• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil interpretasi citra landsat tahun 1996 dan tahun 2009 pada band 542 (RGB), menunjukkan berbagai penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo. Penggunaan lahan terdiri dari sembilan jenis meliputi: hutan (HT), kebun campuran (KC), permukiman (PK), sawah (SW), sawah tadah hujan (SWT), tegalan/ladang (TG), semak belukar (SB), sungai (SN), dan waduk (WD). Adapun peta penggunaan lahan Kabupaten Kulon Progo tahun 1996 dan 2009 disajikan pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Sumber data: Interpretasi citra landsat band 542(RGB) tahun 1996

Sumber : Interpretasi citra landsat band 542 (RGB) tahun 2009

Gambar 12 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009 Deskripsi dari masing-masing jenis penggunaan lahan hasil analisis citra landsat pada band 542 (RGB) dan pengecekan di lapangan sebagai berikut :

Hutan

Hutan mempunyai kenampakan pada citra landsat band 542 dengan warna hijau tua, tekstur kasar, pola tidak teratur umumnya bergerombol dengan luasan yang besar. Penggunaan lahan hutan di Kabupaten Kulon Progo tersebar di sebelah barat dari tengah memanjang ke utara. Kawasan hutan diperuntukkan

sebagai kawasan lindung terhadap wilayah setempat dan wilayah yang berada dibawahnya.

Vegetasi penyusun hutan lindung merupakan campuran berbagai jenis tanaman tahunan antara lain mahoni, jati, acasia, pinus, kenanga, akasia, kayu putih, sono keling, dan kemiri. Penyebaran hutan terdapat pada wilayah dengan karakteristik fisik kelerengan yang curam sampai sangat curam, terutama dijumpai di Kecamatan Samigaluh, Pengasih, Nanggulan, Kokap, Kalibawang, dan Girimulyo. Kondisi vegetasi penyusun hutan relatif masih baik dengan kondisi penutupan tajuk yang cukup rapat dan merata, seperti terlihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Penggunaan Lahan Hutan

Semak Belukar

Penampakan penggunaan lahan semak belukar pada citra Landsat band 542 (RGB) berwarna coklat kemerahan dengan tekstur kasar, berpola tidak teratur dan menyebar. Semak belukar merupakan lahan-lahan yang ditumbuhi rerumputan, tanaman perdu, dan tumbuhan menjalar. Semak belukar umumnya mempunyai kerapatan cukup padat dan merata menutupi permukaan tanah sehingga dapat berfungsi sebagai penahan erosi dan mempertinggi resapan air. Penggunaan lahan semak belukar sebagian merupakan peralihan dari penggunaan lahan yang satu ke penggunaan lahan lainnya. Penggunaan lahan pertanian yang akan dirubah menjadi areal terbangun biasanya akan tumbuh semak belukar terlebih dahulu. Jenis tanaman semak belukar di Kabupaten Kulon Progo secara umum adalah

alang-alang/rumput dan tumbuhan menjalar. Gambar 14 menunjukkan penggunaan lahan semak belukar di lahan pesisir Kabupaten Kulon Progo.

Gambar 14 Penggunaan Lahan Semak Belukar

Kebun Campuran

Kenampakan penggunaan lahan kebun campuran pada citra landsat band 542 (RGB) berwarna hijau kecoklatan, pola tidak teratur dan menyebar. Kebun campuran di Kabupaten Kulon Progo mempunyai penyebaran di wilayah bagian selatan dan bercampur dengan penggunaan lahan permukiman dan sawah.

Di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan lahan kebun mempunyai pola penanaman campuran antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan atau tumpangsari. Batas tepi kebun ditanami tanaman tahunan dengan jarak tanam teratur dan cukup rapat. Tanaman tahunan penghasil kayu digunakan sebagai batas antar pemilik kebun. Tanaman tahunan yang dimanfaatkan untuk hasil bukan kayu ditanam dalam area kebun bukan sebagai tanaman pagar. Sebagai contoh pada tepi kebun ditanam tanaman tahunan dengan hasil kayu yaitu jenis kayu jati. Tanaman kelapa ditanam dengan jarak tanam secara teratur dalam areal kebun sebagai hasil bukan kayu. Di antara tanaman kelapa ditanami ketela yang merupakan tanaman musiman. Lahan-lahan kebun yang kurang subur oleh masyarakat ditanami tanaman tahunan tanpa tanaman semusim. Gambar 15 menunjukkan penggunaan lahan sebagai kebun campuran.

Gambar 15 Penggunaan Lahan Kebun Campuran

Tegalan/Ladang

Tegalan/ladang pada citra landsat band 542 (RGB) mempunyai kenampakan seperti kebun campuran. Pada umumnya tegalan/ladang terletak jauh dari permukiman. Tegalan/ladang merupakan areal pertanian untuk tanaman semusim yang tidak memerlukan air dalam jumlah banyak. Tanaman yang dibudidayakan di lahan tegalan/ladang adalah palawija, antara lain kacang tanah, jagung, dan ketela. Tegalan/ladang yang didominasi oleh tanaman palawija membuat lahan sering dalam kondisi terbuka terutama saat tanaman selesai dipanen dan ada waktu tunggu untuk musim tanam berikutnya saat datangnya hujan. Vegetasi tanaman tahunan pada tegalan/ladang juga cukup jarang karena naungannya dapat mengurangi pertumbuhan dan hasil tanaman palawija.

Di Kabupaten Kulon Progo tegalan/ladang banyak ditemukan terutama di wilayah dengan kondisi topografi berbukit yaitu wilayah bagian tengah. Tegalan/ladang dengan luasan yang kecil-kecil tersebar di seluruh wilayah. Kegiatan perladangan dilakukan pada lahan-lahan yang cukup subur untuk tanaman palawija, sedangkan untuk lahan-lahan yang diperkirakan kurang menghasilkan apabila ditanami palawija, ditanami tanaman tahunan yang menghasilkan kayu. Pada lahan tegalan/ladang biasanya juga dilakukan teknik konservasi dengan pembuatan teras yang diperkuat dengan susunan batu. Gambar 16 menunjukkan penggunaan lahan sebagai tegalan/ladang.

Gambar 16 Penggunaan Lahan Tegalan/Ladang

Sawah dan Sawah Tadah Hujan

Sawah dan sawah tadah hujan pada citra Landsat band 542 (RGB) berbentuk petak-petak yang ukurannya relatif seragam dengan warna kecoklatan atau hijau. Penyebaran sawah irigasi di Kabupaten Kulon Progo terutama dijumpai pada wilayah bagian tengah ke selatan, dengan topografi datar dan ketinggian tempat yang lebih rendah. Petak-petak sawah irigasi lebih seragam dan bentuk yang jelas sedangkan pada sawah tadah hujan bentuk petakannya kurang seragam. Luasan petak/hamparan sawah irigasi cenderung lebih besar daripada sawah tadah hujan.

Sawah tadah hujan dijumpai di Kulon Progo bagian utara, yaitu daerah perbukitan terutama di Kecamatan Samigaluh, Girimulyo dan Kalibawang. Sawah tadah hujan biasanya menyatu dengan tegalan/ladang dan ditanami padi pada saat musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau ditanami palawija.

Masyarakat tetap mempertahankan sawah tadah hujan, sehingga tidak dirubah ke penggunaan lahan yang lain. Hal ini disebabkan karena masyarakat tetap mengharapkan ada hasil pertanian berupa padi setiap tahunnya, sedangkan lahan untuk menghasilkan padi satu-satunya adalah sawah tadah hujan mengingat tidak ada sawah irigasi. Gambar 17 menunjukkan penggunaan lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Kulon Progo.

Gambar 17 Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan

Permukiman

Permukiman pada citra landsat band 542 (RGB) mempunyai kenampakan berbentuk kotak-kotak, berwarna magenta tua, bertekstur halus sampai kasar dengan pola teratur. Permukiman di Kabupaten Kulon Progo dapat dibedakan antara permukiman di pedesaan dengan permukiman di perkotaan. Permukiman di pedesaan merupakan permukiman tradisional dengan pola terpencar tidak teratur dengan kelompok kecil-kecil yang berbaur menjadi satu kelompok dengan vegetasi. Jarak antar permukiman juga cukup jauh. Permukiman di perkotaan mempunyai pola berkelompok besar-besar, teratur dengan vegetasi antar permukiman cukup sedikit. Permukiman di perkotaan dengan pola teratur dan seragam merupakan daerah perumahan modern/realestate yang terdiri dari blok- blok perumahan. Pola permukiman di perkotaan mengikuti jalan utama dan sebagian juga mengikuti sungai untuk daerah di sekitar kota.

Arah perkembangan permukiman di Kulon Progo menunjukkan ke arah selatan wilayah kabupaten, oleh karena dipengaruhi kondisi fisik wilayah yang relatif lebih datar. Penambahan luasan permukiman cukup besar terjadi di Kecamatan Wates, Temon, Sentolo, Panjatan, Nanggulan, dan Galur. Kecamatan Panjatan dan Temon menunjukkan tingkat perkembangan permukiman yang cukup tinggi mengingat kecamatan tersebut berdekatan dengan Wates sebagai ibu kota kabupaten. Pada Kecamatan Sentolo, Nanggulan, dan Galur perkembangan permukiman juga cukup tinggi. Ketiga kecamatan tersebut merupakan jalur

penghubung Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Kecamatan Pengasih, Lendah, Kokap, Kalibawang, Samigaluh dan Girimulyo merupakan kecamatan dengan tingkat pertumbuhan permukiman yang tidak terlalu tinggi. Gambar 18 menunjukkan Permukiman di perkotaan.

Gambar 18 Penggunaan Lahan Permukiman di Perkotaan

Sungai

Sungai pada citra landsat band 542 (RGB) dapat dikenali dari bentuknya yang memanjang berkelok-kelok dan berwarna biru tua atau gelap. Sungai cenderung tetap dari waktu ke waktu karena tidak ada aktivitas manusia yang berakibat terhadap berubahnya bentuk sungai. Di Kabupaten Kulon Progo sebelah timur dijumpai Sungai Progo yang menjadi batas dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo mempunyai anak-anak sungai yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah disekitarnya. Kecamatan Galur dan Lendah merupakan kecamatan yang terluas sungainya, oleh karena disisi timur memanjang ke selatan pada kedua kecamatan ini merupakan muara dari Sungai Progo. Di Kulon Progo bagian tengah, terdapat Sungai Serang yang berhulu di kawasan lindung, di Kecamatan Kokap dan Girimulyo. Sungai Serang melintasi Kecamatan Pengasih, Wates, dan Temon dengan muara di Pantai Glagah. Penggunaan Sungai Serang juga untuk sarana irigasi, sedangkan di daerah muara dibangun pelabuhan laut. Gambar 19 menunjukkan penggunaan lahan sungai di Kabupaten Kulon Progo.

Gambar 19 Penggunaan Lahan Sungai

Waduk

Waduk yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo yaitu Waduk Sermo, terletak di Kecamatan Kokap. Waduk Sermo merupakan satu-satunya waduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dibangun pada tahun 1994 dan selesai tahun 1997. Luas genangan dari Waduk Sermo ± 157 ha, dapat menampung air ± 25 juta m3

Waduk Sermo dibangun dengan membendung sungai Ngrancah. Bendungan dibangun menghubungkan dua bukit dengan ukuran bendungan lebar atas delapan meter, lebar bawah 250 meter, panjang 190 meter dan tinggi 56 meter. Pada pembangunan waduk ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo memindahkan 107 KK untuk bertransmigrasi, dengan tujuan 100 KK ke Bengkulu dan 7 KK ke Riau.

, dengan bentuk waduk yang berkelok-kelok.

Waduk Sermo dikelola oleh Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sermo. Waduk Sermo mempunyai multifungsi, dimana tujuan awal dibangunnya adalah suplai air untuk mengairi sawah seluas 8.100 ha yang berada di wilayah Kulon Progo bagian barat dan selatan. Wilayah ini sebelumnya mendapat pengairan irigasi dari Sungai Progo, akan tetapi sungai Progo tidak sepanjang tahun dapat mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian di wilayah Kulon Progo bagian barat dan selatan. Irigasi dari Sungai Progo sekarang hanya digunakan untuk pengairan lahan pertanian di wilayah Kulon Progo bagian timur dan tenggara.

Waduk Sermo juga mempunyai fungsi sebagai sarana konservasi dan sudah berfungsi dengan cukup bagus. Sekitar Waduk Sermo merupakan hutan suaka margasatwa dengan landscape perbukitan menoreh. Fungsi lain seperti sumber air minum, belum maksimal. Air Waduk Sermo kedepan diproyeksikan untuk mensuplai air minum PDAM mulai Pengasih, Kokap hingga Wates, Panjatan, Lendah dan Galur, namun saat ini baru sampai di sebagian Kokap dan Pengasih saja. Waduk Sermo juga sebagai obyek wisata, tetapi belum maksimal karena kurang promosi. Pemandangan dan suasana waduk cukup eksotik dengan keindahan panorama alam dan bangunan waduk. Sarana wisata berupa gardu pandang untuk menikmati keindahannya dan perahu yang dapat digunakan untuk mengelilingi waduk. Fungsi lain waduk yaitu sebagai budidaya ikan air tawar. Gambar 20 memperjelas gambaran tentang Waduk Sermo.

Gambar 20 Penggunaan Lahan Waduk Sermo

Dokumen terkait