• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia

Dalam dokumen Laporan Kinerja Tahun 2016 (Halaman 28-33)

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

A. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia

2. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia

3. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi keanekaragaman hayati Indonesia

4. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan

Empat program yang telah disusun oleh Pusat Penelitian Biologi tersebut saling terkait dan menunjang dalam upaya menghasilkan output dan outcome yang nyata, besar dan signifikan. Program tersebut dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu solusi pemecahan permasalahan bangsa yang terkait dengan bioresources. Kekayaan hayati atau bioresources Indonesia merupakan aset yang tidak ternilai harganya yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan dalam mensejahterakan rakyat.

A. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia

Kepulauan Indonesia merupakan salah satu hotspot yang mempunyai keanekaragaman tinggi dan terancam punahnya juga tinggi di bumi. Saat ini, 12% dari semua jenis mamalia, 16% reptil dan amfibi, serta 17% jenis burung ditemukan di 17.000 pulau Nusantara. Dunia saat ini sedang menghadapi kemungkinan hilangnya habitat yang cukup besar yang telah diidentifikasi sebagai hotspot keanekaragaman hayati. Prioritas dalam rencana konservasi skala besar harus dilakukan di beberapa wilayah di kepulauan Indonesia yang telah diidentifikasi memiliki keanekaragaman hayati tinggi.

Informasi mengenai keanekaragaman hayati di kawasan Indonesia belum seluruhnya terungkap, begitu pula pengetahuan pemanfaatan kehatinya oleh masyarakat lokal. Inventarisasi dan pemetaan keanekaragaman hayati masih diperlukan dalam rencana implementatif lima tahun ke depan karena sampai saat ini inventarisasi yang berupa penelitian dan eksplorasi seluruh kawasan

15

Indonesia belum terselesaikan. Walaupun demikian, penelitian inventarisasi dan pemetaan akan difokuskan pada kegiatan dan lokus strategis untuk memperoleh data yang holistik. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua merupakan lokus terpilih yang strategis dalam aktivitas riset 2015 – 2019.

Beberapa kegiatan lain meliputi penelitian pulau-pulau kecil daerah perbatasan dengan negara tetangga. Penelitian pemetaan dan penapisan atau screening bioresources Indonesia yang memiliki potensi dalam aspek kesehatan, energi, pangan dan lingkungan adalah salah satu kegiatan riset 2015 – 2019.

A.1. Inventarisasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

Inventarisasi keanekaragaman hayati masih menjadi bagian penting dalam rencana implementatif lima tahun ke depan. Upaya inventarisasi merupakan kebutuhan mendesak untuk melengkapi informasi keanekaragaman hayati yang ada. Di samping itu, kerusakan habitat dan eksploitasi yang berlebihan akan menyebabkan banyak jenis yang hilang, oleh karenanya kegiatan inventarisasi sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis-jenis yang dimungkinkan akan hilang tersebut.

Tujuan:

1. Mengungkapkan keanekaragaman hayati dengan mengetahui jenis-jenis biota yang hidup di kawasan yang dieksplorasi.

2. Mengkarakterisasi jenis-jenis yang ada dan mengetahui persebarannya. 3. Memperoleh informasi mengenai potensi biota yang bernilai ekonomi

penting untuk dapat diberdayakan secara berkesinambungan.

4. Menambah kekayaan koleksi biota di Pusat Penelitian Biologi sebagai pusat rujukan keanekaragaman hayati.

5. Menyediakan data keanekaragaman hayati dalam rangka merumuskan rekomendasi dalam upaya konservasi dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait, antara lain Taman Nasional, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan LSM dalam pengelolaan kawasan.

6. Memperoleh informasi mengenai pengaruh tingkat kesuburan perairan terhadap keragaman dan kelimpahan biota, serta pengaruh musim dan faktor perubahan lingkungan terhadap populasi, biologinya.

7. Menyusun model dinamika populasi fauna daratan utama Pulau Jawa.

Sasaran:

1. Sasaran dari kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati Indonesia adalah mengungkapkan keanekaragaman hayati dan potensinya, mengetahui peta persebaran dan populasi biota terpilih. Dengan terungkapnya data dasar tersebut, jenis-jenis biota terpilih dapat diberdayakan secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat. Hal tersebut dapat berdampak positif terhadap upaya pelestarian khususnya bagi takson-takson yang endemik dan langka.

2. Melengkapi koleksi biota Pusat Penelitian Biologi dalam rangka menjadi pusat rujukan terpercaya dan menjadi landasan dalam menentukan

16

kebijakan pengelolaan wilayah dan biodiversitas di Jawa dan pulau satelit khususnya dan Indonesia pada umumnya.

A.2. Pemetaan Keanekaragaman Hayati Indonesia

Untuk mewujudkan peran dan tanggung jawab sebagai pemegang otoritas ilmiah dalam bidang keanekaragaman hayati maka perlu dilakukan pemetaan yang meliputi jenis, populasi, habitat, sebaran/distribusi untuk menentukan status dan potensi yang menjadi prioritas untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

Tujuan:

1. Memetakan status, sebaran, keanekaragaman, struktur dan dinamika populasi biota di Pulau Kecil (Talaud, Simelue, Nias, Bintan, Karimun-Kepulauan Riau) dan Pulau Jawa.

2. Menentukan status kekinian biota Indonesia.

3. Membangun pusat data dan material DNA sebagai referensi nasional untuk kepentingan penelitian sistematika, pemuliaan, konservasi dan forensik.

4. Menghimpun informasi tentang status genetika dan populasi biota terpilih untuk keperluan konservasi serta rekomendasi untuk jenis-jenis biota yang diperdagangkan (CITES).

Sasaran:

Memberikan gambaran informasi biota Indonesia dalam suatu ekosistem yang berperan penting dalam pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia dengan pendekatan langsung maupun genetika molekuler.

Ruang Lingkup:

Ruang Lingkup Penelitian Pemetaan Keanekaragaman hayati Indonesia yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Biologi adalah :

1. Karakterisasi dan Valuasi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2. Pemetaan Flora dan Fauna Indonesia

3. DNA Barcoding Biota Indonesia

4. Pengayaan Koleksi Flora Fauna di Papua

A.3. Monitoring status keanekaragaman hayati Indonesia

Monitoring keanekaragaman hayati merupakan cara yang efektif dalam menjamin dan memantau pemanfaatan yang berkelanjutan. Keanekaragaman hayati yang merupakan sumber daya terbarukan memerlukan penanganan yang bijaksana. Faktor utama penyebab perubahan dinamika bioresources di Indonesia adalah karena intervensi manusia dan perubahan iklim global.

Dua faktor utama tersebut cenderung mengganggu keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati secara umum. Adanya introduksi biota asing ke dalam suatu ekosistem merupakan salah satu contoh kongkret yang dapat disebabkan oleh dua faktor tersebut. Biota yang terintroduksi tidak akan mengganggu keseimbangan ekosistem jika tidak bersifat mengganggu atau invasive. Masalah yang dihadapi saat ini adalah adanya gangguan yang disebabkan oleh introduksi biota asing tersebut.

17

Masalah lain yang dihadapi adalah perubahan iklim. Perubahan iklim akan menyebabkan biota yang ada dalam suatu ekosistem merespon untuk beradaptasi. Biota atau jenis yang tidak mampu beradaptasi akan mengalami kepunahan secara gradual. Kepunahan suatu jenis akan menyebabkan perubahan homeostatis dan gangguan yang serius terhadap keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, Pusat Penelitian Biologi-LIPI dalam kurun waktu 5 tahun (2015 –

2019) akan melakukan aktivitas riset terkait hal tersebut.

Upaya pengelolaan potensi keanekaragaman hayati Indonesia sangat diperlukan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya secara berkelanjutan. Kegiatan monitoring status keanekaragaman hayati Indonesia merupakan salah satu upaya pengelolaan untuk menjamin kelestarian keanekaragaman hayati yang ada.

Kegiatan yang dilakukan adalah penelitian jenis flora fauna invasif, monitoring ekosistem hutan, pengukuran hilangnya keanekaragaman flora, karbon stok di ekosistem hutan dan monitoring ekosistem karst. Indonesia sebagai negara megadiversitas menghadapi ancaman yang besar dari deforestasi dan degradasi hutan. Pemetaan keanekaragaman hayati menjadi penting untuk dilakukan sehingga hilangnya keanekaragaman hayati khususnya di Kalimantan dapat diketahui.

Pengamatan hilangnya jenis-jenis endemik yang terjadi pada perubahan tata guna hutan perlu dilakukan untuk melihat jenis-jenis yang hilang atau mungkin hilang, sehingga dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah dan instansi terkait untuk upaya pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia. Selain konversi hutan, kebakaran hutan merupakan sebab utama dari deforestasi yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Kalimantan merupakan salah satu area yang mengalami kebakaran parah pada tahun 1982-1983 yang disebabkan oleh musim kemarau panjang dan El-Nino. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui bagaimana hutan mengalami pemulihan secara alami setelah kebakaran. Hal ini telah mulai dilakukan di beberapa wilayah Kalimantan Timur, yaitu Wanariset Samboja dan Bukit Bangkirai. Monitoring jangka panjang yang berkelanjutan pada setiap petak permanen yang pernah dibuat setelah kebakaran ini penting untuk dilakukan sehingga proses pemulihan hutan dan suksesi yang terjadi dapat diketahui, untuk menjamin pengelolaan hutan secara berkelanjutan.

Kehilangan dan kerusakan lahan area hutan dataran rendah, pada hutan tropis secara langsung berpengaruh pada perubahan iklim. Kontribusi karbon paska erupsi gunung Galunggung tahun 1982 akan dilakukan untuk melihat seberapa besar kecepatan sequestrasi karbon dan membandingkan dengan kondisi hutan alam.

Kegiatan penelitian akan menjadi dasar penentuan estimasi cadangan karbon di kedua kawasan hutan dan juga sebagai informasi ilmiah untuk rehabilitasi lahan dengan menggunakan jenis-jenis yang mempunyai kemampuan menyimpan karbon tinggi dan berumur panjang. Globalisasi dalam bentuk peningkatan arus perdagangan dan transportasi lintas negara membuat suatu jenis bisa berpindah melintasi jarak yang jauh dan masuk ke habitat baru sebagai jenis asing.

Beberapa jenis asing dalam bentuk galur dan varietas baru memang secara nyata memberikan keuntungan ekonomi dan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat, namun jenis asing yang memiliki kemampuan tumbuh dan menyebar

18

secara cepat dapat mengalahkan jenis asli, dan disebut sebagai jenis asing invasif atau invasive alien species. Jenis-jenis flora dan fauna yang sudah ada di lahan-lahan pertanian, perkebunan, bahkan di kawasan kawasan konservasi lainnya, perlu diidentifikasi dan dikaji potensinya sebagai pengganggu ekosistem asli.

Tujuan:

Tujuan dari kegiatan monitoring status keanekaragaman hayati Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Memberikan solusi terhadap persoalan strategis dalam hal perlindungan keanekaragaman tumbuhan baik di tingkat nasional maupun di tingkat Internasional berdasarkan penelitian keanekaragaman tumbuhan endemik dan langka.

2. Memperoleh data dan informasi penting untuk mengetahui proses perubahan hutan, sebagai masukan untuk pengelolaan hutan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia secara berkelanjutan. 3. Melakukan penelitian estimasi karbon berdasarkan tipe ekosistem hutan untuk penentuan karbon stok sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah daerah untuk mengurangi angka perusakan hutan di Indonesia yang disebabkan oleh penebangan kayu liar yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi masyarakat sekeliling hutan.

4. Melakukan penelitian-penelitian biologis dan ekologis jenis flora dan fauna invasif, untuk mengetahui keberadaan, karakter, populasi, dan ancamannya terhadap ekosistem, terutama di lahan-lahan pertanian dan perkebunan, serta kawasan konservasi.

5. Menyediakan panduan inventarisasi dan monitoring ekosistem karst sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk memperoleh data yang baku yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan ekosistem karst. Hasil dari kegiatan penelitian yang dilakukan akan dapat digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menginisiasi pengembangan program pengelolaan kawasan yang berkelanjutan.

Sasaran:

1. Adanya penelitian kondisi terkini kehilangan keanekaragaman flora di Indonesia sebagai acuan ilmiah bagi kebijakan perlindungan jenis tumbuhan.

2. Adanya standar penentuan karbon stok berdasarkan tipe ekosistem hutan yang dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam skema insentif karbon.

3. Diperoleh data suksesi dan regenerasi hutan jangka panjang sebagai bahan pertimbangan pengelolaan hutan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

4. Diperoleh salah satu model pengembangan kawasan karst yang berkelanjutan dan berbasis kepada timbangan ilmiah.

Ruang Lingkup:

Ruang Lingkup Penelitian Monitoring Status Keanekaragaman hayati Indonesia yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Biologi adalah :

19 1. Monitoring Flora Fauna Invasif

2. Monitoring Ekosistem Hutan dan Ekosistem Esensial 3. Monitoring Kehilangan Keanekaragaman Biota 4. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia

Berdasarkan hasil inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources, maka aspek pemanfaatan akan mudah dilakukan. Isu global dan nasional yang dihadapi saat ini adalah ketahanan pangan, kesehatan dan kemandirian obat-obatan, krisis lingkungan dan krisis energi fosil.

Dalam dokumen Laporan Kinerja Tahun 2016 (Halaman 28-33)

Dokumen terkait