• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RESMI RAPAT KOMISI V DPR RI

DENGAN MENTERI PUPR R.I., MENTERI PERHUBUNGAN R.I., DAN MENTERI DESA PDT DAN TRANSMIGRASI R.I.

Tahun Sidang : 2019-2020 Masa Persidangan : IV

Rapat ke- :

Jenis Rapat : Rapat Kerja Sifat Rapat : Terbuka

Hari, Tanggal : Rabu, 15 Juli 2020

Waktu : Pukul 10.10 s.d. 13.55 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi V DPR RI (KK V) Gedung Nusantara, Jakarta

Ketua Rapat : LASARUS. Sos./Ketua Komisi V DPR RI / F-PDIP Sekretaris Rapat : Nunik Prihatin Budiastuti, S.H.

Acara : Membahas Tindak Lanjut Hapsem BPK Semester I dan II Tahun 2019

Hadir : 33 dari 53 Anggota Komisi V DPR RI A. Anggota DPR RI:

PIMPINAN :

1. Lasarus, S.Sos, M.Si 2. Ir. Ridwan Bae

3. H. Syarif Abdullah Alkadrie.,SH.,MH 4. Hj. Nurhayati

1. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN:

6 orang Anggota dari 11 Anggota: 1. H. Herson Mayulu.,S.IP

2. Hj. Sadarestuwati.,SP.,MMA 3. Mochamad Herviano

4. Sarce Bandaso Tandiasik, SH 5. H.M. Rifqinizamy Karyasuda 6. Bambang Suryadi.,SH.,MH

2. FRAKSI PARTAI GOLKAR: 5 orang Anggota dari 7 Anggota:

(2)

1. Drs. Hamka B Kady, MS 2. Dr. H. Gatot Sudjito.,M.Si 3. H. Hasan Basri Agus 4. Ir. H. Anang Susanto.,M.Si 5. Tubagus Haerul Jaman, SE 3. FRAKSI PARTAI GERINDRA: 4 orang Anggota dari 6 Anggota: 1. Sudewo.,ST.,MT

2. Drs.H.Mulyadi.,MMA 3. Ir.Eddy Santana Putra,MT 4. Ir.Sumail Abdullah

4. FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT:

2 orang Anggota dari 4 Anggota: 1. Drs.H. Tamanuri, MM

2. Sri Wahyuni

5. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 6 orang Anggota dari 6 Anggota:

1. Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, S.Th 2. H. Irmawan.,S.Sos.,MM

3. Ruslan M.Daud

4. Sofyan Ali.,S.Ag.,SH.,M.Pd 5. H. Dedi Wahidi.,S.Pd

6. H. Syafiuddin.,S.Sos

6. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT: 2 orang Anggota dari 5 Anggota: 1. H. Irwan.,S.IP.,MP

2. drh.Jhonni Allen Marbun

7. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA:

2 orang Anggota dari 4 Anggota: 1. Ahmad Syaikhu

2. H. Suryadi Jaya Purnama.,ST

8. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL: 1 orang Anggota dari 4 Anggota:

1. Hj. Hanna Gayatri.,SH

9. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN:

1 orang Anggota dari 1 Anggota: 1. H. Muh Aras, S.Pd,MM

B. UNDANGAN:

1. Menteri PUPR (Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono.,M.Sc.,Ph.D )

(3)

2. Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi) 3. Menteri Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi (Drs. H. Abdul Halim Iskandar.,M.Pd)

4. Sekjen Kementerian PDTT (Anwar Sanusi): 5. Irjen Kemenhub (Gede Pasek.S)

6. Dirjen PKP Kemendes (Haruna Susnorini) 7. Irjen Kemendes (Ansar Husen)

(4)

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.Si / F-PDIP): Baik kita mulai rapat kita pada pagi siang hari ini.

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Pimpinan dan semua Anggota Komisi V yang saya cintai, Yang saya hormati saudara Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat beserta seluruh jajarannya,

Saudara Menteri Perhubungan beserta seluruh jajarannya,

Saudara Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi beserta seluruh jajarannya, Hadirin sekalian yang berbahagia.

Mengawali rapat kita pada hari ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena berkat dan rahmatnya sehingga kita bisa memenuhi undangan rapat pada hari ini dan sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh Sekretariat Komisi, telah hadir menandatangani absen 20 Anggota dari 6 unsur Fraksi yang berbeda. Oleh karenanya sesuai dengan Pasal 251 Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib, izinkan saya membuka rapat pada hari ini dan berdasarkan ketentuan Pasal 246 Ayat (1) Rapat Kerja ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.10 WIB)

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh mitra kerja Komisi V yang hadir pada hari ini.

Saudara-saudari sekalian yang berbahagia.

Materi rapat kita hari ini adalah mengenai Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK I dan II Tahun 2019. Sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Pasal 98 Ayat (3) huruf b, serta Peraturan Tata Tertib DPR Pasal 58 Ayat (3) huruf b, dinyatakan bahwa tugas Komisi dalam bidang pengawasan meliputi diantaranya; membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya.

Oleh karena itu dalam kesempatan Rapat Kerja hari ini, Komisi V DPR RI hendak mendapatkan penjelasan yang komprehensif terkait dengan Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I dan II Tahun 2019 beserta tindak lanjut atas temuan-temuan tersebut. Serta langkah-langkah preventif apa yang dilaksanakan agar temuan-temuan tersebut tidak terulang lagi di tahun-tahun mendatang. Sekaligus dapat melengkapi sudut pandang atas opini dan rekomendasi BPK terhadap kinerja kementerian terkait.

Saudara Pimpinan,

Anggota Komisi V DPR RI, Saudara Menteri,

(5)

Hadirin yang berbahagia.

Demikianlah pengantar dari kami, selanjutnya kami persilakan kepada saudara mulai dari ujung saja pak, dari Menteri Desa, DPT dan Transmigrasi dulu. Nanti baru ke Menteri Perhubungan dan selanjutnya terakhir Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Untuk Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi kami persilakan untuk menyampaikan paparan sesuai agenda rapat kita pada hari ini. Waktu dan tempat kami persilakan.

MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI R.I. (Dr.(H.C). Drs. H. ABDUL HALIM ISKANDAR, M.Pd.):

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh, Selamat pagi,

Salam sejahtera untuk kita semua, Shaloom,

Om swastiastu, Salam kebajikan.

Yang saya hormati Ketua, Pimpinan beserta seluruh Anggota Komisi V DPR RI.

Pak Menteri Perhubungan, Pak Menteri PUPR,

Para Sekjen, para Dirjen yang menyertai Bapak-bapak Menteri, Pak Wamen, Pak Wakil Menteri Desa,

Serta Rekan-rekan Wartawan yang saya banggakan.

Langsung saja, sesuai dengan Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2019, kita ada beberapa hal yang menjadi temuan. Yang pertama sesuai dengan LHP BPK Republik Indonesia Nomor 111/HP/XVI/5/2019, ada dua hal. Yang pertama terkait sistem pengendalian internal terdiri dari 4 temuan dan 10 rekomendasi. Kemudian yang kedua terkait dengan kepatuhan terhadap perundang-undangan terdiri dari 12 temuan dan 37 rekomendasi.

Nah dua hal ini kita laporkan. Yang pertama temuan sistem pengendalian internal ada 4 temuan, 2 dalam 1 sistem yaitu sistem pengendalian aset lancar, meliputi penatausahaan kas di Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pengeluaran Pembantu dinyatakan tidak tertib. Kemudian yang kedua, masih dalam sistem pengendalian aset lancar, pengendalian dan penatausahaan persediaan untuk diserahkan kepada masyarakat atau Pemda belum memadai.

Dari dua temuan ini ada 6 rekomendasi dan semuanya sudah kita tindaklanjuti dengan surat Menteri kepada Pimpinan Unit Kerja Eselon I, KPA dan KPP di internal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(6)

Kemudian temuan sub kedua ada satu temuan. Yaitu sistem pengendalian aset tetap dan aset lainnya, pencatatan dan penatausahaan aset tetap dan aset lain-lain belum memadai, ada 1 temuan, 2 rekomendasi. Jika kita tindaklanjuti dengan surat Menteri kepada Pimpinan Unit Kerja Eselon I, KPA dan KPP.

Kemudian yang ketiga, sistem pengendalian kewajiban, penatausahaan kewajiban jangka pendek, berupa utang kepada pihak ketiga belum memadai 1 temuan dan 2 rekomendasi. Sudah kita tindaklanjuti dengan surat Menteri kepada Pimpinan Unit Kerja Eselon I.

Ketua, Wakil Ketua dan para Anggota Komisi V yang saya hormati.

Kemudian yang terkait dengan kepatuhan terhadap perundang-undangan, terdiri 12 temuan, 37 rekomendasi dan sudah kita lakukan tindak lanjut dalam progress.

Yang pertama, temuan terkait dengan realisasi perjalanan dinas tidak tertib, 1 temuan. Jumlah temuannya Rp8.165.089.514,- sudah ditindaklanjuti sebesar Rp3.993.494.437,- atau setara 48,91%.

Kemudian yang kedua, kekurangan volume pekerjaan, termasuk kekurangan penerimaan berupa denda keterlambatan ada 8 temuan di poin 2 ini dengan jumlah temuan Rp6.848.284.194,- sudah ditindaklanjuti sebesar Rp2.568.757.617,- atau setara 37,51%.

Kemudian realisasi belanja barang berindikasi tidak rii ada 1 temuan dengan besaran Rp1.349.810.667,- sudah ditindaklanjuti sebesar Rp221.557.567.520,- atau setara 16,41%.

Kemudian realisasi belanja jasa konsultan dan jasa lainnya berindikasi tidak riil ada 1 temuan, dengan jumlah nominal Rp1.223.746.454,- sudah kita tindak lanjuti sebesar Rp632.034.092,- atau setara 51,65%.

Kemudian yang terakhir kelebihan pembayaran atas realisasi belanja honorarium ada 1 temuan dengan besaran Rp337.166.500,- sudah ditindaklanjuti Rp151.446.500,- setara 44,92%. Dengan total Rp17.924.000.097.329,-. Tindak lanjut Rp7.567.250.166,- atau setara rata-rata 42,22%.

Ketua, para Pimpinan dan Anggota Komisi V yang saya hormati.

Kemudian yang kedua kita juga laporkan Hasil Pemeriksaan BPK Republik Indonesia Semester II Tahun 2019. Temuan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Pedesaan (LHP) Nomor 276/HP/XVI/XII/2019, tertanggal 30 Desember 2019. Dalam konteks ini ada 11 temuan dan 34 rekomendasi, semuanya sudah kita tindak lanjuti.

(7)

Yang pertama mekensime koordinasi bangunan kawasan pedesaan belum memadai ada 3 rekomendasi dan kita sudah lakukan 3 rencana aksi. Kemudian regulasi pembangunan kawasan pedesaan belum memadai ada 2 rekomendasi, 6 rencana aksi.

Tiga, perencanaan bangunan kawasan pedesaan belum memadai 8 rekomendasi, 8 rencana aksi. Kemudian perencanaan monitoring dan evaluasi program bangunan kawasan pedesaan belum memadai ada 2 rekomendasi dan 2 rencana aksi.

Kemudian yang kelima pelaksanaan koordinasi bangunan kawasan pedesaan belum memadai 3 rekomendasi dan 3 rencana aksi. Kegiatan bangunan ekonomi kawasan pedesaan belum memadai 2 rekomendasi, 5 rencana aksi. Tujuh, kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kawasan pedesaan belum memadai 3 rekomendasi, 3 rencana aksi. Kegiatan pengembangan sumber daya alam kawasan pedesaan belum memadai 3 rekomendasi dan 5 rencana aksi. Kerja sama dan pengembangan kapasitas kawasan pedesaan belum memadai 2 rekomendasi, 3 rencana aksi.

Monitoring dan evaluasi program pembangunan kawasan pedesaan belum dapat menilai pencapaian hasil demikian kemajuan serta kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana bangunan secara memadai ada 3 rekomendasi. Kita bikin 2 rencana aksi karena ada yang dobel atau rencana aksinya dalam rekomendasi.

Kemudian yang kesebelas solusi perbaikan terhadap permasalahan disampaikan pada laporan monitoring dan evaluasi belum dapat digunakan untuk proses selanjutnya ada 3 rekomendasi dan 3 rencana aksi. Ke semuanya sudah ada di lampiran yang juga kita bawa terkait dengan sejumlah rencana aksi atas rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPK.

Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi V DPR RI yang saya hormati.

Kemudian kami juga sampaikan terkait dengan strategi tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK Republik Indonesia.

Yang pertama, penyusunan regulasi yang lebih ketat untuk mencegah terjadinya temuan berulang dan penyimpangan lainnya. Meliputi pertama menjaga harta atau kekayaan negara melalui regulasi pengelolaan PMN yaitu Premendes Nomor 15 Tahun 2017 dan Kepmendesa Nomor 14 Tahun 2017, ini regulasi yang kita bikin untuk internal.

Kemudian mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK melalui regulasi penyelesaian kerugian negara dengan Permendes Nomor 20 tahun 2019 dan Kepmendesa Nomor 24 Tahun 2020.

Pelaksanaan melalui audit setiap bulan sejak Januari 2019 sebagai early warning atas belanja Eselon I untuk memperkecil penyimpangan melalui Kepmendesa Nomor 91 Tahun 2019. Ini andalan kita di internal Kementerian

(8)

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sehingga tiap bulan kita lakukan pemantauan terhadap hasil audit dari Inspektorat, dengan demikian ada deteksi dini terhadap berbagai permasalahan. Dan ini cukup efektif, sehingga terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun terkait dengan permasalahan hasil audit BPK.

Kemudian yang kedua perbaikan dan peningkatan sistem pengendalian intern yang efektif. Yang pertama meningkatkan level maturitas SPIP. Yang kedua, menerapkan manajemen SDM terintegrasi sesuai dengan Kepmendesa Nomor 78 Tahun 2019 tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen SDM Terintegrasi. Yang ketiga, meningkatkan efisiensi operasional melalui penerapan PMK 195 Tahun 2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian dan Lembaga.

Kemudian yang ketiga, perbaikan dan peningkatan penerapan SAKIP dan reformasi birokrasi. Meliputi penerapan pelaporan kinerja pegawai melalui e-kinerja sudah kita terapkan meskipun belum maksimal betul tapi terus kita optimalisasikan. Penerapan pelaporan kinerja organisasi atau weekly report, laporan kinerja triwulan, laporan Smart dan e-SAKIP.

Yang ketiga, menghasilkan data dan informasi yang handal melalui penerapan sistem informasi untuk meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan program dan kegiatan di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Kemudian yang keempat peningkatan internalisasi reformasi birokrasi di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Yang kelima, membangun zona integritas menuju WBK WBBM pada level unit eselon kerja II.

Ketua, para Wakil Ketua dan Anggota Komisi V.

Demikian yang bisa kami laporkan terkait dua hal. Yang pertama terkait dengan Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2019 atau Laporan Keuangan 2018. Yang kedua Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2019 terkait Audit Kinerja terhadap Kawasan Pedesaan Pembangunan Kawasan Pedesaan dengan LHP Nomor 276 dan sekaligus kita sampaikan Strategi Penyelesaian Rekomendasi BPK RI.

Demikian, terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih Pak Menteri.

Saya atas nama Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi V mengucapkan selamat kepada Pak Abdul Halim Iskandar yang pada tanggal

(9)

11 Juli yang lalu mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Selamat pak tambah mantap tambah terang bintangnya kan.

Baik, selanjutnya kami persilakan saudara Menteri Perhubungan. MENTERI PERHUBUNGAN R.I. (Ir. BUDI KARYA SUMADI): Terima kasih Pak Ketua.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh, Shalloom,

Om swastiastu,

Namo Buddhaya dan salam kebajikan.

Yang saya hormati dan saya banggakan Ketua Komisi V DPR RI,

Yang saya banggakan dan saya hormati Bapak Ibu Wakil Ketua Komisi V DPR RI.,

Serta Bapak Ibu yang saya banggakan Anggota Komisi V DPR RI,

Yang saya hormati Pak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Pak Basoeki,

Yang saya hormati Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, selamat pak atas diraihnya Doktor Honoris Causa, semoga makin sukses dan memberikan makna bagi bangsa,

Pak Wamen ini pemain ulung sosial media. Bapak Ibu sekalian.

Tentu kita memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT., bahwa kita bisa bertemu dalam keadaan sehat wal'afiat dalam Rapat Kerja Komisi V dengan agenda Pembahasan Tindak Lanjut Hapsem BPK Semester II dan I Tahun 2019.

Bapak Ketua, Bapak Ibu Wakil Ketua,

Bapak Ibu para Anggota Komisi V DPR RI yang saya hormati dan saya banggakan.

Sesuai dengan visi Presiden Pak Joko Widodo, salah satu agenda prioritas pemerintah dalam 5 tahun ke depan adalah mewujudkan birokrasi yang kuat, tangguh, profesional, dan berdaya saing. Dan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan transformasi birokrasi di seluruh lini. Di seluruh lini pemerintahan baik pusat maupun daerah melalui reformasi birokrasi yang sistematis dan terstruktur dengan mengimplementasikan prinsip penyelenggaraan pemerintah yang bersih, profesional dan akuntabel.

Oleh karenanya di layar kita tampilkan ada amanat Undang-undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam Bab II Pasal 9 dalam rangka mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan maka setiap kementerian lembaga wajib menyusun laporan keuangan tiap tahunnya.

(10)

Keuangan ini selanjutnya dilakukan penilaian oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau sering kita sebut dengan BPK.

Melalui pemberian opini setelah dilakukan pemeriksaan dan laporan keuangan. Hal ini diatur dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara Bab IV Pasal 16.

Bapak Ketua, Bapak Ibu Wakil Ketua dan para Anggota.

Sejujurnya hasil temuan-temuan dari kita ini memang menjadi suatu tugas yang baik bagi kami. Dan kami merasa mekanisme ini memang sangat berguna dan pengamatan tentang kekurangan atau ketidakmampuan atau kurang maksimalnya Tim dari Kementerian Perhubungan bisa diketahui secara dini. Dan kami menjadikan ini sebagai satu masukan dan satu improvement untuk kebaikan dari pengelolaan selanjutnya.

Bapak Ketua yang saya hormat,

Bapak Ibu Wakil Ketua yang terhormat dan para Anggota Komisi V yang terhormat dari DPR RI.

Berdasarkan Surat BPK RI Nomor 19/LHP15-5-2020, tanggal 15 Juni 2020 tentang Laporan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pusat Tahun 2019, dapat kami sampaikan Kementerian Perhubungan pada 2019 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian. Dan ini merupakan pencapaian predikat opini yang ke-7 secara berturut-turut dari tahun 2013. Dalam capaian tindak lanjut berdasarkan ikhtisar dari pemeriksaan Semester II BPK 2019, penyelesaian tindak lanjut Kementerian Perhubungan sebesar 76,1% di atas rata-rata nasional.

Tentu capaian ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus meningkatkan akuntabilitas dan kinerja di masa mendatang. Dan kami berapat kemarin juga kami evaluasi bahwa seyogyanya capaian ini dapat kita tingkatkan lagi agar kita memang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang sudah ditemukan.

Bapak Ketua yang saya hormati,

Bapak Ibu Wakil Ketua yang saya hormati dan para Anggota Komisi V yang saya hormati.

Sebagai bagian dari yang tak terpisahkan dari kegiatan pemeriksaan, tentu masih terdapat rekomendasi-rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang harus ditindaklanjuti oleh Kementerian Perhubungan. Maka berdasarkan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2017 terdapat pemantauan pelaksanaan hasil lanjut rekomendasi hasil BPK, Kementerian Perhubungan telah mengklasifikasikan tindak lanjut hasil pemeriksaan menjadi 4 kategori.

(11)

Satu, tindak lanjut yang telah sesuai yaitu apabila rekomendasi BPK telah tindaklanjuti. Dua, tindak lanjut yang belum selesai yaitu apabila tindak lanjut rekomendasi BPK masih dalam proses atau telah ditindaklanjuti tetapi belum sepenuhnya sesuai dengan rekomendasi, jadi kita akan lakukan suatu pendalaman-pendalaman.

Yang ketiga adalah rekomendasi belum ditindaklanjuti yaitu apabila BPK belum tindaklanjuti. Dan keempat adalah rekomendasi tidak dapat tindaklanjuti yaitu rekomendasi yang tidak dapat tindaklanjuti secara efektif, efisien dan ekonomis dengan pertimbangan profesional dari BPK. Jadi memang untuk masuk klasifikasi empat ini ada suatu alasan-alasan yang profesional yang bisa kita sampaikan, baru ini bisa dimasukkan ke dalam klasifikasi.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, progress tindak lanjut Hapsem I dan II Kementerian Perhubungan tahun 2019 adalah sebagai berikut.

a. Terdapat kenaikan akibat rekomendasi sebanyak 23 dari 1.026 pada Semester I menjadi 1.049 di Semster II. Juga kenaikan rekomendasi dari 680 Miliar atau 2,3 Triliun menjadi 3,5 Juta Dollar Semester I menjadi 2,9 Triliun dan 3,5 Juta Dollar di Semester ke II. Rekomendasi yang sesuai dengan Semester I sebanyak 757 dan pada Semester II terdapat 798 ditambah 41, nilai rekomendasi Semester I sebanyak 1,9 Triliun atau 2,1 Juta US Dollar dan pada Semester II 2 Triliun atau sebanyak 2,4 Juta Dollar atau terdapat tambahan penyetoran ke kas negara sebanyak 110 Miliar dan 350.000 Dollar.

b. Rekomendasi dengan status belum selesai, pada Semester I terdapat 206 dan pada Semester II sebanyak 211 bertambah 5 nilai rekomendasi sehingga nilai Semester I 382 beserta 1,4 Juta Dollar dan Semester II 296 Miliar dan 1 Juta Dollar, terdapat pengurangan sebanyak 86 Miliar dan 340.000 US Dollar.

c. Rekomendasi dengan status belum ditindaklanjuti Semester I sebanyak 59, Semester II sebanyak 36, berkurang 23, nilai rekomendasi sebanyak 27 Miliar dan pada Semester II sebanyak 684 Miliar atau terdapat penambahan sedemikian sebanyak 656 Miliar. d. Sedangkan untuk rekomendasi status tidak dapat tindaklanjutkan atau

dikenal dengan TDTL terhadap 4 rekomendasi sebanyak 10 Miliar dan 10.000 US Dollar. Keempat rekomendasi ini dapat dinyatakan secara sah oleh BPK bahwa rekomendasinya benar-benar tidak dapat ditindaklanjuti.

Untuk progress tindak lanjut Semester I 2020 terhadap 9 rekomendasi yang diusulkan sesuai dengan dua kategori. Kategori pertama adalah pengembalian kepada kas negara sebanyak 93 Miliar dan 416.000 US Dollar, ada koreksi pencatatan aset administrasi dengan nilai 905 Juta. Kedua hal ini akan dimutakhirkan dokumen dan data dukungnya kepada BPK RI pada minggu ke-3 Juli 2020.

Bapak Ketua yang saya hormati,

(12)

Dan para Anggota Komisi V DPR RI yang saya hormati.

Kementerian Perhubungan secara konsisten dan berkelanjutan telah melakukan koordinasi dan langkah-langkah konkrit dalam mengakselerasi tindak lanjut terhadap pemeriksaan BPK sebagai berikut.

Pertama, kami memberikan surat pemberitahuan terhadap pemutakhiran tindak lanjut. Yang kedua adalah memantau tindak lanjut di UPT di daerah. Jadi ini kita lakukan intensif baik kita lakukan jarak jauh maupun kunjungan dari Inspektur ke daerah-daerah agar mereka memperbaiki apa yang menjadi hasil pantauan. Yang ketiga adalah pembahasan dan intensifikasi tindak lanjut dengan entitas Eselon I. Yang terakhir memutakhirkan tindak lanjut bersama BPK RI setiap semester. Jadi intensif kadang Eselon I, kadang saya sendiri berkomunikasi dengan BPK untuk mengklarifikasi temuan-temuan yang memang harus kita tindak lanjuti. Bapak Ketua yang saya hormati,

Bapak Ibu Wakil Ketua yang saya hormati,

Dan para Anggota Komisi V DPR RI yang saya hormati.

Demikian penjelasan secara umum yang dapat kami sampaikan, kami mohon arahan dan masukan dari Pimpinan dan Anggota Komisi V. Saya yakin sejauh ini komunikasi dengan Komisi V begitu baik sehingga kami harapkan masukan dan saran ini bisa membuat kami lebih memberikan suatu hasil yang lebih baik kepada negara kita yang tercinta.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh, Shalloom,

Om swastiastu, Namo Buddhaya, Salam kebajikan.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Baik terima kasih Pak Menteri Perhubungan atas paparannya.

Selanjutnya mohon bersabar sebentar teman-teman Pak Menteri PU sedang ke belakang. Kita tunggu sebentar beliau masuk ya untuk paparan selanjutnya yang terakhir.

Sembari mengisi waktu, saya minta kepada kita semua nanti fokus ke hasil pemeriksaan BPK saja pak kita hari ini. Supaya nanti tidak campur aduk jadwal kita dan nanti dari Kementerian mitra kerja Komisi V nanti kami harapkan yang ditanggapi nanti yang terkait dengan materi rapat hari ini pak, hasil pemeriksaan BPK. Kalau ada pertanyaan lain atau mungkin masukan dan saran yang lain cukup nanti dijawab tertulis saja. Ya barangkali ini supaya kita efektif rapat pada hari ini.

(13)

Baik saya pikir untuk sembari kita menunggu Pak Menteri, mungkin masih ada bahan yang perlu dilengkapi dari kementerian. Saya pikir kita mulai saja kasih masukan yang sini ya untuk mempersingkat waktu ya. Pak Menteri masih mohon waktu sebentar untuk kelengkapan data yang 2018.

Saya minta persetujuan teman-teman dulu apakah boleh kita langsung masuk pendalaman ke dua kementerian ini dulu?

Silakan Bu Restu.

F-PDIP (HJ. SADARESTUWATI, SP, M.MA.): Boleh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Boleh ya? Mba Yuni lanjut?

Kalau lanjut saya langsung saja ke pendalaman dulu, nanti kalau Pak Menteri PU sudah siap dengan materinya kita kasih kesempatan.

Sudah daftar di kami Pak Bambang Suryadi yang pertama, Mas Bambang. Bersiap-siap Mas Sudewo.

Silakan Mas Bambang.

F-PDIP (BAMBANG SURYADI, S.H., M.H.): Terima kasih Ketua.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh, Selamat pagi,

Salam sejahtera. Ketua, Wakil Ketua,

Bapak Ibu Anggota Komisi V yang saya hormati, Pak Menteri Desa, Pak Wamen beserta jajarannya, Pak Menhub beserta jajarannya,

Bapak Menteri PU yang lagi di luar beserta jajarannya.

Terima kasih atas waktu pertama walaupun saya sih setengah ini karena belum selesai untuk Kementerian PU. Saya singkat saja ke Pak Menteri Desa. Kalau hal yang lain-lain saya pikir semangatnya walaupun ini kementerian baru dibentuk 2016, tapi semangatnya, harapannya semakin ke depan kalau bisa zero terhadap opini-opini BPK.

Satu hal saja pak, saya terkait perjalanan dinas. Kalau tidak salah bapak sampaikan tadi ada kelebihan bayar terhadap perjalanan dinas senilai

(14)

8 Miliar dan sudah tindaklanjuti 48%. Saya mohon penjabaran dari temuan ini kasusnya itu seperti apa?

Nah tindak lanjutnya itu apakah hanya karena tidak ada SPJ-nya atau karena kelebihan bayar? Kalau tidak ada SPJ-nya mungkin selesai bisa disiasati, tetapi kalau kelebihan bayar senilai 8 Miliar ini. Ya saya pikir sesuatu yang luar biasa nantinya PPK Pengelola Perjalanan Dinas ya perlu dikoreksi kembali. Satu itu saja yang untuk Kementerian Desa.

Untuk Pak Menhub, secara umum saja pak harapannya kalau kemarin mungkin di 2019 ini ada program percepatan pemerintah dalam segala lini infrastruktur, mungkin terhadap beberapa karena dipacu dengan kegiatan fisik sehingga terkait pertanggungjawaban yang mungkin masih banyak yang kurang rapi. Harapannya ke depan ini secara umum saja kan 2019 ini terdapat banyak sekali pengurangan karena Covid, sehingga saya pikir mudah-mudahan ke depannya ini akan semakin baik. Itu saja untuk Pak Menteri semoga cepat pulih sehat kembali.

Terima kasih Pimpinan, itu saja. Wabillaahittaufik Walhidayah,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Pak Dewo monggo silakan.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.): Terima kasih Pimpinan.

Saya langsung saja saya membaca materi sekian banyak dalam waktu singkat tentu saja tidak bisa menjangkau pemikiran saya dan tidak cukup waktu untuk membaca secara detil. Jadi saya akan menyampaikan hal-hal yang sifatnya umum saja.

Kepada Menteri Desa, saya sampaikan apresiasi yang tinggi mendapatkan WTP dari BPK, begitu juga Kementerian Perhubungan yang begitu juga nanti kepada Menteri PU. Hanya kepada Kementerian Desa mendapatkan WTP dari BPK bukanlah sesuatu yang terlalu membanggakan atau merupakan prestasi puncak dalam menjalankan sistem pemerintahan pengelolaan keuangan di Kementerian Desa. Mengapa saya sampaikan demikian? Karena Kementerian Desa ini Pak Menteri merupakan kementerian yang berskala menengah ke bawah dan pengalokasian anggarannya itu sudah ada formulanya dari tahun ke tahun, dari tahun sebelumnya sampai dengan Pak Menteri sekarang ini.

Kecuali kalau pada saat tahun 2020 di mana kementerian di bawah oleh Pak Menteri sekarang ini ada suatu inovasi-inovasi. Sehingga di tahun 2021 ketika bertemu kembali dengan kami di sini, tahun 2020 dinyatakan

(15)

WTP oleh BPK, itu saya anggap merupakan sesuatu yang luar biasa. Saya apresiasi yang tinggi kepada Pak Menteri, tapi 2019 bukanlah dijalankan oleh Menteri sekarang ini.

Menteri sekarang ini tentu fokus dan domain-nya adalah di tahun anggaran 2020. Maka saya memberikan masukan kepada Menteri Desa jangan mengalokasikan anggaran, mengelola anggaran ya melakukan sistem pemerintahan di Kementerian Desa itu sifatnya rutinitas. Dari tahun-tahun sebelumnya seperti itu kemudian sekarang ini dilakukan seperti itu lagi oleh Kementerian Desa.

Karena mengingat apa yang terjadi di lapangan dari tahun-tahun sebelumnya dari tiap tahun itu pasti akan terjadi suatu pergeseran-pergeseran data. Variabelnya mungkin sama, instrumennya mungkin sama ya, tapi datanya beda, angkanya beda itu. Dan data itu merupakan satu acuan merupakan satu pedoman untuk melakukan pengelolaan anggaran, tidak atas dasar asumsi, tidak atas dasar persepsi. Kalau atas dasar asumsi atau persepsi mungkin dari tahun-tahun sebelumnya sudah dianggap bagus, tapi bagaimana implementasinya di lapangan itu barangkali belum tepat. Itulah menjadi tantangan Menteri Desa sekarang ini.

Jadi penilaian di tahun 2019 kepada Pak Menteri sekarang ini saya belum bisa memberikan apresiasi. Secara kelembagaan oke, tetapi kepada Pak Menteri sekarang ini belum bisa memberikan apresiasi. Saya akan lihat di tahun 2020 bilamana di tahun ini tahun 2020 kita lihat di tahun 2021 kita bicara tentang tahun 2020. Bilamana BPK memang memberikan WTP dan atas dasar inovasi, kreativitas, terobosan-terobosan disesuaikan dengan situasi kondisi, penyesuaian-penyesuaian data di lakukan oleh Pak Menteri saya baru bisa menyampaikan apresiasi. Satu itu.

Yang kedua, saya kritisi kepada Menteri Desa, dalam hal melakukan tindak lanjut atas temuan BPK itu tidak perlu disampaikan kepada kami bahwa Menteri sudah menyampaikan surat kepada Eselon I itu internal bapak, tidak perlu disampaikan kepada kami. Bagi kami yang terpenting adalah kinerja bagaimana output-nya hadirnya Kementerian Desa ini terhadap masyarakat secara luas, terhadap bangsa dan negara.

Dalam konteksnya temuan BPK itu bagaimana tindak lanjut secara konkrit dan bagaimana hasilnya secara konkrit. Jadi utamanya adalah proses internal itu tidak penting, tapi bagaimana proses dan hasil secara konkrit itu adalah penting yang perlu disampaikan kepada kami.

Kemudian kepada Kementerian Perhubungan. Kepada Kementerian Perhubungan saya menyampaikan apresiasi karena memang 2019 adalah hasil kerja Pak Menteri sekarang ini. Mendapatkan WTP dari satu lembaga yang memang sesuai dengan amanah konstitusi untuk melakukan pemeriksaan penilaian atas kerja keuangan Kementerian Perhubungan itu tentu merupakan sesuatu yang formal. Sesuatu yang harus sah yang harus kita akui. Maka saya menyampaikan apresiasi kepada Kementerian

(16)

Perhubungan, tetapi saya mengingatkan kepada Kementerian Perhubungan lihatlah pula posisi Komisi V DPR RI ini.

Bahwa Komisi V DPR RI adalah mitra Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan tidak akan bisa menggunakan anggaran tanpa ada pembahasan dan persetujuan dari DPR RI Komisi V. Kami di DPR RI itu mendapatkan amanah undang-undang pak, bukan atas dasar keinginan pribadi, tapi amanah undang-undang. Kami ini sebagai pejabat negara, kami ini sebagai wakil rakyat dipilih oleh rakyat di daerah pemilihan kami. Karena memang sistem Pemilu-nya meskipun Pemilu secara nasional tapi sistem Pemilu-nya adalah pemilihan tiap daerah pemilihan ya.

Di dalam undang-undang itu diamanahkan bahwa sebagai Anggota DPR RI harus berjuang dan bertanggung jawab atas pembangunan di daerah pemilihannya. Di sini dalam dua konteks yang berbeda yaitu bahwa kami sebagai Anggota Dewan memiliki kewenangan hak budgeting melakukan pembahasan dan persetujuan anggaran dengan Kementerian Perhubungan. Kemudian kontek yang lain kami diberi amanah untuk memperjuangkan daerah pemilihan belum ada benang merahnya pak, belum ada benang merahnya.

Kami tidak mungkin akan mengaktualisasikan amanah undang-undang memperhatikan Dapil, memperjuangkan pembangunan di daerah pemilihan tanpa ada komunikasi, koordinasi, kesetaraan antara kami dengan Kementerian Perhubungan. Karena apa? Karena yang menyusun program, mengelola anggaran, melaksanakan program, itu ada di kementerian, tidak berada di kami. Tapi karena ada benang merahnya dengan pembahasan dan persetujuan anggaran, maka kami harapkan Kementerian Perhubungan jangan sampai seperti di tahun 2019-2018 dan sebelumnya. Mungkin di tahun ini juga Kementerian Perhubungan kayanya lalai atau mengabaikan posisi kami di Komisi V DPR RI.

Kami ini menerima beban yang sangat luar biasa dari masyarakat kami daerah pemilihan. Tidak pernah ada hadirnya Anggota DPR RI Komisi V yang terkait dengan program-program Kementerian Perhubungan terhadap masyarakat kami. Bahkan ada kesan kalau kami berbicara dengan Kementerian Perhubungan itu kesannya adalah kami meminta, kami memohon, dijawab dengan alasan yang klasik bahwa anggaran terbatas, anggaran tidak ada. Bagaimana itu bisa anggaran dibahas di sini.

Jikalau memang Kementerian Perhubungan itu memang punya political will yang baik dengan kami, tentu komunikasi dan koordinasi terhadap hal itu akan terjadi. 20% dari anggaran itu dikomunikasikan dikoordinasikan dalam rangka menyerap merespon aspirasi dari daerah pemilihan dalam rangka merealisasikan undang-undang saya kira itu baik-baik saja. Dan yang kami usulkan kepada Kementerian Perhubungan itu bukan karena untuk kepentingan pribadi, itu murni untuk kepentingan pembangunan daerah. Memenuhi kriteria atau tidaknya bisa di cross check sebagaimana kita mengalokasikan program yang sekian ribu rumah di daerah pemilihan saja

(17)

bisa di cross check satu per satu, apalagi kalau kita hanya mengusulkan 1-2 program dalam rangka pembangunan daerah.

Tentu yang kami usulkan adalah sesuatu yang riil di daerah dan itulah yang kami harapkan Kementerian Perhubungan itu menghargai kami di Komisi V. Bukan menghargai kami sebagai Anggota sebagai personal sebagai pribadi, tapi sebagai Anggota Komisi V yang punya hak budgeting. Bapak tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa ada persetujuan di sini dan itulah yang kami harapkan ke depan. Barangkali yang kami sampaikan ini juga dirasakan oleh kawan-kawan yang lain di Komisi V.

Program padat karya saja saya tidak jelas, apalagi untuk program-program yang lain. Ada anggaran vokasi yang sekian itu saja tidak jelas, tidak pernah dikomunikasikan dengan kami. Ini kan sesuatu yang sangat tidak masuk akal dilihat dari kontek undang-undang tersebut. Saya kira itu Pimpinan.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Baik terima kasih Mas Dewo.

Untuk supaya cara kita ini lengkap dan nanti bisa ditanggapi secara keseluruhan, saya persilakan Pak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk menyampaikan paparannya. Nanti baru kita lanjutkan lagi dengan tanggapan dari Anggota.

Silakan Pak Menteri.

MENTERI PUPR R.I. (Ir. MOCHAMAD BASOEKI HADIMOELJONO, M.Sc., Ph.D.):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Bapak Pimpinan,

Bapak Ibu Wakil Pimpinan,

Bapak Ibu Anggota Komisi V DPR RI yang terhormat.

Pertama-tama, saya mohon ampun, mohon maaf atas nama teman-teman semua, karena bahan yang kami sampaikan kepada Ibu-ibu tidak tepat, terlalu cepat kami memberikan bahan itu kepada Bapak Ibu. Karena itu adalah pemeriksaan tahun 2019. Padahal kami sebenarnya juga sudah siap dengan ini salah jilid saja mungkin bapak, jadi semua sudah. Jadi kalau diizinkan kami ingin menyampaikan apa yang ada di dalam highlight apa yang belum saya cetak ini, nanti akan habis ini kami serahkan semuanya kepada Ibu Bapak sekalian, mohon izin bapak.

(18)

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Silakan Pak Menteri.

Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU) Ya, silakan.

MENTERI PUPR R.I. (Ir. MOCHAMAD BASOEKI HADIMOELJONO, M.Sc., Ph.D.):

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Ibu Bapak Anggota Komisi V DPR RI yang terhormat.

Jadi hasil temuan dan rekomendasi LHP BPK RI Semester I dan II Tahun 2018 di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat seperti halnya yang di kementerian lainnya tadi ada dua grup besar. Pertama adalah sistem pengendalian internal dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di Kementerian PUPR dalam pengelolaan anggarannya.

Untuk sistem pengendalian internal, kita ditemukan 15 temuan sudah ada belum tayangannya? Mohon maaf bapak. Jadi sistem pengendalian internal ada 15 temuan dengan rekomendasi sebanyak 23 halaman 1. Yang sudah kita kami tindak lanjuti yang sesuai dengan rekomendasi ada 2, yang terus sedang dalam komunikasi diskusi dengan BPK ada 20. Jadi semua sudah ditindaklanjuti.

Kemudian untuk kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ada 18 temuan dengan rekomendasi 45, 44 sudah ditindaklanjuti, 2 sudah sesuai, 42 masih terus didiskusikan dan 1 belum ditindaklanjuti.

Secara rinci izinkan kami menyampaikan ada 33 temuan tadi. Pertama untuk sistem pengendalian internal, potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Direktorat Bina Kelembagaan Sumber Daya Jasa Konstruksi ditemukan tidak dapat direalisasikan dari target. Ini telah ditindaklanjuti dengan kami melakukan SOP-nya.

Kemudian yang kedua, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dari tagihan penjualan angsuran tidak dapat dirinci. Telah ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sudah melaksanakan koordinasi dengan KPPN berdasarkan Berita Acara Rekonsiliasi, jadi ini dadakan rekonsiliasi.

Kemudian Surat Perintah Pembukuan atau Pengesahan SP3 atas realisasi pelaksanaan pekerjaan bersumber dari dana pinjaman luar negeri belum terbit setelah menerbitkan SP3.

Kemudian pengelolaan piutang bagian penjualan angsuran kurang memadai. Ini sudah ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan memutakhirkan saldo piutang melalui rekonsiliasi regional.

(19)

Kemudian piutang dari kegiatan operasional diragukan ketertagihannya. Direktorat Jenderal Bina Marga telah melakukan rekonsiliasi dan melakukan permintaan review dan opini terhadap penyajian layanan dana bergulir tersebut, ini adalah urusan utang piutang terhadap dana bergulir.

Kemudian penatausahaan persediaan di beberapa satuan kerja belum terbit. Ini terhadap aset persediaan biasanya yang tak berwujud dan masih dalam aktif.

Kemudian proses hibah atas persediaan untuk diserahkan kepada masyarakat. Ini yang menjadi diskusi intensif dengan BPK karena ini ada di Kementerian Keuangan. Jadi yang terkait dengan perumahan, terkait dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang membangun kemudian diserahkan. Seperti rumah susun, PAMSIMAS, SANIMAS yang akhirnya diserahkan kepada Pemda, ini kami serahkan pengelolaannya tapi asetnya harus melalui Menteri Keuangan pada Presiden, baru nanti diserahkan aset ini yang agak lama. Ini sedang diambil langkah-langkah oleh Menteri Keuangan untuk mempercepat.

Kemudian pencatatan aset tetap tanah tidak tepat. Ini di Direktorat Jenderal Bina Marga telah memberikan sanksi pada Satker dan PPK.

Kemudian pengelolaan konstruksi dalam pengerjaan belum memadai. Ini yang on going atau under construction pekerjaan yang under construction ini pada saat pemeriksaan pencatatan asetnya dinilai belum tepat.

Kemudian pengelolaan konstruksi dalam pengerjaan belum memadai, ini hampir sama tentang aset.

Penatausahaan aset tetap belum memadai juga aset-aset, makanya dilakukan revaluasi, terutama di dalam revaluasi aset.

Kemudian aset tetap didata secara gabungan. Kemudian aset tetap yang digunakan dikelola pihak lain belum diproses hibah atau transfer keluarnya. Ini yang penting kami sampaikan tadi aset-aset yang dikerjakan oleh APBN demikian dimanfaatkan oleh Pemda maupun yayasan seperti pondok pesantren dan lainnya.

Kemudian transaksi transfer keluar dan transfer masuk pada Kementerian PUPR masih terdapat selisih yang belum dapat dijelaskan dan belum terdapat kebijakan akuntansi atas aset jalan nasional berupa jalan tol yang dibangun oleh Badan Usaha Jalan Tol.

Jadi ini diminta oleh BPK bahwa aset-aset jalan tol itu harus dibukukan oleh Kem PUPR. Padahal ini belum diserahkan oleh BUJT karena itu masih terus di dalam pengelolaan BUJT. Jadi kadang gate-nya berpindah atau ditambah lajur dan sebagainya itu asetnya masih merupakan aset BUJT. Nah ini sedang juga dipelajari oleh Kementerian Keuangan. Kami sudah

(20)

koordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk bisa menindaklanjuti rekomendasi BPK ini. Intinya bahwa jalan tol diminta untuk dapat asetnya dicatatkan kepada Kementerian PUPR.

Kemudian yang lima belas penatausahaan aset tak berwujud belum memadai. Ini yang buku-buku kajian, hasil-hasil kajian...(rekaman suara kurang jelas) dan lain-lainnya asetnya di Perpustakaan maupun di Arsip kadang-kadang susah dicari.

Kemudian untuk yang kepatuhan kepada peraturan dan perundangan, ada 18 temuan tadi. Pertama adalah barang milik negara pada beberapa satuan kerja yang peruntukkannya untuk diserahkan kepada pihak ketiga dan telah dikuasai atau dipergunakan pihak lain belum dilakukan proses hibah sebesar 96 Triliun Rupiah. Ini seperti bendungan, irigasi, dan bangunan-bangunan lainnya.

Aset tak berwujud sebanyak 2 nomor urut senilai 1 Triliun pada dua satuan kerja belum dimanfaatkan dan belum dikapitalisasi dengan aset fisiknya. Ini di Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Aset tetap berupa tanah dan kendaraan bermotor senilai 43 Triliun pada 30 satuan kerja belum didukung dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat dan BPKB. Ini biasanya bangunan-bangunan lama dan kendaraan-kendaraan lama yang administrasinya sudah banyak berganti organisasi, organisasi sudah dibubarkan dan sebagainya, itu masih ditelusuri terus.

Kemudian yang selanjutnya adalah pajak penghasilan Pasal 21 atas pembayaran sisa remunerasi terbaru dalam tahun 2018 pada BLU PPDPP perumahan kurang bayar senilai Rp226.000.000,- ini Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur.

Dan bukti pertanggungjawaban biaya konsultan Biro BMN dan tidak sesuai dengan ketentuan senilai Rp826.000.000,- ini di Sekretariat Jenderal.

Kemudian Nomor 21 pelaksanaan belanja barang tahun 2018 belum sepenuhnya sesuai ketentuan dan terdapat kelebihan pembayaran senilai Rp2.000.000.000,- ini di Direktorat Bina Marga.

Kemudian kelebihan pembayaran atas belanja barang yang belum selesai dikerjakan pada tahun 2018. Ini biasanya kita memakai PMK, namun pada saat sehingga melebihi tahun anggaran tapi ada dasar hukumnya yaitu dengan PMK Menteri Keuangan.

Keterlambatan penyelesaian pekerjaan belum dikenakan denda minimal senilai Rp.7.000.000.000,- di Direktorat Jenderal Perumahan.

Kemudian pembayaran biaya perjalanan dinas pada beberapa satuan kerja dilaksanakan tidak sesuai ketentuan, sehingga terdapat kelebihan pembayaran senilai Rp.289.000.000,-.

(21)

Kesalahan penganggaran belanja modal senilai 3 Triliun dan kesalahan klasifikasi anggaran belanja modal senilai Rp85.000.000,-. Ini masih juga didiskusikan dengan Kementerian Keuangan. Karena ada belanja modal ada belanja barang yang harusnya dijadikan belanja modal tapi ini belanja barang karena akan diserahkan pada pihak ketiga.

Kemudian kelebihan pembayaran atas realisasi belaja modal senilai Rp52.000.000.000,-. Realisasi keuangan pekerjaan kontrak tahun jamak tidak sesuai dengan kemajuan fisik di lapangan senilai Rp73.000.000.000,- dan terdapat potensi kelebihan pembayaran Rp26.000.000.000,-.

Kemudian realisasi belanja modal belum didukung dengan bukti pertanggungjawaban yang lengkap dan sah minimal senilai Dua Puluh Dua Ratus Tujuh Belas Miliar Rupiah.

Dan selanjutnya ada 33 yang perlu kami laporkan kepada bapak-bapak. Dari 33 temuan tadi sebetulnya ada 5 yang utama yang menjadikan dasar pemberian opini terhadap laporan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum pada Tahun 2018.

Yaitu pertama ini 5 dari 33 tadi yaitu penertiban penatausahaan persediaan di beberapa satuan kerja. Ini tata kelolanya untuk yang aset. Kemudian penatausahaan aset tak berwujud yang memadai yang kami tadi laporkan bentuk-bentuk kajian yang belum yang tidak ditemukan wujudnya, yang tidak ditemukan buktinya.

Kemudian kelebihan pembayaran atas realisasi belanja modal tahun 2018 ini 52.000.000.000,- dan penyesuaian realisasi keuangan pekerjaan kontrak tahun jamak tadi 73.000.000.000,- dan pertanggungjawaban potensi kelebihan pembayaran serta kepatuhan pelaksanaan pengadaan barang pada satuan kerja tanggap darurat pemerintah pusat senilai Rp88.000.000.000,-.

Ini yang lima pokok temuan BPK semua tidak ada lagi, tapi ini menyebabkan opini yang didapatkan yang dikenakan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2018 WDP. Namun ini nyicil laporan gitu karena sudah ada pemberitahuan dari Kementerian Keuangan jadi 2018 Kementerian PUPR WDP. Namun untuk 2019 yang laporannya sebenarnya ini yang terlalu cepat ini, kami dapat memperbaiki karena semua sudah ditindaklanjuti. Kemudian dengan diskusi dengan BPK akhirnya 2019 Kementerian PUPR Alhamdulillaah bisa menaikkan kembali menjadi WTP. Jadi 2015 WDP, 2016 WTP, 2015 WTP karena ada penggabungan PU dan Perumahan Rakyat, kemudian 2016 WTP, 2017 WTP, 2018 karena lima temuan tadi menjadi WDP dan 2019 kembali dapat kami perbaiki menjadi WTP.

Demikian Bapak Pimpinan dan Ibu Bapak Anggota Komisi V DPR RI laporan kami atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sementara BPK RI Semester I dan II 2018 dan secara lengkap nanti akan kami sampaikan setelah sidang ini. Atas perkenan Bapak Ibu dalam kami menyampaikan ini

(22)

sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas keteledoran ini.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih Pak Menteri PUPR.

Selesai semua dari kementerian, kita lanjutkan tadi sudah sampai Mas Dewo.

Selanjutnya Pak Tamanuri. Bersiap-siap Pak Mulyadi. F-P.NASDEM (Drs. H.TAMANURI, M.M.):

Terima kasih Pimpinan.

Yang saya hormati para Wakil Pimpinan,

Yang terhormat Teman-teman Anggota Dewan, Yang kami hormati Pak Menteri PU,

Pak Menteri Perhubungan,

Pak Menteri Desa Tertinggal dan Hadirin yang berbahagia.

Alhamdulillaah syukur semua kementerian mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian dalam pemeriksaan pada tahun 2019. Walaupun ada diantaranya yang melanjutkan seperti Pak Menteri Desa Tertinggal belum apa seperti apa yang disampaikan oleh Pak Dewo tadi, belum merupakan suatu hasil sendiri. Mudah-mudahan nanti dalam laporan 2020 ini kondisi seperti ini bisa dipertahankan.

Secara angka kami belum bisa memberikan suatu tanggapan. Karena apa? Karena baru diterima pada detik-detik ini, sehingga kami tidak bisa mempelajari secara intensif. Akan tetapi kami akan memberikan suatu tanggapan-tanggapan secara global saja. Seperti apa yang disampaikan oleh Pimpinan tadi ini mungkin tidak perlu ditanggapi, akan tetapi nanti tanggapi nanti secara tertulis seperti apa yang terjadi di Kementerian Desa. Dulu pernah terjadi bahwa ada lebih kurang 30 desa di Indonesia yang namanya Desa Hantu, desa tidak tahu kita apa itu status desa, tapi mendapat bantuan dana desa. Nah ini sampai sekarang kami belum tahu hasilnya sejauh mana untuk mempertanggungjawabkan desa-desa tersebut.

Kemudian perlu diketahui bahwa Kementerian Desa Tertinggal bukan hanya desa saja, tapi juga di situ adalah menyangkut masalah transmigrasi. Transmigrasi di sini kita tidak selalu bisa melihat kondisi yang ada sekarang, tapi kita harus juga menengok yang telah lalu. banyak sekali masalah-masalah yang terjadi di transmigrasi; antara lain masalah-masalah-masalah-masalah tanah-tanah mereka yang tidak bisa mereka kuasai.

(23)

Kemudian antara lain desa-desa yang ditempatkan di tanah register ya Lampung Tengah. Di tanah register, ada dua desa di Lampung Tengah yang juga sampai sekarang masalahnya mereka belum bisa menguasai tanahnya. Nah hal-hal ini perlu juga diperhatikan.

Jadi saya lihat fungsi dari pada transmigrasi terutama yang di daerah yaitu sekarang ini di tingkat kabupaten bukan struktural dari pada kelembagaan Kementerian Transmigrasi, ini kurang bisa dilaksanakan. Nah oleh karena itu, kami mengharap jadi catatan bapak terhadap hal-hal serupa ini.

Supaya kasihan terhadap mereka itu. Kenapa? Mereka itu dipindahkan, saya tidak usah terlalu jauh soal transmigrasi. Saya ambil saja contoh Translok kami di Lampung itu ada namanya Translok (transmigrasi lokal) yang dilaksanakan pada tahun 1982, banyak diantaranya yang aset mereka itu tidak dapat mereka miliki. Nah ini tidak ada sampai sekarang ini, belum bisa diselesaikan baik pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat.

Nah oleh karena itu kalau andaikata kami melaporkan hal-hal serupa ini mohon bisa ditanggapi. Mohon bisa dilakukan penelitian di bawah supaya kepercayaan masyarakat kepada kita dan juga kepercayaan masyarakat terhadap kepercayaan mereka terhadap kami yang dipilih pada waktu itu bisa ditunjukkan.

Kemudian saya lihat temuan dan ditindaklanjuti yaitu ada temuan 17 Miliar barusan ditindaklanjuti 7 Miliar. Ini sekarang ini ini laporan 2018, sekarang ini sudah bulan Juli tahun 2020. Ya kapan lagi mau menyelesaikan kalau sudah begitu, kalau sudah 2 tahun belum ada penyelesaian yang konkrit. Nah oleh karena itu mohon penjelasan nanti dari Pak Menteri masalah temuan-temuan seperti ini.

Kemudian begitu juga dengan Pak Menteri Perhubungan. Selamat pak sudah sehat kelihatannya bercahaya sekarang. Ini saya hanya minta dicatat mengenai rekomendasi TDTL yang 10 Miliar ini. Nah bagaimana cara pertanggungjawaban ini, karena ini tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kemudian mohon dicatat itu lampu jalan pak, lampu jalan dari bandara ke Kota Bandar Lampung sepanjang 29 Kilo itu siapa yang bertanggungjawab itu? Apakah kabupaten apakah provinsi apakah Kementerian Perhubungan karena ini adalah jalan negara? Tidak enak sekali kita turun waktu malam-malam di bandara, begitu masuk jalan gelap sedemikian rupa, kelihatannya tidak ada tanda-tanda kehidupan. Nah ini tolong dicatat pak.

Pak PUPR, nah ada tambahan lagi catatan sedikit dulu mohon maaf, bapak menyampaikan pada waktu kita masih panas-panasnya masalah padat karya. Bapak menyampaikan di sini bahwa ada 5 Triliun yang diarahkan untuk padat karya.

(24)

Kami tidak mengerti itu ke mana sebabnya padat karyanya Perhubungan inilah kapal laut, sudah itu kapal terbang, sudah itu kereta api. Jadi kira-kira apa padat karya yang bisa kami kerjakan? Yang bisa dikerjakan padat karya ini kan dikerjakan oleh masyarakat. Kalau ini mah masyarakat itu batas kemampuannya apa? Dan seperti apa yang disampaikan oleh Pak Dewo tadi, ini perlu ini.

Mohon maaf selama ini yang ada hubungan kerja sama kami ini Pak Menteri PU, jujur saja ini Pak Menteri PU, Menteri yang lain tidak ada itu. Saya tidak mengerti, tidak mengerti kami apa-apa pekerjaan yang diawasi atau diberikan pengawasannya kepada kami yang ada di Dewan ini. Baik Menteri Desa maupun Menteri Perhubungan, tapi kalau Pak Menteri PU jujur 100 itu nilainya. Jujur itu ada padat karya betul-betul ada padat karya, macam-macam.

Nah jadi oleh karena itu jadi tolong pak, jadi Pak Menteri Perhubungan tolong dicatat ini. Kemudian untuk Pak PUPR saya rasa baguslah tidak ada yang harus dikritisi. Karena hanya saja ini 2015 WDP kemudian 2018 WDP kemudian yang lain-lainnya WTP semua dan kalau bisa ini padat karya ditambah lagi.

Sekian terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Sudah 100% masa mau protes lagi, tidak nyambung nanti. Baik Tamanuri.

Pak Mulyadi silakan. Siap-siap Pak Herson. F-P.GERINDRA (Drs. H. MULYADI, MMA.): Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahita’ala Wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Komisi V yang saya hormati,

Bapak Menteri tiga Kementerian yang menjadi mitra Komisi V yang saya hormati, beserta seluruh jajaran dan hadirin yang dimuliakan Allah.

Terima kasih atas kesempatan karena di awal Pak Ketua sudah memberikan rambu-rambu untuk tidak keluar dari kontek hasil temuan BPK, maka izin saya juga singkat saja pak.

Pertama untuk Pak Menteri Desa pak, tadi Pak Bambang juga sudah mengingatkan tentang realisasi perjalanan dinas dan seterusnya, tapi kan temuannya itu kan ada beberapa pak. Saya hanya ingin mengingatkan saja barangkali SOP terhadap tata kelola keuangan di manajemen keuangan di bawah kementerian bapak, saya kira juga harus dirisetlah pak ya kan.

(25)

Kalau misalnya hal-hal yang sifatnya seharusnya tidak ada yang katakanlah masuk ke temuan BPK dan seterusnya, ya tidak terlalu prinsip jangan sampai terjadi pak ya kan. Artinya SOP terhadap tata kelola di manajemen keuangan kementerian di bawah kendali bapak itu harus saya kira lebih diperbaiki. Sehingga tidak lagi hal-hal yang ya seperti mohon maaf pak kan agak aneh juga ada realisasi belanja barang berindikasi tidak riil, ngeri juga ini pak bahasa seperti itu. Memang tidak ada SOP terhadap proses pengadaan barang? Kok tiba-tiba terindikasi tidak riil ya.

Jadi kalau kita hari ini rapat untuk membahas temuan BPK, mudah-mudahan rapatnya bukan rapat ceremonial dan retorika saja pak ya. Ini harus menjadi pelajaran buat kita bersama bahwa ini uang yang harus dipertanggungjawabkan pak. Saya kenapa menggaribawahi itu karena saya kira yang sangat prinsip dan tidak perlu terjadi tidak boleh terulang di kemudian hari pak.

Kemudian dengan Pak Menteri Perhubungan pun sama pak, saya kira kenapa ada beberapa temuan yang item lebih banyaknya adalah kelebihan pembayaran? Itu juga saya mempertanyakan tentang SOP-nya. Bagaimana proses pembayaran bisa terjadi kelebihan pembayaran bahasa kasar saya itu ada temuan, bagaimana kalau tidak ketemu. Apakah itu coba-coba, kan kita jadi su’udzon kesannya pak.

Nah saya kira harus ada SOP yang lebih jelas bagaimana proses pengeluaran dana di internal bapak. Saya yakin bapak orang-orang yang hebat bahwa bahkan Pak Budi Karya ini ya mantan CEO perusahaan-perusahaan besar ya BUMN dan seterusnya. Saya kira prinsip tata kelola keuangannya saya kira harus diriset pak ya di internal bapak. Sehingga BPK jangan sampai hal-hal yang buat saya unik saja gitu loh kok kelebihan pembayaran. Memang tidak ada SOP-nya terhadap proses pengadaan pembayaran dan seterusnya?

Dan yang ketiga ke Pak Menteri PUPR, juga saya kira ini untuk tiga kementerian pak, saya harus menggarisbawahi tentang aset manajemen pak ya. Jadi setiap periode, setiap tahun kita mengeluarkan anggaran dari APBN dari uang rakyat, kemudian berbentuk akhirnya menjadi aset. Lalu aset itu harusnya juga menjadi bagian “rekomendasi terhadap program pembangunan berikutnya” pak. Apakah dalam tata kelola manajemen aset itu aset tersebut ke depan harus dikembangkan, harus dilikuidasi, harus direvitalisasi, harus dikerjasamakan? Maka aset manajemen menjadi solusi bagaimana kementerian juga memiliki dasar dalam konteks pengambilan keputusan, pengawasan dan menjaga kekayaan dan aset negara tersebut.

Saya kira itu saja Pimpinan untuk saling mengingatkan saja pak mohon maaf. Saya kira juga karena bapak-bapak orang yang ahli di bidangnya, tapi juga punya fungsi pengawasan supaya bisa bersinergi.

(26)

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih Pak Mulyadi.

Pak Herson silakan Pak Herson.

F-PDIP (H. HERSON MAYULU, S.IP.): Baik, terima kasih.

Selamat pagi,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Pimpinan yang saya hormati,

Teman-teman Anggota Komisi V yang saya cintai, Tiga orang pendekar Menteri PUPERA,

Menteri Perhubungan,

Menteri Desa dan Transmigrasi,

Beserta seluruh pejabat yang hadir yang saya hormati.

Untuk pertama selamat kepada Pak Menteri Desa yang telah mendapat gelar Doktor Honoris Causa. Yang pertama saya memberikan apresiasi pada tiga kementerian ini yang telah berupaya dengan maksimal sehingga bisa mempertahankan predikat opini WTP-nya, bahkan Kementerian PU meningkat dari WDP menjadi WTP.

Namun saya juga masih prihatin pengendalian internal kepatuhan terhadap perundang-undangan masih perlu ditingkatkan. Contoh konkrit adalah disiplin anggaran. Kenapa harus terjadi kesalahan dalam biaya perjalanan dinas? Tentu ini harus ada perhatian dari para Sekretaris Dirjen yang mengelola ini. Kan sudah ada BPK sudah memberikan petunjuk transportasinya bagaimana, uang hariannya bagaimana, tiket pesawatnya bagaimana, yang memungkinkan terjadi kelalaian ini adalah manakala ada SPPD-SPPD titipan, artinya tidak turun tapi titip.

Nah inilah yang membuat kadangkala kekeliruan di dalam mencatat, sehingga itu terjadi hal seperti ini. Yang kedua, pengalaman ada beberapa Bupati, Gubernur, kadangkala seperti itu, tapi kita maklum bahwa ini kesalahan administrasi saja, tidak berindikasi kepada korupsi.

Yang kedua, saya mungkin tidak terlalu melihat audit keuangannya, tapi saya ingin melihat audit kinerja. Terutama sudah saatnya kita melihat dari input yang ada dia berproses, kemudian ada outcome-nya maka sekarang kita sudah harus mau melihat benefit-nya apa, keuntungan yang didapat oleh masyarakat itu apa?

Itu yang sudah harus kita lihat. Contoh misalnya dalam manfaat aset, ada jembatan timbang, ada balai uji kendaraan yang gedungnya sudah ada

(27)

tapi peralatannya belum ada. Ini artinya manfaat belum dirasakan oleh masyarakat. Seperti juga pentaatan jembatan timbang, kadangkala kan sudah dibangun dengan biaya yang begitu besar, tapi manfaatnya apa belum ada. Itu contohnya.

Kemudian ganti rugi tanah, seperti disampaikan tadi oleh senior saya. Begitu banyak masyarakat yang meminta ganti rugi tanah, tapi tindak lanjut belum ada. Ini semua yang saya maksudkan dengan outcome dan benefit-nya, masyarakat dapat apa?

Di Perhubungan misalnya ada apa namanya Politeknik Pelayaran di Amurang ini patut dievaluasi. Apakah muridnya siswanya mahasiswanya bertambah atau berkurang setiap tahun, kendalanya apa? Saya dapat laporan bahwa mohon maaf Pak Dirjen, mahasiswa enggan mendaftar di sana karena jalan masuknya rusak, nah ini perlu ada koordinasi. Nanti Pak Menteri PU bikin jalannya, memang jalan ini kalau dia jalan kabupaten ya harus tanggung jawab kabupaten, tapi karena menuju ke Politeknik ini sekolah ini tentu harus ada bantuan perhatian dari pemerintah. Nah ini salah satu benefit yang saya maksudkan itu.

Kemudian untuk Menteri Desa saya juga seperti itu, harus sudah mulai memikirkan ada evaluasi kinerja yang menyangkut benefit tadi dengan berbagai program yang sudah ada selama ini. Sekarang manfaatnya untuk rakyat apa? Sudah sejauhmana ada peningkatan kesejahteraan rakyat dengan upaya yang kita bikin selama ini?

Oleh karena itu dalam kesempatan ini ada beberapa hal yang saya titip. Pertama kepada Pak Kemendes, sekali lagi pak tenaga-tenaga ahli kita para pendamping desa kita ini mohon diperhatikan dengan sangat. Kita bertumpu kepada pemulihan ekonomi dimulai dari desa. Kalau mereka-mereka ini tidak diperhatikan, upaya yang kita harapkan itu nanti akan sia-sia. Oleh karena itu mohon sekali lagi keberadaan mereka ini diperhatikan.

Demikian juga untuk Pak Menteri PU, saya inginkan ada rasionalisasi anggaran. Contoh misalnya revitalisasi Danau Tondano pak, kalau pusat setiap tahun hanya memberikan untung-untungan ada 10M, ini apa yang mau kita harapkan? Diharapkan ke daerah, daerah tidak mampu, terbatas dananya. Oleh karena itu ada rasionalisasi anggaran.

Apa yang ingin kita ciptakan kita harapkan dengan Danau Tondano yang ada sekarang. Kita berpengalaman di Gorontalo Pak Menteri, yang terkenal dengan Danau Limboto-nya. Itu danaunya sudah akan kering tidak akan ada lagi, tinggal cerita. Nah Danau Tondano ini akan seperti ini kalau tidak ada dana revitalisasi yang memadai. Oleh karena itu tahun depan saya harapkan Pak Menteri ada dana yang memadai untuk revitalisasi Danau Tondano ini.

Jadi intinya itu outcome dan benefit-nya. Ketiga kementerian sudah harus mulai melihat ini. Kalau pengelolaan keuangan itu tugas BPK, tapi kebanyakan kami Anggota-anggota Dewan ini yang muncul dari Dapil atas

(28)

kepercayaan rakyat, inilah yang rakyat tanya, apa yang diuntungkan untuk rakyat dengan berbagai program, berbagai besaran dana yang dikucurkan untuk daerah. Ini demikian Ketua.

Terima kasih Pak Menteri mohon maaf. Wallaahulmuafik Illa Aqwamittoriq,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Terima kasih Pak Herson.

Saya ingatkan lagi teman-teman kita fokus ke hasil pemeriksaan BPK. Nanti kita rapat soal anggaran akan kita dengan Eselon I dan seterusnya nanti setelah masuk masa sidang. Nah itu nanti lebih detil kita dengan Balai dan seterusnya. Jadi hari ini kita fokus ke hasil pemeriksaan BPK.

Baik, selanjutnya sesuai daftar Pak Muhammad Aras. Bersiap-siap Pak Syaikhu ya silakan.

Pak Muhammad Aras juga dulu, siap-siap Pak Syaikhu. F-PPP (Dr. H. MUH. ARAS, S.Pd., M.M.):

Terima kasih.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Pak Ketua, Pimpinan dan seluruh Teman-teman Komisi V, Yang saya hormati Pak Menteri Kemendes beserta Wamen dan seluruh jajarannya,

Yang saya hormati Pak Menteri Perhubungan dan seluruh jajarannya, Yang saya hormati Pak Menteri PUPR beserta dengan seluruh jajarannya.

Pertama-tama tentu saya secara pribadi dan sebagai Anggota mengapresiasi ketiga kementerian dengan hasil yang dicapai pada Hapsem yang dilakukan oleh BPK. Ini menjadi prestasi tersendiri bagi kementerian dalam pelaporan keuangan. Tentu ini menjadi dasar kita untuk bisa bekerja lebih baik di masa-masa yang akan datang. Apalagi dalam hal mengapresiasi dari seluruh kementerian ini tentu harus diikuti dengan peningkatan kinerja yang lebih baik oleh kementerian itu sendiri.

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya akan memberikan tanggapan sedikit terkait dengan Kementerian Desa. Tentu kementerian Desa yang umurnya belum terlalu lama, tetapi tentu diharapkan juga dapat untuk bisa memberikan kontribusi terhadap pembangunan negeri kita. Terutama

(29)

berawal dari desa, sehingga tentu harapan kita bahwa desa ini menjadi bagian utama untuk bisa diberikan fasilitas pembangunan yang memadai. Sehingga urbanisasi dari desa ke kota ini tidak begitu menjadi keinginan sebagian besar masyarakat desa.

Hasil temuan yang tentu yang disampaikan oleh teman-teman tadi terkait dengan perjalanan dinas dan seterusnya, tentu ini menjadi perhatian. Karena masing-masing ada SOP-nya sehingga harus di tentu diperhatikan, paling tidak bahwa ke depan hal-hal seperti ini tidak kita temukan lagi di Kementerian Desa untuk bisa lebih memberikan nuansa positif terhadap kinerja internal dari Kementerian Desa.

Lalu kemudian dari Kementerian Perhubungan, tentu juga kami harapkan bahwa ke depan sifat kemitraan antara Komisi V dengan Kementerian Perhubungan terus harus ditingkatkan. Paling tidak bahwa apa yang menjadi aspirasi teman-teman di Komisi V perlu diperhatikan agar tentu kemitraan ini sinergi ini terus bisa berlanjut dengan baik.

Kemudian dari PUPR, tentu yang pertama rasa prihatin kita di Sulawesi Selatan pak, baru aja terjadi longsor antara Palopo dan Toraja, sekarang baru saja di Luwu Utara menelan korban sampai puluhan, tentu menjadi perhatian untuk bisa dipulihkan kembali. Kemudian yang kedua tentu kinerja yang dilakukan oleh PUPR terus harus ditingkatkan. Agar tentu kami ingin melihat bahwa PUPR ini menjadi lembaga kementerian yang tentu sangat diharapkan kehadirannya di masyarakat untuk bisa memberikan kontribusi untuk pembangunan negara kita.

Barangkali itu saja yang dari kami, mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan.

Terima kasih.

Wallaahulmuafik Illa Aqwamittoriq,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS. Sos.M.si/F.PDIP) : Ya silakan Pak Syaikhu.

F-PKS (AHMAD SYAIKHU):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semuanya.

Yang saya hormati Ketua, para Wakil Ketua dan seluruh Anggota Komisi V, Juga Pak Menteri Desa, serta Wakil,

Juga Pak Menteri Perhubungan dan Pak Menteri PUPR beserta seluruh jajaran,

(30)

Pertama, saya kira untuk seluruh kementerian saya apresiasi atas perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK RI. Khususnya pada Kementerian Desa dan Kementerian Perhubungan yang nampaknya opini ini sudah ajeg beberapa tahun berturut-turut. Nah untuk Kementerian PUPR saya kira ini mudah-mudahan setelah laporan 2019 ke depannya ini inshaAllah mudah-mudahan pak akan terus bisa dipertahankan Wajar Tanpa Pengecualiannya.

Kepada Kementerian Desa saya kira beberapa temuan yang tadi disampaikan ini menyangkut masalah sistem pengendalian internal yang lemah ya. Baik menyangkut aset lancar atau pun menyangkut aset tetap dan aset lainnya, ini yang perlu diperbaiki. Kita tahu bahwa Kementerian Desa ini mengelola aset yang kecil-kecil tapi banyak tersebar ke seluruh Indonesia. Termasuk juga bantuan-bantuan yang sedemikian merata di seluruh Indonesia. Oleh karena itu tanpa adanya pengendalian internal yang baik tentu ini akan sangat sulit untuk bisa memantau sedemikian luasnya daya jangkau penyebaran dari dana-dana yang mungkin distribusinya kecil-kecil.

Nah oleh karena itu ini harus menjadi perhatian serius dari Pak Menteri beserta jajaran sehingga ke depan inshaAllah ketika sistem pengendalian internalnya ini sudah bagus, maka akan bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Walaupun tadi ada bencana-bencana seperti Covid-19 sekarang ini.

Yang kedua, saya ingin tahu juga apa sesungguhnya kendala-kendala yang dihadapi oleh kementerian sehingga proses penyelesaian dari tindak lanjut LHP BPK ini hanya sekitar 42,22%? Nah apakah ada kendala-kendala teknis yang memang sulit untuk bisa diselesaikan dan begitu juga kaitannya dengan temuan-temuan yang sedemikian lama, sudah sedemikian dari tahun 2015 belum kunjung terselesaikan. Nah apa kira-kira kendala yang dihadapi dalam menghadapi temuan-temuan seperti itu?

Yang kedua kepada Menteri Perhubungan, kita melihat dari tren yang tadi disampaikan bahwa antara Semester I dan Semester II ini selalu mengalami peningkatan ya? Baik secara jumlah rekomendasi di Semester I 1.026 kemudian di Semester II bertambah jadi 1.049. Begitu juga nilainya dari 2,31 Triliun sampai 2,99 Triliun. Nah tentu ini menjadi ketika trennya terus menaik, ini secara akumulasi ini akan terus semakin membesar. Artinya ada temuan-temuan BPK yang tidak kunjung bisa terselesaikan. Nah oleh karena itu saya berharap bahwa ke depannya, kiranya ini bisa trennya ini bukanya menaik tapi semakin bisa terselesaikan dengan tuntas gitu.

Nah kemudian secara khusus saya ingin menyoroti temuan strategis BPK yang ada di laporan ini. Di mana BPK pada temuan strategis yang kelima itu menyatakan bahwa kekurangan PNBP sebesar 683 Miliar. Saya kira dalam suasana seperti sekarang ini, di mana pemerintah banyak memerlukan dana, hal-hal seperti ini mestinya didorong untuk segera diselesaikan. Sehingga tidak ada lagi PNBP-PNBP yang kemudian menggantung terlalu lama, tidak kunjung terselesaikan. Saya kira itu harapan saya Pak Menteri.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan paparan tersebut di atas, besar harapan kami kepada Bapak dan Ibu Anggota Dewan yang terhormat di Komisi VI DPRRI, dapat membantu dan melindungi

Segala dokumen yang berkaitan dengan perjanjian reksa dana sertifikat dan aset harus disimpan oleh bank kustodion agar aman.Bank kustodion hanya berkewajiban mengawasi

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dari dampak negatif yang ditimbulkan fast food dan junk food terhadap kesehatan tubuh manusia melalui

Era globalisasi dan perdagangan bebas yang di promosikan oleh kekuatan kapitalis global telah berdampak pada antara lain semakin tajam dan ketatnya persaingan usaha antar

Persentase cakupan Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan Untuk mengetahui capaian Dinas Kesehatan 70 20 30 30 30 penemuan dan penanganan penemuan dan di

Analisis pada data genetik protein dapat dilakukan dengan melakukan penyejajaran sekuen (sequence alignment) yaitu proses menyejajarkan suatu sekuen dengan satu atau

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,

Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah