DI MI AL HIKMAH KELAS 5 KOTA BEKASI
Disusun Oleh:
SITI SUPRIATIN
NIM 1812011000038
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
i
TALKING STICK DI MI AL HIKMAH KELAS 5 KOTA BEKASI
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Oleh:
SITI SUPRIATIN
NIM: 1812011000038
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di MI Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi” disusun oleh Siti Supriatin NIM. 1812011000038, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 11 Maret 2016
Yang mengesahkan,
iii
NIM : 1812011000038
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di MI Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Heny Narendrany Hidayati, S.Ag. M.Pd.
NIP : 197105121996032002
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
iv
ABSTRAK
Siti Supriatin, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick (Penelitian Tindakan Kelas di MI Al-Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi). Skripsi Program Sarjana, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode talking stick dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada matei akhlak terpuji (sikap optimis, qanaah, dan tawakal serta berakhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan di tempat umum). Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di MI Al-Hikmah dengan subjek penelitian sebanyak 26 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
v
Research in MI Al-Hikmah Grade 5 Cities Bekasi). Thesis Degree Program, Majoring in Islamic Religious Education (PAI), a Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidaytullah Jakarta.
Research aim to determine the application of the talking stick method in the learning process and to find out the talking stick method can improve learning outcomes on the subjects of moral theology at finer material (an optimistic attitude, qanaah, tawakal and good morals when in the place of worship and public places). Method in the result of a class action research conducted in MI Al-Hikmah research subject were 26 students. Research do as much as two cycle of planning, execution, observation and reflextion.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick di MI Al-Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi”. Adapun penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.
Hadirnya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini,
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Henny Narendrani, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, masukan dan saran.
2. Prof.Dr. Ahmad Thib Raya selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Ahmad Majid Khon, M.Ag selaku kepala jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah Saleh Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dindin Ridwanudin, M.Pd. beserta staff, yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan kepada penulis selama proses perkuliahan
berlangsung sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Jamhuri ZH. S.Ag selaku kepala sekolah MI Al Hikmah dan seluruh
jajaran staf yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian
7. Yusuf Kamil S.Pd.I selaku guru agama MI Al Hikmah yang telah banyak
membantu penulis selama melakukan penelitian di MI Al hikmah serta
seluruh siswa kelas 5 MI Al Hikmah
8. Suami dan kedua anakku tercinta yang telah memberikan motivasi
kepada penulis dan mengikhlaskan waktu kebersamaannya guna
vii
10. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Demikianlah skripsi ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat.
Mohon maaf atas segala kekurangan, semoga Allah SWT meridhoi dan
memberikan keberkahan bagi kita semua. Amiin.
Jakarta, April 2016
viii DAFTAR ISI
PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6
BAB II: KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian ... 8
1. Hakikat Hasil Belajar... 8
a. Pengertian Hasil Belajar ... 8
b. Obyek Hasil Belajar ... 10
c. Batas Minimal Hasil Belajar ... 14
d. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar ... 15
2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak... 17
a. Pengertian Akidah ... 17
b. Pengertian Akhlak ... 18
c. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 20
ix
3. Akhlak Terpuji ... 24
a. Pengertian Akhlak Terpuji ... 24
b. Kedudukan Akhlak Terpuji ... 25
4. Metode Talking Stick ... 26
a. Pengertian Metode Talking Stick ... 26
b. Penerapan Metode Talking Stick ... 27
c. Langkah-langkah Metode Talking Stick ... 27
d. Kelebihan Metode Talking Stick ... 27
e. Kekurangan Metode Talking Stick ... 28
f. Implementasi Metode Talking Stick dalam Pembelajaran... 28
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29
C. Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III: METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
1. Tempat Penelitian ... 32
2. Waktu Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian... 33
C. Subjek Penelitian ... 34
D. Peran Dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35
1. Peran Peneliti ... 35
2. Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 35
1. Tahapan Pra Penelitian ... 35
2. Kegiatan di Siklus I ... 36
3. Kegiatan di Siklus II ... 37
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 38
x
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 39
I. Teknik Pengumpulan data ... 42
J. Analisis Data dan Interpretasi Data... 44
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 45
BAB IV: DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sebelum Tindakan... 46
B. Interpretasi Hasil Penelitian ... 49
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 49
a. Tahap Perencanaan ... 49
b. Tahap Pelaksanaan ... 49
c. Tahap Pengamatan ... 53
d. Tahap Refleksi ... 59
e. Keputusan Siklus I ... 59
2. Tindak Pembelajaran Siklus II ... 60
a. Tahap Perencanaan ... 60
b. Tahap Pelaksanaan ... 60
c. Tahap Pengamatan ... 61
d. Tahap Refleksi ... 66
C. Pembahasan ... 67
D. Keterbatasan Penelitian ... 68
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 69
B. Implikasi ... 69
C. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
xi
Tabel 2.1 SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah
Ibtidaiyah
23
Tabel 2.2 SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah
Ibtidaiyah
23
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian 32
Tabel 3.2 Lembar Penilaian Observasi Metode Talking
Stick
39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I 39
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II 41
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus 47
Tabel 4.2 Perolehan Skor Dalam Pembelajaran Siklus I 56
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I 56
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I 58
Tabel 4.5 Perolehan Skor Dalam Pembelajaran Siklus II 63
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus II 64
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar
Siklus I
58
Gambar 2 Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar
Siklus II
xiii
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus
I Pertemuan Ke-1 & 2
73
Lampiran 2 Materi Diskusi Kelompok Siklus I 79
Lampiran 3 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus I Putaran
Ke-1
82
Lampiran 4 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus I Putaran
Ke-2
83
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan
Ke-1
84
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Putaran Ke-2 87
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus
II Pertemuan ke- 1 & 2
90
Lampiran 8 Materi Diskusi Kelompok Siklus II 96
Lampiran 9 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus II Putaran
Ke-1
98
Lampiran 10 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus II Putaran
Ke-2
99
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Putaran
Ke-1
100
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Putaran
Ke-2
103
Lampiran 13 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus I 106
Lampiran 14 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus I 108
Lampiran 15 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus II 110
Lampiran 16 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus II 112
Lampiran 17 Catatan Lapangan Siklus I 114
xiv
Lampiran 19 Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Pra
Penelitian
119
Lampiran 20 Wawancara Guru Agama Pra Penelitian 121
Lampiran 21 Wawancara dengan Siswa Siklus I 123
Lampiran 22 Wawancara dengan Siswa Siklus II 124
Lampiran 23 Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick
Siklus I Pertemuan ke-1
125
Lampiran 24 Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick
Siklus I Pertemuan ke-2
126
Lampiran 25
Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick
Siklus II Putaran ke-1
127
Lampiran 26 Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick
Siklus II Pertemuan ke-2
128
Lampiran 27 Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 1 dan 2 129
Lampiran 28 Perhitungan Distribusi Frekuensi Siklus I 131
Lampiran 29 Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1 dan 2 132
Lampiran 30 Perhitungan Distribusi Frekuensi Siklus II 134
Lampiran 31 Foto-Foto Penelitian 135
Lampiran 32 Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa 140
Lampiran 33 Uji Referensi 164
Lampiran 34 Surat Bimbingan Skripsi 165
Lampiran 35 Surat Observasi 166
Lampiran 36 Surat Izin Penelitian 167
1
Sesungguhnya masa kanak-kanak merupkan fase yang paling subur,
paling panjang dan paling dominan bagi seorang guru untuk menanamkan
norma-norma yang mapan dan arahan yang bersih kedalam jiwa dan sepak
terjang anak-anak didiknya.1 Berbagai kesempatan terbuka lebar untuk sang
guru dan semua potensi tersedia secara berlimpah dalam fase ini dengan
adanya fitrah yang bersih, masa kanak-kanak yang masih lugu, kepolosan
yang begitu jernih, kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu yang masih
belum tercemari dan jiwa yang masih belum terkontaminasi.
Apabila masa ini dapat dimanfaatkan oleh seorang guru secara
maksimal dengan sebaik-baiknya, tentu harapan yang besar untuk berhasil
akan mudah diraih pada masa mendatang, sehingga kelak sang anak akan
tumbuh menjadi seorang pemuda yang tahan dalam menghadapi berbagai
macam tantangan, beriman, kuat, kokoh dan tegar.
Mendidik anak dan mengajar anak bukan merupakan hal yang mudah, bukan
pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan dan bukan pula hal yang
bersifat sampingan. Mendidik dan mengajar anak sama kedudukannya dengan
kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim
yang mengaku dirinya memeluk agama yang benar ini. Bahkan mendidik dan
mengajar anak merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap
orang tua dan guru karena perintah tersebut datang dari Allah SWT sebagai
mana firman-Nya dalam Al Qur’an surat At-Tahriim (66) : 6.2
...
1Jamaal ‘Abdur Rahman,Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, (Jakarta: Irsyad Baitus Salam, 2005), Hal. 15
2
2
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu”.. (Q.S. At-Tahriim:6)
Mendidik dan memberikan tutunan merupakan sebaik-baik hadiah dan
perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua dan guru kepada
anaknya dengan nilai yang jauh lebih baik daripada dunia dan segala isinya.
Oleh karena itu salah satu pengajaran dalam agama Islam adalah pengajaran
akhlak kepada anak-anak kita, dimana pengajaran akhlak berarti pengajaran
tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya
(tingkah lakunya). Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar
berakhlak baik. Artinya anak yang diajar itu memiliki bentuk batin yang baik
menurut ukuran nilai ajaran agama Islam dan bentuk batin ini hendaknya
kelihatan dalam tindak tanduknya sehari-hari. Dalam bentuk yang sederhana
dapat dikatakan: supaya anak beraklak baik/terpuji menurut ajaran agama
Islam.3
Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama.
Karena itu patokan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama.
Yang menjadi sasaran pembicaraan dalam pengajaran akhlak adalah bentuk
batin seseorang.
Bentuk batin itu dapat dilihat pada tindak tanduk atau tingkah laku
dengan mempelajari apakah tindak tanduk itu berasal dari bentuk batin atau
karena suatu pertimbangan tertentu. Tindak tanduk itu dinilai dengan ukuran
ajaran agama. Buruk atau baik, terpuji atau tercela menurut pertimbangan
ajaran agama. Dalam arti yang lebih dalam, sebenarnya pengajaran akhlak itu
adalah pengajaran yang membicarakan tentang nilai suatu perbuatan orang.4
Sasaran perbuatan itu meliputi berbagai aspek hubungan. Orang berbuat
dalam rangka hubungannya dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan
manusia sesama manusia, dengan binatang dan dengan makhluk Allah
3
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), Hal. 70 4
lainnya. Akhlak yang menggambarkan hubungan seseorang dengan Tuhannya
disebut ibadah. Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan seseorang pada dirinya sendiri seperti sabar, wara’, zuhud, ridha qana’ah, tawakal, optimis dan sebagainya, dan perbuatan seseorang dalam rangka
hubungnya dengan orang lain seperti pemurah, penyantun, penyayang, benar,
jujur, patuh, disiplin, hidup rukun, tolong menolong dan sebagainya.
Sifat-sifat itu kadang-kadang kelihatan pula pada seseorang dalam hjur, patuh,
disiplin, hidup rukun, tolong menolong dan sebagainya. Sifat-sifat itu
kadang-kadang kelihatan pula pada seseorang dalam hubungannya dengan binatang
dan makhluk lain.
Pengajaran akhlak membentuk batin seseorang. Pembentukan ini dapat
dilakukan dengan memberikan pengertian tentang buruk baik dan
kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran menilai buruk dan
baik itu, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti
agar mau dan senang berbuat.
Pengajaran akhlak membicarakan nilai sesuatu perbuatan menurut
ajaran agama, membicarakan sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran
agama, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi
pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang secara umum. Secara umum,
agama Islam telah memperlihatkan contoh dan teladan yang baik dalam
pelaksanaan akhlak itu, terutama tingkah laku dan perbuatan rasul Allah
sebagai pembawa ajaran tentang tingkah laku itu. Rasulullah memang diutus
Allah untuk membina dan menyempurnakan akhlak yang terpuji. Ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah itu berisi materi pembentukan batin setiap orang
sehingga melahirkan sifat-sifat baik dan terpuji yang kelihatan dalam bentuk
tindakan dan tingkah laku. Bukan hanya rasul Allah saja yang sudah
memberikan contoh perbuatan itu, tetapi juga para sahabat nabi dan
imam-imam mujtahid telah memberikan contoh tingkah laku terpuji menurut ukuran
nilai ajaran agama.
Dari penjelasan di atas agar tujuan dari pembelajaran Akidah Akhlak
4
bisa menjadi pempelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat
mengajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, ketika
peneliti melakukan wawancara terhadap guru agama MI Al Hikmah di kelas
5, pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses
pembelajaran yang berpusat pada guru, misalnya karena selama proses belajar
mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,
sehingga para siswa terlihat menjadi bosan dan jenuh dan tidak jarang kondisi
kelas menjadi tidak kondusif dikarenakan siswa bercanda sendiri dan
mengobrol, selain itu setelah proses belajar selesai siswa diberi tugas untuk
mengerjakan LKS baik disekolah maupun dikerjakan dirumah.5 Hal ini
ternyata berdampak pada minat belajar anak yang kian hari nilai mata
pelajaran Akidah Akhlak siswa kelas 5 MI Al Hikmah dengan jumlah siswa
26 orang hanya 9 orang yang berhasil, yang artinya hanya 34.6% yang
memperoleh nilai 70 keatas, sedangkan 65,4% mendapatkan nilai di bawah
KKM yaitu dibawah nilai 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari
tujuan yang diharapkan.
Agar pembelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji menjadi
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat
dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking
stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada
penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur
permainan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
alasan utama pemilihan model talking stick karena selama proses
pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa
diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat
talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, ada unsur kompetisi
dalam setiap kelompok untuk mengumpulkan skor yang sebanyak-banyaknya
maka hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang akan
berdampak pada nilai hasil belajar siswa. Berdasarkan alasan tersebut
5
memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan
tindakan peningkatan hasil belajar dengan melakukan penelitian tindakan
kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick di MI Al-Hikmah
Kelas 5 Kota Bekasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga
pembelajaran bersifat monoton dan membosankan yang mengakibatkan
rendahnya minat belajar siswa.
2. Karena kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran Akidah
Akhlak, maka menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa dimana dari
26 siswa hanya 9 siswa yang dapat memenuhi nilai KKM sedangkan
sebagian besarnya dibawah nilai KKM 70.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
pembatasan fokus penelitian dari penelitian ini adalah bagaimana upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 melalui metode talking stick di MI
Al-Hikmah Kota Bekasi. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa yang
dimaksud adalah perubahan pada ruang lingkup peningkatan nilai pada pokok
bahasan akhlak terpuji yang sudah dicapai sebelum diadakan tindakan dan
ruang lingkup perubahan pada peningkatan nilai yang sudah dicapai setelah
dilakukan tindakan.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memfokuskan metode
talking stick sebagai alat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Akidah Akhlak pada pokok bahasan akhlak terpuji dalam materi
sikap optimis, qanaah dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari dan
6
Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah penerapan metode talking stick dalam proses
pembelajaran pada pelajaran Akidah Akhlak di kelas 5 MI Al Hikmah
Kota Bekasi?
2. Apakah penerapan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas 5 MI Al Hikmah Kota
Bekasi.
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
1.
TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitin
tindakan kelas diharapkan dapat mengetahui:
a. Untuk mengetahui penerapan metode talking stick dalam proses
pembelajaran pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas 5
MI Al Hikmah Kota Bekasi.
b. Untuk mengetahui metode talking stick dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji,
yaitu sikap optimis, qanaah dan tawakal dalam kehidupan
sehari-hari dan membiasakan akhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan
tempat umum pada siswa kelas 5 MI Al Hikamah Kota Bekasi
2.
KegunaanPenelitian ini diharapkan memberikan kegunaan atau manfaat baik
secara langsung atau tidak langsung bagi siswa, guru dan sekolah dalam
peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa serta peningkatan mutu
pendidikan pada umumnya. Adapun kegunaan atau manfaat hasil
penelitian bagi masing-masing bagian yaitu sebagai berikut:
a. Bagi siswa, di antaranya:
1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar dan memberikan pengalaman baru
2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah
3) Menanamkan nilai-nilai akhlak terpuji pada siswa dalam
kehidupan sehari-hari
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih metode dan media
pembelajaran yang tepat di kelas
2) Meningkatkan profesionalisme guru sebagai pelaksana kurikulum
3) Mengembangkan inovasi metode dan media yang tepat di kelas
4) Mengembangkan potensi guru dalam pengetahuan skill secara
aktif
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai langkah strategis untuk meningkatkan semangat
pembelajaran siswa
2) Meningkatkan kreatifitas dan imajinasi siswa dalam pembelajaran
3) Meningkatkan mutu pendidikan dalam mewujudkan sumber daya
8 BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pencapaian dalam memperoleh
kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.1 Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya".2
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan
kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa
yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk
perubahan perilaku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga
menunjukkan perubahan tingkah laku.3 Aspek perilaku keseluruhan
dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang
dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Romizoswki yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk
dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD
menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan
hasil belajar yaitu:4
1
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Gruop, 2013), Hal. 13 2
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), Hal. 22 3
Sri Anitah W. dkk, Strategi Pembelajaran di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
Hal. 2.19
4
1) Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat
keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis
2) Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan
tindakan fisik dan kegiatan perseptual
3) Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan,
persaan, dan self control
4) Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan
kepemimpinan
Menurut Gagne yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk dalam
bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD menyebutkan
ada lima tipe hasil belajar yang dapat di capai oleh siswa yaitu
sebagai berikut:5
1) Motor skills
2) Verbal information
3) Intelectual skills
4) Attitudes
5) Cognitive strategies
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada
satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru
harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat
di capai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil
belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran
sehingga di perlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar
yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan
kemampuan berfikir kritis dan ilmiyah pada siswa Sekolah Dasar,
dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan:6
5
Ibid. Hal. 2.19 6
10
1) Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa
yang dijelaskan atau di informasikan
2) Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub)
pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau
di dengar
3) Kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan
mengkaji dari sudut bersamaan dan perbedaan
4) Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh. Kemampuan
tersebut sudah dapat di terapkan di Sekolah Dasar khususnya
pada kelas tinggi
b. Obyek Hasil Belajar
Menurut Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan dan kebiasaan
2) Pengetahuan dan pengertian
3) Sikap dan cita-cita
Menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar yaitu
sebagai berikut:
1) Informasi verbal
2) Keterampilan intelektual
3) Strategi kognitif
4) Sikap
5) Keterampilan motoris
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yaitu sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni:
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari
kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian,
maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut
termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan
atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal
dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat
dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal
dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan
atau pemahaman konsep-konsep lainnya.
b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman
Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat
lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa
pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami,
perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori, yakni
tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan dalam arti yang
sebenarnya. Misalnya, dari bahasa Inggris kedalam bahasa
Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah
Putih dan lain-lain.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui
berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Dan
tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.
Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik
yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau
dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun
12
c) Tipe Hasil Belajar Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret
atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau
petunjuk teknis.
d) Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau
susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan
analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi
bagian-bagian yang tetap terpadu untuk beberapa hal memahami prosesnya,
untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi
memahami sistematikanya.
e) Tipe Hasil Belajar Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu
terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Barpikir kreatif
merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
f) Tipe Hasil Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja,
pemecahan, metode material dll.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa
paraahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya, bila seseorang telah memilki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil
belajar. Kategorinya dimualai dari tingkat yang dasar atau sederhana
sampai tingkat yang kompleks.
a) Receving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll.
b) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dalam menjawab
stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk
di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap
nilai tersebut.
d) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya,
kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan keterampilan, yaitu sebagai berikut:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
14
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,
dan ketepatan
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana
sampai pada keterampilan yang komleks
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif
c. Batas Minimal Hasil Belajar
Setelah mengetahui indikator hasil belajar di atas, guru perlu
pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal
keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena
mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap
berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan
dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa
dan karsa siswa.
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu
berkaitan dengan upaya mengungkapkan hasil belajar. Ada beberapa
alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara norma-norma
pengukuran tersebut ialah:7
1) Norma skala angka dari 0 sampai 10;
2) Norma skala angka dari 0 sampai 100.
Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan
belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan
untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika
seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau
dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan
benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan
belajar. Namun demikian, kiranya perlu dipertimbangkan oleh para
guru sekolah penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidkan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja
atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti (core subject).
Pelajaran-pelajaran inti ini meliputi, bahasa dan matematika, karena kedua
bidang studi ini (tanpa mengurangi pentingnya bidanng-bidang studi
lainnya) merupakan “kunci pintu” pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Pengkhususan passing grade seperti ini sudah berlaku umum
di negara-negara maju dan meningkatnya kemajuan belajar siswa
dalam bidang-bidang studi.
d. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar
Pada pelaksanaan evaluasi hasil belajar, terdapat tiga alat
penilaian yaitu sebagai berikut:8
1) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes, ujian atau ulangan, yang dialami oleh
sejumlah siswa secara serempak dan harus menjawab sejumlah
pertanyaan atau soal secara tertulis dalam waktu yang sudah
ditentukan.9
Dalam penyelenggaraannya tes tertulis perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
a) Soal telah tertulis sebelumnya
b) Pertanyaan harus mencakup seluruh bahan yang diajarkan
c) Menentukan jumlah atau banyaknya pertanyaan/soal
d) Kalimat pertanyaan harus jelas
e) Pertanyaan harus mengandung beberapa kemampuan
f) Mengandung tingkat kesukaran yang seimbang
g) Menyiapkan kunci jawaban
h) Menyiapkan norma penilaian
Bentuk-bentuk soal tes tertulis adalah sebagai berikut:
a) Tes esai, jenisnya yaitu uraian bebas dan uraian terbatas
8
Zakiah Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), Hal. 212 9
16
b) Obyektive test, jenisnya yaitu bentuk isian (melengkapi, mengisi
titik-titik dan jawaban singkat) dan bentuk pilihan (benar salah,
pilihan ganda, menjodohkan)
2) Tes Lisan
Tes lisan adalah bila sejumlah siswa seorang demi seorang
diuji secara lisan oleh seorang penguji atau lebih.10 Dalam
penyelenggaraan tes lisan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penguji mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan yang hendak
diajarkan secara tertulis
b) Pertanyaan hendaknya jelas, sederhana dan santun
c) Pertanyaan harus mengandung beberapa kemampuan
d) Menentukkan jumlah pertanyaan dengan mengingat waktu
e) Membuat perencanaan atau penataan aspek pertanyaan
f) Membuat kunci jawaban
g) Menetapkan norma penilaian
h) Membuat skor dan mengolahnya
3) Observasi
Observasi adalah metode/cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat/mengamati siswa atau sekelompok siswa secara
langsung.11 Dalam rangka evaluasi hasil belajar, obserrvasi
digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan
belajar yang bersifat keterampilan atau aspek psikomotor.
Dalam penyelenggaraannya dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
a) Dalam penyelenggaraan observasi sebagai alat penialaian,
serupa dengan tes perbuatan, perlu diperhatikan yaitu
menentukan komponen yang akan diamati/dinilai, menentukan
10
Ibid, Hal. 213
11
aspek setiap komponen, menetapkan norma penilaian dan
menskor, menjumlah dan mengolahnya.
b) Dalam penyelenggaraan observasi sebagai pengamatan atau
pencatatan tingkah laku yang merupakan bantuan yang vital
terhadap penilaian.
2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
a. Pengertian Akidah
Menurut bahasa, akidah berasal dari bahasa Arab: „aqada -ya‟qidu-uqdatan-wa „aqidatan artinya ikatan atau perjanjian. Sedangkan pengertian akidah menurut A. zainuddin yang dikutip
oleh Rosihon Anwar dalam bukunya yang berjudul Akidah Akhlak
adalah “sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat
kepadanya”.12
Istilah akidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut
keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan
pikiran yang mantap itu benar, itulah yang disebut akidah yang
benar, seperti keyakinan umat Islam tentang keesaan Allah. Namun
jika salah, itulah yang disebut akidah yang batil, seperti keyakinan
umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan
(trinitas).13
Akidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang
jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang
diyakini oleh hati manusia, dan dipujinya dipastikan kebenarannya,
ditetapkan keshahihannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya,
dan bahwa ia itu benar serta berlaku selamanya.14
Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang pencipta,
keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan akan pertemuan
12
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Hal. 13
13
Ibid, Hal. 13 14
Syaikh Abu Bakar Al-Jauhari, Akidah Mukmin (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002),
18
dengan-Nya sesudah mati dan berakhirnya kehidupan, balasan-Nya
atas perbuatan yang dia usahakan.
Juga seperti keyakinan manusia akan wajibnya taat
kepada-Nya, yaitu terhadap apa yang telah disampaikan kepadanya dari
perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya melalui kitab-kitab dan
rasul-rasul-Nya, ketaatan yang dapat menyucikan jiwanya, mendidik
perasaan, menyempurnakan akhlak dan mengatur hubungan antara
penciptaan dan kehidupan.
Juga keyakinan manusia akan ketidakbutuhan Allah
kepadanya, sementara dia selalu membutuhkan-Nya dalam setiap
urusannya sehingga dalam setiap napas yang dia hidup secara terus
menerus karena Allahlah dia bisa hidup dan hanya kepad-Nya dia
berserah diri dan bersandar. Karena Dialah tempat harapannya ketika
mengharapkan sesuatu, dan tempat mencari perlindungan ketika dia
merasa takut, dengan cinta-Nya dia mencintai, dengan benci-Nya dia
membenci.
Dialah Tuhan bagi manusia yang tidak ada Tuhan
selain-Nya, Dia adalah Sesembahan manusia yang tidak ada Sesembahan
selain-Nya. Tidak ada Rabb dan Ilah diyakini selain Dia.
b. Pengertian Akhlak
Menurut Hamzah Ja‟cub yang dikutip oleh Rosihon Anwar
dalam bukunya yang berjudul Ethika Islam kata “akhlak” berasal
dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat
diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.15
Adapun menurut Zainuddin dalam bukunya yang berjudul Al-Islam
2; Muamalah dan Akhlak kata “akhlak” ini lebih luas artinya
daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.16
15
Op.Cit Rosihon Hal. 205 16
Akhlak, secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata
khalaqa, yang kata asalnya khuliqun, yang berarti: perangai, tabiat,
adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi, secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku
yang dibuat.17
Sedangkan pengertian akidah menurut Imam Ghazali yang
dikutip oleh Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, akhlak adalah suatu istilah tentang
bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia
berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pertimbangan.18
Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk
tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya,
meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah
mengandung konotasi baik. Jadi, orang yang berakhlak berarti orang
yang berakhlak baik.
Bandingkan dengan Al Qur‟an surat Al-Qalam : 4 dan Asy Syu‟ara : 137. yang berbunyi:
Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S Al-Qalam : 4)
Dan Surat Asy Syu‟ara: 137
Artinya: “dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan
(yang disembah) di bumi dan Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”. (Surat Asy Syu‟ara: 137)
17
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, MKDU, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Hal. 198 18
20
Akhlak atau sistem perilaku dapat didik atau diteruskan
melalui sekurang-kurangnya melalui 2 pendekatan, yaitu:19
1. Rangsangan-jawaban (stimulus-response) atau yang disebut
proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Melalui latihan
b) Melalui tanya jawab
c) Melalui mencontoh
2. Kognitif, yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
a) Melalui da‟wah
b) Melalui ceramah
c) Melalui diskusi dan lain-lain
c. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran agama bukanlah mata pelajaran yang dipelajari
untuk menumbuhkan pengetahuan atau memperoleh ketangkasan, akan
tetapi pelajaran agama adalah roh dan pengaruh. Jadi sukses dan tidaknya
seorang guru tidak diukur dengan banyaknya murid-murid yang menghafal
ayat-ayat Al-Qur‟an, hadis-hadis nabi dan hukum-hukum agama, akan
tetapi diukur dengan apa yang tercetak dalam hati murid-murid, yaitu
keimanan yang teguh dan yang tertancap dalam amal perbuatannya yang
baik dan kelakuan yang elok. Secara umum tujuan pendidikan agama
menurut dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:20
1) Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya, atau muamalah ma‟al Khalik. Semakin dekat dan terpelihara hubungan dengan Khaliknya akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan
seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan
rasa ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan
19
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Op. Cit. Hal. 199
20
Nya, sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh kejayaan
semakin menjadi terbuka.
2) Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia atau muamalah ma‟al Insan. Memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia
yang harus senantiasa dikembangkan terus-menerus. Di sinilah terjadi
interaksi antara sesama manusia, baik dengan muslim maupun bukan,
sehingga tampak betapa citra Islam dalam masyarakat yang
ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya.
3) Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua
hubungan itu dan mengaktifkan kedua-keduanya sejalan dan menjalin
dalam diri pribadi. Ini berarti upaya yang terus-menerus untuk
mengenal dan memperbaiki diri atau muamalah ma‟al nafsi. Upaya
untuk mengenal, memperbaiki diri dan mengaktualisasikan kedua
aspek tersebut di atas secara serasi, seimbang dan selaras dalam
bentuk tindakan dan kegiatan sehari-hari memberi petunjuk atas sejauh manakah tingkat “hamba Allah” itu telah dicapai oleh seseorang.
Jadi dari beberapa tujuan pendidikan agama di atas, mata pelajaran
Akidah Akhlak adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan
membimbing untuk dapat mengetahui, memahami dan menyakini akidah
Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik
yang sesuai dengan ajaran Islam.21 Selain itu mata pelajaran Akidah
Akhlak merupakan satu-satunya materi pelajaran yang mempunyai
peranan yang besar dalam mendidik dan menciptakan siswa menjadi
manusia yang berbudi luhur, berakhlak mulia, serta berpegang teguh
dengan ajaran agama. Pendidikan Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapakan para siswa untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam
perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui bimbingan,
21
22
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan kebiasaan. Dalam
kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan,
pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan akidah di satu sisi dan
peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama
lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
d. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang
terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
serta pengalaman siswa tentang akidah dan akhlak Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
e. Fungsi Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah Akhlak di madrasah berfungsi untuk :
1) Penanaman nilai dan ajaran Islam sebagai pedoman mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2) Peneguhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta
pengembangan akhlak mulia para siswa seoptimal mungkin,
melanjutkan pendidikan yang telah lebih dahulu dilaksanakan dalam
keluarga.
3) Penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan fisik dan sosial dengan
bekal akidah.
4) Perbaikan masalah-masalah, kelemahan-kelemahan siswa dalam
keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
5) Pencegahan para siswa dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau
budaya asing yang dihadapi sehari-hari.
6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak,
7) Pembekalan para siswa untuk mendalami Akidah Akhlak pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
f. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi bahan
pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar
siswa untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islam secara sederhana, untuk
dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
g. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran
Akidah Akhlak di kelas 5 (MI) meliputi:
1) Semester I
Tabel. 2.1
SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah Ibtidaiyah
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Membiasakan akhlak terpuji 1.1 Membiasakan sikap optimis,
qanaah, dan tawakal dalam
kehidupan sehari- hari
1. Membiasakan akhlak terpuji
1.2 Membiasakan akhlak yang baik
ketika di tempat ibadah dan di
tempat umum
[image:39.595.104.519.183.699.2]2) Semester II
Tabel. 2.2
SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah Ibtidaiyah
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Membiasakanakhlak terpuji 1.2 Membiasakan sikap teguh
pendirian dan dermawan dalam
24
1. Membiasakan akhlak terpuji 1.2 Membiasakan akhlak yang baik
dalam hidup bertetangga dan
bermasya rakat
3. Akhlak Terpuji
a. Pengertian Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji adalah pola perilaku yang dilandaskan pada
dan memanifestasikan nilai-nilai iman, islam dan ihsan.22 Sedangkan
menurut filosofis, pendidikan akhlak terpuji dapat diartikan sebagai
proses interrnalisasi nilai-nilai akhlak terpuji kedalam diri siswa,
sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam pola pikir
(mindset), ucapan, perbuatannya serta dalam interaksinya dengan
Tuhan, manusia serta lingkungan alam jagat raya.23 Nilai-nilai
tersebut selanjutnya membentuk visi trancedental-spiritual, visi
sosiologis dan visi ekologis. Nilai-nilai akhlak terrpuji tersebut
kemudian melekat dalam dirinya sehingga membentuk budaya
perilaku dan karakternya. Selanjutnya, karena pendidikan terkait
dengan perubahan perilaku, maka dalam pendekatannya, pendidikan
akhlak terpuji tersebut harus bertolak dari pemberian contoh, latihan
dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan
keluarga hingga ke linggukungan yang lebih luas, sehingga
pelaksanaan akhlak tersebut terasa ringan untuk dilakukan. Pada
tahap selanjutnya akhlak terpuji yang telah tertanam tersebut
kemudian diberikan penguatan dengan cara memberikan wawasan
kognitif dan analisis berdasarkan dalil-dalil yang bersumber dari
ajaran agama, nilai-nilai budaya dan tradisi yang relevan dan baik
yang berkembang di masyarakat.
22
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Op. Cit. Hal. 199
23
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang
b. Kedudukan Pendidikan Akhlak Terpuji
Dilihat dari segi kedudukannya, pendidikan akhlak terpuji
memiliki landasan normatif-teologis dan yuridis amat kuat. Secara
normatif, pendidikan akhlak terpuji menjadi agenda dan misi utama
setiap agama. Ajaran karma pada agama Hindu, ajaran pengendalian
dan pembersihan hati pada agama Budha, ajaran tentang
keseimbangan dengan alam dan pemujaan terhadap leluhur pada
agama Konghucu, ajaran pemujaan terrhadap dewa matahari pada
agama Shinto, ajaran cinta kasih kepada agama Kristen dan ajaran
tentang hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
dan dengan alam dalam ajaran agama Islam, misalnya berkaitan
dengan akhlak. Selanjutnya, secara yuridis ajaran akhlak terpuji
secara eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang
tersebut dinyatakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan
membentuk manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan
beradab berdasarkan pandangan dan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia Tahun 1945.24 Ajaran akhlak terpuji dalam agama dan
dalam Undang-Undang Sikdiknas tersebut belum tercapai
sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari pendekatannya lebih
bersifat kognitif, formalistik dan parsial serta kurang menekankan
pada pendekatan praktik dan penghanyatannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan akhlak terpuji secara historis merupakan respon
terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat dengan
karakter budaya kota, yaitu masyarakat yang cenderung ingin serba
cepat, tergesa-gesa, pragmatis, hedonistik, materialistik, penuh
persaingan yang tidak sehat, permissive, mengambil keputusan serba
24
26
cepat dan menghadapi berbagai masalah: sosial, ekonomi, politik,
budaya, ilmu pengetahuan dan sebgainya. Masyarakat yang hidup
dalam karakter budaya kota tersebut merupakan perhatian utama
pendidikan akhlak.
4. Metode Talking Stick
a. Pengertian Metode Talking Stick
Menurut Carol Locust yang dikutip oleh Miftahul Huda
dalam bukunya yang berjudul Model-Model Pengajaran dan
Pembelajaran pernah berkata:
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was
then passed back to the elder for safe keeping.25
Jadi, Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum
(pertemuan antar suku).26 Kini metode talking stick sudah digunakan
sebagai metode pembelajaran ruang kelas. Sebagai mana namanya,
talking stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan
bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari
materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua
kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
25
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Hal. 224 26
b. Penerapan Metode Talking Stick
Dalam penerapan metode talking stick, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban, kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda.
c. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
Adapun langkah-langkah metode talking stick adalah sebagai
berikut:27
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk
membaca dan mempelajari materi pelajaran
3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana
4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup
isi bacaan
5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu
siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6) Guru memberi kesimpulan
7) Guru melakukan evaluasi/penilaian
8) Guru menutup pembelajaran
d. Kelebihan Metode Talking Stick
Dalam metode talking stick terdapat beberapa kelebihan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Mampu menguji kesiapan siswa
27
28
2) Melatih keterampilan siswa dalam membaca dan memahami
materi pelajaran dengan cepat
3) Membuat siswa ceria, senang dan melatih mental siswa untuk
siap dalam kondisi dan situasi apapun
4) Melatih siswa berbicara di depan teman-temanya
5) Menciptakan suasana menyenangkan dan membuat siswa aktif
6) Menumbuhkan jiwa berkompetisi pada diri siswa
e. Kekurangan Metode Talking Stick
Adapun kekurangan metode talking stick adalah bagi
siswa-siswi yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di
hadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai.
f. Implementasi Metode Talking Stick dalam Pembelajaran
Metode talking stick adalah metode pembelajaran yang
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Talking stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini,
dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya
kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu
siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi
pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai
mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang
tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa
berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Dalam pelaksanaannya metode talking stick memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada
individu
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Susi Susilawati,
yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Strategi
Pembelajaran Talking Stick Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2013/2014.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar kewirausahaan melalui penerapan strategi talking stick pada siswa
kelas VIII G SMP Negeri 5 Surakarta. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII G SMP Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 31 siswa. Teknik
pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara,
catatan lapangan dan tes yang diperoleh dari setiap tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Sebelum dilaksanakan tindakan 8 siswa tidak mecapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) diperoleh prosentase hasil belajar siswa sebesar 74,19% dan
setelah dilaksanakan tindakan siklus I hasil belajar siswa meningkat sebanyak
12,19% menjadi 81,10%. Sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa
meningkat sebanyak 100% siswa mencapai KKM. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa penerapan strategi talking stick dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Terpadu kelas kelas VIII G SMP Negeri 5 Surakarta Tahun
Ajaran 2013/2014.28
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifah, dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Al-Qur‟an Hadits Siswa Kelas V MI Miftahul Astar Bedug
Ngadiluwih Kediri Tahun Ajaran 2014/2015”. Teknik yang digunakan dalam
28
Susi Susilawati, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran
30
mengumpulkan data antara lain tes, observasi, wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe talking stick menggunakan struktur enam tahap dapat
meningkatkan hasil belajar Al-Qur‟an Hadits siswa yang berjumlah 29. Hal
ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke
siklus II yaitu nilai rata-rata hasil belajar pada tes akhir siklus I adalah 80,96
yang berada pada kriteria baik, sedangkan pada tes akhir siklus II adalah
87,57 dan berada pada kriteria sangat baik.29
Berdasarkan dua penelitian yang relevan di atas, maka ada titik
persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Adapun tingkat persamaan dan perbedaannya yaitu sebagai berikut:
1. Persamaan
a. Menggunakan metode penelitian yang sama yaitu penelitian tindakan
kelas atau dikenal sebagai classroom action research, dengan
menggunakan modelpersiklus
b. Memiliki tujuan yang sama yaitu upanya meningkatkan hasil belajar
c. Menggunakan metode yang sama dalam proses pembelajaran, yaitu
dengan menggunakan metode talking stick
d. Siklus yang dilakukan sama yaitu dilakukan dengan 2 kali siklus dan
setiap siklus mengalami peningkatan.
e. Teknik pengumpulan data yang digunakan sama, yaitu dengan
metode observasi, wawancara, dokumentasi, tes dan catatan
lapangan
2. Perbedaan
a. Tahun di laksanakannya penelitian berbeda. Penelitian yang
dilakukan oleh Susi Susilawati adalah tahun ajaran 2013/2015,
penelitian yang dilakukan oleh Arifah yaitu tahun ajaran 2014/2015
dan penelian yang dilakukan oleh peneliti adalah tahun 2015/2016
29
Arifah, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick untuk Meningkatkan
b. Mata pelajaran yang di teliti berbeda, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Susi Susilawati adalah mata pelajaran IPS Terpadu,
penelitian yang dilakukan oleh Arifah adalah mata pelajaran Alqur‟an Hadis dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada mata pelajaran Akidah Akhlak
c. Subjek yang di teliti berb