang perjalanan karier

mereka.

Kangen Band dinilai sebagai sebuah fenomena yang menggambarkan naik kelasnya kalangan ekonomi bawah ke kelas menengah secara masif. Meskipun disambut meriah oleh pasar dengan penjualan yang mampu menembus 300.000 keping, kehadiran mereka mengejutkan karena baik penampilan maupun kualitas musik dianggap jelek. Kehadiran mereka juga dituduh merusak kualitas musik Indonesia. Dalam sebuah acara yang diadakan oleh majalah Rollingstone, vokalis

band Naif, David Bayu Danangjaya, secara terbuka mengecam Kangen Band, termasuk label yang merilis album band tersebut. Sejumlah pengamat musik dan musisi non pop Melayu ikut memeriahkan popularitas band asal Lampung ini.

Kehadiran mereka segera memicu kemarahan kelompok musik non pop Melayu lainnya. Mereka dicaci maki, dihujat sebagai kumpulan orang-orang kampung yang tidak layak bermain musik. Mereka juga dikecam karena dianggap merusak selera musik para pendengar. Lebih jauh mereka dituduh menghancurkan citra musisi Indonesia. Stigma para kaum “elite” dalam hal ini jelas membawa

(11)

musik) terhadap Kangen Band. Karena dianggap sebagai kaum intelektual, musisi dan pengamat musik dipercaya mengeluarkan statement yang tepat. Kangen Band dinilai sebagai band “kampungan” yang sama sekali tidak ada modal bermusik

dengan baik.

Tidak hanya stigma yang terlontar, bahkan band ini terancam akan dibunuh. Ancaman itu dikemas dalam sebuah musik rap yang beredar di internet. Syairnya terkesan kasar dan menggunakan bahasa “kotor”. "Lagu Makian untuk Kangen Band" sebut saja judulnya begitu, tanpa tedeng aling-aling mengarahkan kebenciannya kepada. Pada bait pertama, lirik lagu ini memang terdengar begitu anggun, "This is love song, specially for Kangen Band”. Keanggunan kata-kata tersebut berubah

menjadi makian.

Yo amit-amit, baru sekali ini kejadian seumur hidup Ada sampah jadi perhatian

You know Kangen Band yang personelnya udik I said K****l sama Kangen Band N****t ... N****t sama Kangen Band (4x)

You check this, I will kill Kangen Band. T** A**** yang lebih pantes jadi pengamen Mereka adalah contoh kebodohan

Yang dipuja sama seperti saat pertama kali tenarnya Band Radja

Orang memang benar kalau kalian t***l kayak gerombolan waria... Mending jadi penyanyi lebih pantas jadi copet

Vokalis residivis n***s kayak kutu kupret Seperti mereka harus dibasmi

Kangen Band harus dibunuh

Lagunya nular orang bisa terpengaruh (“Beredar Lagu Makian Untuk Kangen Band”, 2007)”

Menilik balik kisah Kangen Band, tadinya mereka adalah pemuda-pemuda yang jauh dari glamornya ibukota. Sebelum bergabung dengan Kangen Band, Andhika (vocalist) adalah penjual Es Cendhol. Dodhy (guitarist), juga tidak pernah

(12)

menyembunyikan fakta bahwa ia dulu adalah seorang kuli bangunan dan kenek angkot. Bahkan, ia mengaku tidak malu mengakui ayahnya adalah seorang tukang becak dan ibunya penjual makanan keliling. “Saya bangga pada ayah saya walau dia hanya tukang becak. Dengan menarik becak dia mampu menyekolahkan empat anaknya. Saya merasa malu kalau ayah saya rampok,” ujar Dodhy. Bebe pernah membantu orangtuanya berjualan nasi uduk di depan Rumah Sakit Abdul Muluk, Bandar Lampung. Tama adalah penjual sandal jepit. Iim bekerja di bengkel motor.

Lahirnya Kangen Band, menurut Dodhy, berawal dari kegiatan mereka bermain musik di tempat penyewaan alat-alat band tempat mereka bekerja sambilan. Dari situ Dodhy kemudian mulai menciptakan lagu. Sampai suatu hari mereka nekat merekam lagu-lagu yang mereka ciptakan. “Kita patungan. Andika nyumbang dari hasil jualan cendol, Tama menjual gitarnya, akhirnya terkumpul sejumlah uang dan kami rekam musik ciptaan kami di CD,” kata Dodhy. Karena tidak tahu mau dijual ke mana, mereka kemudian mengirimkan CD itu sebuah stasiun radio di Bandar Lampung, tempat asal mereka. Ternyata lagu yang diputar di radio itu mendapat sambutan bagus.

Walau pada awalnya mereka terpaksa pura-pura menelepon radio tersebut bergantian untuk meminta diputarkan lagu-lagu Kangen Band. Popularitas lagu-lagu itu membuat para pembajak mulai beraksi. Tak ayal lagu-lagu bajakan itu beredar luas sampai ke Jawa. Bayangkan, belum dijual saja sudah dibajak. “Itu yang membuat kami tertarik untuk merekam lagu-lagu mereka,” ujar Yusac dari perusahaan label Warner Music Indonesia. “Hasilnya sungguh luar biasa. Dalam kurun waktu relatif singkat album pertama Kangen Band laris dan bahkan menembus 300 ribu keping dan membuat mereka mendapat penghargaan platinum,” tambahnya.

“Mereka hadir pada saat yang tepat. Segmen lagu-lagu jenis itu lagi kosong setelah jamannya The Mercys. Itu salah satu faktor mengapa lagu-lagu Kangen Band bisa diterima pendengarnya. Tapi kalau mau bertahan mereka harus meningkatkan kualitas bermusik mereka. Kangen Band boleh saja dikecam. Tapi anak-anak asal Lampung ini sekarang semakin terkenal. Lagu-lagu mereka semakin banyak

(13)

dinyanyikan para penggemarnya. Terutama hit mereka Aku, Kau dan Dia serta Selingkuh,” ujar pengamat musik Bens Leo.

Di Kick Andy orangtua para personil Kangen Band juga bercerita tentang perasaan mereka setelah anak-anak mereka sekarang menjadi orang terkenal. Termasuk bagaimana kehidupan ekonomi mereka mulai berubah. “Dodhy minta saya tidak narik becak lagi. Dia bilang sekarang saatnya dia membalas budi orangtua dari hasil bermain musik,” ujar Paijo, ayah Dodhy (“Band Tukang Cendhol”, 2007).

4.1.3 Video Klip Kangen Band “Nilailah Aku”

4.1.3.1 Klip “Nilailah Aku”, Karena Kangen Band Fenomenal

“Nilailah Aku” merupakan video klip ketiga Kangen Band, dari album ketiga mereka yang berjudul Pujaan Hati. Sebelumnya, mereka telah merampungkan klip “Terbang Bersamaku”, dan “Pujaan Hati”. “Nilailah Aku” dibuat oleh sutradara Renny Fernandez, yang juga pernah menggarap “Menghapus Jejakmu” milik

Peterpan. Jika dilihat, tema video klip tersebut berbeda dengan yang lain. Dimana kebanyakan band asyik dengan tema-tema klip berbau cinta sepasang remaja atau patah hati, Kangen Band justru menampilkan beberapa komentar tentang mereka.

Adalah Aji Moki, manajer Kangen Band yang membuat konsep awal klip

“Nilailah Aku”, yang kemudian dibicarakan oleh label. Label yang menaungi Kangen Band, yaitu Warner Music Indonesia, ingin membuat suatu video klip yang sederhana dan unik. “Saya ngasih saran sama label, gimana kalo bikin testimonialnya masyarakat terhadap Kangen. Sebenarnya, mereka (label) pengenbikin kelanjutannya Pujaan Hati (single kedua dari album Pujaan hati), cuman aku ngga setuju”, ujar Aji. Akhirnya, ide untuk membuat video klip berisi testimonial tersebut dikembangkan oleh PH (Production House) yang disutradarai oleh Renny. Pemilihan sutradara sendiri dipilih oleh pihak label karena sebelumnya Renny pernah menyutradarai video klip Kangen Band lainnya, berjudul “Selingkuh” dari album pertama mereka.

Dalam video klip yang dibuat sekitar bulan Februari 2010 tersebut ada banyak wajah yang tidak asing di mata masyarakat Indonesia. Beberapa dari talent klip tersebut adalah artis Indonesia, baik dari kalangan musisi ataupun jagat perfilm-an.

(14)

Mereka adalah Yuni Shara, Ifan vokalis band Domino, Donita, Anjasmara, Donna Harun, Bebby, Fitri Tropica, dan Riza Shahab. Bahkan tak tanggung-tanggung, Indra Birowo, seorang komedian yang sering wora-wiri di televisi dan beberapa kali main film juga menjadi model klip ini. Selain ada para entertainer tersebut, ada pula talent

lain dari non artis, seperti pelajar SMU, perempuan muslimah, pegawai, dan pekerja

restaurant. Merujuk pada istilah Gramsci tentang hegemoni, talent yang menyampaikan pendapat atau nilai-nilai mereka terhadap Kangen Band disebut sebagai kelompok dominan. Sedangkan Kangen Band disebut sebagai kelompok subordinat.

Keputusan untuk memilih beberapa talent di dalam video klip tersebut tersebut adalah keputusan dari PH, bukan label. Tidak ada pembicaraan khusus untuk menggunakan artis siapa, karena kala itu Kangen Band dikejar target untuk segera merampungkan single ketiga. “Pemilihan artis, talent, dan lokasi tuh diatur oleh PH.

Ngga ada permintaan khusus dari pihak label”, kata Aji. Dalam video klip yang proses syutingnya dilakukan selama dua hari di studio daerah Cijantung dan daerah sekitar Jakarta tersebut, menggunakan artis dan non artis untuk menggambarkan bahwa Kangen Band mendapat perhatian dari kalangan-kalangan tersebut. Alasan Aji untuk mengangkat testimonial tentang Kangen Band adalah karena ia ingin membentuk image band pop Melayu tersebut sebagai band yang fenomenal, dimana ada yg suka dan tidak. “Jadi dengan adanya video klip itu, Kangen berusaha ngasi tau

kembali bahwa mereka adalah band fenomenal. Terserah gimana penilaian masyarakat”, tambah Aji. Wujud “penilaian” dalam bentuk testimoni yang dilakukan para talent di klip ini, ternyata bukan rekayasa. Pendapat-pendapat yang ditulis mereka adalah murni testimoni dari para talent untuk Kangen Band. Isinya ada yang memberi semangat, ejekan, dan pujian.

“Konsep keseluruhan klip? Umm.. konsepnya yah testimonial orang-orang tentang Kangen Band. Orang-orang yang kita pilih secara random baik orang-orang umumnya maupun selebritisnya,” ungkap Renny, sang sutradara klip. Diakuinya, Renny dan pihak label berdiskusi, dan ingin membuat klip yang kemudian bisa di perbincangkan oleh banyak orang. “Karena keberadaan Kangen Band itu sendiri di

(15)

industri musik banyak pro dan kontra. Karena judul lagunya “Nilailah Aku”, kita ingin tahu bagaimana penilaian orang-orang terhadap Kangen,” imbuhnya. Renny menjelaskan bahwa tidak ada pertimbangan apapun dalam memilih talent selain kesediaan mereka untuk tampil memberikan testimonial dan tidak dibayar. Pihaknya menghubungi artis-artis untuk meminta kesediaannya, dan mendatangi ke rumah, tempat kerja atau lokasi syuting mereka. Ia pun kembali menegaskan bahwa tidak ada rekayasa, penambahan, atau pengurangan dalam testimoni para talent terhadap Kangen Band. Klip dibuat secara natural dengan tidak melebih-lebihkan penilaian orang terhadap Kangen Band. “Memilih artis selain untuk daya tarik, pertimbangannya artis sebagai bagian dari masyarakat juga,” Renny mengakhiri.

Lagu “Nilailah Aku” sendiri diciptakan oleh sang gitaris, Doddy. Isi lagunya bercerita tentang cinta, dimana ada seorang laki-laki yang sangat mencintai kekasihnya. Tetapi, sang kekasih tidak percaya akan cinta lelaki ini. Si laki-laki pun membebaskan kekasihnya untuk bebas menilai. Yang jelas, laki-laki tersebut sangat mencintai dan ingin menemani kekasihnya “sampai tua nanti”, sesuai petikan kalimat dalam lagu tersebut. “Nilailah Aku” dipilih sebagai single ketiga atas kebijakan label dan permintaan fans. Mereka ingin menampilkan lagu yang lebih up beat

dibandingkan dua single sebelumnya.

4.1.3.2 Profil Kelompok Dominan di Klip “Nilailah Aku” (Artis-artis) 4.1.3.2.1 Yuni Shara

Gambar 4.1.4 Yuni Shara Sumber: http://rujakmanis.com/

(16)

Penyanyi yang biasa membawakan lagu-lagu pop lawas, bernamakan asli Wahyu Setyaning Budi. Wanita asal Malang kelahiran 3 Juni 1972 ini adalah kakak kandung dari diva pop Indonesia, Krisdayanti. Ia pun saat ini membentuk kelompok vokal bernama 5 Wanita dengan penyanyi wanita Indonesia lainnya, seperti Nina Tamam, Iga Mawarni, Rika Roeslan, dan Andien .

Wanita yang saat ini menjalin hubungan dengan Raffi Ahmad tersebut, telah menghasilkan beberapa album. Album teranyarnya dirilis tahun 2009 lalu dengan judul Kucari Jalan Terbaik. Berduet dengan kekasihnya, Yuni tampak percaya diri membawakan lagu lawas milik Warna berjudul 50 Tahun Lagi. Video klip bernuansa

clubbing tersebut didukung beberapa musisi dan selebriti yang cukup dekat dengan Yunim seperti Krisdayanti, Rossa, Kristina, Nina Tamam, Ina dan Jeremy Thomas, juga Tamara Geraldine.

4.1.3.2.2 Donna Harun

Gambar 4.1.5 Donna Harun Sumber: http://m.kapanlagi.com/

Donna Harun lahir di Bandung, 21 Februari 1968. Ia merupakan aktris sekaligus model Indonesia. Mengawali karirnya sebagai model, Donna pun melebarkan sayapnya di seni peran. Beberapa judul sinetron dan film pernah dibintanginya, diantaranya Ariel & Raja Langit (2005), Drop Out (2008), dan

Syahadat Cinta (2008). Tidak hanya sampai di situ, ibu dari actor Ricky Harun tersebut juga sempat membuat album bersama Donna Aarsinta dan Novia Kolopaking.

(17)

4.1.3.2.3 Anjasmara

Gambar 4.1.6 Anjasmara Sumber: http://m.kapanlagi.com/

Siapa tidak tahu Anjasmara. Pria yang membintangi banyak sinetron dan film tersebut bernama asli Anjasmara Prasetya, Anjasmara lahir di Blitar, 13 November 1975. Awalnya, ia berkarir sebagai model. Ia kemudian menjadi terkenal setelah membintangi sinetron perdananya Romi dan Juli bersama Dian Nitami, yang sekarang menjadi istrinya. Anjas lebih dikenal lagi berkat sinetron “Si Cecep” yang mengantarkannya meraih SCTV Award kategori actor terpopuler. Ayah empat anak ini juga sukses dalam filmnya bersama Joshua dan Desi Ratnasari berjudul Joshua, Oh, Joshua (2000).

4.1.3.2.4 Donita

Gambar 4.1.7 Donita Sumber: http://m.kapanlagi.com/

Donita memulai debut karirnya mulai dari FTV berjudul “Dewa Asmara”.

(18)

beradu akting dengan Adly Fairuz, Tengku Wisnu, Shireen Sungkar, dan artis lainnya. Donita juga berperan di layar lebar yaitu film “Suster Ngesot”. Saat ini, ia

sedang mencoba dunia tarik suara. Perempuan kelahiran Bandung, 14 Februari 1989 dengan nama asli Noni Annisa Ramdhani telah memainkan beberapa judul sinetron lainnya, seperti “Benci Jadi Cinta”, “Makin Sayang”, dan “Mak Comblang”.

4.1.3.2.5 Fitri Tropica

Gambar 4.1.8 Fitri Tropica Sumber: http://antarafoto.com/

Fitri Tropica, cewek “lebay” (berlebihan) ini bernamaasli Fitri Rakhmawati.

Karirnya sebagai bintang komedian di acara “New Prime Time” di Trans TV,

membuatnya melejit. Aktingnya yang lucu dan menghibur berhasil membawa mantan penyiar radio Ardan FM ini unjuk kebolehan menjadi presenter kuis, seperti “Missing Lyric”. Aktris kelahiran Bandung, 26 September 1987 ini memang “doyan ngobrol” dari kecil. Oleh karenanya, ia menjajal karir sebagai penyiar radio di Bandung, dan berhasil dinobatkan sebagai Most Female Announcer Ardan FM pada 2007. Ia pun membintangi sinetron “Extravaganza ABG, dan “SKETSA ABG”.

Fitrop, panggilan ankrabnya, juga menjadi model video klip Vidi Aldiano berjudul “Status Palsu”. Mantan kekasih actor Riza Shahab tersebut berhasil membawa pulang

penghargaan “Best Model on Clip” dalam ajang “MTV Indonesia Awards School of Music” yang berlangsung pada 25 November 2009.

(19)

4.1.3.2.6 Riza Shahab

Gambar 4.1.9 Riza Shahab Sumber: http://id-id.facebook.com/

Riza adalah aktor belia yang baru saja merintis karir di dunia hiburan. Pria kelahiran Jember ini pernah membintangi sinetron “Cerita SMA” dan “Safa dan Marwah”. Memang belum banyak yang ditorehkan pria yang lahir pada tanggal 25

Oktober 1989 ini. Ia menjadi dikenal banyak orang karena pernah berpacaran dengan Fitri Tropica.

4.1.3.2.7 Bemby Putuanda

Gambar 4.1.10 Bemby Putuanda Sumber: http://profilseleb.blogspot.com/

Aktor yang pernah membintangi sinetron “Cinta Fitri” tersebut lahir tanggal 6

Mei 1974. Selain judul tersebut, ia juga pernah bermain di sinetron “Si Yoyo

(20)

dan memiliki dua anak ini sering menjadi peran pembantu dan belum pernah berperan sebagai bintang utama.

4.1.3.2.8 Ifan “Domino”

Gambar 4.1.11 Ifan “Domino” Sumber: http://kapanlagi.com//

Ifan merupakan vokalis band bernama Domino, yang sekarang berganti nama menjadi Govinda. Ia merupakan jebolan ajang pencarian bakat bernama “Dreamband” pada tahun 2004 dan anggota terakhir yang bergabung di band

Domino. Ifan sangat menggemari musik-musik Brit Pop sehingga banyak lagu Domino yang terinspirasi dengan aliran tersebut. Dengan suara khas-nya, Ifan membawakan lagu-lagu Domino bertemakan optimisme cinta.

4.2 Temuan Data Klip “Nilailah Aku”

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa hubungan kelompok dominan dengan kelompok subordinat perspektif hegemoni Gramscian di video klip Kangen Band berjudul “Nilailah Aku”. Hegemoni merupakan suatu ideologi yang menjelaskan tentang kesepakatan kelompok subordinat terhadap kekuasaan kelompok dominan terhadap ide-ide mereka. Gramsci menyebut kelompok dominan sebagai kaum intelektual yang “menawarkan” nilai-nilanya kepada kelompok “bawahan” (subordinat). Semua proses tersebut seolah terjadi begitu saja, sebagai suatu tindakan yang normal dan tanpa disadari.

(21)

Peneliti menggunakan metode semiotika dengan kode-kode televisi Fiske. Peneliti menentukan shot-shot klip berdasarkan konsep hegemoni Gramscian. Setelah itu, peneliti akan menganalisa hubungan kelompok dominan dengan kelompok subordinat di dalam video tersebut.

“Teori hegemoni meliputi analisis terhadap berbagai sistem penguasaan terkini maupun berbagai cara kelompok-kelompok politis tertentu memperoleh kekuatan hegemonik serta penggambaran berbagai kekuatan, kelompok, serta gagasan kontra-hegemoni yang mampu menyaingi dan menggulingkan hegemoni yang ada” (Kellner, 2010, p. 41-42). Untuk menemukan hubungan kelompok dominan dengan kelompok subordinat, peneliti membuat kategorisasi mengenai hegemoni Gramscian, yaitu:

a. Kelompok Dominan, merupakan kaum intelektual atau superior yang “menawarkan” ide-idenya kepada kelompok “bawah” (subordinat) dengan menggunakan dominasi kekuasaan. Disebut sebagai kelompok dominan karena dianggap sebagai orang-orang yang mendominasi kekuasaan dan melakukan kontrol sosial terhadap kelompok subordinat.

b. Kelompok Subordinat, merupakan kaum kelas “bawah” yang tanpa disadari mempercayai, menyetujui, dan menyepakati ide-ide atau nilai yang ditawarkan oleh kelompok dominan.

c. Ide, merupakan salah satu bentuk ideologi. Ide atau nilai diproduksi oleh kelompok dominan kepada kelompok subordinat.

d. Kesepakatan, merupakan inti dari terbentuknya hegemoni. Mereka secara tidak sadar meyetujui dan mempercayai ide-ide, atau nilai-nilai dari kelompok dominan. Unsur ini merupakan hasil dari keberhasilan penyampaian nilai kelompok dominan kepada kelompok subordinat. Jika kelompok subordinat tidak menyepakatinya, maka mereka tidak terhegemoni (hegemoni kelompok dominan tidak disetujui). Bahkan dari ketidaksepakatan ini, kelompok subordinat bisa melawan hegemoni kelompok dominan, yang kemudian disebut kontra-hegemoni.

(22)

Gambar 4.2.1 Peta Temuan Data Sumber : Olahan Peneliti, 2011

Kelompok

Dominan

Level Realitas

Penampilan Kostum Gerakan Ekspresi

Level

Representasi

Latar Pemeran

Kelompok

Subordinat

Level Realitas

Kostum

Gerakan

Level

Representasi

Pemeran

Ide

Level Realitas

Gerakan Ekspresi

Level

Representasi

Kamera Dialog

Kesepakatan

Level Realitas

Gerakan

(23)

4.2.1 Kategori Kelompok Dominan

Menurut Gramsci, kelompok dominan adalah orang-orang yang memiliki kekuatan untuk mempersuasi masyarakat kelas bawah yang dianggap lemah. Mereka dianggap memiliki intelektualitas dalam bidangnya masing-masing, untuk itulah disebut dominan. Kelompok dominan dalam klip “Nilailah Aku” milik Kangen Band,

dibentuk dalam beberapa karakter yang diambil dari kalangan selebritis Indonesia. Para talent dalam klip ini adalah Donna Harun, Anjasmara, Donita, Yuni Shara, Ifan “Domino”, Bemby Putuanda, Fitri Tropica, dan Riza Shahab. Semuanya berasal dari latar belakang yang berbeda.

Semua karakter yang berbeda-beda ditampilkan dalam klip ini dengan berbagai konstruksi yang ada. Gramsci menyebutkan bahwa kelompok dominan adalah pihak yang menawarkan hegemoni mereka kepada masyarakat lemah atau subordinat. Kelompok dominan dianggap memiliki intelektualitas dan kekuatan untuk mempengaruhi kelompok subordinat. Karakter dominan pada tiap talent dikonstruksi ke dalam beberapa kode.

4.2.1.1 Kode Penampilan dalam Kelompok Dominan

(24)

Gambar 4.2.1.3 Gambar 4.2.1.4

Gambar 4.2.1.5 Gambar 4.2.1.6

Gambar 4.2.1.1 – 4.2.1.6 Penampilan Kelompok Dominan Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Di kode penampilan pada level realitas, kelompok dominan ditampilkan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi, semua gambar di atas menunjukkan kesamaan warna kulit mereka yang putih. “Kulit putih dianggap berstatus lebih tinggi daripada kulit hitam” (Mulyana, 2007, p. 95). Kulit seperti ini konon didambakan 87% wanita Indonesia menurut sebuah iklan kosmetik di TV swasta. Berarti banyak orang, terutama wanita yang ingin memiliki kulit seperti ini karena dipercaya berstatus lebih tinggi. Bisa saja asumsinya adalah, semakin kulit putih atau bercahaya, maka orang tersebut rajin merawat diri. Orang yang gemar merawat diri di salon kecantikan atau klinik wajah adalah mereka yang memiliki uang. Kulit lebih gelap diasumsikan sebagai orang yang tidak merawat diri, maka dari itu disebut kelas bawah. Dalam keenam shot di atas, kelompok dominan dibentuk dengan kulit putih yang bagi orang Indonesia berstatus tinggi.

(25)

Pada kebudayaan-kebudayaan barat yang berdasarkan kelas, kulit "pucat" menunjukkan kelas atas, dan pekerja intelektual, bertentangan dengan pekerja-pekerja kasar di ladang yang berkulit gelap” (Azizah, 2009, p. 23).

Gambar 4.2.1.7

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.8 Sumber : www.topnews.in

Gambar 4.2.1.9

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.10 Sumber : www.shortstiles.net

Gambar 4.2.1.11

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.12 Sumber :

www.cinesdebarrioseventies.blogspot.com Gambar 4.2.1.7 – 4.2.1.12 Model Rambut Kelompok Dominan

Karakter dominan klip ini dikonstruksi dengan menghadirkan selebriti dari bidang dan penampilan yang berbeda. Seperti model rambut, Donna Harun (Gambar

(26)

4.2.1.7) memiliki rambut panjang bergelombangnya. “Rambut panjang bergelombang menunjukkan pribadi yang seksi, superfeminin, dan manis” (“Kepribadian Wanita Dan Rambut”, 2011, par. 3). Biasanya diidentikkan dengan wanita bertubuh langsing dan tinggi seperti Donna. Donna Harun memiliki kesamaan model rambut dengan dengan Sarah Jessica Parker (Gambar 4.2.1.8). Sarah adalah aktris Hollywwod yang beberapa kali membintangi judul film sebagai pemeran utama, seperti “Honeymoon In Vegas”, “Miami Rhapsody”, “Once Upon A Mattress”, dan yang paling terkenal

adalah “Sex And The City”. Karakternya sebagai kolumnis seks kota Manhattan. Sarah juga pernah menjadi produser dan memiliki brand parfum yang menggunakan namanya sendiri. Ia pernah mendapatkan “Emmy Awards” tahun 2001 dan 2004, serta

meraih “Golden Globe Awards” pada 2000, 2001, 2002, dan 2004 melalui film serial

Sex And The City”. Aktris yang sudah membintangi sekitar 54 judul film dan teater

ini aktif sebagai anggota “Hollywood Komite Politik Perempuan”, dan perwakilan UNICEF untuk Seni Pertunjukan (Sarah Jessica Parker, 2011).

Yuni Shara (Gambar 4.2.1.9) yang memiliki rambut pendek bergaya pixie. Model seperti ini cocok dengan kepala dan tubuh mungil seperti Yuni Shara. Dan potongan seperti ini digemari oleh selebritas Hollywood (“Kepribadian Wanita Dan Rambut”, 2011). Model rambut seperti itu mirip dengan artis Hollywood, Anne Hathaway (Gambar 4.2.1.10). Ia terkenal lewat film Disney berjudul “The Princess Diaries” sebagai peran utama. Kontraknya kemudian diputus oleh Disney karena

perannya di film dewasa “Brokeback Mountain”. Ia juga sering membintangi film

sebagai peran utama seperti “Passenger”, “Rachel Getting Married”, “Bride Wars”,

dan film komedi “Get Smart”. Dalam film “The Devil Wears Prada”, Anne meraup

pendapatan terbanyak sepanjang karir filmnya. Dan dalam film “Rachel Get Married”, ia mendapatkan penghargaan sebagai “Best Actress” di ajang “National Board of Review Award” dan “Broadcast Film Critics Association Award”. Serta

mendapatkan nominasi pada ajang “Academy Awards” dan “Golden Globe Award

sebagai “Best Actress”. Selain dalam film, Anne juga aktif dalam berbagai kegiatan

(27)

Network”, Lembaga non Profit untuk Rumah sakit anak, “Kampanye Hak Asasi Manusia”, dan Teater non Profit untuk anak-anak cacat.

Donita (Gambar 4.2.1.11) memiliki rambut lurus panjang. Rambut seperti itu memiliki aura sensual dan sederhana (“Kepribadian Wanita Dan Rambut”, 2011). Rambut seperti ini cocok untuk orang yang memiliki postur tinggi, seperti Donita. Rambut tersebut sama dengan aktris Jennifer Aniston (Gambar 4.2.1.12). Ia adalah aktris Hollywood yang baru masuk dalam “Walk Of Fame” setelah 18 tahun berkarier

di dunia perfilman (“Tangan Dan Kaki Jennifer Aniston Disemen”, 2011). Bintang yang terkenal lewat serial televisi berjudul “Friends” serta beberapa judul film

dimana ia menjadi bintang utama, seperti “The Break-Up”, “Hes‟s Just Not Into You”, dan “Marley In Me” ini termasuk bintang elit Amerika. Ia tinggal di apartemen

kecil tapi mewah di kota tersibuk dunia, yaitu New York dan meninggalkan gaya santainya di Hollywood (“Apartemen Mungil Tapi Mewah Jennifer Aniston”, 2011). Ketiga perempuan dominan di atas memiliki model rambut yang sama dengan artis Hollywood. Ketiga artis Hollywood tersebut juga memiliki citra mewah atau kelas atas dengan aktivitas dan gaya hidup mereka. Perempuan dominan di klip ini mengadopsinya, sehingga memiliki kesan mewah, atau kelas sosial atas seperti Sarah Jessica Parker, Anne Hathaway, dan Jennifer Aniston.

Fitri Tropica (Gambar 4.2.1.3) dengan wig bob berwarna kuning. Rambut bob

melambangkan pribadi yang kuat, elegan, dan sederhana (“Kepribadian Wanita Dan Rambut”, 2011). Menurut Eko Nugroho dalam bukunya berjudul “Pengenalan Teori Warna”, warna kuning bisa memiliki makna kekayaan, keceriaan, dan optimisme.

Pada kode ini, konstruksi yang tampak adalah bagaimana citra dominan ditonjolkan dengan model rambut dan juga warna kulit mereka. Model rambut mereka berbeda dan memiliki arti yang berbeda pula. Citra dominan dibentuk dengan menghadirkan variasi rambut pada selebriti ini. Arti rambut menonjolkan kepribadian para kelompok dominan di atas. Penampilan mereka dikonstruksi dengan menggunakan model rambut panjang bergelombang, lurus panjang, dan bob. Mereka memiliki warna kulit yang sama, yaitu putih. Putih melambangkan dominasi.

(28)

Karakter dominan dikonstruksi dengan mayoritas warna kulit putih dan juga variasi rambut.

4.2.1.2 Kode Kostum dalam Kelompok Dominan

“Fashion dan pakaian adalah ideologis dalam artian fashion dan pakaian pun merupakan bagian dari proses yang di dalamnya kelompok-kelompok sosial membangun, menopang, dan mereproduksi posisi kekuasaan, serta relasi dominasi dan didominasi. Lebih jauh lagi, fashion dan pakaian merupakan bagian dari posisi dominan dan didominasi tersebut untuk dibuat kelihatan sepenuhnya alami, tepat dan absah, bukan hanya bagi mereka yang berada dalam posisi dominan melainkan juga bagi mereka yang berada dalam posisi didominasi. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan ini adalah “hegemoni” (Barnard, 2011, p. 59).

Dari kode kostum, semua kelompok dominan menampilkan jenis dan warna yang berbeda. “Berbicara mengenai warna, tiap warna memiliki makna. Makna ini dapat berbeda antara satu budaya dengan budaya yang lain” (Nugroho, 2008, p.36). Seperti koin, warna memiliki dua jenis makna. Makna positif dan negatif. Dalam menentukan arti, peneliti juga memperhatikan dari kode-kode lain yang ada dalam

shot. “Warna sendiri dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok warna panas berada dalam rentang setengah lingkaran merah hingga kuning. Warna ini menyimbolkan keriangan, semangat, rasa marah, dan sebagainya” (Nugroho, 2008, p.35). “Sedangkan kelompok warna dingin berada dalam rentang setengah lingkaran dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, kesejukan, kenyamanan, dan sebagainya” (Nugroho, 2008, p.36). Warna panas mengesankan suatu kedekatan, sedangkan warna sejuk mengesankan jarak yang jauh. Warna gelap ialah warna yang kuat, sementara warna terang ialah warna yang menyenangkan. Yang dimaksudkan kekuatan disini ialah keseriusan dan ketegasan. Sebaliknya, yang dimaksudkan dengan menyenangkan ialah tidak adanya keseriusan atau terkesan selalu bersenang-senang (Synnott, 2007).

(29)

Dalam buku “Pengenalan Teori Warna”, warna abu-abu sendiri memiliki arti

cerdas, kokoh, anggun, dan intelektual. Abu-abu sendiri, secara universal memiliki efek psikologis intelektual. Warna ini juga sangat mudah dilihat mata. Donna (Gambar 4.2.1.1) di sini merupakan salah satu anggota yang berasal dari kelompok dominan, yang “mempersuasi” kelompok subordinat. Dengan menggunakan kostum berwarna abu-abu, makin memperkuat posisi Donna sebagai kelompok dominan. Menurut Gramsci, kaum intelektual adalah pencipta hegemoni. Selain menggambarkan intelektualitas, warna abu-abu juga memiliki arti lainnya. Secara tidak langsung, shot ini ingin membentuk karakter kelompok dominan sebagai orang yang tidak hanya intelek, tetapi juga cerdas, kokoh, dan anggun dari sisi warna kostum.

Tiap negara memiliki budaya yang berbeda. Arti warna juga memberikan pengertian yang berbeda antara satu budaya dengan yang lain. Warna abu-abu, menurut budaya negara bagian Barat, memiliki efek psikologis membosankan dan sedih. Sedangkan, di negara Timur (termasuk Indonesia), warna ini memiliki efek penolong (Darmadi, 2011).

“Di Indonesia, pakaian pada wilayah pembentukan ideologi personal atau komunitas, merupakan dimensi bergaya. Tatanan dan tuntunan bergaya inilah yang sering ditafsirkan sebagai usaha mengekspresikan keinginan dan pengakuan identitas pada konteks kehidupan sosial” (“Ideologi Pakaian Dalam Diskursus Sosial Di Indonesia”, 2011, par. 3). Jadi, pemakaian kostum atau pakaian tertentu memiliki kesan tersendiri dalam pembentukan kelas sosial seseorang. Donna Harun, Yuni Shara (Gambar 4.2.1.2), dan Riza Shahab (Gambar 4.2.1.4) menggunakan jenis kostum yang sama, yaitu kaos atau T-Shirt. Hanya saja warna T-Shirt tersebut yang berbeda. Kaos adalah pakaian sederhana ringan untuk tubuh bagian atas, biasanya lengan pendek (T-Shirt disebut demikian karena bentuknya). Sebuah T-Shirt biasanya tanpa kancing dan kerah, dengan leher bulat dan lengan pendek. Busana ini bisa dikenakan oleh siapa saja, baik pria dan wanita, dan untuk semua kelompok umur, termasuk bayi, remaja, dan dewasa (“Definisi Dan Sejarah Kaos”, 2011).

(30)

“Agar seseorang tampak lemah (tidak dominan), maka mereka harus mengenakan pakaian dalam jumlah yang lebih banyak” (Cohen, 2009, p.78). Ketiga orang dominan tersebut hanya mengenakan atasan T-Shirt tanpa lapisan lainnya, sehingga mereka disebut dominan. Kaos awalnya dipopulerkan oleh Marlon Brando, seorang seniman teater pada tahun 1947 di Amerika. Kala itu, mode ini sangat menarik perhatian para penonton, tetapi tidak sedikit pula yang memprotesnya. Kaos dianggap sebagai bentuk pemberontakan dan ketidaksopanan bagi pemakainya. Kemudian, kaos menjadi digemari anak-anak muda dan bukan lagi sebatas tren, tetapi menjadi budaya keseharian mereka (“Definisi Dan Sejarah Kaos”, 2011).

Menurut sejarah, di Indonesia T-Shirt awalnya dianggap sebagai barang yang mahal dan bergengsi tinggi. Jadi pemakaian T-Shirt bisa menunjukkan kelas sosial seseorang yaitu menengah ke atas. Di Indonesia, konon, masuknya benda ini karena dibawa oleh orang-orang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal (“Definisi Dan Sejarah Kaos”, 2011).

Gambar 4.2.1.13

Gambar 4.2.1.13 Kostum Anjasmara Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Warna T-Shirt yang dikenakan Yuni (Gambar 4.2.1.2) berwarna kuning. Kuning adalah warna cerah yang berarti ia tidak serius. Dalam hal ini, Yuni tidak serius dalam perannya sebagai kelompok dominan. Sama halnya dengan Anjasmara

(31)

(Gambar 4.2.1.13) yang mengenakan kostum warna oranye. Oranye juga termasuk warna cerah. Makna gerak dan kostum yang ditampilkan Anjasmara juga bertolak belakang. Itu menandakan perbedaan arti yang bertolak belakang antara gerak, kostum, dan juga fisik Anjasmara yang sudah dewasa.

Kostum yang dikenakan Fitri Tropica (Gambar 4.2.1.3) terlihat formal dan rapi yang melambangkan status sosialnya yang tinggi. “Cara berpakaian yang rapi, boleh jadi tanpa sengaja mengkomunikasikan suatu pesan, misalnya rasa percaya diri” (Mulyana, 2007, p. 112). Tetapi, bila kode kostum yang dikenakan Fitri dipadukan dengan wig warna kuning yang ia kenakan bisa menjadi sesuatu yang berbeda. Ia berlaku sebagai seseorang yang terlihat serius, tetapi warna rambutnya yang cerah melambangkan ketidakseriusan. Fitri mengkonstruksi dirinya sebagai kelompok dominan yang tidak menampakkan jati dirinya dengan jelas.

Donita (Gambar 4.2.1.6) memakai cardigan berwarna biru yang memiliki arti percaya diri, dapat diandalkan, kepercayaan, kehebatan, kekuatan, dan kebijaksanaan (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut budaya Timur, warna ini identik dengan kekayaan (Darmadi, 2011). Warna ini juga sering digunakan untuk logo-logo bank di Amerika untuk meningkatkan kepercayaan. Donita dikonstruksi dengan warna biru untuk menunjukkan kepercayaan dan “kekayaan” yang ia miliki. “Kekayaan” biasa dimiliki oleh orang kelas “atas”, seperti kaya ilmu dan kaya materi. Kelas atas adalah salah satu ciri kelompok dominan dalam teori hegemoni Gramscian. Dengan warna biru, Donita juga ingin agar kelompok subordinat “percaya” pada kepemimpinan moral kelompok dominan.

(32)

Gambar 4.2.1.14

Gambar 4.2.1.14 Kostum Ifan “Domino” Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Dominasi warna hitam pada kostum yang dikenakan Ifan “Domino” (Gambar 4.2.1.14) memberikan kesan kokoh, anggun, dan kuat (Nugroho, 2008). Bahkan Deddy Mulyana menambah satu kesan warna hitam yang memperkuat karakter kelompok dominan, yaitu berkuasa (Mulyana, 2007). Ifan menunjukkan kekuasaan dan kekuatannya sebagai kelompok dominan dengan keseluruhan kostum berwarna hitam. Masyarakat Indonesia juga memiliki pengalaman panjang dengan Belanda. Salah satu ''warisan'' Belanda kepada masyarakat Indonesia adalah warna hitam yang identik dengan wibawa, angker, sakral, disungkani (Darmadi, 2011). Warna hitam ini identik dengan orang yang kuat dan berasal dari kelas atas, karena biasanya mereka disegani oleh kelompok “bawah”.

Kostum yang ia kenakan terkesan sebagai anak “berandal”, seperti kebanyakan vokalis band. Kaos yang ia kenakan menggambarkan kesan santai. Jaket kulitnya melambangkan pemberontakan, seperti model punk (Barnard, 2011). Selain itu, jaket jenis ini lekat dengan kesan rock „n roll karena sering dipakai oleh para pemain musik bergenre rock. Serta memiliki kesan keras, macho, dan kuat (“Jaket”, 2011). Punk dan rock „n roll adalah pecahan dari musik rock.

Musik rock di Indonesia mulai menjejak pada tahun 1970-an. Kemunculannya tidak bisa dilepaskan dari para pionir rock mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek. Musik rock kental dengan kerusuhan dan citra bengal tiap pertunjukan yang dihelat.

(33)

Citra buruk musik rock berawal dari era 1980-an tersebut. Geng-geng para band rock dikenal bersikap anarkis dan mau menang sendiri. Mereka ingin diakui sebagai geng terkuat, terbesar, dan anggotanya terbanyak. Sejak saat itu mulailah setiap pentas musik rock diwarnai dengan tawuran, kekacauan, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Band God Bless dianggap sebagai grup band rock papan atas di Indonesia pada masa itu. Bahkan bisa dibilang, God Bless adalah raja panggungnya musik Indonesia (“Sejarah Rock Di Indonesia”, 2011).

Gambar 4.2.1.15

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.16 Sumber: www.kaskus.us Gambar 4.2.1.15 – 4.2.1.16 Kostum Ifan “Domino” & God Bless

Ikon musik rock di Indonesia, God Bless (Gambar 4.2.1.16) terinspirasi oleh

band-band rock luar, seperti Rolling Stones, Led Zeeplin, Deep Purple, dan Pink Floyd. Citra band rock yang bengal dan terinspirasi dari budaya Barat juga secara tidak langsung ditampilkan oleh Ifan “Domino” (Gambar 4.2.1.11) dalam kostumnya. Ia mengenakan jaket kulit yang identik dengan musik rock. Para penggemar musik ini juga identik dengan kesan “keinginan untuk menjadi kuat dan besar”, seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Jadi, citra dominan pada Ifan dimunculkan dengan jenis kostum yang ia pakai.

(34)

Gambar 4.2.1.17

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.18 Sumber : fairwaygiftshop.com Gambar 4.2.1.17 – 4.2.1.18 Kostum Bemby Putuanda & Polo-Shirt

Polo-Shirt sangat terkenal di Amerika pada tahun 1930-an. Dan kaos semacam ini identik dengan olahraga golf, karena para pemainnya mengenakan Polo-Shirt ketika bermain (“Sejarah Polo Shirt / Kaos Polo Shirt”, 2009). Olahraga golf identik dengan orang-orang kelas atas, seperti para entrepreneur. Dengan bermain golf, bisa menambah relasi atau lebih mudah berhubungan dengan orang lain. Tidak hanya menambah relasi, olahraga ini dipercaya membuat seseorang lebih mudah cepat akrab dengan partner bisnisnya. Manfaatnya adalah seseorang akan dapat melakukan lobi-lobi bisnis dan segala keputusan bisa dilakukan di lapangan golf (“Hobi Bisnis Dan Pekerjaan Golf”, 2010). Lapangan golf juga sering ditemui di kawasan-kawasan elit, seperti Graha Famili dan Bukit Darmo (Surabaya).

Pemakaian kostum warna hitam yang memberi kesan kuat dan berkuasa kembali dikenakan oleh aktor bernama Bemby Putuanda (Gambar 4.2.1.17). Hal ini semakin menguatkan karakteristik kelompok dominan yang merupakan orang-orang superior. Mereka dianggap kelompok masyarakat yang memiliki kuasa untuk melakukan dominasi. Oleh karena itu, Gramsci menyebutnya sebagai kelompok dominan. Hanya saja, Bemby memberi unsur santai dalam jenis kostumnya. Ia membiarkan kancing Polo-Shirt-nya terbuka. Gaya seperti ini memberi kesan agar ia lebih leluasa, karena tidak “terikat” oleh kancing. David Cohen mengisyaratkan bahwa orang-orang dominan harus lebih bebas bergerak dan ekspresif. Polo-shirt dengan kancing terbuka memberi kesan santai dan apa adanya. Karakter dominan

(35)

diperlihatkan dengan warna hitam di Polo-Shirt Bemby. Meski memiliki kesan kuat, tapi ia membawakannya dengan santai dan sederhana.

Pada kode ini, konstruksi kostum diperlihatkan dengan variasi warna. Warna-warna yang digunakan cenderung memiliki arti positif yang melambangkan suatu intelektualitas, kekuatan, kekuasaan, kesombongan, ketegasan, dan kepercayaan diri. Itu adalah cerminan dari warna yang berbeda-beda, yaitu abu-abu, kuning, oranye, putih, biru, dan hitam. Kelompok dominan dikonstruksi dengan menggunakan warna-warna di atas, dan memiliki arti yang beragam pula. Jenis kostum yang dipakai juga dikonstruksi oleh para kelompok dominan dengan mayoritas pakaian yang sederhana. Sederhana di sini adalah pemakaian kostum yang tidak berlapis, hanya kaos jenis T-Shirt dan Polo-Shirt. Mayoritas dari mereka menggunakan T-Shirt. Penggunaan kaos jenis ini diidentikan dengan kelas sosial atas karena awal kemunculannya di Indonesia sebagai barang yang bergengsi.

4.2.1.3 Kode Gerakan dalam Kelompok Dominan

Kode lain di level realitas yang tampak adalah mengenai gerakan yang dibawakan oleh kelompok dominan. Dengan adanya kode tersebut, makin menguatkan karakter dominan mereka. Klip ini mengkonstruksi para kelompok dominan dengan kode-kode yang jika ditelusuri menggambarkan citra atau karakter mereka. Tentu saja hal ini merujuk pada pemahaman Gramsci mengenai kelompok dominan dalam pengertian hegemoni.

Gambar 4.2.1.19

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.20

Sumber : Video Klip Rossa “Hey Ladies

(36)

Donna Harun (Gambar 4.2.1.1) melipat silang tangannya dan kedua lengannya dicengkram erat. Menurut Allan Pease, gerakan tersebut menggambarkan sikap tegas yang dimiliki oleh kelompok dominan. Sikap defensif ditampilkan oleh Yuni Shara (Gambar 4.2.1.19) dan Anjasmara (Gambar 4.2.1.10) melalui gerakan mereka. Yuni melipat kakinya dan Anjasmara melipat “standar” tangannya. David Cohen mendefinisikan kaki yang melipat sebagai bentuk orang yang defensif. “Melipat kaki biasanya merupakan postur mempertahankan diri seperti halnya ketika kita menyentuh diri kita sendiri. Banyak sentuhan ini dimaksudkan untuk menghibur diri atau melindungi diri” (Cohen, 2009, p. 54). Gerakan melipat erat pada kaki Yuni sama dengan yang dilakukan Rossa. Gerakan seperti ini juga lazim digunakan oleh fotomodel-fotomodel wanita di media sebagai bentuk pose atau gaya berfoto. Bisa jadi, gerakan melipat kaki seperti itu menunjukkan rasa percaya diri seorang wanita. Tidak hanya untuk pose foto, gerakan ini juga tanpa disadari menjadi kebiasaan para wanita, khususnya, ketika duduk santai, atau sedang berinteraksi dengan orang lain. Seperti pada video klip Rossa berjudul “Hey Ladies” (Gambar 4.2.1.20). Rossa

menyanyi sambil berpose melipat kakinya. Di budaya Indonesia, melipat kaki seperti ini juga biasanya diperagakan oleh “atasan” kepada “bawahan”-nya. Tidak mungkin seorang “bawahan” mengangkat kakinya di depan “atasan”-nya, karena dianggap tidak sopan.

Anjasmara (Gambar 4.2.1.13) memberi gerakan melipat standar yang berarti defensif. “Gerak isyarat standar lengan bersilang adalah gerak isyarat universal yang mencerminkan sikap defensif atau negatif hampir di setiap tempat” (Pease, 1987, p. 62). Jika dikaitkan dengan konteks hegemoni Gramsci, istilah kelompok dominan dicap sebagai orang-orang kuat, superior, berkuasa, dan mempunyai kepemimpinan moral. Peneliti melihat “defensif” di sini sebagai bentuk kekuatan kelompok dominan. Seperti layaknya sebuah pertandingan olahraga, dimana sebuah tim memperlihatkan strategi bertahan atau defends agar tidak kalah angka dar tim lawan. Ketika berhasil mendapatkan angka atau skor lebih banyak, berarti mereka juga memiliki kekuatan pertahanan yang baik. Tim yang menang adalah tim yang kuat. Sama juga ketika kita melihat film superhero, ketika mereka berhasil menangkis

(37)

serangan lawan, penonton menganggap bahwa itu adalah salah satu bentuk kekuatannya. Superhero tersebut kuat untuk menahan serangan lawan. Di klip ini, kelompok dominan dikonstruksi sebagai orang-orang kuat, salah satunya dengan gerakan “defensif” yang diperlihatkannya.

Gambar 4.2.1.21

Gambar 4.2.1.21 Gerakan Fitri Tropica Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gerakan tangan Fitri ke atas (Gambar 4.2.1.21) mengisyaratkan bahwa ia punya kekuatan. “Data penelitian mengindikasikan bahwa semakin seseorang merasa kedudukannya tinggi, maka semakin tinggi dia menggerakkan tangannya. Ini adalah gestur umum pada relasi atasan (superior) dengan bawahan” (Nierenberg&Calero, 1971, p. 96).

Gambar 4.2.1.22

Gambar 4.2.1.22 Gerakan Ifan “Domino” Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

(38)

Karakter dominan juga ditunjukkan dengan gerakan Ifan “Domino” (Gambar 4.2.1.22). Semuanya melambangkan kekuatan dan kekuasaan. “Laki-laki yang memiringkan kepalanya memperlihatkan fakta bahwa ia merasa superior, dan sama sekali tidak mau mengalah” (Cohen, 2009, p. 115). Gerakan seperti itu menunjukkan sikap superior, merasa dirinya “tinggi” atau kuat. Ia duduk dengan membuka lebar kakinya dengan leluasa. Ifan juga mengangkat tangannya ke atas sambil memegang kartu testimonial Kangen Band. Ia menunjukkan kartu tersebut dengan mengangkatnya ke atas, sambil menampilkan ekspresi wajah. Gerakan tersebut memberi kesan dominannya ketika akan “menilai” Kangen Band. Mengangkat tangan ke atas menunjukkan kekuatan, kedudukan, dan otoritas diri.

Pada kode ini, konstruksi yang terlihat adalah pergerakan tangan ke atas, yang memiliki arti dominasi. Kemudian banyak gerakan yang defensif serta tegas dengan melipat kaki dan tangan. Karakter kelompok dominan dibentuk dengan gerakan-gerakan tersebut.

4.2.1.4 Kode Ekspresi dalam Kelompok Dominan

Gambar 4.2.1.23 Gambar 4.2.1.24

Gambar 4.2.1.23 – 4.2.1.24 Ekspresi Kelompok Dominan Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Masih di level realitas, kode ekspresi kelompok dominan ditampilkan oleh Fitri Tropica dan Ifan “Domino”. Fitri (Gambar 4.2.1.3) menunjukkan ekspresi senyuman lebar yang merupakan tanda untuk meningkatkan kepercayaan seseorang terhadapnya. “Kita lebih mempercayai individu yang tersenyum daripada yang tidak.

(39)

Para pramusaji yang tersenyum mendapatkan tip lebih besar dan para calon politikus yang tersenyum mendapatkan dukungan suara lebih banyak” (Cohen, 2009, p. 152).

Menurut Alan Pease dalam bukunya berjudul “Bahasa Tubuh”, ekspresi

wajah Ifan (Gambar 4.2.1.5) yang menaikkan salah satu alis dan mengangkat bibir bawahnya adalah bentuk ejekan. Mengejek di sini berarti ia merasa bahwa dirinya benar dan berkuasa. Dikaitkan pada teori hegemoni Gramsci, kelompok dominan digambarkan sebagai orang-orang yang punya kuasa untuk mempersuasi kelompok di bawahnya.

Pada kode ini, konstruksi yang nampak adalah ekspresi Fitri dan Ifan yang memiliki arti tertentu. Fitri menggunakan senyuman lebarnya untuk memberi kesan orang yang dapat dipercaya (kepercayaan), sedangkan Ifan menaikkan salah satu alis dan mengangkat bibir bawahnya yang berarti ejekan. Dengan dua ekspresi yang berbeda, karakter dominan dikonstruksi melalui kedua selebritis ini.

4.2.1.5 Kode Latar dalam Kelompok Dominan

Masih di level representasi, kode latar pada kategori ini dikonstruksi dengan warna. Warna latar tiap shot-shot di atas memiliki arti tersendiri. Bagaimana klip ini memiliki konstruksi-konstruksi tertentu dalam kaitannya dengan hegemoni. Warna sebenarnya memiliki berbagai macam arti. Satu warna bisa memiliki lebih dari satu arti yang bahkan berbanding terbalik. Peneliti mencocokkan arti warna dengan kode-kode lainnya, sehingga bisa menjelaskan konstruksi yang ada di dalam klip “Nilailah Aku” ini.

Latar Donna Harun (Gambar 4.2.1.1) yang berwarna merah melambangkan kekuatan dan kepemimpinan (Nugroho, 2008). Kepemimpinan merupakan salah satu ciri grup dominan dalam perspektif hegemoni Gramscian. Oleh karena grup ini diartikan sebagai orang-orang yang mendominasi masyarakat, mereka dianggap memiliki kekuatan untuk memimpin. “Peranan warna justru dapat digunakan untuk ikut membentuk karakter seseorang, dengan menata warna ruang kehidupan orang itu” (Mudjiono, 1976, p. 20). Dalam budaya Timur pun, warna merah memiliki arti

(40)

kemakmuran. Klip ini menonjolkan unsur merah pada latar Donna yang melambangkan kekayaan dan kemakmuran kelompok dominan.

Gambar 4.2.1.25

Sumber: Video Klip “Nilailah Aku

Gambar 4.2.1.26

Sumber : http://interiortags.blogspot.com/ Gambar 4.2.1.25 – 4.2.1.26 Latar Victorian Yuni Shara

Latar Yuni Shara (Gambar 4.2.1.25), yaitu wallpaper dengan warna yang elegan. Warna cokelat tua dan krem menjadi dominasi wallpaper tersebut. Dengan menggunakan dominasi warna tersebut, menurut Eko Nugroho dalam bukunya yang berjudul “Pengenalan Teori Warna”, latar menunjukkan suatu kekayaan. Warna cokelat juga identik dengan budaya Indonesia, karena merupakan negara tropis. Warna cokelat biasa ditemukan pada kayu. Bisa dikatakan bahwa warna ini sebagai salah satu ciri bangsa Indonesia, seperti batik. Masyarakat Indonesia suka dengan warna kayu (Darmadi, 2011). Warna cokelat digunakan pada latar Yuni untuk menciptakan unsur kekayaan (dalam segi desain) dan juga identik dengan bangsa Indonesia.

Desain interior pada latar Yuni adalah bergaya “Victorian”, sama dengan

gambar di sebelahnya (Gambar 4.2.1.26). Desain interior “Victorian” adalah menjadi

populer pada masa pemerintahan Ratu Inggris Victoria 1.837-1.901. Dekorasi rumah selama periode ini ditandai dengan furnitur dalam skala besar dan ornamen ukiran terlihat dalam gulungan, daun bunga dan anggur. Sebuah dinding selalu ditutupi dengan wallpaper yang menampilkan pola besar bunga, burung atau bulu. Serta lantai mereka ditutupi dengan karpet oriental atau pola-pola besar. Warna berkisar dari permata kaya nada muram warna gelap, termasuk dalam merah, biru, cokelat, hijau

(41)

dan hitam (“Desain Rumah Mewah Gaya Victorian”, 2010). Gaya “Victorian” sangat

identik dengan kemewahan, seperti pada Gambar 4.2.1.11. Jadi, Yuni sebagai kelompok dominan di sini diidentikkan dengan kelas sosial atas.

Sedangkan Fitri Tropica (Gambar 4.2.1.3) memiliki latar yang didominasi oleh warna putih dan cokelat. Keduanya sama-sama membawa unsur kesederhanaan. Hanya saja, putih lebih menekankan unsur kekuatan, sedangkan cokelat berarti kemantapan. Kelompok dominan dibentuk dengan sesuatu yang kuat, tercipta dari gerakan Fitri dan juga warna latar. Selain itu, kemantapan sebagai seseorang yang dominan juga terlihat dari warna cokelat pada latar. Ia mantap untuk mempersuasi kelompok subordinat. Semua itu ditampilkan dengan unsur kesederhanaan yang dibentuk dalam arti lain dari warna cokelat.

Latar Riza (Gambar 4.2.1.4) adalah warna hitam yang dapat berarti kokoh dan kuat. Dalam budaya Indonesia, hitam juga memiliki kesan wibawa dan disegani. Kesan-kesan tersebut identik dengan karakter orang yang dominan. Ifan duduk di latar ruang kerja (komputer dan speaker), dimana ia adalah seorang musisi. “Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu” (Mulyana, 2007, p. 433). Dengan adanya benda-benda tersebut, Ifan diidentikkan dengan sosok yang memiliki intelektualitas dalam bermusik. Benda-benda tersebut berhubungan dengan pekerjaan di dunia musik.

Kemudian Bemby (Gambar 4.2.1.17) yang berdiri di sebuah restoran dengan dominasi warna cokelat. Warna tersebut bisa menggambarkan kesan mewah atau kaya. Shot ini ingin menjelaskan bahwa kelompok dominan adalah berasal dari orang-orang dari kelas menengah ke atas, dengan menggunakan latar restoran mewah. Dikatakan restoran mewah karena restoran tersebut didominasi dengan unsur berwarna cokelat. Warna cokelat juga merupakan ciri bangsa Indonesia (unsur kayu) sebagai negara tropis. Bisa jadi warna cokelat digunakan untuk meningkatkan kesan yang “baik” terhadap Bemby sebagai kelompok dominan. Dengan demikian kelompok subordinat yang merupakan orang Indonesia, akan lebih “mempercayai” peran kelompok dominan dalam klip ini.

Gambar

Tabel 4.1 Perjalanan Musik Melayu
Gambar 4.1.1 Search  Sumber : http://www.kastum.com/
Gambar 4.1.3 Kangen Band  Sumber : http://republica.co.id/
Gambar 4.1.4 Yuni Shara  Sumber: http://rujakmanis.com/
+7

Referensi

Dokumen terkait

Admin LPSE segera melakukan pengisian Data Pengelola LPSE, dan Kepanitian Pengadaan (ULP), Kelompok Kerja / POKJA ULP, serta mempersiapkan pemberian User ID dan Password

Dengan menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam hal ini telah

Lebih lengkap lagi karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini

Kesimpulan yang dapat diambil dari riset ini bahwa terdapat pengaruh terpaan teks berita „Pertaruhan Wibawa Hukum” dari koran Kompas dan teks berita „Gerombolan

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas yaitu modal, tenaga kerja, dan bahan baku terhadap variabel terikatnya yaitu produksi usaha kecil

Prostitusi merupakan gejala sosial yang tumbuh dan berkembang sejak lama dan di Indonesia prostitusi sudah dikenal di semua kota besar seiring dengan perkembangan

PC1 yang dihasilkan memiliki koefisien atau pembobot yang besar dan negatif, sehingga dinyatakan sebagai kecerahan negatif (blackness). PC3 yang dihasilkan dapat membedakan asap

Payback Period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment)