• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intimasi Antara Pelatih Dengan Atlet

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

10. Menyetrika 4,2 Kcal/menit

3.2. Latihan Mental

3.2.2. Intimasi Antara Pelatih Dengan Atlet

Secara harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain. Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para ahli. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg

88 (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.

Intimasi menurut Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertanggung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.

Atwater (1983) mengemukan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersma dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan

menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).

Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima dan menghormati satu

89 sama lain. Pengertian intimasi ini akan dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan suatu pengertian intimasi pelatih-atlet.

Pelatih adalah seorang yang profesional yang tugasnya membantu atlet dan tim dalam memperbaiki penampilan olahraga (Pate et al,1993). Seorang atlet tidak akan bisa sukses tanpa pelatih yang berpengalaman, sehingga penting untuk

menciptakan suatu hubungan yang baik antara pelatih dengan masing-masing atletnya (Cogan, 2004). Kemudian, Cogan (2004) menambahkan bahwa idealnya hubungan antara pelatih dengan atlet disertai dengan saling menghormati, saling pengertian, saling mempercayai dan adanya percakapan yang bersifat terbuka dan bersifat dua arah antara pelatih dan atlet serta pengungkapan perasaan dan permasalahan pribadi.

William (1994) menjelaskan bahwa keefektifan interaksi antara pelatih dengan atletnya didasarkan pada proses mutual sharing dan adanya saling pengertian. Mutual sharing melibatkan proses yang timbal balik dalam mengungkapkan pikiran, perasaan atau informasi yang bersifat pribadi. Selanjutnya, Yukelson (dalam William, 1994) menambahkan bahwa pengungkapan perasaan dan pikiran tersebut harus dapat dikomunikasikan secara terbuka dan jujur.

Menurut Santrock (2003) adanya pengungkapan diri dan pikiran-pikiran pribadi merupakan pengertian intimasi dalam hubungan pertemanan. Gunarsa (1996) menggambarkan kedekatan pelatih-atlet sebagai suatu hubungan persaudaraan yang yang harus ada jarak karena pelatih juga seorang pendidik atau guru. Jarak di sini maksudnya adalah bahwa kedekatan hubungan pelatihatlet sebatas untuk

perkembangan atlet bukan berdasarkan adanya perasaan kasih sayang satu sama lain (Gunarsa, 1996).

90 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intimasi pelatih-atlet adalah suatu bentuk hubungan interpersonal antara pelatih dengan atlet yang berkembang dari hubungan yang bersifat timbal balik dalam berbagi informasi,

perasaan terdalam dan pengalaman, hanya sebatas untuk perkembangan dan kemajuan atlet, yang disertai dengan saling menghormati, saling mempercayai dan saling

menghormati dalam hubungan tersebut.

a. Pengalaman intim, yaitu persepsi mengenai pengertian dan perasaan positif (kehangatan dan ketertarikan)

b. Perilaku intim, meliputi keintiman verbal dan keintiman nonverbal Berdasarkan pengertian intimasi pelatih dengan atletnya, digambarkan bahwa intimasi yang terjadi antara pelatih dengan atletnya adalah intimasi dalam hubungan pertemanan. Pada hubungan pertemanan, keintiman verbal yang paling penting (Baron dan Byrne, 2005 ). Sprecer dan Duck (dalam Brehm et al, 2002) mejelaskan bahwa keintiman verbal meliputi komunikasi verbal yang penting dalam mengembangkan intimasi. Jourard (dalam Prager, 1995) memberikan batasan bahwa keintiman verbal melibatkan pengungkapan diri, kecocokan dan kepercayaan.

Calhoen dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa intimasi dengan orang lain dapat terjalin karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Lamanya Hubungan (waktu)

Lamanya hubungan antara dua pribadi mempengaruhi intimasi diantara keduanya. Semakin lama hubungan yang telah terjalin maka intimasi akan semakin dapat dikembangkan.

91 Frekuensi pertemuan menunjukkan seberapa sering pertemuan

interpersonal dilakukan, semakin sering individu bertemu maka akan semakin mempengaruhi intimasi yang terjalin.

c. Kesempatan berinteraksi

Kesempatan berinteraksi merupakan usaha meluangkan waktu untuk dapat berinteraksi secara informal dan santai dengan orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu: lamanya hubungan, frekuensi pertemuan, dan kesempatan berinteraksi.

Dalam dunia seni beladiri tidak bisa dipungkiri lagi, para atlet sangat

membutuhkan kehadiran pelatih untuk melatih fisik dan mentalnya. Latihan fisik dan mental ini merupakan dua insan yang berbeda, yang disatukan melalui seorang pelatih. Disini, pelatih adalah seorang yang paling bertanggung jawab ketika akan bertanding. Selain memberikan teknik-teknik permainan pelatih juga harus mampu memotivasi, memperbaiki citra dan keyakinan diri, membentuk sikap atlet, serta membantu atlet dalam mengatasi tekanan mental, kekecewaan dan kecemasan. Semua pembinaan tersebut memiliki tujuan agar yaitu, agar atlet yang dibina pelatih tersebut mencapai juara 1, pemain terbaik, bahkan kalau bisa juara umum.

Proses pencapaian tujuan tersebut bukanlah hal yang gampang baik bagi atlet sendiri maupunn pelatih karena perlu waktu dan proses latihan dan pembinaan. Selama proses latihan fisik dan mental ini, pelatih merupakan orang yang paling sering berinteraksi dengan masing-masing atlet. Interaksi yang sering, merupakan awal terbentuknya suatu hubungan interpersonal.

92 Hubungan yang hangat dan menyenangkan akan tercipta apabila ada intimasi dalam hubungan tersebut. Atwater (1983) menjelaskan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Dengan demikan, diperlukan adanya suatu intimasi pelatih-atlet dalam pembinaan atlet.

Pembinaan atlet tidak hanya terbatas pada aspek fisik saja, tetapi pembinaan terhadap aspek psikologis juga merupakan hal yang penting. Kecemasan merupakan salah satu aspek psikologis yang mengganggu penampilan dan sering dihadapi oleh atlet bila akan menghadapi suatu pertandingan. Kecemasan atlet dalam menghadapi pertandingan ini diistilahkan dengan kecemasan bertanding.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan bertanding seorang atlet. Salah satunya adalah intimasi dengan pelatih. Lee (1993) mengatakan bahwa intimasi pelatih dengan atlet dapat menurunkan kecemasan, karena atlet mendapat kesempatan untuk meceritakan ketakutan dan kecemasannya kepada

pelatih. Intimasi pelatih-atlet didefinisikan sebagai suatu hubungan timbal balik antara pelatih dengan atlet dalam berbagi informasi dan pengalaman. Intimasi pelatih dengan atlet juga menunjukkan adanya keterbukaan dalam pengungkapan diri (self

disclosure), kepercayaan, kecocokan pribadi dan adanya suatu kemampuan untuk berempati dalam mendengarkan dan merespon ungkapan perasaan sesorang, sebagai usaha untuk penyesuaian diri.

Adanya self disclosure (pengungkapan diri) atlet dengan pelatih, memberikan perasaan nyaman dan ketenangan kepada atlet, karena dengan menceritakan semua hal yang menjadi kecemasan kepada pelatih, beban dan tekanan pertandingan akan

93 berkurang. Jadi, self disclosure dengan pelatih merupakan suatu sarana dan fasilitas untuk menyalurkan tekanan-tekanan yang dirasakan, perasaan gelisah, serta

ketakutannya dalam menghadapi pertandingan.

Keyakinan atlet terhadap pelatih merupakan suatu keyakinannya bahwa pelatih akan dapat membantunya untuk mengatasi ketakutan dan kecemasannya. Kepercayaan ini juga didukung oleh sikap yang ditunjukkan pelatih kepada atletnya. Pelatih yang terbuka, sabar, mau berbagi informasi, dan memberikan perhatian yang tidak berlebihan kepada atlet, pasti akan menimbulkan ketertarikan bagi atlet untuk menceritakan permasalahannya kepada pelatih. Timbulnya kepercayaan kepada pelatih karena pelatih juga menunjukkan sikap penerimaan yang dapat menimbulkan rasa dihargai dan diperhatikan oleh pelatihnya, sehingga dapat meningkatkan rasa perecaya diri atlet. Pate at al (1993) mengatakan bahwa atlet yang percaya kepada pelatihnya akan merasa nyaman dan percaya diri untuk bertanding untuk pelatihnya.

Pengungkapan diri (self disclosure) antara pelatih dan atlet juga memberikan kepada pelatih dan atlet untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Pelatih yang mengenali kepribadian masing-masing atletnya lebih mudah memberikan doktrin kepemimpinannya, sesuai dengan kepribadian masing-masing atletnya, sehingga atlet menyenangi dan menghargai pelatihnya. Dengan begitu akan terbentuk suatu

hubungan saling pengertian, saling menghargai dan saling mendukung, sehingga tercipta suatu hubungan kekeluargaan yang dibentuk dari 1 club yang sama.

Kecocokan pribadi dalam menjalani hubungan antara pelatih dengan atlet, melibatkan kemampuan seseorang untuk menemukan persamaan dan menjadikan perbedaan kelebihan dan kekurangan dari kepribadian atlet dan pelatih sebagai suatu sebagai suatu hal yang saling melengkapi untuk menutupi sebuah kekurangan.

94 Adanya penyesuaian diri terhadap orang lain berarti adanya usaha untuk mengerti perbedaan pendapat dan pandangan orang lain dengan melibatkan perasaan empati20

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahwa adanya intimasi pelatih dengan atlet dapat membantu atlet dalam mengatur dan mengontrol kecemasannya dalam menghadapi pertandingan. Kedekatan dan interaksi antara pelatih dengan atlet dapat memberikan kesempatan untuk mengungkapkan (self disclosure) ketakutan dan kecemasannya dalam menghadapi pertandingan, memberikan rasa semangat, perasaan nyaman, dan kepercayaan diri dalam

menghadapi pertandingan. Di sisi lain kedekatan antara atlet dengan pelatih dapat membantu atlet dalam memperoleh dukungan sosial, menciptakan peran pelatih

. Adanya kecocokan pribadi dan penyesuaian diri dalam hubungan interpersonal pelatih-atlet juga akan membentuk suatu hubungan yang harmonis, jauh dari konflik serta menimbulkan perasaan kebersamaan. Kebersamaan akan menimbulkan kekuatan dan semangat dalam diri atlet untuk menghadapi kecemasan dan ketakutannya

menghadapi pertandingan. Kekuatan dan semangat tersebut akan membantu atlet dalam mengendalikan kecemasannya.

Menurut beberapa informan apabila seorang pelatih bersedia untuk mendengarkan keluhan dan ungkapan perasaan serta memberikan respon berupa dukungan yang dapat membangkit semangat para atlet berupa materi, nasehat, dan dorongan pasti akan memberikan perasaan nyaman dan tenang kepada atlet.

Akhirnya, atlet akan lebih percaya diri dan tenang untuk menghadapi pertandingan.

20

Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan,

95 sebagai motivator dan fasilitator bagi atlet dan bukan sebagai tekanan pertandingan ataupun orang yang tidak diharapkan untuk datang ketika akan bertanding.

Menurut Devi Tirtawirya, ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan Taekwondo, yaitu:

1. Sebelum hari pertandingan

a. Kumpulkan data tentang kekuatan dan kelemahan lawan, kalau perlu putarkan CD calon lawan yang akan dihadapi tetapi pelatih juga harus perhatikan, jika ada atlet yang justru tambah stress jika diputarkan calon lawannya maka cukup dinasehati aja.

b. Tunjukan kelemahan dan kekuatan dari atlet kita sendiri, baik dari segi fisik, teknik dan taktik juga mental.

c. Perhatikan kebiasaan-kebiasaan atlet seperti waktu tidur, menu yang dimakan, kesehatannya, dan hal yang dicemaskan.

d. Saat tidak latihan usahakan atlet tidak memikirkan pertandingan taekwondo, tetapi berikan hiburan atau kegiatan lain yang menyenangkan tapi tidak mengganggu penampilan dilapangan yang sesungguhnya.

e. Sehari menjelang pertandingan latihan tetap harus dilakukan, tetapi fokuskan pada inti dari pertandingan yang sesungguhnya, dan dilakukan secukupnya. Juga diberikan latihan relaksasi dan visualisasi, siapkan peralatan agar semuanya siap.

2. Pada hari pertandingan

a. Harapannya malam hari tidur bagus, bangun pagi tepat waktu, berdoa,

96 dimakan, periksa kembali peralatan dan mulailah hari itu dengan gembira.

b. Berangkat dengan tepat, perhitungkan jarak agar sampai tempat pertandingan masih bisa istirahat dan penyesuaian lapangan.

c. Pelatih harus tahu karakter masing-masing atlet agartidak terjadisalah paham, dan pastikan partai ke berapa serta atlet harus sudah tahu ruang penimbangan atlet, tempat ganti, wc, kesehatan dan lain-lain.

d. Saat mau bertanding usahakan semangat atlet tetap berkobar dan tetap optimb serta berlikir positif, sambil pemanasan berikan pengarahan seperlunya sambilmemperhatikan karakterdan kebiasaan atlet.

3. Saat pertandingan

a. saatnya atlet konsentrasi memainkan apa yang sudah didapat saat latihan, sambil melihat kondisi lingkungan pertandingan dan lawan. b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang

sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, dan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.

c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran negative. d. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.

e. Lakukan taktik dan skategi yang sama jika kondisinya masih memungkinkan, dan berikan instruksi jika memang harus diubah itupun harus sesingkat mungkin pada saat istirahat antar ronde

f. Usahakan tetap berfikir positif dan tidak menyalahkan diri sendiri serta tidak mudah menyerah sebelum pertandingan selesai.

97 g. Jika bermain bagus jangan sekali-kali mengendorkan permainan, harus tetap konsisten, lebih cepat selesai lebih baik, kalau bisa KO mengapa tidak.

4. Setelah hari pertandingan.

a. Buat catatan kecil yang dialami dalam pertandingan masing-masing atlet.

b. Evaluasi pertandingan yang kemarin atau tadi tentang kelebihan dan kekurangannya, apakah sasaran tercapai.

c. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan

98 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait