BAB IV: DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
B. Interpretasi Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat dideskripsikan data hasil intervensi tindakan pada setiap siklus, yaitu sebagai berikut:
1.
Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap PerencanaanPembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan dengan durasi 2x35 menit dilaksanakan dengan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 15 dan 16 Januari 2016, menggunakan pembelajaran metode talking stick. Adapun materi yang akan diajarkan adalah sikap optimis, qanaah dan tawakal dengan standar kompetensi membiasakan akhlak terpuji dan kompetensi dasar membiasakan sikap optimis, qanaah, dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah peneliti menyiapkan RPP yang sudah diperiksa dan ditandatangani oleh guru agama (kolaborator) dan kepala sekolah, media pembelajaran berupa: buku cetak/buku panduan, tongkat, materi sebagai bahan diskusi kelompok, pertanyaan, lembar observasi, foto copy lembar kerja siswadan alat dokumentasi kamera digital.
b. Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2016. Pertemuan berlangsung` dalam durasi 2 x 35 menit, dengan jumlah siswa yang hadir 26 siswa. Peneliti bertindak sebagai guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan guru agama bertugas
50
sebagai kolaborator yang mengisi lembar observasi dan mengamati siswa di dalam kelas.
Peneliti yang bertindak sebagai guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pelajaran dan memulai pelajaran dengan membaca doa bersama dan memberi salam. Selanjutnya peneliti menanyakan kabar anak-anak dengan
ungkapan ”Bagaimana kabar kalian pagi hari ini.” dan mengabsensi siswa. Peneliti menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yang dilanjutkan pemberian pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pokok akhlak terpuji (optimis, qanaah, dan tawakal) sebelum penjelasan materi dimulai. Hal ini dilakukan agar mengetahui kemampuan atau pengetahuan siswa sebelum proses pembelajaran.
Kegiatan berikutnya peneliti membentuk kelompok yang terdiri atas 5 siswa dan salah satu kelompok ada yang berjumlah 6 siswa, dimana pembagian kelompok berdasarkan kemampuan kognitif siswa yaitu setiap kelompok terdiri dari siswa yang memilki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini bertujuan agar setiap keolmpok memiliki kemampuan yang sama dan dapat membantu dan bekerja sama satu sama lain. peneliti dan siswa menyeting kelas dengan berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masng. Kemudian peneliti menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
Peneliti menyampaikan materi pokok yaitu penjelasan tentang akhlak terpuji (optimis, qanaah, dan tawakal). Ketika peneliti menjelaskan materi terlihat ada beberapa kelompok yang anggotanya berbicara dan ada yang bercanda. Dan ketika peneliti tegur dan diberikan nasehat siswa tersebut ada yang merespon dan langsung memperhatikan penjelasan dari peneliti, namun ada juga siswa yang bernama Rafli dan Zidan cuek dan terus saja bercanda.
Setelah peneliti selesai memberikan penjelasan tentang sikap optimis, qanaah dan tawakal, kemudian peneliti memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran. Dalam hal ini, kolaborator dan peneliti mengamati setiap kelompok. Dari hasil pengamatan, terdapat 2 kelompok yang kurang serius dalam membaca dan mempelajari materi, mereka bukannya membaca justru asik bercanda. Dan ketika peneliti tegur, mereka baru mau membacanya. Setelah setiap kelompok selesai membacanya, peneliti menyuruh siswa berdiskusi membahas materi tersebut. Dan dilanjutkan dengan menutup isi bacaan.
Peneliti mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok 1, yang kemudian tongkat tersebut diputar berkeliling dengan bernyanyi sampai peneliti berkata stop, dan berhenti pada siswa yang bernama Rizky setelah itu peneliti memberi pertanyaan “Jelaskan pengertian optimis!” dan Rizkypun
menjelaskan pengertian optimis dengan jawaban yang betul sehingga kelompok 1 mendapatkan skor 10. Berlanjut dengan pertanyaan yang kedua, tongkatpun diputar berkeliling dengan bernyanyi lagu “rukun islam” dan ditengah-tengah bernyanyi peneliti berkata stop dan berhenti tepat pada siswa yang bernama Citra. Penelitipun
memberikan pertanyaan “Sebutkan fungsi qanaah”, karena Citra
lama dalam menjawab peneliti meminta anggota kelompoknya untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut dan dijawab oleh siswa yang bernama Syalwa, akan tetapi Syalwa membaca teks materi yang seharusnya di tutup. Walaupun jawabannya benar, akan tetapi kelompok 1 tidak mendapatkan skor dan pertanyaan dilempar kepada kelompok lain, yaitu dijawab oleh kelompok yang mengangkat jari terlebih dahulu dan kesempatan diberikan kepada kelompok 4. Jawaban dari kelompok 4 benar sehingga kelompok 4 mendapatkan skor 10. Menginjak pada pertanyaan ketiga dengan
52
tongkat berhenti pada siswa yang bernama Firgia dengan pertanyaan
“Sebelum bertawakal hendaklah ....”. Firgiapun berhasil menjawab pertanyaan, sehingga kelompok 1 skornya bertambah menjadi 20.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick pada siklus I pertemuan ke-1 berlangsung sesuai dengan rencana. Setelah kelompok 1 selesai dilanjutkan dengan kelompok 2 dan seterusnya dengan proses yang sama, namun medapatkan skor yang berbeda. Kelompok 2 mendapatkan skor 30 karena semua pertanyaan dapat dijawabnya, namun tidak mendapatkan skor tambahan. Kelompok 3 mendapatkan skor 40 karena dapat menjawab 3 pertanyaan dan mendapatkan skor tambahan 10 karena menjawab pertanyaan dari kelompok 5. Kelompok 4 mendapatkan skor 50 karena dapat menjawab 3 pertanyaan dan mendapatkan skor tambahan dari hasil jawaban kelompok 1 dan kelompok 5. Sedangkan kelompok 5 hanya mendapatkan skor 10 karena hanya
dapat menjawab 1 pertanyaan yaitu “Yakin akan kemampuan diri sendiri disebut ....”
Bagian penutup peneliti memberikan kesimpulan dan melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu. Dilanjutkan dengan peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan beberapa hikmah yang terkandung dalam sikap optimis, qanaah, dan tawakal. Setelah itu peneliti menutup pelajaran dengan bacaan hamdalah dan berdoa bersama-sama. 2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2016, peneliti dengan siswa mereview pelajaran yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Proses kegiatan pembelajaran sama dengan pertemuan pertama, hanya saja yang membedakan adalah siswa sudah mulai beradaptasi baik dengan peneliti maupun dengan metode yang diterapkan dan siswa lebih semangat lagi mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dengan tumbuhnya
sikap berkompetisi untuk mengumpulkan skor pada masing-masing kelompok. Agar proses pembelajaran lebih menarik pada pertemuan kedua ini, ketika tongkat berkeliling tidak lagi menyanyi melainkan dengan permainan yaitu dengan berhitung bilangan ganjil atau genap. Apabila siswa salah dalam berhitung maka siswa itulah yang harus menjawab pertanyaan. Dengan kondisi kelas yang menyenangkan, keaktifan siswa dalam belajar dan bekerja sama dalam kelompok semakin meningkat sehingga diperoleh pada pertemuan kedua skor kelompok 1 adalah 30, kelompok 2 mendapatkan skor 30, kelompok 3 mendapatkan skor 40 karena dapat menjawab pertanyaan dari kelompok 5, kelompok 4 mendapatkan skor 30 dan kelompok 5 mendapatkan skor 20.
c. Tahap Pengamatan 1) Catatan Lapangan
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada saat siklus I berlangsung dengan menggunakan metode talking stick diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
Catatan siklus I pertemuan pertama yaitu pada saat peneliti menyampaikan materi pokok yaitu penjelasan tentang akhlak terpuji (optimis, qanaah, dan tawakal). Ketika peneliti menjelaskan materi terlihat ada beberapa yang anggotanya berbicara dan ada yang bercanda. Dan ketika peneliti tegur dan diberikan nasehat siswa tersebut ada yang merespon dan langsung memperhatikan penjelasan dari peneliti, namun ada juga siswa yang bernama Rafli dan Zidan cuek dan terus saja bercanda.
Pada saat tongkat berputar berkeliling pada satu kelompok, terlihat kelompok lain sebagian anggotanya kurang memperhatikan kelompok yang sedang melakukan talking stick terutama kelompok 5 sehingga berpengaruh pada saat kelompok 5 melakukan talking stick, anggota kelompok 5 tidak siap untuk menjawab pertanyaan sehingga hanya mendapatkan skor 10.
54
Catatan pertemuan kedua yaitu pada saat peneliti mereview pembelajaran sebelumnya yaitu materi akhlak terpuji sikap optimis, qanaah dan tawakal sebagian besar anggota kelompok mulai memperhatikan penjelasan dari peneliti walaupun disela-sela proses pembelajaran masih ada juga siswa yang bercanda dan tidak jarang siswa bercanda fisik, terutama siswa laki-laki. Namun dalam proses talking stick sudah mulai tumbuh keaktifan siswa, terutama siswa yang berkemampuan tinggi tumbuh keinginan untuk berlomba-lomba mengumpulkan skor pada tiap-tiap kelompok.
Pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah peneliti siapkan, ada beberapa siswa yang mengerjakan soal dengan terburu-buru. Hal ini disebabkan karena siswa ingin cepat-cepat istirahat dan bermain.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan saat penelitian Siklus I dapat diketahui bahwa tindakan yang diberikan dengan menerapkan metode talking stick belum berjalan dengan maksimal karena siswa masih ada sebagian siswa yang belum serius dalam mengikuti proses pembelajaran dan dalam menjawab pertanyaan ada siswa yang masih malu/takut dalam menjawab pertanyaan sehingga yang menjawab pertanyaan masih didominasi oleh anak yang pintar dan berani berbicara didepan kelas.
2) Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan kepada 2 orang siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus I selesai. Di bawah ini hasil wawancara peneliti kepada siswa yang terlibat dalam pembelajaran menggunakan metode talking stick:
a) Siswa masih belum terbiasa dengan metode talking stick, tetapi meskipun awalnya canggung siswa senang karena ada suasana yang berbeda didalam kelas.
b) Sebagian besar siswa senang karena disini mereka menjadi aktif untuk berdiskusi dengan kelompok dan semangat menjawab pertanyaan untuk mengumpulkan skor
c) Ketika tongkat berhenti, siswa yang mendapatkan tongkat ada yang berdebar-debar dan malu untuk menjawab pertanyaan karena takut salah dan tidak bisa menjawab
d) Tumbuh jiwa berkompetisi dalam diri siswa karena berlomba-lomba mengumpulkan skor
Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa menyukai metode pembelajaran talking stick. Pembelajaran talking stick dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran baik pada saat diskusi materi maupun menjawab pertanyaan meskipun ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan berdebar ketika mendapatinya tongkatnya berhenti pada salah satu siswa tersebut.
3) Hasil Belajar
Hasil belajar pada siklus I materi akhlak terpuji (sikap optimis, qanaah dan tawakal) dengan diikuti 26 siswa dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan 2 kali pertemuan dengan metode talking stick terdiri dari data pengamatan observasi terhadap perhatian dan keatifan kelompok dalam mengikuti pembelajaran yang diperoleh dari hasil perolehan skor dalam menjawab pertanyaan dan nilai hasil belajar siswa.
Adapun hasil pengamatan keaktifan setiap kelompok dalam mengumpulan skor dapat dilihat pada tabel berikut ini:
56
Tabel. 4.2 Perolehan Skor Dalam Pembelajaran Siklus I
No. Kelompok Jumalah Skor
1 Kelompok 1 25 2 Kelompok 2 30 3 Kelompok 3 40 4 Kelompok 4 40 5 Kelompok 5 15 Jumlah Skor 150 Rata-rata Keaktifan 30
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, perhatian siswa menunjukan pencapain rata-rata keaktifan siswa dalam berkelompok dengan jumlah rata-rata 30. Rata-rata terrsebut, menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam berkelompok memiliki kriteria baik sekali. Dengan menggunakan metode talking stick mampu menarik perhatian, keaktifan dan kerja sama sebagian besar siswa dalam berkelompok guna mengumpulkan skor yang banyak. Dari hasil pengamatan, yang kurang memperhatikan proses pembelajaran adalah siswa-siswa yang suka berbicara dan bercanda didalam kelas, serta tidak jarang mereka bercanda dengan fisik.
Tabel. 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Nama Siswa Hasil Belajar Ketuntasan
1 Aiskha Aura Rahma 75 Sedang
2 Amanda Nur Alfiani 75 Sedang
3 Ananda Fibri Maharani 95 Tinggi
4 Ayu Lestari Indriani 65 Rendah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar dari siswa nilai terbesarnya adalah 100 dan nilai terkecilnya adalah 65 dengan jumlah total 2108 dengan nilai rata-rata kelas 81,08. Dengan begitu
6 Firgia Aulia Ramadhan 78 Sedang
7 Fiqri Putra Ramadhan 88 Tinggi
8 Gina Andriani 70 Sedang
9 Intan Novita 100 Tinggi
10 M. Noer Ilham 75 Sedang
11 M. Ikhsan Al Varizi 100 Tinggi
12 M. Irsyad Syah 85 Tinggi
13 M. Andika 80 Tinggi
14 M. Zidan Dika 80 Tinggi
15 M. Erik Saputra 68 Rendah
16 M. Ridho 93 Tinggi
17 M. Raihan 68 Rendah
18 M. Raihan Fadilah 75 Sedang
19 Mutiara Safitri P.S 80 Tinggi
20 Rizky Alfiansah 90 Tinggi
21 Rafli Ardianto 70 Sedang
22 Syalwa Naila Afifah 85 Tinggi
23 Syaira Alfidiani 100 Tinggi
24 Vinka Agustine 100 Tinggi
25 Wildan Amat Varezi 73 Sedang
26 Yusuf Kurniawan 70 Sedang
Jumlah 2108
Rata-Rata Kelas 81,08
Nilai Tertinggi 100
58
ketuntasan hasil belajar dapat di lihat dari nilai KKM di atas 70 yang diperoleh pada siklus I adalah 81,08. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode talking stick mengalami peningkatan. Namun penelitian ini harus dilanjutkan pada siklus II untuk melihat seberapa besar peningkatan yang akan dicapai.
Berikut tabel distribusi frekuensi hasil belajar siklus I Tabel. 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I
No. Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 65-76 12 12 : 26 x 100 = 46,16 %
2 77-88 7 7 : 26 x 100 = 26,92 %
3 89-100 7 7 : 26 x 100 = 26,92 %
Jumlah 26 100 %
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa yang masuk dalam rentang 65-76 sebanyak 12 siswa dengan dengan presentase 46,16%, nilai 77-88 dan nilai 89-100 memiliki kesamaan yaitu pada jumlah siswa yaitu berjumlah 7 dengan presentase 26,92 %.
Gambar 1
Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar Siklus I
0 2 4 6 8 10 12 65-76 77-88 89-100
d. Tahap Refleksi
Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat peningkatan minat belajar siswa yang terlihat dari peningkatan perhatian dan keaktifan siswa dalam proses mengikuti pembelajaran serta peningkatan dari hasil belajar siswa. Adapun peningkatan tersebut belum maksimal, sehingga perlu adanya revisi pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut:
1) Siswa masih merasa canggung dan malu-malu dalam proses pembelajaran
2) Siswa masih belum terbiasa menerapkan metode talking stick
dalam pembelajaran Akidah Akhlak
3) Masih ada beberapa siswa yang kurang mendengarkan dan memperhatikan ketika peneliti menjelaskan materi dan pada saat metode talking stick berlangsung. Untuk selanjutnya guru lebih memberikan motivasi atau pujian kepada siswa yang memperhatikan dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. 4) Masih belum tercipta pembelajaran yang efektif, kerena siswa
masih malu-malu dan rasa takut untuk aktif menjawab pertanyaan.
5) Alokasi waktu pembelajaran harus lebih diperhatikan, agar proses pembelajaran berlangsung lebih maksimal.
e. Keputusan Siklus I
Peneliti bersama guru agama yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan.
60
Berdasarkan refleksi, siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meskipun mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata-rata 81,08 namun masih ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan tindak lanjut untuk memperoleh hasil belajar siswa yang diharapkan. Penelitian ini dilanjutkan pada siklus II, dengan memperbaiki desain pembelajaran agar lebih fariatif serta guru (peneliti) harus lebih berinteraksi dan memotivasi siswa agar lebih baik lagi dalam proses belajar.
2.
Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Tahap PerencanaanKegiatan pada siklus II, dilakukan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 19 dan 20 Januari 2016 yang membahas materi akhlak terpuji (berakhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan di tempat umum). Dengan mempersiapkan RPP yang sudah diperiksa dan ditandatangani oleh guru agama (kolaborator) dan kepala sekolah, media pembelajaran berupa: buku cetak/buku panduan, tongkat, materi sebagai bahan diskusi kelompok, pertanyaan, lembar observasi, foto copy lembar kerja siswa dan alat dokumentasi kamera digital.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II sebenarnya sama saja pada tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I, hanya saja ada beberapa perbedaan yaitu terletak pada materi yang disampaikan, yaitu membahas tentang berakhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan di tempat umum. Dan terdapat pula perbedaan pada skor yang didapatkan oleh masing-masing kelompok yaitu pada pertemuan pertama kelompok 1 mendapatkan skor 30, kelompok 2 mendapatkan skor 20 karena tidak dapat menjawab pertanyaan
“Sebutkan adab-adab Islami ketika berada di jalan”, kelompok 3
dapat menjawab pertanyaan dari kelompok 2 dan kelompok 5 mendapatkan skor 30.
Adapun perolehan skor yang didapatkan oleh masing-masing kelompok pada pertemuan kedua berakhir imbang yaitu setiap kelompok mendapatkan skor 30 karena dapat menyapu habis semua pertanyaan.
c. Tahap Pengamatan 1. Catatan Lapangan
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dengan menggunakan metode talking stick, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
Pada saat siswa membaca materi dengan kelompoknya masing-masing dan mendiskusikannya suasana kelas sudah kondusif. Hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dan merasa nyaman dengan pembelajaran Akidah Akhlak di kelas dengan menggunakan metode talking stick. Mereka saling berkompetisi untuk menjawab pertanyaan dan apabila ada anggota kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaan, anggota kelompoknya secara sepontan membantu temannya agar skor tidak berpindah pada kelompok yang lain. Sehingga nampak sekali skor yang didapatkan pada masing-masing kelompok berakhir dengan skor imbang. Adapun dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa terlihat lebih fokus dalam mengerjakan, sehingga berdampak pada hasil yang diperoleh pada masing-masing siswa.
2. Hasil Wawancara
Setelah pelaksanaan tindakan Siklus II selesai, dilakukan wawancara diluar kelas. Wawancara dilakukan kepada 5 orang siswa dan dilakukan dalam satu kelompok yang dijadikan sebagai sampel wawancara. Berikut diperoleh data secara garis besar:
a. Siswa sudah dapat menerapkan metode talking stick, meskipun pada mulanya masih bingung dan malu-malu menurut beberapa
62
orang siswa, tetapi siswa merasa senang karena ada metode belajar baru dan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan b. Sebagian besar siswa senang menjawab pertanyaan dalam
proses pembelajaran karena disini siswa tumbuh jiwa berkompetisi pada masing-masing kelompok
c. Siswa merasa senang karena walaupun mereka tetap belajar tetapi suasana didalam kelas seperti sedang bermain.
d. Seluruh siswa sudah aktif dalam bekerja sama dalam kelompok baik pada saat diskusi membahas materi maupun dalam menjawab pertanyaan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh 5 orang siswa sebagai sampel, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mulai terbiasa dan senang menggunakan metode talking stick. Dengan metode talking stick siswa termotivasi untuk memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dan tumbuh kerja sama antar anggota kelompok dan keberanian untuk berbicara terutama pada saat menjawab pertanyaan didepan kelas. Selain itu metode talking stick dapat merubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan karena siswa dapat belajar sambil bermain.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar pada siklus II materi akhlak terpuji (berakhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan di tempat umum) dengan diikuti 26 siswa dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan 2 kali pertemuan dengan metode talking stick terdiri dari data pengamatan observasi terhadap perhatian dan keatifan kelompok dalam mengikuti pembelajaran yang diperoleh dari hasil perolehan skor dalam menjawab pertanyaan dan nilai hasil belajar siswa.
Adapun hasil pengamatan keaktifan setiap kelompok dalam mengumpulan skor dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 4.5 Perolehan Skor
Dalam Pembelajaran Siklus II
No. Kelompok Jumalah Skor
1 Kelompok 1 30 2 Kelompok 2 25 3 Kelompok 3 30 4 Kelompok 4 35 5 Kelompok 5 30 Jumlah Skor 150 Rata-rata Keaktifan 30
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, perhatian siswa menunjukan pencapain rata-rata keaktifan siswa dalam berkelompok dengan jumlah rata-rata 30. Rata-rata tersebut, menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam berkelompok memiliki kriteria baik sekali. Dengan menggunakan metode talking stick mampu menarik perhatian, keaktifan dan kerja sama sebagian besar siswa dalam berkelompok guna mengumpulkan skor yang banyak. Dari hasil pengamatan, terjadi kompetisi yang sangat ketat diantara masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan dan mengumpulkan skor dan siswa yang tadinya malu-malu untuk menjawab pertanyaan mulai tumbuh keberanian untuk menjawabnya sehingga tidak didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja.
64
Tabel. 4.6
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nama Siswa Hasil Belajar Ketuntasan
1 Aiskha Aura Rahma 83 Tinggi
2 Amanda Nur Alfiani 85 Tinggi
3 Ananda Fibri Maharani 100 Tinggi
4 Ayu Lestari Indriani 73 Sedang
5 Citra Fatima 75 Sedang
6 Firgia Aulia Ramadhan 83 Tinggi
7 Fiqri Putra Ramadhan 90 Tinggi
8 Gina Andriani 75 Sedang
9 Intan Novita 100 Tinggi
10 M. Noer Ilham 85 Tinggi
11 M. Ikhsan Al Varizi 98 Tinggi
12 M. Irsyad Syah 95 Tinggi
13 M. Andika 100 Tinggi
14 M. Zidan Dika 80 Tinggi
15 M. Erik Saputra 85 Tinggi
16 M. Ridho 93 Tinggi
17 M. Raihan 75 Sedang
18 M. Raihan Fadilah 80 Tinggi
19 Mutiara Safitri P.S 80 Tinggi
20 Rizky Alfiansah 90 Tinggi
21 Rafli Ardianto 73 Sedang
22 Syalwa Naila Afifah 100 Tinggi
23 Syaira Alfidiani 100 Tinggi
24 Vinka Agustine 95 Tinggi
25 Wildan Amat Varezi 85 Tinggi
Jumlah 2261
Rata-Rata Kelas 86,96
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 73
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar nilai terbesarnya adalah 100, dan nilai terkecilnya adalah 73 dengan jumlah total 2261 dengan nilai rata-rata 86,96. Dengan begitu ketuntasan hasil belajar dapat di lihat dari nilai rata-rata yang diperoleh di suklus II adalah 86,96 di atas nilai KKM dan 100% siswa telah mencapai nilai KKM 70. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan metode talking stick mengalami peningkatan.
Berikut ini tabel distribusi frekuensi hasil belajar siklus II: Tabel. 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II
No. Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 73-79 5 5 : 26 x 100 = 19,23 %
2 80-86 10 10 : 26 x 100 = 38,46
3 87-93 3 3 : 26 x 100 = 11,54
4 94-100 8 8 : 26 x 100 = 30,77 %
Jumlah 26 100 %
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa yang masuk dalam rentang nilai 73-79 sebanyak 5 siswa dengan presentase 19,23%, nilai 80-86 sebanyak 10 siswa dengan presentase 38,46%, rentang nilai 87-93 sebanyak 3 siswa dengan presentase 11,54%, rentang nilai 94-100 sebanyak 8 siswa dengan prosentase 30,77 %.
66
Gambar 2
Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar Siklus II
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan selama penelitian siklus II diperoleh keterangan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak di kelas 5 sudah mulai efektif. Siswa mulai terbiasa menggunakan metode
talking stick. Siswa sudah nampak lebih perhatian dalam mengikuti