• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di Mi Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di Mi Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

DI MI AL HIKMAH KELAS 5 KOTA BEKASI

Disusun Oleh:

SITI SUPRIATIN

NIM 1812011000038

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

i

TALKING STICK DI MI AL HIKMAH KELAS 5 KOTA BEKASI

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh:

SITI SUPRIATIN

NIM: 1812011000038

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di MI Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi” disusun oleh Siti Supriatin NIM. 1812011000038, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 11 Maret 2016

Yang mengesahkan,

(5)

iii

NIM : 1812011000038

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di MI Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Heny Narendrany Hidayati, S.Ag. M.Pd.

NIP : 197105121996032002

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

(6)

iv

ABSTRAK

Siti Supriatin, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick (Penelitian Tindakan Kelas di MI Al-Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi). Skripsi Program Sarjana, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode talking stick dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada matei akhlak terpuji (sikap optimis, qanaah, dan tawakal serta berakhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan di tempat umum). Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di MI Al-Hikmah dengan subjek penelitian sebanyak 26 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

(7)

v

Research in MI Al-Hikmah Grade 5 Cities Bekasi). Thesis Degree Program, Majoring in Islamic Religious Education (PAI), a Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidaytullah Jakarta.

Research aim to determine the application of the talking stick method in the learning process and to find out the talking stick method can improve learning outcomes on the subjects of moral theology at finer material (an optimistic attitude, qanaah, tawakal and good morals when in the place of worship and public places). Method in the result of a class action research conducted in MI Al-Hikmah research subject were 26 students. Research do as much as two cycle of planning, execution, observation and reflextion.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick di MI Al-Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi”. Adapun penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.

Hadirnya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang

terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini,

perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Henny Narendrani, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, masukan dan saran.

2. Prof.Dr. Ahmad Thib Raya selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Ahmad Majid Khon, M.Ag selaku kepala jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah Saleh Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dindin Ridwanudin, M.Pd. beserta staff, yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan kepada penulis selama proses perkuliahan

berlangsung sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Jamhuri ZH. S.Ag selaku kepala sekolah MI Al Hikmah dan seluruh

jajaran staf yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian

7. Yusuf Kamil S.Pd.I selaku guru agama MI Al Hikmah yang telah banyak

membantu penulis selama melakukan penelitian di MI Al hikmah serta

seluruh siswa kelas 5 MI Al Hikmah

8. Suami dan kedua anakku tercinta yang telah memberikan motivasi

kepada penulis dan mengikhlaskan waktu kebersamaannya guna

(9)

vii

10. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu.

Demikianlah skripsi ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat.

Mohon maaf atas segala kekurangan, semoga Allah SWT meridhoi dan

memberikan keberkahan bagi kita semua. Amiin.

Jakarta, April 2016

(10)

viii DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian ... 8

1. Hakikat Hasil Belajar... 8

a. Pengertian Hasil Belajar ... 8

b. Obyek Hasil Belajar ... 10

c. Batas Minimal Hasil Belajar ... 14

d. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar ... 15

2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak... 17

a. Pengertian Akidah ... 17

b. Pengertian Akhlak ... 18

c. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 20

(11)

ix

3. Akhlak Terpuji ... 24

a. Pengertian Akhlak Terpuji ... 24

b. Kedudukan Akhlak Terpuji ... 25

4. Metode Talking Stick ... 26

a. Pengertian Metode Talking Stick ... 26

b. Penerapan Metode Talking Stick ... 27

c. Langkah-langkah Metode Talking Stick ... 27

d. Kelebihan Metode Talking Stick ... 27

e. Kekurangan Metode Talking Stick ... 28

f. Implementasi Metode Talking Stick dalam Pembelajaran... 28

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

C. Hipotesis Tindakan ... 31

BAB III: METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian... 33

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Peran Dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

1. Peran Peneliti ... 35

2. Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 35

1. Tahapan Pra Penelitian ... 35

2. Kegiatan di Siklus I ... 36

3. Kegiatan di Siklus II ... 37

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 38

(12)

x

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

I. Teknik Pengumpulan data ... 42

J. Analisis Data dan Interpretasi Data... 44

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 45

BAB IV: DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sebelum Tindakan... 46

B. Interpretasi Hasil Penelitian ... 49

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 49

a. Tahap Perencanaan ... 49

b. Tahap Pelaksanaan ... 49

c. Tahap Pengamatan ... 53

d. Tahap Refleksi ... 59

e. Keputusan Siklus I ... 59

2. Tindak Pembelajaran Siklus II ... 60

a. Tahap Perencanaan ... 60

b. Tahap Pelaksanaan ... 60

c. Tahap Pengamatan ... 61

d. Tahap Refleksi ... 66

C. Pembahasan ... 67

D. Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(13)

xi

Tabel 2.1 SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah

Ibtidaiyah

23

Tabel 2.2 SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah

Ibtidaiyah

23

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian 32

Tabel 3.2 Lembar Penilaian Observasi Metode Talking

Stick

39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II 41

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus 47

Tabel 4.2 Perolehan Skor Dalam Pembelajaran Siklus I 56

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I 56

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I 58

Tabel 4.5 Perolehan Skor Dalam Pembelajaran Siklus II 63

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus II 64

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar

Siklus I

58

Gambar 2 Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar

Siklus II

(15)

xiii

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus

I Pertemuan Ke-1 & 2

73

Lampiran 2 Materi Diskusi Kelompok Siklus I 79

Lampiran 3 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus I Putaran

Ke-1

82

Lampiran 4 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus I Putaran

Ke-2

83

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan

Ke-1

84

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Putaran Ke-2 87

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus

II Pertemuan ke- 1 & 2

90

Lampiran 8 Materi Diskusi Kelompok Siklus II 96

Lampiran 9 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus II Putaran

Ke-1

98

Lampiran 10 Pertanyaan Metode Talking Stick Siklus II Putaran

Ke-2

99

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Putaran

Ke-1

100

Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Putaran

Ke-2

103

Lampiran 13 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus I 106

Lampiran 14 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus I 108

Lampiran 15 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus II 110

Lampiran 16 Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus II 112

Lampiran 17 Catatan Lapangan Siklus I 114

(16)

xiv

Lampiran 19 Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Pra

Penelitian

119

Lampiran 20 Wawancara Guru Agama Pra Penelitian 121

Lampiran 21 Wawancara dengan Siswa Siklus I 123

Lampiran 22 Wawancara dengan Siswa Siklus II 124

Lampiran 23 Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick

Siklus I Pertemuan ke-1

125

Lampiran 24 Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick

Siklus I Pertemuan ke-2

126

Lampiran 25

Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick

Siklus II Putaran ke-1

127

Lampiran 26 Lembar Observasi Penilaian Metode Talking Stick

Siklus II Pertemuan ke-2

128

Lampiran 27 Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 1 dan 2 129

Lampiran 28 Perhitungan Distribusi Frekuensi Siklus I 131

Lampiran 29 Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1 dan 2 132

Lampiran 30 Perhitungan Distribusi Frekuensi Siklus II 134

Lampiran 31 Foto-Foto Penelitian 135

Lampiran 32 Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa 140

Lampiran 33 Uji Referensi 164

Lampiran 34 Surat Bimbingan Skripsi 165

Lampiran 35 Surat Observasi 166

Lampiran 36 Surat Izin Penelitian 167

(17)

1

Sesungguhnya masa kanak-kanak merupkan fase yang paling subur,

paling panjang dan paling dominan bagi seorang guru untuk menanamkan

norma-norma yang mapan dan arahan yang bersih kedalam jiwa dan sepak

terjang anak-anak didiknya.1 Berbagai kesempatan terbuka lebar untuk sang

guru dan semua potensi tersedia secara berlimpah dalam fase ini dengan

adanya fitrah yang bersih, masa kanak-kanak yang masih lugu, kepolosan

yang begitu jernih, kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu yang masih

belum tercemari dan jiwa yang masih belum terkontaminasi.

Apabila masa ini dapat dimanfaatkan oleh seorang guru secara

maksimal dengan sebaik-baiknya, tentu harapan yang besar untuk berhasil

akan mudah diraih pada masa mendatang, sehingga kelak sang anak akan

tumbuh menjadi seorang pemuda yang tahan dalam menghadapi berbagai

macam tantangan, beriman, kuat, kokoh dan tegar.

Mendidik anak dan mengajar anak bukan merupakan hal yang mudah, bukan

pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan dan bukan pula hal yang

bersifat sampingan. Mendidik dan mengajar anak sama kedudukannya dengan

kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim

yang mengaku dirinya memeluk agama yang benar ini. Bahkan mendidik dan

mengajar anak merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap

orang tua dan guru karena perintah tersebut datang dari Allah SWT sebagai

mana firman-Nya dalam Al Qur’an surat At-Tahriim (66) : 6.2











































...

1Jamaal ‘Abdur Rahman,

Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, (Jakarta: Irsyad Baitus Salam, 2005), Hal. 15

2

(18)

2

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu”.. (Q.S. At-Tahriim:6)

Mendidik dan memberikan tutunan merupakan sebaik-baik hadiah dan

perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua dan guru kepada

anaknya dengan nilai yang jauh lebih baik daripada dunia dan segala isinya.

Oleh karena itu salah satu pengajaran dalam agama Islam adalah pengajaran

akhlak kepada anak-anak kita, dimana pengajaran akhlak berarti pengajaran

tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya

(tingkah lakunya). Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses

kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar

berakhlak baik. Artinya anak yang diajar itu memiliki bentuk batin yang baik

menurut ukuran nilai ajaran agama Islam dan bentuk batin ini hendaknya

kelihatan dalam tindak tanduknya sehari-hari. Dalam bentuk yang sederhana

dapat dikatakan: supaya anak beraklak baik/terpuji menurut ajaran agama

Islam.3

Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama.

Karena itu patokan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama.

Yang menjadi sasaran pembicaraan dalam pengajaran akhlak adalah bentuk

batin seseorang.

Bentuk batin itu dapat dilihat pada tindak tanduk atau tingkah laku

dengan mempelajari apakah tindak tanduk itu berasal dari bentuk batin atau

karena suatu pertimbangan tertentu. Tindak tanduk itu dinilai dengan ukuran

ajaran agama. Buruk atau baik, terpuji atau tercela menurut pertimbangan

ajaran agama. Dalam arti yang lebih dalam, sebenarnya pengajaran akhlak itu

adalah pengajaran yang membicarakan tentang nilai suatu perbuatan orang.4

Sasaran perbuatan itu meliputi berbagai aspek hubungan. Orang berbuat

dalam rangka hubungannya dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan

manusia sesama manusia, dengan binatang dan dengan makhluk Allah

3

Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2011), Hal. 70 4

(19)

lainnya. Akhlak yang menggambarkan hubungan seseorang dengan Tuhannya

disebut ibadah. Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan seseorang pada dirinya sendiri seperti sabar, wara’, zuhud, ridha qana’ah, tawakal, optimis dan sebagainya, dan perbuatan seseorang dalam rangka

hubungnya dengan orang lain seperti pemurah, penyantun, penyayang, benar,

jujur, patuh, disiplin, hidup rukun, tolong menolong dan sebagainya.

Sifat-sifat itu kadang-kadang kelihatan pula pada seseorang dalam hjur, patuh,

disiplin, hidup rukun, tolong menolong dan sebagainya. Sifat-sifat itu

kadang-kadang kelihatan pula pada seseorang dalam hubungannya dengan binatang

dan makhluk lain.

Pengajaran akhlak membentuk batin seseorang. Pembentukan ini dapat

dilakukan dengan memberikan pengertian tentang buruk baik dan

kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran menilai buruk dan

baik itu, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti

agar mau dan senang berbuat.

Pengajaran akhlak membicarakan nilai sesuatu perbuatan menurut

ajaran agama, membicarakan sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran

agama, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi

pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang secara umum. Secara umum,

agama Islam telah memperlihatkan contoh dan teladan yang baik dalam

pelaksanaan akhlak itu, terutama tingkah laku dan perbuatan rasul Allah

sebagai pembawa ajaran tentang tingkah laku itu. Rasulullah memang diutus

Allah untuk membina dan menyempurnakan akhlak yang terpuji. Ajaran yang

dibawa oleh Rasulullah itu berisi materi pembentukan batin setiap orang

sehingga melahirkan sifat-sifat baik dan terpuji yang kelihatan dalam bentuk

tindakan dan tingkah laku. Bukan hanya rasul Allah saja yang sudah

memberikan contoh perbuatan itu, tetapi juga para sahabat nabi dan

imam-imam mujtahid telah memberikan contoh tingkah laku terpuji menurut ukuran

nilai ajaran agama.

Dari penjelasan di atas agar tujuan dari pembelajaran Akidah Akhlak

(20)

4

bisa menjadi pempelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat

mengajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, ketika

peneliti melakukan wawancara terhadap guru agama MI Al Hikmah di kelas

5, pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses

pembelajaran yang berpusat pada guru, misalnya karena selama proses belajar

mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,

sehingga para siswa terlihat menjadi bosan dan jenuh dan tidak jarang kondisi

kelas menjadi tidak kondusif dikarenakan siswa bercanda sendiri dan

mengobrol, selain itu setelah proses belajar selesai siswa diberi tugas untuk

mengerjakan LKS baik disekolah maupun dikerjakan dirumah.5 Hal ini

ternyata berdampak pada minat belajar anak yang kian hari nilai mata

pelajaran Akidah Akhlak siswa kelas 5 MI Al Hikmah dengan jumlah siswa

26 orang hanya 9 orang yang berhasil, yang artinya hanya 34.6% yang

memperoleh nilai 70 keatas, sedangkan 65,4% mendapatkan nilai di bawah

KKM yaitu dibawah nilai 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari

tujuan yang diharapkan.

Agar pembelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji menjadi

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat

dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking

stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada

penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur

permainan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka

alasan utama pemilihan model talking stick karena selama proses

pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa

diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah

diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat

talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, ada unsur kompetisi

dalam setiap kelompok untuk mengumpulkan skor yang sebanyak-banyaknya

maka hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang akan

berdampak pada nilai hasil belajar siswa. Berdasarkan alasan tersebut

5

(21)

memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan

tindakan peningkatan hasil belajar dengan melakukan penelitian tindakan

kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick di MI Al-Hikmah

Kelas 5 Kota Bekasi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga

pembelajaran bersifat monoton dan membosankan yang mengakibatkan

rendahnya minat belajar siswa.

2. Karena kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran Akidah

Akhlak, maka menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa dimana dari

26 siswa hanya 9 siswa yang dapat memenuhi nilai KKM sedangkan

sebagian besarnya dibawah nilai KKM 70.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka

pembatasan fokus penelitian dari penelitian ini adalah bagaimana upaya

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 melalui metode talking stick di MI

Al-Hikmah Kota Bekasi. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa yang

dimaksud adalah perubahan pada ruang lingkup peningkatan nilai pada pokok

bahasan akhlak terpuji yang sudah dicapai sebelum diadakan tindakan dan

ruang lingkup perubahan pada peningkatan nilai yang sudah dicapai setelah

dilakukan tindakan.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memfokuskan metode

talking stick sebagai alat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Akidah Akhlak pada pokok bahasan akhlak terpuji dalam materi

sikap optimis, qanaah dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari dan

(22)

6

Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode talking stick dalam proses

pembelajaran pada pelajaran Akidah Akhlak di kelas 5 MI Al Hikmah

Kota Bekasi?

2. Apakah penerapan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar

pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas 5 MI Al Hikmah Kota

Bekasi.

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1.

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitin

tindakan kelas diharapkan dapat mengetahui:

a. Untuk mengetahui penerapan metode talking stick dalam proses

pembelajaran pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas 5

MI Al Hikmah Kota Bekasi.

b. Untuk mengetahui metode talking stick dapat meningkatkan hasil

belajar mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji,

yaitu sikap optimis, qanaah dan tawakal dalam kehidupan

sehari-hari dan membiasakan akhlak yang baik ketika di tempat ibadah dan

tempat umum pada siswa kelas 5 MI Al Hikamah Kota Bekasi

2.

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan atau manfaat baik

secara langsung atau tidak langsung bagi siswa, guru dan sekolah dalam

peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa serta peningkatan mutu

pendidikan pada umumnya. Adapun kegunaan atau manfaat hasil

penelitian bagi masing-masing bagian yaitu sebagai berikut:

a. Bagi siswa, di antaranya:

1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar dan memberikan pengalaman baru

2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah

(23)

3) Menanamkan nilai-nilai akhlak terpuji pada siswa dalam

kehidupan sehari-hari

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih metode dan media

pembelajaran yang tepat di kelas

2) Meningkatkan profesionalisme guru sebagai pelaksana kurikulum

3) Mengembangkan inovasi metode dan media yang tepat di kelas

4) Mengembangkan potensi guru dalam pengetahuan skill secara

aktif

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai langkah strategis untuk meningkatkan semangat

pembelajaran siswa

2) Meningkatkan kreatifitas dan imajinasi siswa dalam pembelajaran

3) Meningkatkan mutu pendidikan dalam mewujudkan sumber daya

(24)

8 BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian

1. Hakikat Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pencapaian dalam memperoleh

kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.1 Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya".2

Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang

telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan

kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu

perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa

yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk

perubahan perilaku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga

menunjukkan perubahan tingkah laku.3 Aspek perilaku keseluruhan

dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang

dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Romizoswki yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk

dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD

menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan

hasil belajar yaitu:4

1

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Gruop, 2013), Hal. 13 2

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014), Hal. 22 3

Sri Anitah W. dkk, Strategi Pembelajaran di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),

Hal. 2.19

4

(25)

1) Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat

keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis

2) Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan

tindakan fisik dan kegiatan perseptual

3) Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan,

persaan, dan self control

4) Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan

kepemimpinan

Menurut Gagne yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk dalam

bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD menyebutkan

ada lima tipe hasil belajar yang dapat di capai oleh siswa yaitu

sebagai berikut:5

1) Motor skills

2) Verbal information

3) Intelectual skills

4) Attitudes

5) Cognitive strategies

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil belajar

merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada

satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru

harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat

di capai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil

belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran

sehingga di perlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar

yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.

Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan

kemampuan berfikir kritis dan ilmiyah pada siswa Sekolah Dasar,

dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan:6

5

Ibid. Hal. 2.19 6

(26)

10

1) Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa

yang dijelaskan atau di informasikan

2) Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub)

pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau

di dengar

3) Kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan

mengkaji dari sudut bersamaan dan perbedaan

4) Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh. Kemampuan

tersebut sudah dapat di terapkan di Sekolah Dasar khususnya

pada kelas tinggi

b. Obyek Hasil Belajar

Menurut Horward Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar yaitu sebagai berikut:

1) Keterampilan dan kebiasaan

2) Pengetahuan dan pengertian

3) Sikap dan cita-cita

Menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar yaitu

sebagai berikut:

1) Informasi verbal

2) Keterampilan intelektual

3) Strategi kognitif

4) Sikap

5) Keterampilan motoris

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,

yaitu sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni:

(27)

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari

kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian,

maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut

termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan

atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal

dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat

dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal

dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan

atau pemahaman konsep-konsep lainnya.

b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman

Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat

lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa

pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami,

perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori, yakni

tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan dalam arti yang

sebenarnya. Misalnya, dari bahasa Inggris kedalam bahasa

Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah

Putih dan lain-lain.

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui

berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan

kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Dan

tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.

Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik

yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau

dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun

(28)

12

c) Tipe Hasil Belajar Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret

atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau

petunjuk teknis.

d) Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau

susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang

memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan

analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang

komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi

bagian-bagian yang tetap terpadu untuk beberapa hal memahami prosesnya,

untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi

memahami sistematikanya.

e) Tipe Hasil Belajar Sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke

dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu

terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Barpikir kreatif

merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.

f) Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu

yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja,

pemecahan, metode material dll.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa

paraahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya, bila seseorang telah memilki penguasaan kognitif

tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam

berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran,

disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,

(29)

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil

belajar. Kategorinya dimualai dari tingkat yang dasar atau sederhana

sampai tingkat yang kompleks.

a) Receving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa

dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll.

b) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini

mencakup ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dalam menjawab

stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk

di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap

nilai tersebut.

d) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya,

kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

3) Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk

keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam

tingkatan keterampilan, yaitu sebagai berikut:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

(30)

14

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

dan ketepatan

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana

sampai pada keterampilan yang komleks

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif

c. Batas Minimal Hasil Belajar

Setelah mengetahui indikator hasil belajar di atas, guru perlu

pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal

keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena

mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap

berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan

dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa

dan karsa siswa.

Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu

berkaitan dengan upaya mengungkapkan hasil belajar. Ada beberapa

alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah

mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara norma-norma

pengukuran tersebut ialah:7

1) Norma skala angka dari 0 sampai 10;

2) Norma skala angka dari 0 sampai 100.

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan

belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan

untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika

seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau

dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan

benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan

belajar. Namun demikian, kiranya perlu dipertimbangkan oleh para

guru sekolah penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidkan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja

(31)

atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti (core subject).

Pelajaran-pelajaran inti ini meliputi, bahasa dan matematika, karena kedua

bidang studi ini (tanpa mengurangi pentingnya bidanng-bidang studi

lainnya) merupakan “kunci pintu” pengetahuan-pengetahuan

lainnya. Pengkhususan passing grade seperti ini sudah berlaku umum

di negara-negara maju dan meningkatnya kemajuan belajar siswa

dalam bidang-bidang studi.

d. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Pada pelaksanaan evaluasi hasil belajar, terdapat tiga alat

penilaian yaitu sebagai berikut:8

1) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes, ujian atau ulangan, yang dialami oleh

sejumlah siswa secara serempak dan harus menjawab sejumlah

pertanyaan atau soal secara tertulis dalam waktu yang sudah

ditentukan.9

Dalam penyelenggaraannya tes tertulis perlu memperhatikan

hal-hal berikut:

a) Soal telah tertulis sebelumnya

b) Pertanyaan harus mencakup seluruh bahan yang diajarkan

c) Menentukan jumlah atau banyaknya pertanyaan/soal

d) Kalimat pertanyaan harus jelas

e) Pertanyaan harus mengandung beberapa kemampuan

f) Mengandung tingkat kesukaran yang seimbang

g) Menyiapkan kunci jawaban

h) Menyiapkan norma penilaian

Bentuk-bentuk soal tes tertulis adalah sebagai berikut:

a) Tes esai, jenisnya yaitu uraian bebas dan uraian terbatas

8

Zakiah Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011), Hal. 212 9

(32)

16

b) Obyektive test, jenisnya yaitu bentuk isian (melengkapi, mengisi

titik-titik dan jawaban singkat) dan bentuk pilihan (benar salah,

pilihan ganda, menjodohkan)

2) Tes Lisan

Tes lisan adalah bila sejumlah siswa seorang demi seorang

diuji secara lisan oleh seorang penguji atau lebih.10 Dalam

penyelenggaraan tes lisan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Penguji mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan yang hendak

diajarkan secara tertulis

b) Pertanyaan hendaknya jelas, sederhana dan santun

c) Pertanyaan harus mengandung beberapa kemampuan

d) Menentukkan jumlah pertanyaan dengan mengingat waktu

e) Membuat perencanaan atau penataan aspek pertanyaan

f) Membuat kunci jawaban

g) Menetapkan norma penilaian

h) Membuat skor dan mengolahnya

3) Observasi

Observasi adalah metode/cara-cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan melihat/mengamati siswa atau sekelompok siswa secara

langsung.11 Dalam rangka evaluasi hasil belajar, obserrvasi

digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan

belajar yang bersifat keterampilan atau aspek psikomotor.

Dalam penyelenggaraannya dibagi menjadi dua yaitu sebagai

berikut:

a) Dalam penyelenggaraan observasi sebagai alat penialaian,

serupa dengan tes perbuatan, perlu diperhatikan yaitu

menentukan komponen yang akan diamati/dinilai, menentukan

10

Ibid, Hal. 213

11

(33)

aspek setiap komponen, menetapkan norma penilaian dan

menskor, menjumlah dan mengolahnya.

b) Dalam penyelenggaraan observasi sebagai pengamatan atau

pencatatan tingkah laku yang merupakan bantuan yang vital

terhadap penilaian.

2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak

a. Pengertian Akidah

Menurut bahasa, akidah berasal dari bahasa Arab: „aqada -ya‟qidu-uqdatan-wa „aqidatan artinya ikatan atau perjanjian. Sedangkan pengertian akidah menurut A. zainuddin yang dikutip

oleh Rosihon Anwar dalam bukunya yang berjudul Akidah Akhlak

adalah “sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat

kepadanya”.12

Istilah akidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut

keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan

pikiran yang mantap itu benar, itulah yang disebut akidah yang

benar, seperti keyakinan umat Islam tentang keesaan Allah. Namun

jika salah, itulah yang disebut akidah yang batil, seperti keyakinan

umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan

(trinitas).13

Akidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang

jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang

diyakini oleh hati manusia, dan dipujinya dipastikan kebenarannya,

ditetapkan keshahihannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya,

dan bahwa ia itu benar serta berlaku selamanya.14

Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang pencipta,

keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan akan pertemuan

12

Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Hal. 13

13

Ibid, Hal. 13 14

Syaikh Abu Bakar Al-Jauhari, Akidah Mukmin (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002),

(34)

18

dengan-Nya sesudah mati dan berakhirnya kehidupan, balasan-Nya

atas perbuatan yang dia usahakan.

Juga seperti keyakinan manusia akan wajibnya taat

kepada-Nya, yaitu terhadap apa yang telah disampaikan kepadanya dari

perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya melalui kitab-kitab dan

rasul-rasul-Nya, ketaatan yang dapat menyucikan jiwanya, mendidik

perasaan, menyempurnakan akhlak dan mengatur hubungan antara

penciptaan dan kehidupan.

Juga keyakinan manusia akan ketidakbutuhan Allah

kepadanya, sementara dia selalu membutuhkan-Nya dalam setiap

urusannya sehingga dalam setiap napas yang dia hidup secara terus

menerus karena Allahlah dia bisa hidup dan hanya kepad-Nya dia

berserah diri dan bersandar. Karena Dialah tempat harapannya ketika

mengharapkan sesuatu, dan tempat mencari perlindungan ketika dia

merasa takut, dengan cinta-Nya dia mencintai, dengan benci-Nya dia

membenci.

Dialah Tuhan bagi manusia yang tidak ada Tuhan

selain-Nya, Dia adalah Sesembahan manusia yang tidak ada Sesembahan

selain-Nya. Tidak ada Rabb dan Ilah diyakini selain Dia.

b. Pengertian Akhlak

Menurut Hamzah Ja‟cub yang dikutip oleh Rosihon Anwar

dalam bukunya yang berjudul Ethika Islam kata “akhlak” berasal

dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat

diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.15

Adapun menurut Zainuddin dalam bukunya yang berjudul Al-Islam

2; Muamalah dan Akhlak kata “akhlak” ini lebih luas artinya

daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.16

15

Op.Cit Rosihon Hal. 205 16

(35)

Akhlak, secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata

khalaqa, yang kata asalnya khuliqun, yang berarti: perangai, tabiat,

adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi, secara

etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku

yang dibuat.17

Sedangkan pengertian akidah menurut Imam Ghazali yang

dikutip oleh Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Metodik

Khusus Pengajaran Agama Islam, akhlak adalah suatu istilah tentang

bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia

berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pertimbangan.18

Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk

tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya,

meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah

mengandung konotasi baik. Jadi, orang yang berakhlak berarti orang

yang berakhlak baik.

Bandingkan dengan Al Qur‟an surat Al-Qalam : 4 dan Asy Syu‟ara : 137. yang berbunyi:



Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S Al-Qalam : 4)

Dan Surat Asy Syu‟ara: 137









Artinya: “dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan

(yang disembah) di bumi dan Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”. (Surat Asy Syu‟ara: 137)

17

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, MKDU, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk

Perguruan Tinggi (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Hal. 198 18

(36)

20

Akhlak atau sistem perilaku dapat didik atau diteruskan

melalui sekurang-kurangnya melalui 2 pendekatan, yaitu:19

1. Rangsangan-jawaban (stimulus-response) atau yang disebut

proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Melalui latihan

b) Melalui tanya jawab

c) Melalui mencontoh

2. Kognitif, yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut:

a) Melalui da‟wah

b) Melalui ceramah

c) Melalui diskusi dan lain-lain

c. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran agama bukanlah mata pelajaran yang dipelajari

untuk menumbuhkan pengetahuan atau memperoleh ketangkasan, akan

tetapi pelajaran agama adalah roh dan pengaruh. Jadi sukses dan tidaknya

seorang guru tidak diukur dengan banyaknya murid-murid yang menghafal

ayat-ayat Al-Qur‟an, hadis-hadis nabi dan hukum-hukum agama, akan

tetapi diukur dengan apa yang tercetak dalam hati murid-murid, yaitu

keimanan yang teguh dan yang tertancap dalam amal perbuatannya yang

baik dan kelakuan yang elok. Secara umum tujuan pendidikan agama

menurut dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:20

1) Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya, atau muamalah ma‟al Khalik. Semakin dekat dan terpelihara hubungan dengan Khaliknya akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan

seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan

rasa ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan

19

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Op. Cit. Hal. 199

20

(37)

Nya, sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh kejayaan

semakin menjadi terbuka.

2) Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia atau muamalah ma‟al Insan. Memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia

yang harus senantiasa dikembangkan terus-menerus. Di sinilah terjadi

interaksi antara sesama manusia, baik dengan muslim maupun bukan,

sehingga tampak betapa citra Islam dalam masyarakat yang

ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya.

3) Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua

hubungan itu dan mengaktifkan kedua-keduanya sejalan dan menjalin

dalam diri pribadi. Ini berarti upaya yang terus-menerus untuk

mengenal dan memperbaiki diri atau muamalah ma‟al nafsi. Upaya

untuk mengenal, memperbaiki diri dan mengaktualisasikan kedua

aspek tersebut di atas secara serasi, seimbang dan selaras dalam

bentuk tindakan dan kegiatan sehari-hari memberi petunjuk atas sejauh manakah tingkat “hamba Allah” itu telah dicapai oleh seseorang.

Jadi dari beberapa tujuan pendidikan agama di atas, mata pelajaran

Akidah Akhlak adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan

membimbing untuk dapat mengetahui, memahami dan menyakini akidah

Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik

yang sesuai dengan ajaran Islam.21 Selain itu mata pelajaran Akidah

Akhlak merupakan satu-satunya materi pelajaran yang mempunyai

peranan yang besar dalam mendidik dan menciptakan siswa menjadi

manusia yang berbudi luhur, berakhlak mulia, serta berpegang teguh

dengan ajaran agama. Pendidikan Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapakan para siswa untuk mengenal, memahami,

menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam

perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui bimbingan,

21

(38)

22

pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan kebiasaan. Dalam

kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan,

pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan akidah di satu sisi dan

peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama

lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.

d. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang

terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

serta pengalaman siswa tentang akidah dan akhlak Islam, sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan

kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

e. Fungsi Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak di madrasah berfungsi untuk :

1) Penanaman nilai dan ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2) Peneguhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta

pengembangan akhlak mulia para siswa seoptimal mungkin,

melanjutkan pendidikan yang telah lebih dahulu dilaksanakan dalam

keluarga.

3) Penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan fisik dan sosial dengan

bekal akidah.

4) Perbaikan masalah-masalah, kelemahan-kelemahan siswa dalam

keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

5) Pencegahan para siswa dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau

budaya asing yang dihadapi sehari-hari.

6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak,

(39)

7) Pembekalan para siswa untuk mendalami Akidah Akhlak pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

f. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi bahan

pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar

siswa untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta

pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islam secara sederhana, untuk

dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

g. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran

Akidah Akhlak di kelas 5 (MI) meliputi:

1) Semester I

Tabel. 2.1

SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah Ibtidaiyah

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Membiasakan akhlak terpuji 1.1 Membiasakan sikap optimis,

qanaah, dan tawakal dalam

kehidupan sehari- hari

1. Membiasakan akhlak terpuji

1.2 Membiasakan akhlak yang baik

ketika di tempat ibadah dan di

tempat umum

[image:39.595.104.519.183.699.2]

2) Semester II

Tabel. 2.2

SK-KD Kelas 5 Semester I Tingkat Madrasah Ibtidaiyah

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Membiasakanakhlak terpuji 1.2 Membiasakan sikap teguh

pendirian dan dermawan dalam

(40)

24

1. Membiasakan akhlak terpuji 1.2 Membiasakan akhlak yang baik

dalam hidup bertetangga dan

bermasya rakat

3. Akhlak Terpuji

a. Pengertian Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji adalah pola perilaku yang dilandaskan pada

dan memanifestasikan nilai-nilai iman, islam dan ihsan.22 Sedangkan

menurut filosofis, pendidikan akhlak terpuji dapat diartikan sebagai

proses interrnalisasi nilai-nilai akhlak terpuji kedalam diri siswa,

sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam pola pikir

(mindset), ucapan, perbuatannya serta dalam interaksinya dengan

Tuhan, manusia serta lingkungan alam jagat raya.23 Nilai-nilai

tersebut selanjutnya membentuk visi trancedental-spiritual, visi

sosiologis dan visi ekologis. Nilai-nilai akhlak terrpuji tersebut

kemudian melekat dalam dirinya sehingga membentuk budaya

perilaku dan karakternya. Selanjutnya, karena pendidikan terkait

dengan perubahan perilaku, maka dalam pendekatannya, pendidikan

akhlak terpuji tersebut harus bertolak dari pemberian contoh, latihan

dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan

keluarga hingga ke linggukungan yang lebih luas, sehingga

pelaksanaan akhlak tersebut terasa ringan untuk dilakukan. Pada

tahap selanjutnya akhlak terpuji yang telah tertanam tersebut

kemudian diberikan penguatan dengan cara memberikan wawasan

kognitif dan analisis berdasarkan dalil-dalil yang bersumber dari

ajaran agama, nilai-nilai budaya dan tradisi yang relevan dan baik

yang berkembang di masyarakat.

22

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Op. Cit. Hal. 199

23

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang

(41)

b. Kedudukan Pendidikan Akhlak Terpuji

Dilihat dari segi kedudukannya, pendidikan akhlak terpuji

memiliki landasan normatif-teologis dan yuridis amat kuat. Secara

normatif, pendidikan akhlak terpuji menjadi agenda dan misi utama

setiap agama. Ajaran karma pada agama Hindu, ajaran pengendalian

dan pembersihan hati pada agama Budha, ajaran tentang

keseimbangan dengan alam dan pemujaan terhadap leluhur pada

agama Konghucu, ajaran pemujaan terrhadap dewa matahari pada

agama Shinto, ajaran cinta kasih kepada agama Kristen dan ajaran

tentang hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia

dan dengan alam dalam ajaran agama Islam, misalnya berkaitan

dengan akhlak. Selanjutnya, secara yuridis ajaran akhlak terpuji

secara eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang

tersebut dinyatakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan

membentuk manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan

berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan

beradab berdasarkan pandangan dan Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia Tahun 1945.24 Ajaran akhlak terpuji dalam agama dan

dalam Undang-Undang Sikdiknas tersebut belum tercapai

sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari pendekatannya lebih

bersifat kognitif, formalistik dan parsial serta kurang menekankan

pada pendekatan praktik dan penghanyatannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Pendidikan akhlak terpuji secara historis merupakan respon

terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat dengan

karakter budaya kota, yaitu masyarakat yang cenderung ingin serba

cepat, tergesa-gesa, pragmatis, hedonistik, materialistik, penuh

persaingan yang tidak sehat, permissive, mengambil keputusan serba

24

(42)

26

cepat dan menghadapi berbagai masalah: sosial, ekonomi, politik,

budaya, ilmu pengetahuan dan sebgainya. Masyarakat yang hidup

dalam karakter budaya kota tersebut merupakan perhatian utama

pendidikan akhlak.

4. Metode Talking Stick

a. Pengertian Metode Talking Stick

Menurut Carol Locust yang dikutip oleh Miftahul Huda

dalam bukunya yang berjudul Model-Model Pengajaran dan

Pembelajaran pernah berkata:

The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was

then passed back to the elder for safe keeping.25

Jadi, Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang

digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang

berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum

(pertemuan antar suku).26 Kini metode talking stick sudah digunakan

sebagai metode pembelajaran ruang kelas. Sebagai mana namanya,

talking stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan

bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu

wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari

materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua

kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

25

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan

Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Hal. 224 26

(43)

b. Penerapan Metode Talking Stick

Dalam penerapan metode talking stick, guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang

heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan

keakraban, kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda.

c. Langkah-Langkah Metode Talking Stick

Adapun langkah-langkah metode talking stick adalah sebagai

berikut:27

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk

membaca dan mempelajari materi pelajaran

3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam

wacana

4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan

mempelajari isinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup

isi bacaan

5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu

siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6) Guru memberi kesimpulan

7) Guru melakukan evaluasi/penilaian

8) Guru menutup pembelajaran

d. Kelebihan Metode Talking Stick

Dalam metode talking stick terdapat beberapa kelebihan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Mampu menguji kesiapan siswa

27

(44)

28

2) Melatih keterampilan siswa dalam membaca dan memahami

materi pelajaran dengan cepat

3) Membuat siswa ceria, senang dan melatih mental siswa untuk

siap dalam kondisi dan situasi apapun

4) Melatih siswa berbicara di depan teman-temanya

5) Menciptakan suasana menyenangkan dan membuat siswa aktif

6) Menumbuhkan jiwa berkompetisi pada diri siswa

e. Kekurangan Metode Talking Stick

Adapun kekurangan metode talking stick adalah bagi

siswa-siswi yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di

hadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai.

f. Implementasi Metode Talking Stick dalam Pembelajaran

Metode talking stick adalah metode pembelajaran yang

dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan. Talking stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini,

dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya

kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu

siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi

pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai

mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang

tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa

berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang

diajukan guru. Dalam pelaksanaannya metode talking stick memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah.

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

(45)

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada

individu

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Susi Susilawati,

yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Strategi

Pembelajaran Talking Stick Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran

2013/2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar kewirausahaan melalui penerapan strategi talking stick pada siswa

kelas VIII G SMP Negeri 5 Surakarta. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VIII G SMP Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 31 siswa. Teknik

pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara,

catatan lapangan dan tes yang diperoleh dari setiap tindakan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

Sebelum dilaksanakan tindakan 8 siswa tidak mecapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) diperoleh prosentase hasil belajar siswa sebesar 74,19% dan

setelah dilaksanakan tindakan siklus I hasil belajar siswa meningkat sebanyak

12,19% menjadi 81,10%. Sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa

meningkat sebanyak 100% siswa mencapai KKM. Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa penerapan strategi talking stick dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) Terpadu kelas kelas VIII G SMP Negeri 5 Surakarta Tahun

Ajaran 2013/2014.28

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifah, dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Al-Qur‟an Hadits Siswa Kelas V MI Miftahul Astar Bedug

Ngadiluwih Kediri Tahun Ajaran 2014/2015”. Teknik yang digunakan dalam

28

Susi Susilawati, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran

(46)

30

mengumpulkan data antara lain tes, observasi, wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe talking stick menggunakan struktur enam tahap dapat

meningkatkan hasil belajar Al-Qur‟an Hadits siswa yang berjumlah 29. Hal

ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke

siklus II yaitu nilai rata-rata hasil belajar pada tes akhir siklus I adalah 80,96

yang berada pada kriteria baik, sedangkan pada tes akhir siklus II adalah

87,57 dan berada pada kriteria sangat baik.29

Berdasarkan dua penelitian yang relevan di atas, maka ada titik

persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Adapun tingkat persamaan dan perbedaannya yaitu sebagai berikut:

1. Persamaan

a. Menggunakan metode penelitian yang sama yaitu penelitian tindakan

kelas atau dikenal sebagai classroom action research, dengan

menggunakan modelpersiklus

b. Memiliki tujuan yang sama yaitu upanya meningkatkan hasil belajar

c. Menggunakan metode yang sama dalam proses pembelajaran, yaitu

dengan menggunakan metode talking stick

d. Siklus yang dilakukan sama yaitu dilakukan dengan 2 kali siklus dan

setiap siklus mengalami peningkatan.

e. Teknik pengumpulan data yang digunakan sama, yaitu dengan

metode observasi, wawancara, dokumentasi, tes dan catatan

lapangan

2. Perbedaan

a. Tahun di laksanakannya penelitian berbeda. Penelitian yang

dilakukan oleh Susi Susilawati adalah tahun ajaran 2013/2015,

penelitian yang dilakukan oleh Arifah yaitu tahun ajaran 2014/2015

dan penelian yang dilakukan oleh peneliti adalah tahun 2015/2016

29

Arifah, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick untuk Meningkatkan

(47)

b. Mata pelajaran yang di teliti berbeda, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Susi Susilawati adalah mata pelajaran IPS Terpadu,

penelitian yang dilakukan oleh Arifah adalah mata pelajaran Alqur‟an Hadis dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada mata pelajaran Akidah Akhlak

c. Subjek yang di teliti berb

Gambar

Gambar 1 Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar
Tabel. 2.2
Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

papila yang dimodifikasi selama 21 hari penggunaan obat kumur tersebut...

Dari penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “hubungan antara tingkat kecemasan dan dukungan keluarga dengan intensitas

A populáris irodalomról való tudományos beszéd bizonyos au­ tomatizmusokba rendeződik, amelyeknek legfontosabb közös alapfeltevése az a tény, hogy a populáris

Jumlah individu lutung ( Trachypithecus auratus cristatus ) dalam satu kelompok yang diamati pada Blok Manting ini berjumlah 10 individu dengan jenis kelamin yang

Tahun 2019 yang akan datang, Gereja KAJ mengangkat tema "Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat." Pemaparan historis, filosofis, politik

the foreign subsidiary are translated at the end of each financial year, and any foreign exchange differences are recognised in other comprehensive income (until the

Sejalan dengan hasil penelitian menurut Kuswardi (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap opini audit

yang diuapkan di wadah akan terfraksinasi saat mencapai kolom yang berisi bola terbuat dari gelas. Kontak intim antara uap/gas dengan bola di kolom inilah