BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA
D. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan
Melalui program penguatan sistem dan manajemen kelembagaan khususnya penguatan kelembagaan untuk manajemen institusi diharapkan dapat terwujud birokrasi yang bersih dan bebas KKN, efektifitas dan efesiensi kegiatan birokrasi, peningkatan kualitas pengambilan kebijakan dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut dilakukan melalui program pelaksanaan reformasi birokrasi, yang telah ditetapkan manajemen Pusat Penelitian Biologi dalam dokumen Roadmap Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2015-2019 dengan Keputusan Kepala Pusat Penelitian Biologi Nomor:
24
3589/IPH.1/HK.01.03/IX/2015, tanggal 6 September 2015 dan dokumen Rencana Aksi Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dengan Surat Keputusan Kepala Pusat Penelitian Biologi Nomor: 3598/IPH.1/HK.1/HK.01.03/IX/2015, tanggal 4 September 2015. Dokumen-dokumen tersebut memuat target keluaran dari tujuh program/kegiatan reformasi birokrasi dan hasil yang diharapkan (out come) dari masing-masing program/kegitan tersebut.
Tujuan:
Mewujudkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN, efektifitas dan efesiensi kegiatan birokrasi, peningkatan kualitas pengambilan kebijakan dan peningkatan kualitas pelayanan publik
2. Penguatan kelembagaan dalam melaksanakan mandat sebagai otoritas keilmuan terkait keanekaragaman hayati dan sebagai nasional focal point keanekaragaman hayati
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai lembaga penelitian, selain menjalankan tugas dan fungsi utamanya, juga memiliki mandat sebagai otoritas keilmuan (Scientific Authority) di dalam konservasi tumbuhan dan satwa, termasuk dalam rangka pelaksanaan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Penunjukan LIPI sebagai otoritas keilmuan tercantum dalam pasal 65 butir b PP 8 Tahun 1999 dan Pasal 53 PP 60 Tahun 2007. Dalam kedua peraturan pemerintah tersebut, ditambah dengan PP 7 Tahun 1999 dan penjabaran dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003. Satuan kerja yang berperan sebagai pelaksana harian untuk melaksanakan kewenangan LIPI sebagai otoritas keilmuan adalah Pusat Penelitian Biologi. Dalam pelaksanaan tugasnya, Pusat Penelitian Biologi diharuskan untuk berkoordinasi dengan unit kerja lain yang terkait sebagaimana tertulis dalam Surat Keputusan Kepala LIPI No. 1973/A/2002. Unit-unit kerja tersebut diantaranya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dan Pusat Penelitian Oseanografi.
Pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar di Indonesia sebagai komoditas perdagangan masih banyak dipraktekan di hampir seluruh penjuru tanah air. Sebagian besar komoditas ini masih diambil dari alam yang kian hari kian menyusut luasannya. Beberapa jenis komoditas hidupan liar ini diperdagangkan hingga ke luar negeri. Sebagai salah satu negara peratifikasi, pengelolaan perdagangan satwaliar ini dilakukan melalui ketentuan CITES yang dituangkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran teknisnya. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan CITES tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kepunahan jenis tumbuhan atau satwa akibat perdagangan, terutama perdagangan Internasional.
LIPI telah dipercaya sebagai otoritas keilmuan yang berperan memberikan rekomendasi kepada otoritas pengelola sebagai mitra utama dalam implementasi CITES. Rekomendasi tersebut meliputi penetapan daftar jenis, pembatasan kuota perdagangan, pembatasan pemberian izin dan lain sebagainya. Sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah, rekomendasi-rekomendasi tersebut haruslah berdasarkan data dan informasi ilmiah, baik yang diperoleh oleh LIPI
25
sendiri maupun pihak lain. Dalam hal data dari pihak lain, maka perolehannya harus melalui metode yang telah dikembangkan atau ditetapkan oleh LIPI sebagai otoritas keilmuan. Dengan demikian, penyediaan buku panduan metode survei populasi untuk keperluan ini merupakan salah satu yang dimandatkan. Tersebarnya data dan informasi di luar institusi LIPI, juga dengan terlibatnya satker lain selain Pusat Penelitian Biologi sebagai pelaksana harian otoritas keilmuan, juga menyebabkan pertemuan koordinasi menjadi aspek penting dalam penyusunan rekomendasi.
Sumbangan dan peran Pusat Penelitian Biologi-LIPI sebagai wakil Republik Indonesia dalam Convention on Biological Diversity (CBD) telah dinyatakan dalam pertemuan-pertemuan resmi CBD terdahulu, yaitu Conference of the Parties (COP), Subsidiary Body on Scientific, Technical, and Technological Advice (SBSTTA), dan Global Taxonomy Initiative (GTI). National Focal Point (NFP) SBSTTA dan NFP GTI berada di Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan wakil Asia Pasifik dalam Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Sevices (IPBES) pun berada di lembaga ini. Dalam melaksanakan mandat-mandat CBD, diperlukan koordinasi antara NFP SBSTTA dan NFP GTI dengan IPBES serta NFP CBD yang berada di Kementerian Lingkungan Hidup. Periode tahun 2015-2020 merupakan saatnya lembaga dan kementerian terkait mengkoordinasikan penerapan Strategic Plan on Biodiversity 2011-2020 yang dijabarkan ke dalam 20 Target Aichi tentang Keanekaragaman Hayati.
Pemantauan ketercapaian target-target tersebut dan target-target nasional tentang keanekaragaman hayati pun dikoordinasikan dan dikomunikasikan oleh lembaga dan kementerian terkait melalui mekanisme pertemuan-pertemuan pada tingkat Nasional. Ajang pertemuan-pertemuan resmi CBD dijadwalkan oleh Sekretaris Pelaksananya (Executive Secretary) untuk IPBES dijadwalkan oleh Ketuanya (Chair).
Sumbangan dan peran Pusat Penelitian Biologi LIPI di dalamnya yang berupa informasi mengenai penerapan dan pemantauan ketercapaian target-target keanekaragaman hayati akan dipersiapkan dengan membahas status, permasalahan, kendala, dan perkembangan-perkembangan terkini dengan para pakar dan instansi-instansi terkait. Keterwakilan Republik Indonesia dalam pertemuan-pertemuan CBD dan IPBES pun akan dipersiapkan untuk menunjukkan komitmen dan kepedulian akan keanekaragaman hayati sebagai aset yang dimanfaatkan harus secara berkelanjutan dan dilestarikan keberadaannya.
Tujuan:
1. LIPI sebagai SA dan National Focal Point yang salah satu tugasnya adalah pemberian rekomendasi terkait dengan pengelolaan SDH, maka perlu diperkuat dari segi kelembagaan, untuk tujuan antara lain:
2. Keterlibatan dalam pembuatan konsep Peraturan-peraturan yang mengatur pengelolaan keanekaragaman hayati,
3. Pembentukan SDM yang handal yang mampu menguasai materi yang terkait dengan pengelolaan SDH dan penguatan tenaga ahli taksonomi flora, fauna dan mikroba.
4. Peningkatan fasilitas database dan sistem informasi untuk memperkuat akses data keanekaragaman hayati untuk tingkat Nasional, Regional dan
26
lokal yang akan menjadi salah satu simpul Clearing House Mechanism (CHM).
5. Memberikan saran, masukan dan rekomendasi berbagai konvensi Nasional dan Internasional di bidang SDH, seperti CBD, CITES, SBSTTA dan GSPC.
6. Peningkatan kapasitas penelitian taksonomi, pemanfaatan bioresources dan lainnya melalui training dan workshop khususnya untuk wilayah Asia adalah: Asean Horch, Asean Cost, Humanosphere Science School dan IPBES.
Ruang Lingkup:
Ruang Lingkup kegiatan Penguatan Kelembagaan dalam melaksanakan mandat sebagai Otoritas Keilmuan terkait Keanekaragaman Hayati yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Biologi adalah :
1. Pusat Penelitian Biologi-LIPI sebagai Otoritas Ilmiah dalam penentuan kuota perdagangan Tumbuhan dan Satwaliar yang mengacu sesuai dengan CITES.
2. Peran National Focal Point GTI, SBSTTA, IPBES dalam rangka melaksanakan mandat Convention On Biological Diversity (CBD) di kancah Nasional dan Internasional.
3. Kelembagaan Penunjang Penelitian Keanekaragaman hayati: kegiatan yang terwadahi di dalamnya adalah kegiatan fokal poin lain di luar CBD, CITES, GTI dan IPBES, yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati ditingkat Asean: misalnya Asean Cost, Asean Horch, dan Asean Conference on Microbiology.
4. Penguatan peran Kebun Raya Bogor sebagai National Focal Point GSPC (Global Strategy for Plant Conservation)
5. Bioetika dan Etika Keilmuan: merupakan ilmu untuk mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi kepunahan manusia. Dalam perkembangannya bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu-isu tentang nilai-nilai dan etika yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi serta biomedis.
6. Program MAB Indonesia: pengembangan kawasan Cagar Bisofer Indonesia sebagai model pengelolaan kawasan dan untuk pemanfaatan berkelanjutan
Tabel 2. Daftar Kegiatan Penelitian 2016
No. Judul Kegiatan Penanggung Jawab
1 Pembangunan Tekno Park LIPI Berbasis Pemanfaatan Bioresources Indonesia di Kabupaten Tasikmalaya
Ir. Ahmad Jauhar Arief, M.Sc.
2 Pemanfaatan Berkelanjutan Umbi Lokal Indonesia dan Jamur Pangan sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif dan Pangan Fungsional
Yati Sudaryati Soeka, S.Si.
3 Potensi Bakteri Asam Laktat Lokal untuk Industri Berbasis Mikroorganisme
Rini Handayani, S.Si. 4 Pemanfaatan Bioresorces Buah-Buah dan Kebun Plasma
Nutfah
27
No. Judul Kegiatan Penanggung Jawab
5 Induksi Autotetraploid uada Tanaman Pangan Untuk Peningkatan Biomassa dan Penyediaan Induk Silangan dalam Rekayasa Varietas Triploid
Tri Handayani, M.Si.
6 Proses Domestikasi Ikan Brek (Barbonymus balleroides) dalam Rangka Diversifikasi Komoditas Ikan Budidaya Asli Indonesia
Drs. Haryono, M.Si.
7 Pemanfaatan Mikroba Terpilih untuk Peningkatan Kualitas Tanaman, Tanah, serta Produktivitas Pertanian sebagai Basis Sistem Pertanian Berkelanjutan
Dr.rer.nat. Sarjiya Antonius
8 Pemanfaatan Tanaman Pangan Lokal yang dapat Beradaptasi Terhadap Perubahan Iklim (Umbi-Umbian, Kacang-Kacangan, Serealia)
Dr. Nuril Hidayati, Th.
9 Pengembangan Budidaya Serangga sebagai Agen
Pengendalian Hayati pada Tanaman Kedelai di Pulau Jawa
Vani Nur Oktaviany Subagyo, SP. 10 Keragaman Mikrobia Penghidrolisa Senyawa Rekalsitran
untuk Bioremediasi dan Penghasil Materiald dan Energi Terbarukan
Drs. Maman Rahmansyah
11 Pengembangan Model Penangkaran Satwaliar Dr. Ir. Wartika Rosa Farida,
M.Sc. 12 Pengujian Isolat Bakteriofag Terseleksi dalam Membersihkan
Biofilm Bakteri Resisten Terhadap Antibiotik dan Disinfektan
Evi Triana, S.Si., M.Kes. 13 Pengembangan Obat Herbal Terstandar dan Senyawa
Fungsional Untuk Kesehatan
Kartika Dyah Palupi, S.Farm. 14 Keanekaragaman Biota dan Potensi Biota di Nusa Tenggara Dr. Himmah Rustiami, SP.,
M.Sc.
15 Keanekaragaman dan Sebaran Krustasea di Nusa Tenggara Dr. Ir. Daisy Wowor, M.Sc. 16 Inventarisasi Keanekaragaman dan Potensi Flora, Jamur,
dan Lumut di Bali
Ida Haerida, M.Si.
17 Inventarisasi dan Pemetaan Fauna Jawa Ir. Heryanto, M.Sc.
18 Revisi Taksa Terpilih Moluska Ir. Ristiyanti Marsetiyowati
Marwoto, M.Si. 19 Management Konservasi Satwaliar Melalui Aspek
Reproduksi
Ir. Wirdateti, M.Si. 20 Karakterisasi Tipe Ekosistem dan Valuasi Keanekaragaman
Hayati Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia
Drs. Edi Mirmanto, M.Sc. 21 Pengungkapan Bioresources Burung di Pulau Kecil dan
Pulau Terluar di Indonesia
Dr. Ir. Dewi Malia Prawiradilaga, M.Sc.
22 Kajian Spesies Flora Fauna Invasif Dr. Sunaryo
23 Pengukuran Hilangnya Keanekaragaman Flora di Indonesia (Bioregion Kalimantan)
Dr. Tika Dewi Atikah 24 Monitoring Jangka Panjang Ekosistem Hutan di Indonesia
(Kalimantan)
Dr. Ruliyana Susanti, M.Si. 25 Monitoring Ekosistem Karst Jawa untuk Pemanfaatan
Berkelanjutan Berbasis Keanekaragaman Hayati
Pungki Lupiyaningdyah, S.Si., M.Sc.
26 Karbon Stok di Dua Tipe Ekosistem Hutan Dr. Laode Alhamd
27 Layanan Dukungan Manajemen Administrasi Penelitian M. Nasrun Sasmita, SE., M.Si.
28 Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Puslit. Biologi Lukman Budiman, M.Hum. 29 Penguatan Kelembagaan P2 Biologi sebagai Otoritas Ilmiah
dalam Cites dan Indonesia Birdbanding Scheme
Eko Sulistyadi, M.Si.
30 Kelembagaan Penunjang Penelitian Kehati Dr. Joeni Setijo Rahajoe
31 Penguatan Peran Kebun Raya Bogor sebagai National Focal Point GSPC (Global Strategy for Plant Conservation): Penekanan pada Target 2, 8 dan 14 Serta Capacity Building GSPC
Rosniati Apriani Risna, M.Si
28
No. Judul Kegiatan Penanggung Jawab
33 Penguatan Kelembagaan Melalui Peran National Focal Point GTI dan SBSTTA serta Wakil IPBES Dalam Rangka
Melaksanakan Mandat Convention On Biological Diversity (Cbd) Di Kancah Nasional dan Internasional
Dr.rer.nat. Evy Ayu Arida
34 Diseminasi Pupuk Organiki Hayati (POH): Sosialisasi, Pemberdayaan dan Alih Teknologi untuk Kemandirian dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Dr.rer.nat. Sarjiya Antonius
35 Program MAB Indonesia: Pembangunan dan Pengembangan Cagar Bisofer Indonesia sebagai Model Pengelolaan
Kawasan dan Pembangunan Berkelanjutan
Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto
36 Kajian Bioresources Indonesia (Flora, Fauna, Mikroba) Dr. Amir Hamidy
37 Indobiosys Halimun Jawa Barat Prof. Dr. Rosichon
Ubaidillah, M.Phill.
38 NKRI/Papua Hari Nugroho, S.Si.
39 Upaya Penguatan Stasiun Penelitian dan Alih Teknologi LIPI di Wamena
Ir. Albert Husein Wawo, M.Si.
40 Molekul Identifikasi Mikroba Potensial di Pulau Terluar Muhammad Ilyas, M.Si. 41 Molekul Identifikasi Fauna Potensial di Pulau Terluar Ir. Moch. Syamsul Arifin
Zein, M.Si.
42 Molekul Identifikasi Flora Potensial di Pulau Terluar Dr. Marlina Ardiyani 43 Screening Hasil Eksplorasi Pulau Terluar dan Sumberdaya
Hayati Pandan Indonesia
Dewi Wulansari, M.Sc.
44 Bioprospeksi Insekta Dr. Andria Agusta
45 Biohealth Dr. Atik Retnowati, SP., M.Si.
46 Anobin Dr. Achmad Dinoto
47 Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hayati Asal Pulau Sumba dan Sulbar Sebagai Bahan Baku Produk Biomaterial
48 Diseminasi Informasi Hasil Penelitian Dr. Ruliyana Susanti, M.Si.
49 Diseminasi Pulau Terluar Vera Budi Lestari, S.S.,
M.Hum.
50 Bioetika Dan Etika Keilmuan Prof. Dr. Eko Baroto Walujo
51 Pengelolaan Koleksi di Herbarium Bogoriense (BO) Arief Hidayat, M.Si. 52 Pengelolaan Koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) M. Rofik Sofyan, S.Si.,
M.Hum. 53 Penguatan Indonesian Culture Collection (Inacc) untuk
Mendukung Biological Resources Center Berbasis Mikroorganisme
Dian Alfian Nurcahyanto, S.Si.
54 Pengayaan Koleksi Flora dan Fauna dari Ekoregion Papua dan Pembangunan Fasilitas Koleksi dan Infrastruktur Lainnya dalam Kebun Biologi Wamena
Ir. Albert Husein Wawo, M.Si.
55 Pengembangan Museum Pamer: Museum Etnobotani Indonesia
Septiani Dian Arimukti, S.Hut.
56 Pengembangan Museum Zoologi Bogor Martua Hasiholan Sinaga
57 Pengembangan INABIF Pesigrihastamadya
Normakristagaluh, M.Kom.
58 Layanan Iptek Biologi Agus Wiaga, SE., MM.
59 Layanan Perkantoran (Pembayaran Gaji dan Tunjangan, Operasional dan Pemeliharaan Kantor
Agus Wiaga, SE., MM. 60 Pengadaan Perangkat Pengolah Data, Komunikasi, Peralatan
dan Fasilitas Perkantoran, Dan Gedung/Bangunan
Agus Kundarmasno, SE.
2.5. Penetapan Kinerja 2016
Target yang akan dicapai dalam penetapan kinerja adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar
29
penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Pusat Penelitian Biologi-LIPI telah membuat Perjanjian Kinerja tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2016.
Penetapan Kinerja Pusat Penelitian Biologi-LIPI tahun 2016 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2015-2019. Untuk mengukur kinerja telah ditetapkan Perjanjian Kinerja yang mencakup sembilan sasaran strategis yang ingin dicapai oleh LIPI dengan berbagai macam indikator kegiatan di setiap sasaran strategisnya.
Sasaran strategis yang pertama adalah meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing bangsa berbasis hasil penelitian dengan menggunakan 18 indikator seperti jumlah sitasi, jumlah paten, jumlah jenis baru, jumlah publikasi sampai jumlah jasa iptek yang digunakan oleh publik.
Sasaran strategis kedua adalah meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing industri dengan satu indikator yaitu jumlah UKM yang terbina.
Sasaran strategis ketiga adalah meningkatnya rekomendasi kebijakan berbasi hasil penelitian dengan satu indikator berupa saran kebijakan/rekomendasi dan timbangan ilmiah yang dihasilkan.
Sasaran strategis keempat adalah meningkatnya Peranan LIPI sebagai penyedia infrastruktur riset nasional dengan sembilan indikator dari jumlah teknologi/hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh publik, produk hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh publik sampai layanan bimbingan untuk S1, S2, S3, dan bimbingan PKL. Selain itu lokasi diseminasi dan sarana prasaran yang digunakan bersama mitra juga menjadi indikator untuk mencapai sasaran strategis tersebut. Sasaran strategis kelima adalah meningkatnya hasil penelitian yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya dan perlindungan Lingkungan dengan 15 indikator dari jumlah koleksi, penambahan spesimen sampai produk formulasi pupuk organik hayati dan kegiatan uji cepat POH tersebut.
Sasaran strategis keenam adalah meningkatnya jejaring kerjasama ilmiah Nasional dan Internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan dengan sembilan indikator meliput jumlah perjanjian kerjasama, individu yang menduduki posisi strategis di tingkat Nasional dan Internasional.
Sasaran strategis ketujuh adalah meningkatnya rujukan ilmiah dan informasi iptek yang diakses masyarakat yang menggunakan 11 indikator dari jumlah pembaharuan website, jumlah publikasi ilmiah seperti e-journal, pertemuan yang diselenggarakan baik tingkat Nasional dan Internasional. Selain itu, sebagai bagian dari hubungan Internasional, peran sebagai National Focal Point juga menjadi indikator untuk mencapai sasaran strategis ketujuh ini.
Sasaran strategis kedelapan adalah meningkatnya pengembangan kompetensi SDM penelitian Indonesia dengan empat indikator dari kontribusi peneliti di tingkat global sampai kegiatan pelatihan yang diikuti oleh para peneliti. Sasaran strategis yang terakhir adalah terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dengan indikator dokumen perencanaan dari PK, RKA-KL. laporan kinerja sampai jumlah SDM yang mengikuti pelatihan kedinasan dan fungsional lainnya.
30