• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Interpretasi Ekonomi 1. Nilai Tukar

Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.0917. Jika nilai tukar naik 1 % maka akan meningkatkan pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 9.17%.

Dalam perkembangannya nilai tukar selalu fluktuatif. Pada tahun 2008 nilai tukar rupiah terhadap dolar naik 8.6% dari 9.419 per dolar menjadi 10.950 perdolar. Tetapi pada tahun sebelumnya perkembangan total kredit perbankan mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh

Peningkatan nilai tukar secara umum mengalami penguatan terhadap dolar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kondisi fundamental makro ekonomi yang membaik, daya tarik investasi keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi global yang relatif lebih kondusif. Dengan kebijakan moneter dan fiskal yang dijalankan secara konsisten dan berhati-hati (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2007).

Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati (2009). Nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kredit yang diberikan, hal ini terjadi karena struktur ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan kredit pada kelompok bank tersebut berbeda. Dengan demikian meskipun di indonesia mengalami dampak krisis keuangan global, variabel makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kredit perbankan

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.440127. jika Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 1% maka akan meningkatkan total kredit perbankan sebesar 44.01%.

Dalam perkembangannya Dana Pihak Ketiga (DPK) selalu mengalami peningakatan. Peningkatan yang terendah dari tahun 2007 hingga 2011 adalah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.363.063 (Milyar). Karena pada tahun tersebut pelayanan perbankan kepada masyarakat sedang mengalami penambahan jumlah kantor bank. Semakin berkembangnya perekonomian di berbagai daerah dan tingginya persaingan untuk menarik nasabah mendorong bank untuk lebih meningkatkan dan melengkapi pelayanannya kepada masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan jumlah jaringan kantor pelayanan sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2007).

Hasil regresi tersebut sesuai dengan teori bahwa kredit memiliki pengaruh yang positif. Hal dijelaskan bahwa semakin tinggi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diberikan kepada masyarakat akan menambah jumlah total kredit perbankan. Sebaliknya, jika Dana Pihak Ketiga yang diberikan kepada masyarakat berkurang maka akan mengurangi total kredit perbankan. Semenjak pasca krisis yang menimpa Indonesia tahun 1997/1998 sampai 2010, industri perbankan berperan positif dalam mendorong perekonomian. Fungsi intermediasi perbankan dapat berjalan dengan baik terlihat dengan peningkatan total kredit tiap tahunnya. Peningkatan kredit yang disalurkan kepada

masyarakat akan bertambah. Dan artinya bahwa dengan meningkatnya kredit akan membuat jumlah uang yang beredar dalam suatu negara pun bertambah.

Hubungan yang positif tersebut mengindikasikan bahwa DPK berupa deposito dan tabungan yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian sebaliknya. Pengaruh kredit menjadi prioritas utama bank dalam pengalokasian dananya. Hal ini dikarena kan sumber dan bank berasal dari masyarakat sehingga bank harus menyalurkan kembali DPK yang berhasil dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) (Billy Arya Pratama, 2010)

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Billy Arya Pratama (2010), Sri Haryati (2009) yang mengemukakan bahwa DPK mempunyai yang pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan. Billy Arya Pratama melakukan penelitian dengan periode waktu tahun 2005-2009 dengan menggunakan metode sensus dimana keseluruhan bank umum yang terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu metode populasi dan sampel. Sedangkan Sri Haryati melakukan penelitian dengan periode desember 2005 sampai desember 2008, dan data di analisis menggunakan populasi perbankan di indonesia sampai

2009. Hasil ini mengungkapkan bahwa variabel DPK berpengaruh positif terhadap total kredit perbankan.

3. Inflasi

Berdasarkan olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.005 jika inflasi meningkat 1% maka akan meningkatkan total kredit perbankan sebesar 0.5%.

Inflasi miliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah Kredit yang disalurkan akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati (2009) bahwa, inflasi mempunyai pengaruh terhadap posisi kredit.

Pada perkembangannya inflasi mengindikasikan adanya permasalahan yang lebih mendasar dalam fenomena inflasi di indonesia, terutama hal-hal yang terkait dengan produktivitas, efisiensi, dan struktur perekonomian. Berdasarkan perkiraan IMF (WEO-Januari 2011), tekanan inflasi di negara-negara maju dan berkembang pada tahun 2011 masing-masing sebesar 1.6%(yoy) dan 6.0%(yoy), ke depan. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi di negara-negara maju diperkirakan meningkat, walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negaraemerging market. Dengan

umum diperkirakan masih akan tetap longgar dengan beberapa negara maju mulai melakukan pengetatan. Di sisi lain, negara-negara emerging marketsdiperkirakan masih akan melakukan kebijakan yang lebih ketat (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2011).

Menurut Bank Indonesia (2007) kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya DPK sehingga menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti inflasi miliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatkan kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatkan kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkannya. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit.

BAB V

Dokumen terkait