• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

B. Jumlah Tenaga Kerja PT Socfindo Kebun Mata Pao, Kabupaten

3. Mandor Perkebunan Divisi II PT Socfindo Kebun Mata Pao,

4.3. Interpretasi Data Penelitian

4.3.1. Peran Ganda Wanita Yang Telah Berumahtangga (Berkeluarga)

Peran ganda wanita yang telah berumahtangga (berkeluarga) mengacu pada dua (2) tindakan yang dilakukan perempuan tersebut, yakni sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga di dalam keluarganya (peran domestik/reproduktif). Disamping itu, dirinya juga bekerja sebagai tenaga kerja yang turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan kerja yang tersedia (peran publik/produktif). Ada berbagai alasan yang membuat para istri ikut terjun ke dalam dunia kerja (sektor publik). Pada golongan keluarga menengah ke atas, istri yang yang ikut terjun bekerja di sektor publik dikarenakan hanya sekedar untuk aktualisasi diri dan kepuasan dirinya saja. Namun bagi keluarga golongan menengah ke bawah, istri yang ikut terjun bekerja di sektor publik dikarenakan untuk membantu keuangan suaminya yang sangat tidak memadai untuk

dalam memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarganya sehari – hari. Dengan kata lain, kondisi ‘kemiskinan’ yang menjerat kehidupan rumah tangganya (keluarganya) yang mau tidak mau sang istri harus ikut terjun ke sektor publik untuk dapat membantu suaminya memenuhi tuntutan kebutuhan hidup sehari – hari di dalam keluarganya (rumah tangganya, baik itu kebutuhan pangan, papan, pendidikan formal bagi anak – anaknya, pemeliharaan kesehatan keluarganya, dan lain sebagainya dan juga harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya setiap harinya.

Didalam penelitian ini dapat dilihat bahwa selain menjadi istri, ibu dan pengelola rumah tangga didalam keluarganya setiap harinya (peran domestik/peran reproduktif), dirinya juga bekerja diluar rumah dengan bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei selama enam (6) hari berturut – turut, yakni dari hari Senin s/d hari Sabtu setiap minggunya (peran publik/reproduktif). Dimana, pekerjaan yang dilakukannya di perkebunan sawit itu sangat memerlukan fisik, otot dan tenaga yang kuat untuk dapat melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit tersebut. Dari hasilnya bekerja dengan menjadi buruh/karyawan di perkebunan tersebut, dirinya memperoleh penghasilan (gaji) setiap bulannya. Adapun alasan – alasan yang membuat istri/ibu bekerja pada sektor publik (menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit) dikarenakan oleh beberapa hal, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini:

Tabel 4.3.

Alasan Informan Kunci Bekerja Menjadi Buruh/Karyawan Perkebunan Sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei

No. Nama Alasan

1. 2. 3. 4. 5. Ibu Mila Ibu Rika Ibu Sumi Ibu Wati Ibu Sukinem

Gaji suami tiap bulannya sangat tidak mencukupi untuk membiayai keperluan – keperluan dalam keluarganya setiap bulannya.

Gaji suami tiap bulannya sangat tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan – kebutuhan dalam keluarganya setiap bulannya.

Gaji suami tiap bulannya dirasakan sangat tidak mencukupi untuk menutupi segala biaya pengeluaran dalam keluarganya setiap bulannya.

Gaji suami tiap bulannya sangatlah dirasakan tidak mencukupi untuk dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya setiap bulannya.

Untuk dapat membantu perekonomian keluarganya karena gaji suaminya tiap bulannya tidak mencukupi untuk menutupi biaya – biaya pengeluaran dalam keluarganya setiap bulannya.

Sumber : Data Lapangan, Juni dan Juli 2008.

Berdasarkan Tabel 4.3. di atas, dapat dilihat bahwa kelima (5) informan kunci tersebut yang kesemuanya berasal pada kelompok keluarga menengah ke bawah mempunyai alasan untuk bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei dikarenakan gaji suami tiap bulannya tidak mencukupi untuk membiayai segala kebutuhan – kebutuhan, keperluan – keperluan maupun biaya – biaya pengeluaran dalam keluarganya masing – masing setiap bulannya. Dengan kata lain, motivasi ekonomi sangat mendorong mereka untuk bekerja di perkebunan sawit tersebut. Seperti yang dikatakan Rahma Sugiharti dalam (Suyanto &

Hendrarso, 1996 : 47) bahwa wanita (perempuan) sesungguhnya merupakan sumber daya ekonomi yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan pria. Keberadaan wanita dalam rumah tangga bukan sekedar sebagai pelengkap fungsi reproduksi saja, namun lebih dari itu wanita terbukkti memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga serta masyarakat.

Meskipun begitu, mereka juga tidak melupakan pekerjaannya sebagai istri dan ibu rumah tangga setiap harinya (peran domestik) didalam keluarganya masing – masing sebelum mereka melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit itu maupun sesudah mereka selesai pulang bekerja dari perkebunan sawit itu. Adapun aktivitas – aktivitas yang dilakukan oleh mereka atas perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga (peran domestik) didalam keluarganya masing – masing dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini:

Tabel 4.4.

Aktivitas – Aktivitas Yang Dilakukan Informan Kunci Sebagai Istri dan Ibu Rumah Tangga (Peran Domestik) Didalam Keluarganya

No. Nama Keterangan

1. Ibu Mila Sekitar jam 05.00Wib pagi, sudah bangun dari tempat tidur, kemudian langsung ke dapur untuk memasak sarapan pagi dan untuk makan siang keluarga, setelah itu langsung membereskan pekerjaan rumah lainnya, seperti: mencuci dan menjemur pakaian keluarga, dll. Tepat jam 06.20Wib pagi siap – siap berangkat kerja ke perkebunan sawit Socfindo Mata Pao yang tidak jauh dari rumah. Tepat jam 06.30Wib pagi, melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit (sektor publik) bersama dengan teman – temannya sesama buruh/karyawan perkebunan sawit itu. Setelah pulang bekerja dari perkebunan sawit itu sekitar jam 14.00Wib siang, lalu bergegas pulang ke rumah. Sampai di rumah, tidur siang sebentar untuk melepas kelelahan sehabis pulang bekerja dari perkebunan, lalu setelah itu melanjutkan beres – beres rumah lagi, seperti: mengambil kain jemuran, menyetrika pakaian keluarga, memasak makan malam untuk keluarga, dll. Dulu, ketika anak masih kecil dan tidak ada

2.

3.

Ibu Rika

Ibu Sumi

perkebunan sawit itu, anaknya yang masih kecil sering dititipkan di ‘Pajak Babu’ (Balai Penitipan Anak) yang disediakan perusahaan perkebunan itu untuk pegawai maupun karyawannya yang letaknya tidak jauh dari perkebunan sawit itu selama jam kerja.

Sekitar jam 04.30Wib pagi, sudah bangun dari tempat tidur, lalu langsung mengerjakan pekerjaan rumah tangga dalam keluarganya, baik itu memasak makanan untuk keluarga, mencuci peralatan – peralatan masak, piring ataupun gelas yang kotor, menjemur pakaian keluarga yang sudah dicuci kemarin sorenya. Sekitar jam 06.15Wib pagi sudah siap – siap berangkat kerja dari rumah ke perkebunan sawit Socfindo Mata Pao. Tepat jam 06.30Wib pagi, melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit (sektor publik) bersama dengan teman – temannya sesama buruh/karyawan perkebunan sawit itu. Sekitar jam 14.00Wib siang selesai bekerja dari kebun sawit itu, kemudian langsung pulang ke rumah. Kemudian, pada sore harinya melanjutkan pekerjaan rumah tangganya yang belum selesai dikerjakan waktu pagi harinya. Dulu, ketika anak masih kecil dan tidak ada saudara yang menjaga di rumah selama bekerja di perkebunan sawit itu, anaknya yang masih kecil sering dititipkan di ‘Pajak Babu’ (Balai Penitipan Anak) yang disediakan perusahaan perkebunan itu untuk pegawai maupun karyawannya yang letaknya tidak jauh dari perkebunan sawit itu selama jam kerja.

Sekitar jam 04.30Wib pagi sudah bangun dari tempat tidur, lalu langsung mengerjakan pekerjaan rumah baik itu memasak makanan untuk keluarga, mencuci peralatan masak yang masih kotor, mencuci dan menjemur pakaian keluarga, dll. Tepat jam 06.00Wib pagi sudah bersiap – siap untuk berangkat kerja ke perkebunan sawit Socfindo Mata Pao. Tapi, sebelum berangkat ke perkebunan sawit itu, diantarkan dulu anaknya yang ada masih bayi (anak keempat) ke rumah orangtuanya yang tidak begitu jauh dari daerah Mata Pao sebelum dia bekerja ke perkebunan sawit itu. Tepat jam 06.30Wib pagi, melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit (sektor publik) bersama dengan teman – temannya sesama buruh/karyawan perkebunan sawit itu. Sekitar jam 14.00Wib siang selesai bekerja dari kebun sawit itu, lalu pergi ke rumah orangtuanya untuk mengambil anaknya yang masih bayi (anak keempat) yang dititipkan selama bekerja di perkebunan sawit itu. Setelah itu pulang ke rumah, dan melanjutkan pekerjaan rumahnya

4.

5.

Ibu Wati

Ibu Sukinem

yang belum selesai waktu pagi harinya.

Biasanya sekitar jam 04.00Wib pagi sudah bangun dari tempat tidur, terus langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk keluarganya dan membereskan pekerjaan rumah lainnya sebelum berangkat kerja ke perkebunan sawit Socfindo Mata Pao. Sekitar 06.00Wib pagi, sudah siap – siap berangkat kerja ke perkebunan. Tepat jam 06.30Wib pagi, melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit (sektor publik) bersama dengan teman – temannya sesama buruh/karyawan perkebunan sawit itu. Terkadang kalau pagi – paginya hujan deras, pekerjaan untuk penyemprotan pestisida dan pemupukan digantikan waktu kerjanya sampai hujan deras itu berhenti. Sekitar jam 14.00Wib siang selesai bekerja dari kebun sawit itu, lalu setelah itu langsung pulang ke rumah, tidur sebentar lalu menyelesaikan pekerjaan rumahnya yang belum selesai dikerjakan waktu pagi harinya. Dulu, ketika anak masih kecil dan tidak ada saudara yang menjaga di rumah selama bekerja di perkebunan sawit itu, anaknya yang masih kecil sering dititipkan di ‘Pajak Babu’ (Balai Penitipan Anak) yang disediakan perusahaan perkebunan itu untuk pegawai maupun karyawannya yang letaknya tidak jauh dari perkebunan sawit itu selama jam kerja. Meskipun, sekarang masih mempunyai anak yang masih kecil dan belum bersekolah (anak kelima), tidak perlu repot membawanya ke ‘Pajak Babu’ karena ada yang menjaganya di rumah, yaitu anaknya laki – laki (anak kedua) yang sekarang hanya hanya tinggal di rumah saja karena sudah tidak mau bersekolah lagi.

Sekitar jam 05.00Wib pagi sudah bangun dari tempat tidur, terus langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk keluarganya dan membereskan pekerjaan rumah lainnya. Kira – kira jam 06.15Wib pagi sudah siap – siap berangkat kerja ke perkebunan sawit Socfindo Mata Pao. Tepat jam 06.30Wib pagi, melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit (sektor publik) bersama dengan teman – temannya sesama buruh/karyawan perkebunan sawit itu. Sekitar jam 14.00Wib siang, setelah selesai bekerja dari kebun sawit itu, langsung pulang ke rumah, tidur siang sebentar, setelah itu langsung membereskan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan waktu pagi harinya. Dulu, ketika anak masih kecil dan tidak ada saudara yang menjaga di rumah selama bekerja di perkebunan sawit itu, anaknya yang masih kecil sering

dititipkan di ‘Pajak Babu’ (Balai Penitipan Anak) yang disediakan perusahaan perkebunan itu untuk pegawai maupun karyawannya yang letaknya tidak jauh dari perkebunan sawit itu selama jam kerja.

Sumber: Data Lapangan, Juni dan Juli 2008.

Berdasarkan Tabel 4.4. di atas, dapat dilihat bahwa kelima informan kunci tersebut selain mereka bekerja di perkebunan sawit PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei dari hari Senin s/d hari Sabtu (peran publik) setiap minggunya untuk dapat membantu keuangan suami mereka masing – masing yang tidak memadai (mencukupi) untuk pemenuhan tuntutan hidup sehari – hari di dalam keluarganya/rumah tangganya masing – masing, baik itu untuk biaya makan keluarganya setiap harinya, untuk biaya perawatan dan pemeliharaan anak – anaknya, biaya sekolah anak – anak, dan lain sebagainya; mereka juga harus melaksanakan tugas – tugas maupun pekerjaannya didalam keluarganya masing – masing sebagai istri dan ibu rumah tangga setiap harinya (peran domestik), mau tidak mau dirinya harus memikul beban kerja ganda (double bourden) atas dua pekerjaan yang dilakukannya, yakni di sektor domestik (sebagai istri dan ibu rumah tangga) dan di sektor publik (sebagai buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei). Menurut Fakih (1996: 21 – 22), bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis ’pekerjaan perempuan’, misalnya: semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai ’pekerjaan lelaki’, serta dikategorikan sebagai ’bukan produktif’ sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara. Sementara itu kaum perempuan, karena anggapan gender ini, sejak dini telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender

mereka. Di lain pihak, kaum lelaki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik itu. Hal – hal inilah yang mengakibatkan memperkuat pelanggengan secara kultural dan struktural beban kerja kaum perempuan.

Dari paparan singkat di atas, dapat dilihat dewasa ini bahwasanya perempuan yang telah berumahtangga (berkeluarga) dan sudah mempunyai anak, khususnya bagi keluarga golongan menengah ke bawah (kelompok rentan) ternyata mempuyai peranan untuk memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan ekonomi rumah tangganya (keluarganya). Tetapi, konsekuensinya mereka harus menerima beban kerja ganda (double bourden) yang diakibatkan atas dua (2) pekerjaan yang dilakukannya (peran

ganda), yakni sebagai istri dan ibu rumah tangga di dalam keluarganya (peran domestik) yang melaksanakan segala pekerjaan rumah tangga setiap harinya dan bekerja sebagai buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo, Mata Pao, Kabupaten Sergei (peran publik) selama enam (6) hari berturut – turut, yakni dari hari Senin s/d hari Sabtu setiap minggunya dalam rangka menunjang perekonomian rumah tangganya (keluarganya). 4.3.2. Tanggapan Anggota Keluarga Mengenai Peran Ganda Istri/Ibu

a. Tanggapan Suami Mengenai Peran Ganda Istri Yang Bekerja di Sektor Domestik (Sebagai Istri & Ibu Rumah Tangga) dan di Sektor Publik (Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan Perkebunan)

Berbagai tanggapan dari suami mengenai peran ganda yang dilakukan oleh istrinya, yakni melaksanakan pekerjaannya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya setiap harinya (peran domestik) dan juga bekerja di sektor publik, yakni sebagai buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei

yang waktu kerjanya dari hari Senin s/d hari Sabtu setiap minggunya, yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini:

Tabel 4.5.

Tanggapan Suami Mengenai Peran Ganda Istri (Informan Kunci) Yang Bekerja di Sektor Domestik (Sebagai Istri & Ibu Rumah Tangga) dan di Sektor Publik (Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan Perkebunan Sawit di PT. Socfindo Mata Pao,

Kabupaten Sergei)

No. Nama Suami Informan Kunci Tanggapan 1. 2. 3. Pak Joko (Suami Ibu Mila) Pak Hadi ( Suami Ibu Rika) Pak Sunarno (Suami Ibu Sumi)

Tidak merasa keberatan jika istrinya bekerja sebagai buruh/karyawan di perkebunan sawit Socfindo Mata Pao (sektor publik). Dan merasa sangat senang karena istrinya bisa ikut membantunya mencari uang untuk keluarganya dan juga tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya (sektor domestik). Dan diakui Pak Joko kondisi perekonomian keluarganya menjadi lebih baik ketika istrinya ikut bekerja di sektor publik.

Tidak merasa keberatan jika istrinya bekerja di sektor publik (menjadi buruh/karyawan di perkebunan sawit Socfindo Mata Pao). Terkadang dirinya juga merasa tidak yakin apakah istrinya sanggup melakukan pekerjaan yang cukup berat di kebun sawit itu, disamping itu istrinya juga harus melakukan tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya (sektor domestik). Dan diakui Pak Hadi, bahwa kondisi perekonomiannya keluarganya menjadi lebih baik ketika istrinya ikut bekerja di sektor publik.

Tidak merasa keberatan kalau istrinya ikut bekerja di sektor publik (menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao). Meskipun, dirinya merasa tidak percaya dan yakin kalau istrinya yang berpostur tubuh pendek dan kurus bisa sanggup melakukan pekerjaannnya di perkebunan sawit itu, karena pekerjaan di perkebunan sawit itu termasuk pekerjaan yang cukup sangat berat dilakukan oleh perempuan, misalnya: setiap harinya harus mengangakat cairan pestisida yang ada di dalam drum ±10 – 15 liter dalam seharinya. Ditambah lagi, setiap harinya, istrinya harus melaksanakan tugas dan tanggung

4. 5. Pak Sukirman (Suami Ibu Wati) Pak Sukardi (Suami Ibu Sukinem)

didalam keluarganya setiap harinya. Dan diakui Pak Sunarno kondisi perekonomian keluarganya menjadi lebih baik ketika istrinya ikut bekerja di sektor publik.

Pak Sukirman merasa sangat keberatan ketika istrinya meminta izin untuk bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao (sektor publik) dikarenakan dirinya merasa yakin bahwa nantinya istrinya tidak sanggup untuk melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit itu, dan tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya (sektor domestik) akan terbengkalai dan berantakan. Tetapi, ternyata dugaan Pak Sukirman tidak benar, karena hingga sampai dengan saat ini istrinya tidak pernah mengeluh atas pekerjaan yang dilakukannya di perkebunan sawit itu dan tidak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya. Dan diakui Pak Sukirman kondisi perekonomian keluarganya menjadi lebih baik ketika istrinya ikut bekerja di sektor publik. Pak Sukardi merasa sangat keberatan ketika istrinya memutuskan untuk bekerja di sektor publik (bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan PT. Socfindo Mata Pao) dikarenakan nantinya takutnya pekerjaan Ibu Sukinem sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya (sektor domestik) akan berantakan dan terbengkalai. Tetapi, akhirnya Pak Sukardi menyetujui juga dikarenakan istrinya terus memberikan pengertian kepadanya bahwa meskipun istrinya bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit itu, tetapi tidak akan melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya. Dan diakui Pak Sukardi, kondisi perekonomian keluarganya menjadi lebih baik semenjak istrinya bekerja di sektor publik.

Sumber: Data Lapangan, Juni dan Juli 2008.

Berdasarkan Tabel 4.5. di atas, dapat dilihat bahwa kelima informan yang merupakan para suami dari informan kunci (istri yang melaksanakan peran ganda) mengakui bahwa kondisi perekonomian keluarganya menjadi lebih baik dari sebelumnya ketika istri mereka ikut terjun bekerja di sektor publik (bekerja sebagai buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei), tetapi mereka tetap menekankan agar istrinya tetap memprioritaskan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

istri dan ibu rumah tangga di dalam keluarganya yang melaksanakan segala pekerjaan rumah tangganya didalam keluarganya setiap harinya baik itu mengurus suami dan anak – anaknya, memasak makanan untuk suami dan anak – anaknya, merawat kebersihan rumah, dan lain sebagainya. Hal – hal tersebut di atas merupakan suatu masalah yang tidak dapat dielakkan ketika istri (ibu) rumah tangga memutuskan untuk terjun ke dalam sektor publik. Dimana dalam hal ini, para istri (informan kunci) harus melaksanakan segala tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarganya setiap harinya (sektor domestik) baik itu mengurus suami dan anak – anaknya, memasak makanan untuk suami dan anak - anaknya, merawat kebersihan rumah, dan lain sebagainya, disamping itu ia juga harus bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei (sektor publik) dikarenakan untuk membantu keuangan suaminya sebagai pencari nafkah utama didalam keluarganya yang sangat tidak mencukupi untuk pemenuhan tuntutan hidup sehari – hari di dalam keluarganya/rumah tangganya masing – masing, baik itu untuk biaya makan keluarganya setiap harinya, untuk biaya perawatan dan pemeliharaan anak – anaknya, biaya sekolah anak – anak, dan lain sebagainya. Dan mau tidak mau mereka harus memikul dua pekerjaan itu sekaligus (double bourden), yakni di sektor domestik dan di sektor publik. Seperti yang dikatakan Rahma Sugiharti dalam (Suyanto & Hendrarso, 1996: 49) bahwa adanya kecenderungan, setiap kali wanita akan bekerja dan mengembangkan diri serta kariernya di dunia publik, mereka harus menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaan rumah. Hal ini berarti bahwa apabila wanita itu ingin mengembangkan karier atau berkecimpung di dunia publik, mereka dituntut untuk tetap dan selalu tidak melupakan tugas mereka sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam

keluarganya. Dimana, masyarakat kita masih mengaitkan kesejahteraan keluarga (rumah tangga) dengan peranan ibu sebagai sebagai ’ratu rumah tangga’ di dalam suatu keluarga (Chrysanti Hasibuan – Sedyono, 1991) dalam (Gardiner, dkk., 1996: 219).

Dari paparan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa para suami dari informan kunci (istri yang melaksanakan peran ganda) mengakui bahwa kondisi perekonomian keluarga mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya ketika istri mereka turut bekerja di sektor publik, yakni bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei, tetapi mereka tetap menuntut istri mereka masing – masing agar tetap memprioritaskan tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga didalam keluarga mereka masing – masing (sektor domestik).

b. Tanggapan Anak Mengenai Peran Ganda Ibu Yang Bekerja di Sektor Domestik (Sebagai Istri & Ibu Rumah Tangga) dan di Sektor Publik (Bekerja Sebagai Buruh/Karyawan Perkebunan)

Berbagai tanggapan dari anak – anak mengenai peran ganda yang dilakukan oleh ibunya, yakni melaksanakan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga didalam keluarganya setiap harinya (peran domestik) dan juga bekerja di sektor publik, yakni sebagai buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei yang waktu kerjanya dari hari Senin s/d hari Sabtu setiap minggunya, yang dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini:

Tabel 4.6.

Tanggapan Anak Mengenai Peran Ganda Ibu (Informan Kunci) Yang Bekerja di Sektor Domestik (Sebagai Ibu Rumah Tangga) dan di Sektor Publik (Bekerja

Sebagai Buruh/Karyawan Perkebunan Sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei)

No. Nama Anak Informan Kunci Tanggapan 1. 2. 3. Syaiful (Anak Laki – Laki Ibu

Mila)

Fahmi (Anak Laki – Laki Ibu

Rika)

Yanti (Anak Perempuan Ibu

Sumi)

Tidak pernah marah dan tidak pernah keberatan kalau ibunya bekerja menjadi buruh/karyawan perkebunan sawit di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei (sektor publik). Menurutnya, jika ibunya tidak ikut bekerja untuk mencari uang bersama – sama dengan bapaknya, mungkin dia dan adiknya tidak bisa melanjutkan sekolahnya hingga sampai dengan sekarang

Dokumen terkait