• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERUPSI ANGGOTA KOMISI V DPR RI: Istirahat dulu pak

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 51-66)

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Lanjut?

Lanjut saja ya.

F-PDIP (HJ. SADARESTUWATI, SP, M.MA.):

Pak Ketua, mohon izin kami harus di sebelah sebentar.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Ini ngajak lanjut tapi ke sebelah, pie toh?

F-PDIP (HJ. SADARESTUWATI, SP, M.MA.):

Ya bagaimana kan tidak bisa saya tidak bisa melanjutkan mungkin teman-teman yang bisa.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Saya tidak ikut apa? Kan saya ikut juga ke sebelah.

Baik, silakan Pak Gatot singkat ya, kalau bisa kita setelah ini lanjut saja dengan jawaban kementerian.

Silakan Pak Gatot.

F-PG (DR. H. GATOT SUDJITO, M.Si.): Ya.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Pak Ketua, para Wakil Ketua dan khususnya Bu Nurhayati, ada Pak Ridwan Bae tadi,

Kawan-kawan Anggota Komisi V yang sangat kami hormati dan saya banggakan Pak Menteri ada Menteri Perhubungan, Menteri PU dan Menteri Desa.

Saya ucapkan selamat juga Pak Doktor Honorus Causa Pak Halim Iskandar, mudah-mudahan ilmunya bermanfaat untuk bangsa dan negara dan seluruh jajaran yang hadir di sini tidak bisa saya sebutkan satu per satu dari ketiga kementerian.

Pak Menteri, ini adalah kaitannya dengan tindak lanjut temuan-temuan BPK. Temuan BPK pasti akan menghasilkan sebuah rekomendasi. Rekomendasi itu adalah perlu tindak lanjut, ditindaklanjuti itu memang ada yang sesuai ada yang belum sesuai, tetapi ternyata di sini ada yang tidak bisa ditindaklanjuti. Ini yang menarik adalah tidak bisa ditindaklanjuti.

Oleh karena itu saya melihat adalah 2005 sampai 2009 itu ternyata gambaran hamparan persoalan rekomendasi itu tidak tuntas, tidak kunjung tuntas diselesaikan. Apakah ini indikasinya adalah pembiaran-pembiaran, apakah ini adalah merupakan apa namanya pengendapan masalah? Dan sudah barang tentu masalah keuangan negara itu akan kita kenal dengan sebuah ketaatan kedisiplinan dan responsibility terhadap keuangan negara, karena itu adalah uang rakyat yang harus dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu memang Komisi V bukan Komisi XI yang bisa memanggil BPK untuk meng-compare begitu tidak bisa, maka tentunya kita cari titik tengahnya di mana. Nah semestinya endapan-endapan dan pembiaran-pembiaran persoalan dari 2005 sampai 2009 itu di masing-masing kementerian itu ada.

Dan yang menarik adalah ada persoalan yang namanya temuan itu tidak bisa ditindaklanjuti itu kena apa? Apakah itu indikator-indikatornya itu kekeliruan daripada BPK sehingga tidak mampu ditindaklanjuti oleh kementerian, itu nampaknya perlu disampaikan.

Nah saya ingin merenung sejenak karena bagaimanapun persoalan ini adalah temuan BPK dan BPK adalah memang adalah audit internal. Audit internal itu agak longgar, bisa disesuaikan dan sebagainya, tetapi kalau audit eksternal ini akan menjadi malapetaka dan ini adalah implikasinya hukum.

Saya ingin sampaikan Pak Menteri dengan garis besar itu adalah perlu menjadi perenungan kita bersama. Tidak boleh mestinya ada tunggakan-tunggakan yang seakan-akan itu bukan masalah. Di lapangan mungkin saja itu akan terjadi yang namanya persoalan tidak bisa dinaikkan itu atau tindaklanjuti karena punya herder-herder yang bisa menggigit gituloh. Ini yang saya melihat apa namanya bisa saja terjadi.

Nah oleh karena itu tetapi ini potretnya kementerian. Kementerian adalah Presiden karena Presiden adalah akuntabilitasnya adalah sangat ditunggu dan diharapkan oleh masyarakat. Untuk itulah catatan-catatan kaki misalkan apa yang saya sampaikan secara garis besar itu.

Misalkan di Kemendes misalkan bahwa tahun 2005 sampai 2009 ada temuan yang namanya 482 menurut lampiran 5.1 daripada BPK. Nah rekomendasinya adalah 1.064 ini. Nah dari 2009 saja ada 27 temuan rekomendasinya adalah 81, berarti ada 44-45, 455 temuan rekomendasinya adalah 983. Kemudian tanggungan-tanggungan yang lain sebelumnya itu termasuk di dalamnya. Masih ada 439 rekomendasi senilai Rp.53.313.730.690,- ini belum sesuai dengan rekomendasi.

Jadi tadi dikatakan memang saya katakan bahwa ada yang temuan-temuan tindak lanjut itu, ada yang sesuai juga ada yang belum sesuai ada yang tidak bisa ditindaklanjuti. Itu yang menjadi menarik adalah tindak lanjut yang tidak bisa ditindaklanjuti ini siapa salah siapa ini?

Kemudian pada ada 202 rekomendasi senilai 520 memang ini juta, tetapi belum bisa ditindaklanjuti. Ini yang menarik itu dan inipun adalah di dalamnya adalah pada 2005. Sehingga saya katakan ada endapan-endapan masalah 2005 dan sebagainya ini mestinya harus dituntaskan. Kemudian 2011 ada rekomendasi BPK yang senilai Rp557.737.750,- dalam kategori tidak dapat ditindaklanjuti. Persoalannya bukan nilainya, tetapi ada sebuah persoalan yang memang kenapa ada apa ini? Karena ini menyangkut persoalan uang negara.

Kemudian di Kementerian Perhubungan, saya itu adalah catatan-catatan kaki dari pada judul saya yang saya sampaikan di atas tadi adalah memang saya mengapresiasi sama dengan Pak Hamka. Saya adalah santrinya Pak Hamka, jadi WTP itu adalah di Kementerian Kemendes, Perhubungan dan PUPERA.

Perhubungan itu adalah mohon penjelasan tanggapan ada perbedaan angka antara paparan dengan yang disampaikan di dalam temuan lampiran 5.1. Tetapi perlu kami sampaikan juga sama persoalannya adalah di dalam 2008 sampai 2019 tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi BPK sejumlah 153 senilai Rp.159.690.562.247,-. Kemudian yang pada 2010 ada satu rekomendasi yang tidak bisa ditindaklanjuti. Ini mohon ini di-clear-kan ini, ini akan menjadi satu catatan yang tidak baik, potret dari pada kinerja pemerintah yang perlu diselesaikan.

Dan untuk PUPERA, juga begitu catatan-catatan kaki saja, pada 2005 sampai 2019 ada 3.287 rekomendasi. Untuk 2019 saja ada 309 rekomendasi, berarti ada 2.987 rekomendasi BPK di mana di dalamnya adalah tanggungan-tanggungan tahun sebelumnya. Ada 949 yang senilainya adalah Dua Triliun Enam Ratus Tujuh Puluh Sembilan sekian sudah ditindaklanjuti tetapi belum sesuai. Mohon penjelasan tetapi itu adalah menjadi catatan-catatan saja pak. Kemudian 449 rekomendasi BPK nilainya Rp.919 Miliar Rupiah, belum ditindaklanjuti diantaranya tahun 2009. Kemudian ada 38 rekomendasi senilai Rp.2 Triliun sekian tidak dapat ditindaklanjuti ini yang cukup menarik.

Pak Menteri PUPERA ada satu hal yang juga menarik itu adalah hasil pemeriksaan atas 18 LKPHLN hibah luar negeri yang 17 itu itu adalah dalam konteks sudah WTP, tetapi 1 adalah WDP. Di mana itu adalah masuk di dalam Kementerian PUPERA. Ini juga mohon penjelasan.

Bapak Ibu sekalian.

Pak Menteri khususnya gambaran-gambaran itu adalah sebuah potret kita bahwa akuntabilitas kita dalam rangka keuangan negara, itu tidak boleh dibiarkan persoalan itu 2005 itu sampai 2019 itu itu tidak diselesaikan. Terus siapa yang menyelesaikan dan ini kalau dibaca rakyat itu bagaimana?

Kalau itu adalah persoalannya itu adalah karena BPK memberikan nilai-nilai yang tolak ukurnya yang berlebihan, sebetulnya kita bisa compare kepada bisa menjembatani kepada BPK. Tetapi Komisi V adalah bukan Komisi XI sehingga persoalan ini kita bijaksanai secara arif. Dan yang paling penting adalah saya sepakat dengan Pak Hamka, Pak Hamka ini ada di Banggar sebaiknya ke depan adalah kita harus perbaiki lebih lanjut.

Inilah kira-kira gambaran yang perlu disampaikan, bahwa yang namanya temuan BPK berbentuk rekomendasi. Rekomendasi adalah perlu tindak lanjut penyelesaian gambaran penyelesaiannya itu yang saya sampaikan itu. Tapi yang paling menarik itu ada sesuatu yang tidak dapat ditindaklanjuti, ada apa ini?

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih.

Terakhir Pak Jhoni silakan.

F-PD (DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M.): Cukup Pak Ketua saya kira sudah lengkap.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Cukup ya?

F-PD (DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M.): Cukuplah.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Pak Irwan cukup ya?

Baik karena cukup, jadi begini Pak Menteri ini kan masukan dan saran ini jawaban ini kan ada angka-angka, ada tindak lanjut dan seterusnya. Saran dari Anggota kan saya pikir ini nanti jawab tertulis pak, sampaikan kepada kami. Mungkin nanti kita cari jeda waktu di yang akan datang kan ada pemeriksaan BPK lagi berikutnya nanti pak, bisa nanti disampaikan ke kami secara lengkap.

Mungkin dijawab yang bagian-bagian yang penting-penting saja. Kalau yang terkait angka dan seterusnya, masukan dan saran terkait mana yang sudah ditindaklanjuti, mana yang belum ditindaklanjuti dan seterusnya nanti dijawab tertulis saja pak.

Saya persilakan dulu tetap sesuai urutan pertama tadi dari Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, singkat saja pak silakan.

Eh sebentar, Pimpinan maukah? Mau. Sebentar Pak, meja Pimpinan mau.

Silakan Bu Neng dulu.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Hj. NURHAYATI/F.PPP): Yang saya cintai Pimpinan dan Anggota Komisi V.

Kalau saya mencintai bapak nanti dicatat wartawan pak. Yang saya sayangi saja ya pak ya.

Menteri PUPR,

Menteri Perhubungan,

Menteri Desa PDT dan Transmigrasi dan Pak Wamen beserta jajarannya. Yang saya ingin sedikit mendapat penjelasan pak untuk PUPR dari hasil pemeriksaan tahun 2017-2018, ada pemeriksaan dengan tujuan tertentu hasil pemeriksaan secara uji petik pada 10 Satker pak. Yang pertama dijumpai adanya penyimpangan penggunaan anggaran, penyedia jasa tidak melaksanakan sendiri pekerjaannya tetapi dikelola sendiri oleh PPK.

Nilai penyimpangan penggunaan anggaran sebagai berikut; total realisasi SPK dan kuitansi yang dikelola PPK tahun 2017 sebesar 73 Miliar sekian pak, yang digunakan untuk imbalan fee kepada penyedia jasa sebesar 3 Miliar, dan sisanya sebesar 7 Miliar dikelola sepenuhnya oleh PPK.

Yang “b” sedangkan tahun 2018 sebesar Tiga Puluh Dua Miliar Delapan Ratus Empat Puluh yang digunakan untuk imbalan fee kepada penyedia jasa sebesar Rp.1,5 Miliar sekian dan sisanya sebesar Rp.31 Miliar sekian sepenuhnya dikelola oleh PPK. Terdapat penggunaan dana oleh PPK yang tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban dan tidak memenuhi syarat sahnya suatu pertanggungjawaban sebesar Rp.95 Miliar sekian.

Akibatnya terdapat kelebihan pembayaran sebesar Sembilan Puluh Delapan Miliar Enam Ratus Enam Puluh Dua. Yang terdiri dari imbalan penyedia jasa sebesar Tiga Miliar Empat Ratus Enam Puluh Tiga sekian pak dan realisasi pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak memenuhi syarat sahnya suatu pertanggungjawaban sebesar Sembilan Puluh Miliar Seratus Sembilan Puluh Delapan sekian.

Maka ada rekomendasi BPK di sini. Memerintahkan kepada para KPA untuk menyetorkan ke kas negara sebesar Rp.3,446 Miliar sekian atas kelebihan pembayaran fee yang diberikan kepada penyedia jasa. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ketentuan berlaku sebesar Rp.95 Miliar dengan cara penyetoran ke kas negara pak.

Kami ingin menyoroti bahwa Kementerian PUPR terhadap kondisi hasil pemeriksaan seperti yang tadi saya sebutkan pak, bahwa terdapat pekerjaan yang tidak dilakukan penyedia jasa. Namun hanya fee kepada penyedia dan itu ditemukan hanya berdasarkan sampling pada 10 Satker pak yang kita lihat bahwa artinya bisa terjadi pada Satker lainnya dan bahkan mungkin lebih dari 10 Satker. Karena ini hanya sampling saja yang diambil oleh BPK. Terdapat penggunaan dana oleh PPK yang tidak didukung bukti pertanggungjawaban tadi rekomendasi BPK telah harus menyetorkan ke kas negara sebesar Rp.98 Miliar.

Yang ingin kami tanyakan kondisi tersebut sebelum ditemukan oleh BPK apakah telah ditemukan oleh Inspektorat? Kalau belum, bagaimana caranya Inspektorat dalam bekerja dalam pengawasan terhadap lembaganya sendiri pak terhadap instansinya sendiri? Gitu. Jadi di sini peran Inspektorat memang harus diperkuat dioptimalkan sehingga hal-hal seperti ini sebelum ditemukan oleh BPK seharusnya bisa ditemukan oleh Inspektorat kementerian bapak sendiri.

Kondisi yang dijumpai atas temuan ini adalah fundamental pak. Kelemahan integritas kalau menurut saya dan sangat mungkin tidak melibatkan hanya satu dua orang, tetapi beberapa orang yang memang tidak mempunyai integrity gitu. Dan saya meminta hal ini harus menjadi perhatian Pimpinan PUPR seperti Pak Menteri ini. Supaya ke depannya ini tidak akan terjadi lagi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Satker-satker dan hanya memberikan imbalan fee kepada penyedia jasa.

Dan posisi tindak lanjut setor ke kas negaranya pak, apakah sudah diselesaikan secara sepenuhnya? Apabila belum kenapa? Apa kendalanya? Dan saya meminta atas rekomendasi penyetoran ke kas negara agar yang pertama dibuat rekap rekomendasi penyetoran ke kas negara. Berapa nilai yang harus disetorkan, dilaporkan secara rutin dalam RDP berapa yang sudah disetor dan yang belum pak.

Kalau saya lihat di sini laporannya sudah Kementerian Perhubungan sudah secara rinci memberikan laporannya, tadi sudah dilihatkan mana yang proses, mana yang belum, mana yang sedang berjalan, mana yang sudah berjalan dikembalikan uangnya, sisa berapa.

Tadi saya lihat di Kementerian Perhubungan sudah lengkap, tetapi di Kementerian PUPR dan Kementerian Desa ini belum dibuat secara rekapnya lengkap. Jadi sehingga kami-kami ini di sini ini dengan sangat mudah bisa membaca mana-mana saja yang belum bisa diselesaikan, mana-mana saja yang belum disetorkan kepada kas negara karena itu adalah temuan dan perintah atas pemeriksaan tersebut.

Jadi kalau secara umumnya Kemendes pun sebetulnya ada gitu pak, tetapi ya secara umumnya kami juga ingin melihat bahwa hal-hal seperti ini tidak akan mengganggu program atau kegiatan yang berlangsung. Jadi target outcome dan output-nya juga tidak terganggu atas temuan-temuan ini sehingga kami menginginkan kementerian-kementerian lebih mengoptimalkan peran inspektoratnya.

Saya juga ada beberapa pandangan dan saran yang tadi pak, kami ingin terkait hasil pemeriksaan BPK tahun-tahun lalu yang tindak lanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi agar dibuat daftar dan status tindak lanjutnya. Yang tadi saya lihat di Kementerian Perhubungan itu sudah terinci betul program-program apa saja yang sedang dan sudah dilakukan dan akan dilakukan, yang sudah selesai dan belum selesai.

Atas temuan-temuan lain-lain tindak lanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi agar dicari solusi penyelesaiannya. Terkait rekomendasi penyetoran ke kas negara, agar dibuat daftar rekomnya dan status tindak lanjutnya seperti yang tadi saya sampaikan. Peran Inspektorat agar dioptimalkan dalam pengawasan, dalam penggunaan anggaran sehingga temuan BPK dapat diminimalisir setidaknya temuan-temuan seperti ini bisa ditindaklanjuti sebelum ditemukan oleh BPK.

Maka kami juga ingin Inspektorat dijadikan catatan dilakukan perbaikan tidak terjadi kesalahan yang sama. Ini berlaku untuk semua kementerian dan kami juga ingin agar temuan BPK dievaluasi, apakah mempengaruhi target output outcome yang ke depan di dalam program-program dari setiap kementerian.

Jadi kalau tadi Pak Hamka menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur itu belum inefisien dan inefektif. Sebetulnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini seharusnya berubah nama. Jadi

bukan lagi Pekerjaan Umum, karena di seluruh dunia sekarang ini tidak ada lagi public work, Ministry of Infrastructur harusnya. Jadi Menteri Infrastruktur seharusnya, sehingga memang tujuan dan goals-nya ke depan adalah membangun infrastruktur yang efisien efektif dan berkesinambungan terhadap semua tujuan pemerintah terutama mencapai tujuan nasional kita.

Jadi seperti itu pak sekian dan terima kasih. Wabillaahittaufik Walhidayah,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih Bu Neng.

Pak Ridwan.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Ir. RIDWAN BAE/F-PG): Terima kasih Pak Ketua.

Yang saya hormati Pak Ketua,

Teman-teman Pimpinan dan Anggota Komisi V serta Pak Menteri PUPR, Menteri Perhubungan, kemudian Menteri Desa dan Wamennya.

Saya hanya ingin menyampaikan begini pak, pengalaman saya ini BPK terkadang hadir kaya Tuhan pak, sepertinya temuannya sudah final, padahal itu juga belum final pak persoalannya. Masalah yang ada kadangkala BPK ini menemukan sesuatu karena temuannya juga tidak terlalu akurat pak. Persoalannya dia tidak mendalami teknis misalnya seperti PU misalnya, dia tidak mendalami pak, tapi dia menemukan sesuatu keluar uang temuannya seperti ini. Biasanya itu departemen atau instansi yang terkait itu biasanya dia menyesuaikan kembali dan pada akhirnya diterima oleh BPK.

Nah ini maksud saya adalah hasil BPK ini pak keluar di luar dibaca oleh orang, bahkan dibaca oleh LSM, dan laporan-laporan seperti ini kita tidak bisa juga langsung apa menanggapi negatif. Karena buktinya 1-2 bulan setelah diadakan penyesuaian juga temuannya menjadi hilang. Oleh karena itu kita berharap BPK ini berikutnya nanti adalah orang-orang yang turun itu yang mengenal benar persoalan teknis, sehingga kerugian negara itu bisa diketahui dengan pasti.

Saya memberi apresiasi kepada semua kementerian yang hadir pada saat ini adalah telah memberikan laporan yang baik, informasi yang baik. Saya kira hanya itu yang ingin saya sampaikan Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih Pak Ridwan.

Silakan Pak Syarief.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. SYARIEF ABDULLAH ALKADRIE, SH., MH/F-P.NASDEM):

Terima kasih.

Pimpinan Komisi V yang saya hormati,

Teman-teman dari Anggota Komisi V dari Kementerian PU, Perhubungan dan Kementerian Desa.

Yang pertama berkaitan dengan Kementerian Desa pak. Saya ini stigma ini harus mungkin bapak sebagai Kementerian Desa perlu meluruskan. Saya risih juga tiap kali padahal yang bermasalah mungkin sekian tidak berapa persennya di aparatur pemerintahan desa, tapi seolah-olah stigma itu, dana desa itu terjadi penyimpangan.

Kalau kita lihat dari keberhasilan desa sampai sekarang ini juga pemerintahan kelurahan meminta dana desa karena akibat adanya dana desa itu yang mempercepat pembangunan desa. Artinya Kepala Desa itu sudah bekerja semaksimal. Kalau terjadi ada hal-hal yang sebagian kecil terjadi, jangan itu menjadikan stigma seolah-olah dana desa habis dikorupsi Kepala Desa.

Mudah-mudahan itu apa di media sosial itu salah tulis, saya lihat beberapa hari Menteri Keuangan merilis kaya gitu itu. Ini saya kira, ya terus terang saja saya sebagai. Saya juga begini-gini pak anak Kepala Desa gitu ya Kepala Desa zaman dulu 30 tahun, tetapi stigma ini kayanya kurang tepat. Karena kenapa sekarang kelurahan juga minta dana desa, karena memang dengan adanya banyak dana desa sekarang pembangunan desa itu lebih cepat dari pada perkotaan sehingga pemerintah mengalokasikan dana tersebut di kelurahan.

Yang kedua berkaitan dengan masalah di ke-PU-an saya kira mungkin nanti memang berkaitan dengan ULP itu memang banyak keluhan pak. Artinya ada juga yang banyak juga para pengusaha berkaitan dengan proses ya digugurkannya satu itu ada yang merasa tidak fair, kok ini cuman sekian penawarannya baik, tapi mungkin ini kita kan tidak bisa dulu men-justice terhadap itu. Mungkin nanti kita akan adakan rapat secara keseluruhan. Saya kira ini beberapa hal yang saya kira tidak terlalu banyak.

Yang kedua juga begini pak berkaitan dengan masalah legalitas terhadap BPK itu hasil laporan BPK itu. Karena dikeluhkan juga oleh aparatur mungkin di kepanjangan tangan bapak di daerah-daerah yang saya dapat ya, laporan PPK clear tetapi kemudian hari ternyata tetap ada persoalan-persoalan. Nah ini kan harus didudukkan ini. BPK itu lembaga yang diatur

sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai lembaga tinggi negara, dia punya fungsi terhadap pengawasan keuangan ya, tetapi kenyataan legalitas itu kemudian menjadi persoalan juga.

Yang kedua berkaitan dengan juga harus dibenahi sistem kita. Berkaitan dengan umpama pekerjaan, di awal kan masih private itu kontrak. Seharusnya pada proses itu belum ada pihak-pihak yang lain, setelah ada laporan dari BPK terjadi penyimpangan, saya kira baru itu bisa masuk aparatur yang lain.

Ini mungkin perlu supaya sistem yang ada di kita ini dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada. Sehingga tidak terjadi pemahaman-pemahaman yang berbeda-beda di dalam. Bahkan ada instansi lain yang mengaudit sendiri, nah ini harus dipertegas. Saya mungkin titip ini saja kepada kementerian yang mungkin nanti rapat di dalam kabinet dalam membahas itu, harus dibenahi sistem ini. Nah yang terjadi seperti itu sehingga laporan BPK itu legalitasnya juga sehingga ada persepsi wah ini diragukan. Saya kira itu saja, terima kasih.

Wallaahulmuafik Illa Aqwamittoriq,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Baik, demikian dari Pimpinan dan seluruh Anggota Pak Menteri.

Kalau saya komennya itu saja, karena semua sudah dibahas oleh semua Anggota, mungkin nanti yang perlu dibahas perlu dijawab, urgent dijawab jawab sekarang, yang terkait dengan angka dan tindak lanjut nanti dijawab tertulis saja.

Silakan Pak Halim.

MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI R.I. (Dr.(H.C). Drs. H. ABDUL HALIM ISKANDAR, M.Pd.):

Terima kasih. Pak Ketua,

Bapak Ibu Wakil Ketua dan Bapak Ibu para Anggota Komisi V, Pak Menteri PUPR,

Pak Menteri Perhubungan.

Hampir semua masukan nanti akan kita respon dengan langkah-langkah konkrit. Sedangkan yang terkait dengan data akan kita laporkan

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 51-66)

Dokumen terkait