• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Kinerja Tahun 2016"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Laporan Kinerja

6

Pusat Penelitian Biologi LIPI

(3)

i

Tim Penyusun

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN BIOLOGI 2016

Pelindung : Dr. Ir. Witjaksono, M.Sc.

Penanggung Jawab : Dr. Hari Sutrisno

Dr. Joeni Setijo Rahajoe, M.Sc. Dr. Atit Kanti M.Sc.

Agus Wiaga S.E. M.M.

Penyusun : Dr. Cahyo Rahmadi Dr. Deby Arifiani

Dr. Joeni Setijo Rahajoe, M.Sc. Dr. Ruliyana Susanti

Dr. Hari Nugroho Tri Haryoko, M.Si.

Dr. R. Taufiq Purna Nugraha, M.Si. Dr. Novik Nurhidayat

Rini Riffiani, M.Si. Nur Laili, M.Si. Dr. Yuliar M.Eng.

Surinta B. Sembiring, S.Sos., M.M Dra. Esti Wisnawati

(4)

ii

Kata Pengantar

Salah satu bentuk pertanggung-jawaban kinerja dari satuan kerja yang diminta oleh pemerintah adalah Laporan Kinerja (LKj). Laporan Kinerja 2016 ini, seperti LKj sebelumnya, menguraikan capaian dari target yang telah disepakati dalam Penetapan Kinerja 2016. Output yang dicapai dalam mengisi PK 2016 berasal dari kegiatan DIPA 2016 maupun dari kegiatan lain seperti kerjasama penelitian dengan institusi lain baik dari dalam maupun dari luar negeri, pelayanan sebagai nara sumber, dan lain lain.

Pusat Penelitian Biologi adalah satuan kerja di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam identifikasi, koleksi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati. Capaian-capaian signifikan terkait tugas pokok dan fungsi tersebut dijelaskan secara singkat dalam laporan ini sehingga angka-angka dan persentase capaian sesuai PK dapat dipahami dalam konteksnya. Sebagai contoh pada tahun 2016 Pusat Penelitian Biologi berhasil menemukan jenis baru sebanyak 31 jenis dari kelompok flora, fauna dan mikroba. Penemuan jenis baru ini membuka peluang pemanfaatan bagi jenis ini untuk pemuliaan tanaman maupun penelitian untuk mencari sumber obat. Tanpa identifikasi jenis yang jelas dan pasti, maka informasi yang dikumpulkan dari suatu jenis bisa dikaburkan dengan jenis yang serupa tetapi berbeda.

Dalam perjalanan kegiatan tahun 2016, dinamika anggaran terkait kebijakan pemerintah sangat tinggi dan sudah terjadi sejak awal tahun. Setiap kebijakan selalu kita

ikuti dengan exercise penyesuaian terhadap kebijakan dan dilanjutkan dengan self blocking mata anggaran terkait. Dinamika ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan, dan walaupun pada akhirnya self blocking yang menjadi pemotongan anggaran hanya bernilai sekitar Rp 1.280.000.000 yang mencakup Rp. 901.069.000 berupa belanja barang dan Rp. 378.981.000 berupa belanja modal.

Kami berupaya menyampaikan laporan yang terbaik yang bisa kami buat. Namun, tidak ada gading yang tak retak, karena itu kritik dan saran dari para stakeholder yang berkepentingan terhadap laporan ini kami harapkan untuk perbaikan laporan-laporan pada tahun-tahun selanjutnya.

Bogor, Januari 2017

Kepala Pusat Penelitian Biologi

Dr. Witjaksono M.Sc

(5)

iii

Ringkasan Eksekutif

Kegiatan Pusat Penelitian di Pusat Penelitian Biologi pada tahun 2016 berpedoman pada Rencana Implementatif 2015-2019 Pusat Penelitian Biologi dan Rencana Strategis LIPI 2015-2019. Pusat Penelitian Biologi, secara khusus ditugaskan untuk melakukan penelitian di bidang biologi. Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik, sistematis dan implementatif, Pusat Penelitian Biologi menetapkan 5 (lima) sasaran utama dalam upaya mencapai tujuan yang dipandang sangat strategis, yaitu:

1. Mengembangkan koleksi keanekaragaman hayati sebagai sumber rujukan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya hayati (Bioresources);

2. Memperkuat kompetensi inti melalui peningkatan profesionalisme peneliti di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan hayati ditingkat Internasional;

3. Meningkatkan kontribusi lembaga untuk menjawab permasalahan keanekaragaman hayati di tingkat Nasional dan Internasional;

4. Meningkatkan sarana dan prasarana penelitian dan infrastruktur sesuai dengan standar ilmiah; dan

5. Meningkatkan jejaring kerjasama dan pelayanan dalam bidang SDH untuk pemangku kepentingan Nasional dan Internasional.

Tugas yang melekat lainnya adalah keterlibatan dalam berbagai kegiatan terkait dengan komitmen di tingkat Nasional dan Internasional. Pusat Penelitian Biologi saat ini dipercaya sebagai lembaga yang bertanggung jawab sebagai pemegang otoritas ilmiah di bidang CITES (Convention on International trade of Endangered Spesies) dimana setiap tahun harus mengajukan rekomendasi untuk jenis-jenis hidupan liar yang diperdagangkan. Pusat Penelitian Biologi juga bertanggung jawab atas pelaksanaan program UNESCO yaitu sebagai National Focal Point MAB (Man and the Biosphere) UNESCO, disamping beberapa tugas lain terkait dengan konvensi keanekaragaman hayati dunia (CBD - Convention on Biological Diversity) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia beserta kegiatan turunannya seperti GTI (Global Taxonomy Initiative), Flora Malesiana dan lain-lain.

Sebagai tindak lanjut dari Rencana Strategis LIPI 2015-2019 dan Rencana Koordinatif Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, maka Pusat Penelitian Biologi menetapkan empat program pokok, yaitu:

1. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia 2. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia

3. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi keanekaragaman hayati Indonesia

(6)

iv

Empat program yang telah disusun oleh Pusat Penelitian Biologi tersebut saling terkait dan menunjang dalam upaya menghasilkan output dan outcome yang nyata, besar dan signifikan. Program tersebut disusun dengan harapan dapat menjadi salah satu solusi pemecahan permasalahan bangsa yang terkait dengan kekayaan hayati atau bioresources Indonesia.

Pusat Penelitian Biologi merupakan sebuah lembaga dengan jumlah staf mencapai 416 orang ditambah pegawai tidak tetap yang membantu berbagai kegiatan. Sebagai sebuah lembaga penelitian, Pusat Penelitian Biologi mempunyai mempunyai jumlah peneliti sebanyak 156 peneliti dan 28 teknisi untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam bidang riset biologi, yang didukung oleh sumberdaya manusia dibidang fungsional umum, arsiparis, pustakawan dan kelompok struktural. Aset fisik berupa gedung dan fasilitas penelitian berupa berbagai peralatan serta sarana lain. Anggaran dan realisasi belanja yang mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi pada Pusat Penelitian Biologi tahun anggaran 2016 bersumber dari anggaran DIPA dan Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) dengan nilai awal perencanaan sebesar Rp. 125.542.312.000. Kebijakan penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah mengakibatkan berkurangnya Pagu Akhir DIPA Pusat Penelitian Biologi menjadi sebesar Rp. 122.986.597.000. Total anggaran yang dapat dipergunakan sampai akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp. 121.706.597.000. (Blokir sebesar Rp. 1.280.000.000 ). Dari total anggaran tersebut dapat direalisasikan sebesar Rp. 120.624.201.000 atau 99.11%.

Program Pusat Penelitian Biologi yang tertuang dalam Rencana Implementatif 2015-2019 terdiri dari 4 (empat) program pokok yang menjadi payung bagi kegiatan-kegiatannya. Program-program tersebut terbagi kedalam 13 komponen kegiatan dengan total sejumlah 60 sub-kegiatan, berupa kegiatan penelitian, penelitian prioritas kedeputian IPH, kelembagaan dan pengembangan SDM. Capaian kinerja penting (dari IKU – (Indikator Kinerja Utama) yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Biologi pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Publikasi penelitian

2. Pemanfaatan hasil penelitian dan HKI bidang ilmu hayati 3. Pengguna jasa LIPI

4. Kerjasama riset dan layanan ilmiah bidang ilmu hayati

5. Rekomendasi kebijakan/timbangan ilmiah/keputusan terkait bidang ilmu hayati

6. Pemanfaatan teknologi, produk, koleksi, sarana dan prasarana penelitian bidang ilmu hayati oleh publik

7. Teknologi/ konsep/ model/ jenis produk yang bernilai tambah 8. Jejaring dan kerjasama Nasional dan Internasional

9. Diseminasi informasi, pemasyarakatan IPTEK dan pengelolaan e-jurnal 10.Pengembangan kompetensi SDM penelitian

11.Tata Kelola Administrasi/Ketatausahaan

(7)

v

(8)

vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Kondisi Umum Organisasi ... 2

1.1.a. Reorientasi Peran Pusat Penelitian Biologi ... 2

1.1.b. Profil Sumber Daya Manusia Pusat Penelitian Biologi ... 4

1.1.c. Sarana dan pengembangan Laboratorium... 7

1.1.d. Keuangan ... 8

1.2. Permasalahan Utama ... 8

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA ... 10

2.1. Rencana Strategis Tahun 2015-2019 ... 10

2.2. Kebijakan ... 10

2.3. Strategi ... 11

2.4. Program dan Kegiatan (sama dengan hal 25-26) ... 13

A. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia ... 14

B. Pemanfaatan Bioresources Indonesia ... 19

C. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi bioresources Indonesia ... 22

D. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan ... 23

2.5. Penetapan Kinerja 2016 ... 28

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 2016 ... 30

3.1. Capaian Kinerja Organisasi ... 30

3.1.1. Akuntabilitas Kinerja ... 30

3.1.2. Analisis dan Evaluasi Kinerja Tahun 2016 ... 30

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap dayasaing bangsa berbasis hasil penelitian dan layanan ... 30

Sasaran Strategis 2. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing industri ... 51

Sasaran Strategis 3 Meningkatnya rekomendasi berbasis hasil penelitian ... 52

Sasaran Strategis 4. Meningkatnya peranan LIPI sebagai penyedia infrastruktur riset nasional ... 53

Sasaran Strategis 5. Meningkatnya hasil penelitian yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya Alam dan perlindungan lingkungan ... 58

Sasaran Strategis 6. Meningkatnya jejaring dan kerjasama ilmiah Nasional dan Internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan ... 64

Sasaran Strategis 7. Meningkatnya rujukan ilmiah dan informasi iptek yang diakses masyarakat. ... 69

(9)

vii

Sasaran Strategis 9. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik ... 72

3.1.3. Analisis efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya ... 73

3.1.4. Evaluasi Capaian Renstra 2015-2019 ... 74

3.2. Realisasi Anggaran ... 82

(10)

viii

Daftar Tabel

Tabel 1. Data anggaran Pusat Penelitian Biologi Tahun 2016. ... 8

Tabel 2. Daftar Kegiatan Penelitian 2016... 26

Tabel 3. Daftar Paten yang terdaftar dan Paten yang dikabulkan Tahun 2016 ... 31

Tabel 4 Daftar jenis baru Pusat Penelitian Biologi 2016 ... 37

Tabel 5. Rincian jumlah starter bakteri POH yang dimanfaatkan. ... 47

Tabel 6. Capaian untuk Sasaran Strategis LIPI No 1. ... 50

Tabel 7. Daftar Badan Usaha Kecil dan Menengah yang berkerjasama dalam pengembangan potensi usaha yang berkelanjutan. ... 52

Tabel 8. Capaian untuk Sasaran Strategis LIPI No 2. ... 52

Tabel 9. Capaian untuk Sasaran Strategis LIPI No 3. ... 53

Tabel 10. Realisasi Sasaran Strategis 4. ... 57

Tabel 11. Rekapitulasi Produksi POH (liter) yang telah di diseminasikan ke 13 lokasi ... 61

Tabel 12. Realisasi Sasaran Strategis LIPI No 5 ... 63

Tabel 13. Realisasi Sasaran Strategis LIPI No. 6. ... 68

Tabel 14. Reaslisasi Sasaran Startegis LIPI No. 7. ... 70

Tabel 15. Realisasi Sasaran Strategis LIPI No. 8 ... 71

Tabel 16. Realisasi Sasaran Strategis LIPI No. 9 ... 73

Tabel 17. Daftar Revisi Anggaran Puslit Biologi-LIPI Terkait Penghematan Anggaran Tahun Anggaran 2016. ... 74

Tabel 18. Komposisi Penghematan Anggaran dan Selfblocking pada Puslit Biologi-LIPI Tahun Anggaran 2016. ... 74

Tabel 19. Data Realisasi sampai 2016 dibandingkan dengan target Rencana Implementatif 2015-2019. ... 76

Tabel 20. Jumlah Pagu Anggaran dan Realisasi DIPA Pusat Penelitian Biologi untuk Tahun Anggaraan 2016. ... 82

Tabel 21. Jumlah Pagu Anggaran Kedeputian IPH-LIPI Dibandingkan dengan Pagu Puslit Biologi-LIPI Tahun Anggaran 2016. ... 83

Tabel 22. Daftar Revisi Anggaran Puslit Biologi-LIPI Terkait Penghematan dan Selfblocking Anggaran Tahun Anggaran 2016. ... 83

Tabel 23. Realisasi Penyerapan DIPA Pusat Penelitian Biologi Tahun Anggaran 2015-2016 per-Jenis Belanja. ... 83

(11)

ix

(12)

x

Daftar Gambar

Gambar 1. Struktur organisasi Pusat Penelitian Biologi ... 3

Gambar 2. Jumlah pegawai berdasarkan bidang eselon 3 ... 4

Gambar 3. Jumlah pegawai Pusat Penelitian Biologi berdasarkan pangkat dan golongan tahun 2016 ... 4

Gambar 4. Jumlah pegawai Pusat Penelitian Biologi berdasarkan jenjang pendidikan tahun 2016 ... 5

Gambar 5. Jumlah pegawai Pusat Penelitian Biologi berdasarkan jabatan fungsional 2016 ... 5

Gambar 6. Perbandingan jumlah Jabatan Fungsional Peneliti di setiap tingkat jabatan. ... 6

Gambar 7. Perbandingan jumlah Jabatan Fungsional Peneliti berdasarkan Bidang. .... 6

Gambar 8. Grafik Komposisi Pagu Anggaran Puslit Biologi-LIPI Berdasarkan Sumber Dana ... 8

Gambar 9. Bangun Pilar Rencana Implemetatif Pusat Penelitian Biologi 2015-2019 menuju sasaran dan target Pusat Penelitian Biologi ... 12

Gambar 10. Sitasi Publikasi Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI 2015-2016 ... 31

Gambar 11. Varietas Pisang Mas Soponyono Tetraploid ... 32

Gambar 12. Varietas Pisang Rejang Hibrid Triploid ... 32

Gambar 13. Jenis-jenis baru dari kelompok ikan. ... 33

Gambar 14. Jenis baru mamalia. ... 33

Gambar 15. Salah satu jenis baru dari famili Begoniaceae, Begonia semongkatensis. . 33

Gambar 16 Jenis baru Murraya cyclopensis (Rutaceae). ... 34

Gambar 17 Jenis baru anggrek, Bulbophyllum leucoglossum: A habitat dan perawakan, B-D bunga. Dendrobium centrosepalum: E habitat dan perawakan, F-H perbungaan dan bunga (Foto: V. Droissart). ... 35

Gambar 18 Jenis baru aktinomisetes, Actinoplanes bogoriensis... 36

Gambar 19 Jenis baru kapang Erysiphe sidae ... 36

Gambar 20 Jenis baru kapang Erysiphe baliensis ... 36

Gambar 21. Target , Capaian dan Prosentase Realisasi Publikasi Pusat Penelitian Biologi LIPI 2016. ... 41

Gambar 22. Kontribusi Publikasi Pusat Penelitian Biologi LIPI 2016. ... 42

Gambar 23. Publikasi Pusat Penelitian Biologi 2016 Berdasarkan Bidang Keilmuan. 42 Gambar 24. Perbandingan capaian publikasi tahun 2015-2016. ... 43

(13)

xi

Gambar 26. Peta Bioresources dalam bentuk buku Keragaman Kumbang Stag di Pulau Jawa. ... 44 Gambar 27. Peta bioresources status distribusi jenis-jenis endemik berdasarkan

kelompok suku di Kalimantan Utara ... 45 Gambar 28. Starter bakteri untuk produksi pupuk organik hayati (POH). ... 46 Gambar 29. Kunjungan Bupati Tasikmalaya dan jajaran Pemda ke TP Tasikmalaya. .. 48 Gambar 30. Persiapan media pengembangan budidaya jamur pangan dan sungkup

untuk budidaya tanaman hortikultura. ... 49 Gambar 31. Kunjungan siswa ke TP Tasikmalaya. ... 49 Gambar 32. Capaian Pengguna Jasa Pusat Penelitian Biologi LIPI 2015-2016 ... 50 Gambar 33. LIPI sosialisasikan proses pembuatan POH dan kegiatan diseminasi

dalam rangka optimalisasi IPTEK untuk pengembangan potensi daerah. 54 Gambar 34. Pelatihan dan perbanyakan bibit jati Platinum... 55 Gambar 35. Team Ekspedisi ke Gunung Gandang Dewata Sulawesi Barat dan

Tambrauw, Papua Barat 2016. ... 59 Gambar 36. Paket teknologi produksi bibit jati secara vegetatif dengan teknik in vitro

(kultur jaringan). ... 60 Gambar 37. Hasil isolasi ekstraksi bioresources dari tumbuhan jamur endofit yang

memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan untuk bahan obat. ... 62 Gambar 38. Data kerjasama di Pusat Penelitian Biologi tahun 2016 (LN: Luar Negeri

dan DN: Dalam Negeri). Kerjasama sedang berjalan adalah perjanjian kerjasama yang masih berlaku di tahun 2016. ... 64 Gambar 39. Keikut sertaan peneliti Pusat Penelitian Biologi sebagai delegasi Republik

Indonesia dalam pertemuan SBSTTA ke-20 di Montreal, Kanada. ... 65 Gambar 40. Keikut sertaan peneliti Pusat Penelitian Biologi dalam pertemuan Flora

Malaesiana ... 65 Gambar 41. Keikut sertaan peneliti Pusat Penelitian Biologi sebagai delegasi Republik

Indonesia dalam pertemuan COP CBD ke-13 ... 66 Gambar 42. Kegiatan pertemuan ilmiah Internasional The 6th International

Symposium on Asian Vertebrate Species Diversity yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Biologi. ... 66 Gambar 43. Kegiatan pertemuan ilmiah tingkat nasional yang diselenggarakan oleh

(14)
(15)

1

BAB I. PENDAHULUAN

Setelah bangsa Indonesia merdeka, pemerintah menyadari pentingnya ilmu pengetahuan sebagai basis untuk mendorong kemajuan ekonomi bangsa Indonesia. Atas dasar itu maka pada tahun 1956 pemerintah, mendirikan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) melalui ketetapan Undang Undang Nomor 6 Tahun 1956, tanggal 8 Maret 1956. Kemudian dalam perjalanannya, majelis ini berubah dari badan otonom menjadi lembaga pemerintah di lingkungan Departemen Urusan Nasional (DURENAS) untuk melaksanakan tugas teknik operasional penelitian dan pengembangan melalui berbagai lembaga penelitian yang ada dilingkungannya, termasuk Lembaga Biologi Nasional (LBN). Selanjutnya, pada tahun 1966, dilakukan penyederhanaan aparatur Negara dan sebagai konsekuensinya, DURENAS diubah menjadi Lembaga Research Nasional (LEMRENAS). Ketaatan pada asas Negara dan pada prinsip penyederhanaan telah melandasi Keputusan Pimpinan MPRS Nomor 18/B/1967, pada tanggal 16 Februari 1967 untuk melebur LEMRENAS dan MIPI menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Selanjutnya LIPI dikukuhkan keberadaannya melalui Keputusan Presiden Nomor 128 Tahun 1967 pada tanggal 23 Agustus 1967 dengan tugas pokok sebagai berikut:

1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia pada umumnya dan rakyat Indonesia khususnya;

2. Mencari kebenaran ilmiah, di mana kebebasan ilmiah diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;

3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (Academy of Science).

(16)

2

satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) baru, UPT Balai Litbang Biomaterial yang asalnya merupakan kelompok penelitian di Pusat Penelitian Bioteknologi.

1.1.

Kondisi Umum Organisasi

Pusat Penelitian Biologi-LIPI mencanangkan visinya menjadi pusat rujukan ilmiah keanekaragaman hayati berkelas dunia dan pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini adalah sebuah tantangan yang perlu didukung oleh nilai-nilai handal baik dalam berorganisasi maupun dalam merencanakan dan mengaplikasikan kegiatan-kegiatan penelitiannya melalui penelitian dasar dan penelitian terapan. Dalam menjalankan visinya Pusat Penelitian Biologi-LIPI terbagi menjadi tiga bidang yaitu: Bidang Zoologi Museum Zoologicum Bogoriense , Bidang

Botani Herbarium Bogoriense dan Bidang Mikrobiologi Indonesian Culture Collection (InaCC) di kawasan Cibinong Science Center. Kini Pusat Penelitian Biologi-LIPI memiliki sarana pusat penyimpanan material botani, fauna, dan mikroba Indonesia (Bio-Resource Center) yang menjadi rujukan bagi masyarakat di seluruh dunia. Hasil ekspedisi kini dapat dipelajari dengan lebih seksama dan penemuan species baru bahkan marga baru terus berlanjut. Hasil penelitian ini telah mampu memberitahukan kepada dunia, bahwa Indonesia adalah salah satu negeri terkaya di bidang keanekaragaman hayati. Negeri kita mempunyai posisi strategis bagi peneliti di seluruh dunia dan memiliki peluang untuk turut ambil bagian dalam menentukan masa depan kehidupan umat manusia di atas planet bumi yang sangat rentan ini.

Arah kebijakan strategis terkait dengan pengelolaan dan pendayagunaan SDH dan lingkungan menjadikan Pusat Penelitian Biologi-LIPI dapat berperan aktif memberikan saran dan rumusan kebijakan kepada pemerintah dalam upaya menjadikan SDH sebagai soko-guru pembangunan berkelanjutan. Meskipun gelombang pasang surut terjadi dalam dinamika sejarah perjuangan bangsa dan diwarnai pergolakan sosial yang kuat, berkat komitmen dan kinerja Pusat Penelitian Biologi-LIPI yang netral, profesional dan beretika, pelaksanaan pembangunan Ilmu Pengetahuan dalam rangka mewujudkan Indonesia yang aman, adil, sejahtera dan bermartabat tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

1.1.a. Reorientasi Peran Pusat Penelitian Biologi

(17)

3

(18)

4

1.1.b. Profil Sumber Daya Manusia Pusat Penelitian Biologi

Sumber daya manusia (SDM) pusat Penelitian Biologi berjumlah 395 orang ditambah Pegawai tidak tetap yang membantu berbagai kegiatan di Pusat Penelitian Biologi. Berdasarkan struktur pegawai, maka komposisi SDM yang ada di Pusat Penelitian Biologi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Jumlah pegawai berdasarkan bidang eselon 3

(19)

5

Gambar 4. Jumlah pegawai Pusat Penelitian Biologi berdasarkan jenjang pendidikan tahun 2016

(20)

6

Gambar 6. Perbandingan jumlah Jabatan Fungsional Peneliti di setiap tingkat jabatan.

Gambar 7. Perbandingan jumlah Jabatan Fungsional Peneliti berdasarkan Bidang.

(21)

7

1.1.c. Sarana dan pengembangan Laboratorium

Sarana dan prasarana yang ada di Pusat Penelitian Biologi relatif sangat besar. Disamping 3 bangunan utama yaitu Museum Zoologi, Herbarium Bogoriense dan InaCC beserta semua peralatan laboratoriumnya, Pusat Penelitian Biologi masih harus memelihara 4 gedung besar lainnya yakni 1 (satu) Gedung Tata Usaha di Cibinong, serta 3 (tiga) lainnya yaitu Gedung Kusnoto, Museum Etnobotani yang dikembangkan namanya menjadi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia dan Museum Pameran Zoologi di Bogor. Pengembangan fasilitas penelitian di Pusat Penelitian Biologi menjadi bagian penting untuk pengembangan riset. Kebijakan Pusat Penelitian pada tahun 2016 ini adalah memperkuat laboratorium sebagai basis aktivitas kegiatan penelitian sehingga upayanya difokuskan pada pengembangan laboratorium yang menjadi inti dari keseluruhan kegiatan Pusat Penelitian Biologi. Kebijakan pengembangan laboratorium ini sejatinya tidak hanya terkait pada pengertian laboratorium secara fisik tetapi juga termasuk di dalamnya SDM dengan kompetensi keilmuannya. Laboratorium-laboratorium dan kelompok penelitian yang terdapat di Pusat Penelitian Biologi adalah sebagai berikut:

1. Bidang botani terdiri atas:

1. Laboratorium Sistematika Tumbuhan

2. Laboratorium Molekuler Sistematika Tumbuhan 3. Laboratorium Morfologi, Anatomi dan Sitologi 4. Laboratorium Etnobotani

5. Laboratorium Ekologi Tumbuhan 6. Laboratorium Fisiologi Tumbuhan 7. Laboratorium Kimia Bahan Alam

8. Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tumbuhan 9. Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tumbuhan 2. Bidang Zoologi terdiri atas:

1. Laboratorium Biosistematika Mamalia 2. Laboratorium Biosistematika Serangga 3. Laboratorium Biosistematika Burung

4. Laboratorium Biosistematika Amfibia dan Reptilia 5. Laboratorium Biosistematika Ikan

6. Laboratorium Biosistematika Krustasea

7. Laboratorium Biosistematika Moluska dan Invertebrata Lain 8. Laboratorium Ekologi hewan

9. Laboratorium Nutrisi dan Penangkaran Satwaliar 10.Laboratorium Genetika Hewan

11.Laboratorium Reproduksi Hewan 3. Bidang Mikrobiologi terdiri atas

(22)

8

1.1.d. Keuangan

Sumber keuangan untuk menunjang kegiatan Pusat Penelitian Biologi secara total berjumlah Rp.122.986.597.000, dengan didalamnya terdapat pemblokiran sebesar Rp. 1.280.000.000. Sejak turunnya pagu awal terjadi beberapa perubahan antara lain dengan turunnya APBNP dan selfblocking anggaran. Sumber keuangan Pusat Penelitian Biologi tahun anggaran 2016 adalah terdiri dari Rupiah Murni dan PNBP (hasil penjualan jasa, kerjasama dan lain-lain).

Gambar 8. Grafik Komposisi Pagu Anggaran Puslit Biologi-LIPI Berdasarkan Sumber Dana

Tabel 1. Data anggaran Pusat Penelitian Biologi Tahun 2016.

Jenis Belanja

Pagu Awal APBNP (Pemotongan

Anggaran)

Penambahan Gaji Pegawai dan Revisi Anjar Jenis Belanja

Blokir Pagu Setelah Blokir *)

51-Belanja Gaji

87.370.335.000 87.370.335.000 90.149.609.000 0 90.149.609.000

52-Belanja Barang

33.153.934.000 29.072.754.000 28.529.898.000 901.069.000 27.628.829.000

53-Belanja Modal

5.018.046.000 3.764.234.000 4.307.090.000 378.931.000 3.928.159.000

TOTAL 125.542.315.000 120.207.323.000 122.986.597.000 1.280.000.000 121.706.597.000

Sumber: Subbagian Keuangan Pusat Penelitian Biologi, 2016

1.2. Permasalahan Utama

Pusat Penelitian Biologi dalam upaya menindaklanjuti mandat Kedeputian IPH telah menetapkan sasaran utama dari seluruh kegiatan penelitiannya Menjadi pusat rujukan ilmiah keanekaragaman hayati berkelas dunia dan pemanfaatannya secara

98% 2%

(23)

9

berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing bangsa . Sasaran Utama menjadi bagian luaran penting yang ditetapkan dalam salahsatu Sasaran Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJMN III 2015-2019 dan Renstra LIPI 2015-2019.

Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik, sistematis dan implementatif, Pusat Penelitian Biologi menetapkan 5 (lima) sasaran utama dalam upaya mencapai tujuan yang dipandang sangat strategis, yaitu:

1. Mengembangkan koleksi keanekaragaman hayati sebagai sumber rujukan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya hayati (Bioresources);

2. Memperkuat kompetensi inti melalui peningkatan profesionalisme peneliti di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan hayati ditingkat Internasional;

3. Meningkatkan kontribusi lembaga untuk menjawab permasalahan keanekaragaman hayati di tingkat Nasional dan Internasional;

4. Meningkatkan sarana dan prasarana penelitian dan infrastruktur sesuai dengan standar ilmiah;

(24)

10

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN

KERJA

2.1. Rencana Strategis Tahun 2015-2019

Pusat Penelitian Biologi pada tahun 2015-2019 telah menentukan sembilan sasaran strategis sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja yang ditetapkan antara Kepala Pusat Penelitian Biologi dan Deputi IPH. Sembilan sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing bangsa berbasis hasil penelitian

2. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing industri 3. Meningkatnya rekomendasi kebijakan berbasis hasil penelitian

4. Meningkatnya peranan LIPI sebagai penyedia infrastruktur riset nasional 5. Meningkatnya hasil penelitian yang berorientasi pada nilai tambah Sumber

Daya dan perlindungan lingkungan

6. Meningkatnya jejaring dan kerjasama ilmiah Nasional dan Internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan

7. Meningkatnya rujukan ilmiah dan informasi iptek yang diakses masyarakat. 8. Meningkatnya pengembangan kompetensi SDM penelitian Indonesia 9. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik

2.2. Kebijakan

Berdasarkan mandat dari Kedeputian IPH dan sesuai tugas serta fungsi Pusat Penelitian Biologi-LIPI dengan mempertimbangkan potensi yang dimilikinya, maka untuk mendukung pencapaian Rencana Koordinatif Kedeputian IPH-LIPI dan Renstra LIPI, Pusat Penelitian Biologi-LIPI mempertimbangkan tiga unsur yang tercantum dalam Sistem Informasi Nasional, yaitu:

1. Penataan kelembagaan iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya tata kelola litbang yang efisien, efektif dan mampu mendorong kreativitas dan profesionalisme masyarakat iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, serta terbangunnya kesadaran iptek dan partisipasi masyarakat yang semakin kuat;

2. Penguatan sumberdaya iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya pusat-pusat keunggulan pengetahuan regional dan tematis yang kompeten dan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan strategis nasional;

(25)

11

modern, institusi finansial, serta otoritas publik yang memfasilitasi struktur jaringan yang mendorong interaksi kreatif dan lingkungan yang atraktif bagi para pekerja pengetahuan (knowledge workers).

Sedangkan dalam kerangka Pengembangan, Penguatan dan Pemanfaatan Iptek Bidang Biologi/Keanekaragaman Hayati memfokuskan pada kegiatan eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi dan valuasi keanekaragaman hayati dan ekosistem dalam rangka:

1. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global dan pencapaian MDGs dan SDGs;

2. Pengelolaan keanekaragaman hayati untuk mengharmoniskan kegiatan konservasi dan pembangunan ekonomi;

3. Pemanfaatan keanekaragaman hayati (bioresources) untuk menjawab tantangan di bidang pangan, kesehatan dan lingkungan;

4. Reklamasi, rehabilitasi dan remediasi lingkungan;

5. Peningkatan kesadaran publik tentang keanekaragaman hayati Indonesia.

Untuk itu dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, maka Pusat Penelitian Biologi-LIPI mengambil kebijakan melalui:

1. Penguatan kompetensi inti yang diharapkan mampu menjawab tantangan yang berubah dengan cepat dan kompleks;

2. Penyusunan program penelitian yang mengedepankan pendekatan inter dan multi–disipliner untuk peningkatan kontribusi Pusat Penelitian Biologi untuk pembangunan nasional;

3. Pemanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada, melalui pelaksanaan aktivitas secara multi disiplin dan dengan pendekatan lintas unit serta pengarahan dan koordinasi yang kuat;

4. Peningkatan jejaring kerjasama dan pelayanan dalam bidang SDH untuk pemangku kepentingan di dalam dan di luar negeri.

2.3. Strategi

Dalam rangka mencapai Tujuan Strategis, Pusat Penelitian Biologi menetapkan 8 (delapan) target yaitu:

1. Meningkatnya kapasitas pengelolaan koleksi spesimen flora dan fauna maupun kultur mikroba sebagai sumber rujukan Nasional dan Internasional untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya hayati (Bioresources) yang target pencapaiannya diukur melalui peningkatan jumlah koleksi, dihasilkannya jumlah catatan baru, ditemukannya jenis baru biota, meningkatnya jumlah koleksi sebagai rujukan baru dan juga manfaat baru; 2. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia yang diukur berdasarkan

peningkatan jenjang pendidikan, jejang jabatan fungsional, jumlah publikasi, permodelan, konsep dan HKI;

3. Terungkapnya potensi kekayaan alam Hayati Indonesia yang diukur berdasarkan jumlah catatan baru dan jenis baru biota, koleksi rujukan baru, dan manfaat baru;

(26)

12

keikutsertaan dalam organisasi dari berbagai pertemuan ilmiah Regional dan Internasional;

5. Tersedianya sarana dan prasarana penelitian yang memenuhi kebutuhan, yang diukur melalui peningkatan jumlah sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan riset, pengembangan, pendidikan dan pelatihan;

6. Terwujudnya tata kelola organisasi yang baik, yang diukur berdasarkan keberhasilan menjalankan ketatalaksanaan organisasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan yang berkualitas dan akuntabel;

7. Menguatnya jejaring antara LIPI dengan pemangku kepentingan baik di dalam maupun luar negeri serta pihak terkait lainnya dalam meningkatkan kinerja lembaga.

Empat program Pusat Penelitian Biologi disusun saling terkait untuk menunjang sasaran Pusat Penelitian Biologi dalam kurun 2015- 2019 yaitu menjadi pusat rujukan ilmiah keanekaragaman hayati berkelas dunia dan pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Penelitian dalam hal ini meliputi aspek penelitian dan studi yang lebih komprehensif serta terintegrasi mengenai status bioresurces Indonesia. Sasaran Pusat Penelitian Biologi tersebut merupakan bagian dari visi LIPI yang secara umum akan menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia. Penjabaran dari program Pusat Penelitian Biologi LIPI di atas dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

Gambar 9. Bangun Pilar Rencana Implemetatif Pusat Penelitian Biologi 2015-2019 menuju sasaran dan target Pusat Penelitian Biologi

Pengembangan sistem

SASARAN KEGIATAN PUSAT PENELITIAN BIOLOGI LIPI

“Menjadi pusat rujukan ilmiah keanekaragaman hayati berkelas dunia dan pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing

(27)

13

2.4. Program dan Kegiatan

Berdasarkan mandat dari Kedeputian IPH dan sesuai tugas serta fungsi Pusat Penelitian Biologi-LIPI dengan mempertimbangkan potensi yang dimilikinya, maka untuk mendukung pencapaian Rencana Koordinatif Kedeputian IPH-LIPI dan Renstra LIPI, Pusat Penelitian Biologi-LIPI mempertimbang tiga unsur yang tercantum dalam Sistem Informasi Nasional, yaitu:

1. Penataan kelembagaan iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya tata kelola litbang yang efisien, efektif dan mampu mendorong kreatifitas dan profesionalisme masyarakat iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, serta terbangunnya kesadaran iptek dan partisipasi masyarakat yang semakin kuat;

2. Penguatan sumberdaya iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya pusat-pusat keunggulan pengetahuan regional dan tematis yang kompeten dan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan strategis nasional;

3. Penataan jaringan iptek bidang biologi/keanekaragaman hayati, dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya pola hubungan kerjasama antar lembaga litbang, antar lembaga litbang dengan perguruan tinggi, dan antara lembaga litbang dengan industri/masyarakat pengguna, berikut faktor-faktor pendukungnya, khususnya infrastruktur komunikasi dan transportasi yang modern, institusi finansial, serta otoritas publik yang memfasilitasi struktur jaringan yang mendorong interaksi kreatif dan lingkungan yang atraktif bagi para pekerja pengetahuan (knowledge workers).

Sedangkan dalam kerangka Pengembangan, Penguatan dan Pemanfaatan Iptek Bidang Biologi/Keanekaragaman Hayati memfokuskan pada kegiatan eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi dan valuasi keanekaragaman hayati dan ekosistem dalam rangka:

1. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global dan pencapaian MDGs dan SDGs;

2. Pengelolaan keanekaragaman hayati untuk mengharmoniskan kegiatan konservasi dan pembangunan ekonomi;

3. Pemanfaatan keanekaragaman hayati (bioresources) untuk menjawab tantangan di bidang pangan, kesehatan dan lingkungan;

4. Reklamasi, rehabilitasi dan remediasi lingkungan;

5. Peningkatan kesadaran publik tentang keanekaragaman hayati Indonesia.

6. Untuk itu dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, maka Pusat Penelitian Biologi-LIPI mengambil kebijakan melalui: 7. Penguatan kompetensi inti yang diharapkan mampu menjawab

tantangan yang berubah dengan cepat dan kompleks;

(28)

14

9. Pemanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada, melalui pelaksanaan aktivitas secara multi disiplin dan dengan pendekatan lintas unit serta pengarahan dan koordinasi yang kuat;

10.Peningkatan jejaring kerjasama dan pelayanan dalam bidang SDH untuk pemangku kepentingan di dalam dan di luar negeri.

Kegiatan penelitian Pusat Penelitian Biologi-LIPI disusun dengan memperhatikan arahan strategi Kedeputian Bidang IPH-LIPI dan LIPI serta pengalaman panjang yang dilaluinya dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didukung oleh kompetensi dan kapasitas yang dimilikinya. Selain itu, kegiatan penelitian Pusat Penelitian Biologi-LIPI tahun 2015-2019 juga merupakan kesinambungan dari kegiatan penelitian yang sudah dilaksanakan pada tahun 2005-2009. Seperti diketahui pada periode 2005-2009, selain mengacu pada RPJP 2005-2025, RPJMN III 2015-2019, Pusat Penelitian Biologi-LIPI mengacu pada Renstra LIPI 2015-2019.

Kedeputian IPH-LIPI secara koordinatif memberikan mandat untuk Rencana Implementatif 2015 – 2019 dengan tema riset Bioresources for Green Economy.

Tindak lanjut dari renstra LIPI dan rencana koordinatif IPH LIPI, maka Pusat Penelitian Biologi menetapkan empat kegiatan penelitian pokok, yaitu:

1. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia

2. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia

3. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi keanekaragaman hayati Indonesia

4. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan

Empat program yang telah disusun oleh Pusat Penelitian Biologi tersebut saling terkait dan menunjang dalam upaya menghasilkan output dan outcome yang nyata, besar dan signifikan. Program tersebut dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu solusi pemecahan permasalahan bangsa yang terkait dengan bioresources. Kekayaan hayati atau bioresources Indonesia merupakan aset yang tidak ternilai harganya yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan dalam mensejahterakan rakyat.

A. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring keanekaragaman hayati Indonesia

Kepulauan Indonesia merupakan salah satu hotspot yang mempunyai keanekaragaman tinggi dan terancam punahnya juga tinggi di bumi. Saat ini, 12% dari semua jenis mamalia, 16% reptil dan amfibi, serta 17% jenis burung ditemukan di 17.000 pulau Nusantara. Dunia saat ini sedang menghadapi kemungkinan hilangnya habitat yang cukup besar yang telah diidentifikasi sebagai hotspot keanekaragaman hayati. Prioritas dalam rencana konservasi skala besar harus dilakukan di beberapa wilayah di kepulauan Indonesia yang telah diidentifikasi memiliki keanekaragaman hayati tinggi.

(29)

15

Indonesia belum terselesaikan. Walaupun demikian, penelitian inventarisasi dan pemetaan akan difokuskan pada kegiatan dan lokus strategis untuk memperoleh data yang holistik. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua merupakan lokus terpilih yang strategis dalam aktivitas riset 2015 – 2019.

Beberapa kegiatan lain meliputi penelitian pulau-pulau kecil daerah perbatasan dengan negara tetangga. Penelitian pemetaan dan penapisan atau screening bioresources Indonesia yang memiliki potensi dalam aspek kesehatan, energi, pangan dan lingkungan adalah salah satu kegiatan riset 2015 – 2019.

A.1. Inventarisasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

Inventarisasi keanekaragaman hayati masih menjadi bagian penting dalam rencana implementatif lima tahun ke depan. Upaya inventarisasi merupakan kebutuhan mendesak untuk melengkapi informasi keanekaragaman hayati yang ada. Di samping itu, kerusakan habitat dan eksploitasi yang berlebihan akan menyebabkan banyak jenis yang hilang, oleh karenanya kegiatan inventarisasi sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis-jenis yang dimungkinkan akan hilang tersebut.

Tujuan:

1. Mengungkapkan keanekaragaman hayati dengan mengetahui jenis-jenis biota yang hidup di kawasan yang dieksplorasi.

2. Mengkarakterisasi jenis-jenis yang ada dan mengetahui persebarannya. 3. Memperoleh informasi mengenai potensi biota yang bernilai ekonomi

penting untuk dapat diberdayakan secara berkesinambungan.

4. Menambah kekayaan koleksi biota di Pusat Penelitian Biologi sebagai pusat rujukan keanekaragaman hayati.

5. Menyediakan data keanekaragaman hayati dalam rangka merumuskan rekomendasi dalam upaya konservasi dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait, antara lain Taman Nasional, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan LSM dalam pengelolaan kawasan.

6. Memperoleh informasi mengenai pengaruh tingkat kesuburan perairan terhadap keragaman dan kelimpahan biota, serta pengaruh musim dan faktor perubahan lingkungan terhadap populasi, biologinya.

7. Menyusun model dinamika populasi fauna daratan utama Pulau Jawa.

Sasaran:

1. Sasaran dari kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati Indonesia adalah mengungkapkan keanekaragaman hayati dan potensinya, mengetahui peta persebaran dan populasi biota terpilih. Dengan terungkapnya data dasar tersebut, jenis-jenis biota terpilih dapat diberdayakan secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat. Hal tersebut dapat berdampak positif terhadap upaya pelestarian khususnya bagi takson-takson yang endemik dan langka.

(30)

16

kebijakan pengelolaan wilayah dan biodiversitas di Jawa dan pulau satelit khususnya dan Indonesia pada umumnya.

A.2. Pemetaan Keanekaragaman Hayati Indonesia

Untuk mewujudkan peran dan tanggung jawab sebagai pemegang otoritas ilmiah dalam bidang keanekaragaman hayati maka perlu dilakukan pemetaan yang meliputi jenis, populasi, habitat, sebaran/distribusi untuk menentukan status dan potensi yang menjadi prioritas untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

Tujuan:

1. Memetakan status, sebaran, keanekaragaman, struktur dan dinamika populasi biota di Pulau Kecil (Talaud, Simelue, Nias, Bintan, Karimun-Kepulauan Riau) dan Pulau Jawa.

2. Menentukan status kekinian biota Indonesia.

3. Membangun pusat data dan material DNA sebagai referensi nasional untuk kepentingan penelitian sistematika, pemuliaan, konservasi dan forensik.

4. Menghimpun informasi tentang status genetika dan populasi biota terpilih untuk keperluan konservasi serta rekomendasi untuk jenis-jenis biota yang diperdagangkan (CITES).

Sasaran:

Memberikan gambaran informasi biota Indonesia dalam suatu ekosistem yang berperan penting dalam pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia dengan pendekatan langsung maupun genetika molekuler.

Ruang Lingkup:

Ruang Lingkup Penelitian Pemetaan Keanekaragaman hayati Indonesia yang

dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Biologi adalah :

1. Karakterisasi dan Valuasi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2. Pemetaan Flora dan Fauna Indonesia

3. DNA Barcoding Biota Indonesia

4. Pengayaan Koleksi Flora Fauna di Papua

A.3. Monitoring status keanekaragaman hayati Indonesia

Monitoring keanekaragaman hayati merupakan cara yang efektif dalam menjamin dan memantau pemanfaatan yang berkelanjutan. Keanekaragaman hayati yang merupakan sumber daya terbarukan memerlukan penanganan yang bijaksana. Faktor utama penyebab perubahan dinamika bioresources di Indonesia adalah karena intervensi manusia dan perubahan iklim global.

(31)

17

Masalah lain yang dihadapi adalah perubahan iklim. Perubahan iklim akan menyebabkan biota yang ada dalam suatu ekosistem merespon untuk beradaptasi. Biota atau jenis yang tidak mampu beradaptasi akan mengalami kepunahan secara gradual. Kepunahan suatu jenis akan menyebabkan perubahan homeostatis dan gangguan yang serius terhadap keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, Pusat Penelitian Biologi-LIPI dalam kurun waktu 5 tahun (2015 – 2019) akan melakukan aktivitas riset terkait hal tersebut.

Upaya pengelolaan potensi keanekaragaman hayati Indonesia sangat diperlukan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya secara berkelanjutan. Kegiatan monitoring status keanekaragaman hayati Indonesia merupakan salah satu upaya pengelolaan untuk menjamin kelestarian keanekaragaman hayati yang ada.

Kegiatan yang dilakukan adalah penelitian jenis flora fauna invasif, monitoring ekosistem hutan, pengukuran hilangnya keanekaragaman flora, karbon stok di ekosistem hutan dan monitoring ekosistem karst. Indonesia sebagai negara megadiversitas menghadapi ancaman yang besar dari deforestasi dan degradasi hutan. Pemetaan keanekaragaman hayati menjadi penting untuk dilakukan sehingga hilangnya keanekaragaman hayati khususnya di Kalimantan dapat diketahui.

Pengamatan hilangnya jenis-jenis endemik yang terjadi pada perubahan tata guna hutan perlu dilakukan untuk melihat jenis-jenis yang hilang atau mungkin hilang, sehingga dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah dan instansi terkait untuk upaya pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia. Selain konversi hutan, kebakaran hutan merupakan sebab utama dari deforestasi yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Kalimantan merupakan salah satu area yang mengalami kebakaran parah pada tahun 1982-1983 yang disebabkan oleh musim kemarau panjang dan El-Nino. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui bagaimana hutan mengalami pemulihan secara alami setelah kebakaran. Hal ini telah mulai dilakukan di beberapa wilayah Kalimantan Timur, yaitu Wanariset Samboja dan Bukit Bangkirai. Monitoring jangka panjang yang berkelanjutan pada setiap petak permanen yang pernah dibuat setelah kebakaran ini penting untuk dilakukan sehingga proses pemulihan hutan dan suksesi yang terjadi dapat diketahui, untuk menjamin pengelolaan hutan secara berkelanjutan.

Kehilangan dan kerusakan lahan area hutan dataran rendah, pada hutan tropis secara langsung berpengaruh pada perubahan iklim. Kontribusi karbon paska erupsi gunung Galunggung tahun 1982 akan dilakukan untuk melihat seberapa besar kecepatan sequestrasi karbon dan membandingkan dengan kondisi hutan alam.

Kegiatan penelitian akan menjadi dasar penentuan estimasi cadangan karbon di kedua kawasan hutan dan juga sebagai informasi ilmiah untuk rehabilitasi lahan dengan menggunakan jenis-jenis yang mempunyai kemampuan menyimpan karbon tinggi dan berumur panjang. Globalisasi dalam bentuk peningkatan arus perdagangan dan transportasi lintas negara membuat suatu jenis bisa berpindah melintasi jarak yang jauh dan masuk ke habitat baru sebagai jenis asing.

(32)

18

secara cepat dapat mengalahkan jenis asli, dan disebut sebagai jenis asing invasif atau invasive alien species. Jenis-jenis flora dan fauna yang sudah ada di lahan-lahan pertanian, perkebunan, bahkan di kawasan kawasan konservasi lainnya, perlu diidentifikasi dan dikaji potensinya sebagai pengganggu ekosistem asli.

Tujuan:

Tujuan dari kegiatan monitoring status keanekaragaman hayati Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Memberikan solusi terhadap persoalan strategis dalam hal perlindungan keanekaragaman tumbuhan baik di tingkat nasional maupun di tingkat Internasional berdasarkan penelitian keanekaragaman tumbuhan endemik dan langka.

2. Memperoleh data dan informasi penting untuk mengetahui proses perubahan hutan, sebagai masukan untuk pengelolaan hutan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia secara berkelanjutan. 3. Melakukan penelitian estimasi karbon berdasarkan tipe ekosistem hutan untuk penentuan karbon stok sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah daerah untuk mengurangi angka perusakan hutan di Indonesia yang disebabkan oleh penebangan kayu liar yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi masyarakat sekeliling hutan.

4. Melakukan penelitian-penelitian biologis dan ekologis jenis flora dan fauna invasif, untuk mengetahui keberadaan, karakter, populasi, dan ancamannya terhadap ekosistem, terutama di lahan-lahan pertanian dan perkebunan, serta kawasan konservasi.

5. Menyediakan panduan inventarisasi dan monitoring ekosistem karst sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk memperoleh data yang baku yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan ekosistem karst. Hasil dari kegiatan penelitian yang dilakukan akan dapat digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menginisiasi pengembangan program pengelolaan kawasan yang berkelanjutan.

Sasaran:

1. Adanya penelitian kondisi terkini kehilangan keanekaragaman flora di Indonesia sebagai acuan ilmiah bagi kebijakan perlindungan jenis tumbuhan.

2. Adanya standar penentuan karbon stok berdasarkan tipe ekosistem hutan yang dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam skema insentif karbon.

3. Diperoleh data suksesi dan regenerasi hutan jangka panjang sebagai bahan pertimbangan pengelolaan hutan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

4. Diperoleh salah satu model pengembangan kawasan karst yang berkelanjutan dan berbasis kepada timbangan ilmiah.

Ruang Lingkup:

(33)

19 1. Monitoring Flora Fauna Invasif

2. Monitoring Ekosistem Hutan dan Ekosistem Esensial 3. Monitoring Kehilangan Keanekaragaman Biota 4. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia

Berdasarkan hasil inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources, maka aspek pemanfaatan akan mudah dilakukan. Isu global dan nasional yang dihadapi saat ini adalah ketahanan pangan, kesehatan dan kemandirian obat-obatan, krisis lingkungan dan krisis energi fosil.

B. Pemanfaatan Bioresources Indonesia

Program Pusat Penelitian Biologi dalam aspek pemanfaatan bioresources diarahkan untuk menjawab tantangan tersebut.

Diversitas atau pelengkap sumber pangan berbasis sumber daya hayati yang belum tergali secara optimal menjadi salah satu fokus penelitian. Fokus utama riset pangan adalah umbi-umbian, jamur konsumsi, pemulian buah lokal dan ekspansi sumber protein hewani.

Salah satu upaya strategis untuk menanggulangi permasalahan kerawanan pangan adalah dengan diversifikasi pangan melalui pemanfaatan umbi-umbian lokal Indonesia dan jamur pangan sebagai sumber karbohidrat pengganti dan pangan fungsional. Diketahui lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi masyarakat, namun hanya beberapa yang telah dikembangkan dalam skala besar.

Kurangnya pemanfaatan umbi-umbian minor (under utilized) ini dikarenakan terbatasnya sentuhan teknologi (budidaya dan paska panen) serta kurangnya informasi saintifik mengenai nilai unggul fungsional dan keamananannya. Selain pengembangan dan pemanfaatan pangan fungsional, juga dilakukan pengembangan sumber protein hewani hal tersebut oleh karena komoditas ikan budidaya di Indonesia masih terbatas dan sebagian besar merupakan jenis ikan introduksi asing. Hal ini sangat memprihatinkan karena Indonesia memiliki kekayaan jenis ikan yang sangat tinggi, akan tetapi belum banyak dimanfaatkan secara optimal.

Perbaikan kualitas lahan juga mutlak diperlukan dalam mendukung sektor ketahanan dan keberagaman pangan. Penelitian yang mendukung perbaikan kualitas lahan salah satunya adalah dengan pengembangan pupuk organik hayati. Pupuk organik hayati bersumber dari bioresources Indonesia yang ramah lingkungan menjadi sangat penting dalam upaya mengurangi ketergantungan pupuk dan pestisida kimia serta upaya memperbaiki kualitas lahan.

Pengembangan sistem pertanian berkelanjutan juga memerlukan upaya pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan organisme musuh alami hama dan agen biokontrol sebagai bagian dari metode pengendali hama terpadu.

Permasalahan kerawanan pangan di Indonesia juga mendorong dilakukannya upaya diversifikasi pangan melalui pemanfaatan serealia dan umbi-umbian lokal sebagai sumber bahan pangan alternatif yang dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim.

(34)

20

limbah industri berperan besar dalam mengatasi permasalahan lahan kritis di Indonesia. Untuk mengantisipasi ketersediaan energi fosil yang semakin langka, diperlukan pengembangan teknologi melalui green energy, yaitu pencarian sumber energi pengganti dengan memanfaatkan limbah lignoselulose, salah satunya adalah Palm Oil Mill Effluent (POME).

Kemandirian nasional dalam hal obat-obatan merupakan keharusan dan menjadi salah satu tujuan utama riset di Indonesia. Lebih dari 95 % bahan obat paten yang ada di Indonesia terpenuhi dari impor. Masalah lain yang dihadapi adalah makin meningkatnya laju resistensi penyakit yang tidak diimbangi dengan penemuan obat-obatan yang memadai. Indonesia menghadapi masalah besar dalam hal penanganan penyakit tropis, terutama infeksi. Sumber obat berbasis bahan alam (natural products) saat ini menjadi fokus utama dalam drug discovery. Bioresources yang dimiliki Indonesia merupakan sumber obat yang sangat potensial namun sampai saat ini belum tergali dan termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan di Indonesia masih sebatas obat herbal yang belum terstandar dan teruji secara ilmiah.

Permasalahan dan fakta-fakta tersebut menjadi dasar dari Pusat Penelitian Biologi-LIPI untuk melakukan riset yang terfokus pada penemuan obat terutama untuk penyakit tropis dan saintifikasi obat herbal yang ada di Indonesia. Kekinian informasi terkait dengan pengembangan obat yang berasal dari bioresources yang dikenal dengan istilah yellow technology, salah satunya berasal dari serangga untuk antibiotik terhadap Staphylococcus aureus. Potensi tersebut masih perlu dikembangkan di Indonesia, mengingat masih ada sekitar 1,3 juta jenis serangga yang perlu digali potensinya untuk pengembangan obat masa depan.

Tujuan:

1. Diversifikasi pangan melalui pemanfaatan umbi-umbian lokal Indonesia dan jamur pangan sebagai sumber karbohidrat alternatif dan pangan fungsional.

2. Eksplorasi, koleksi, mendapatkan informasi keragaman genetik, karakter morfologi fisiologi dan potensi pemanfaatan serealia (Jewawut dan Jali) sebagai sumber bahan pangan fungsional

3. Mendapatkan informasi hasil teknologi bioproses dan fermentasi tepung serealia, umbi-umbi lokal melalui penapisan mikroba potensial, secara fisiologis adaptif di substrat lokal serta informasi karakterisasi secara molekular dan biokimia mikroba kultur starter (inokulum) untuk pengembangan produk tepung pangan berbasis serealia.

4. Pengembangan tepung komposit termodifikasi dari umbi lokal, serealia Jewawut atau Jali melalui bioproses enzimatik dan fermentasi dengan memanfaatkan mikroba potensial dan pengembangan formula starter (inokulum) untuk pengembangan produk tepung pangan.

5. Karakterisasi 52 sifat kualitatif dan kuantitatif serta ketahanannya terhadap penyakit (khususnya penyakit layu Fusarium) pisang tetraploid, hibrid, kultivar lokal dan pisang liar domestikasi untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam program pemuliaan pisang dan/atau untuk pendaftaran, pelepasan dan perlindungan varietas baru.

(35)

21

budidaya ikan asli Indonesia dapat berkembang dan tersedianya protein hewani bagi masyarakat.

7. Mengembangkan formula mikroba agen POH dan biokontrol spesifik untuk beberapa komoditas tanaman, serta memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama sasaran sebagai bagian dari upaya pengendalian hama terpadu untuk mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan.

8. Memperoleh, mengkarakterisasi dan memanfaatkan mikroba penghidrolisa senyawa rekalsitran untuk bioremediasi serta penghasil material dan energi terbarukan.

9. Melakukan eksplorasi, koleksi, rejuvenasi dan karakterisasi fenotipik, fisiologis, dan agronomis tanaman pangan unggul lokal, serta evaluasi ketahanannya terhadap kekeringan dan naungan, evaluasi kandungan nutrisi dan pengembangan teknologi produksi dan budidaya.

10.Mendapatkan informasi aspek biologi dan potensi satwaliar sebagai dasar pengelolaan dalam usaha budidaya satwaliar yang telah dimanfaatkan sebagai pet animals, bahan pangan, bahan obat, dan komoditas ekspor, guna menjaga kelestarian/konservasi satwaliar yang dilindungi/terancam punah.

11.Memperoleh senyawa bahan alam dari tumbuhan dan mikroba yang berpotensi sebagai antioksidan dan/atau antimikroba dan/atau antikanker serta membuat prototipe atau konsep produk obat herbal Indonesia terstandar yang siap dikerjasamakan dengan industri untuk komersialisasinya.

12.Membuat sediaan bakteriofag yang tepat guna dalam pemanfaatannya untuk pencegahan dan terapi bakteri patogen yang telah ditargetkan serta menguji kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan biofilm.

Sasaran:

1. Didapatkannya sumber pangan alternatif untuk memperkaya sumber pangan/diversifikasi pangan terutama umbi-umbi lokal untuk mendukung program ketahanan pangan.

2. Konservasi plasma nutfah, serta peningkatan pemanfaatan dari serealia minor terutama Jewawut dan Jali, adanya perbaikan genetik dan perbaikan kualitas tepung Jewawut atau Jali untuk peningkatan nilai guna tanaman.

3. Menyediakan informasi mengenai genetika molekuler, fisiologi, teknik budidaya (teknologi konservasi air) dan potensi pemanfaatannya yang dapat diakses lebih mudah oleh masyarakat untuk pengembangan yang lebih besar.

4. Menghasilkan teknologi bioproses enzimatik untuk menghasilkan bahan pangan berbasis tepung bebas gluten yang diformulasi menggunakan metabolit mikroba.

5. Adanya perbaikan genetik dan perbaikan kualitas tepung Jewawut atau Jali untuk peningkatan nilai guna tanaman.

(36)

22

7. Menghimpun dan mengungkap aspek bioekologi ikan mikih sebagai dasar konservasi dan domestikasi

8. Diperoleh formula starter POH dan agen biokontrol spesifik pada beberapa komoditas tanaman serta informasi musuh alami potensial yang dapat dikembangkan untuk memperoleh strategi pengendalian hama tanaman secara terpadu.

9. Diperoleh mikroba fungsional pendegradasi senyawa rekalsitran dan teknologi pengolahan limbah untuk menghasilkan pengganti energi terbarukan.

10.Diperoleh informasi tingkat naungan dan status air yang sesuai untuk seleksi serealia toleransi naungan dan kekeringan pada aksesi hasil eksplorasi.

11.Diperoleh model penangkaran satwaliar yang aplikatif (produktif, ekonomis, merakyat, berkeadilan) dan dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kerjasama antar institusi dan pelaku usaha.

12.Penguatan ilmiah produk herbal Indonesia, pemanfaatan bioresources tumbuhan dan mikroba untuk kesehatan.

13.Memperoleh isolat bakteriofag terseleksi yang dapat dikembangkan dalam bidang kesehatan untuk penanggulangan kontaminasi lingkungan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan disinfektan.

Ruang Lingkup:

1. Pemanfaatan mikroba dalam sektor pangan 2. Keamanan produk pangan

3. Penyediaan buah-buahan

4. Teknologi pada tanaman pangan

5. Penyediaan sumber pangan baru dari tumbuhan dan satwa 6. Pemanfaatan mikroba dalam bidang pertanian dan lingkungan 7. Penyediaan tanaman unggul

8. Pengelolaan dan pengendalian hama pertanian 9. Penangkaran dan konservasi

10.Mengungkap kandungan senyawa kimia penting sebagai penghasil bahan obat

11.Pengembangan obat herbal untuk kesehatan

12.Pengembangan bahan berpotensi antibakteri sebagai pengganti antibiotik dan penanggulangan infeksi.

C. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi bioresources Indonesia

(37)

23

sperma hewan liar akan terus dikembangkan. Jumlah koleksi yang merupakan aset dan kekayaan negara terus bertambah setiap tahun seiring dengan penambahan koleksi yang berasal dari aktivitas riset.

Pengelolaan koleksi yang efektif, terstruktur dan mudah diakses merupakan target utama dari program pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi bioresources Indonesia Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Pengelolaan koleksi tidak lepas dari pengelolaan data base dan pengembangan sistem informasi yang saat ini mutlak diperlukan. Selain pengembangan data base, sistem informasi akan diarahkan pada proses diseminasi sebagai wujud tanggung jawab Pusat Penelitian Biologi dalam menyebarkan informasi ilmiah kepada masyarakat terkait isu-isu keanekaragaman hayati.

Tujuan:

1. Menjadi pusat depositori flora, fauna dan mikroba Indonesia

2. Menjadi pusat rujukan koleksi flora dan fauna Indonesia yang berstandar Internasional

3. Menjadi pusat rujukan ex-situ konservasi mikroba Indonesia yang berstandar Internasional.

4. Menjadi pusat data kekayaan flora, fauna dan mikroba Indonesia.

5. Menjadi pusat pelayanan penyedia jasa kultur mikroba untuk pemanfaatan untuk kepentingan bioprospeksi.

6. Menjadi pusat pelatihan manajemen koleksi flora, fauna dan mikroba. 7. Menjadi pusat data dan informasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Ruang Lingkup:

Ruang lingkup pengelolaan koleksi meliputi koleksi artefak flora, fauna dan mikroba yang saat ini tersimpan di tiga fasilitas koleksi yaitu di Museum Zoologicum Bogoriense, Herbarium Bogoriense dan InaCC.

Selain koleksi artefak mati, koleksi fauna hidup juga menjadi aset penting dalam memperkuat posisi Pusat Penelitian Biologi-LIPI sebagai rujukan ilmiah keanekaragaman hayati dalam bidang penangkaran dan domestikasi.

Pengelolaan koleksi baik dalam bentuk artefak maupun hidup perlu didukung oleh sistem data dan informasi untuk dapat digunakan sebagai bagian penyebarluasan informasi data dasar melalui berbagai program seperti pengembangan database, InaBIF, jurnal ilmiah dan populer serta memperkuat kampanye keanekaragaman hayati melalui pameran dan diseminasi.

D. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan

1. Penguatan kelembagaan untuk manajemen institusi

(38)

24

3589/IPH.1/HK.01.03/IX/2015, tanggal 6 September 2015 dan dokumen Rencana Aksi Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dengan Surat Keputusan Kepala Pusat Penelitian Biologi Nomor: 3598/IPH.1/HK.1/HK.01.03/IX/2015, tanggal 4 September 2015. Dokumen-dokumen tersebut memuat target keluaran dari tujuh program/kegiatan reformasi birokrasi dan hasil yang diharapkan (out come) dari masing-masing program/kegitan tersebut.

Tujuan:

Mewujudkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN, efektifitas dan efesiensi kegiatan birokrasi, peningkatan kualitas pengambilan kebijakan dan peningkatan kualitas pelayanan publik

2. Penguatan kelembagaan dalam melaksanakan mandat sebagai otoritas keilmuan terkait keanekaragaman hayati dan sebagai nasional focal point keanekaragaman hayati

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai lembaga penelitian, selain menjalankan tugas dan fungsi utamanya, juga memiliki mandat sebagai otoritas keilmuan (Scientific Authority) di dalam konservasi tumbuhan dan satwa, termasuk dalam rangka pelaksanaan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Penunjukan LIPI sebagai otoritas keilmuan tercantum dalam pasal 65 butir b PP 8 Tahun 1999 dan Pasal 53 PP 60 Tahun 2007. Dalam kedua peraturan pemerintah tersebut, ditambah dengan PP 7 Tahun 1999 dan penjabaran dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003. Satuan kerja yang berperan sebagai pelaksana harian untuk melaksanakan kewenangan LIPI sebagai otoritas keilmuan adalah Pusat Penelitian Biologi. Dalam pelaksanaan tugasnya, Pusat Penelitian Biologi diharuskan untuk berkoordinasi dengan unit kerja lain yang terkait sebagaimana tertulis dalam Surat Keputusan Kepala LIPI No. 1973/A/2002. Unit-unit kerja tersebut diantaranya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dan Pusat Penelitian Oseanografi.

Pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar di Indonesia sebagai komoditas perdagangan masih banyak dipraktekan di hampir seluruh penjuru tanah air. Sebagian besar komoditas ini masih diambil dari alam yang kian hari kian menyusut luasannya. Beberapa jenis komoditas hidupan liar ini diperdagangkan hingga ke luar negeri. Sebagai salah satu negara peratifikasi, pengelolaan perdagangan satwaliar ini dilakukan melalui ketentuan CITES yang dituangkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran teknisnya. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan CITES tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kepunahan jenis tumbuhan atau satwa akibat perdagangan, terutama perdagangan Internasional.

(39)

25

sendiri maupun pihak lain. Dalam hal data dari pihak lain, maka perolehannya harus melalui metode yang telah dikembangkan atau ditetapkan oleh LIPI sebagai otoritas keilmuan. Dengan demikian, penyediaan buku panduan metode survei populasi untuk keperluan ini merupakan salah satu yang dimandatkan. Tersebarnya data dan informasi di luar institusi LIPI, juga dengan terlibatnya satker lain selain Pusat Penelitian Biologi sebagai pelaksana harian otoritas keilmuan, juga menyebabkan pertemuan koordinasi menjadi aspek penting dalam penyusunan rekomendasi.

Sumbangan dan peran Pusat Penelitian Biologi-LIPI sebagai wakil Republik Indonesia dalam Convention on Biological Diversity (CBD) telah dinyatakan dalam pertemuan-pertemuan resmi CBD terdahulu, yaitu Conference of the Parties (COP), Subsidiary Body on Scientific, Technical, and Technological Advice (SBSTTA), dan Global Taxonomy Initiative (GTI). National Focal Point (NFP) SBSTTA dan NFP GTI berada di Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan wakil Asia Pasifik dalam Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Sevices (IPBES) pun berada di lembaga ini. Dalam melaksanakan mandat-mandat CBD, diperlukan koordinasi antara NFP SBSTTA dan NFP GTI dengan IPBES serta NFP CBD yang berada di Kementerian Lingkungan Hidup. Periode tahun 2015-2020 merupakan saatnya lembaga dan kementerian terkait mengkoordinasikan penerapan Strategic Plan on Biodiversity 2011-2020 yang dijabarkan ke dalam 20 Target Aichi tentang Keanekaragaman Hayati.

Pemantauan ketercapaian target-target tersebut dan target-target nasional tentang keanekaragaman hayati pun dikoordinasikan dan dikomunikasikan oleh lembaga dan kementerian terkait melalui mekanisme pertemuan-pertemuan pada tingkat Nasional. Ajang pertemuan-pertemuan resmi CBD dijadwalkan oleh Sekretaris Pelaksananya (Executive Secretary) untuk IPBES dijadwalkan oleh Ketuanya (Chair).

Sumbangan dan peran Pusat Penelitian Biologi LIPI di dalamnya yang berupa informasi mengenai penerapan dan pemantauan ketercapaian target-target keanekaragaman hayati akan dipersiapkan dengan membahas status, permasalahan, kendala, dan perkembangan-perkembangan terkini dengan para pakar dan instansi-instansi terkait. Keterwakilan Republik Indonesia dalam pertemuan-pertemuan CBD dan IPBES pun akan dipersiapkan untuk menunjukkan komitmen dan kepedulian akan keanekaragaman hayati sebagai aset yang dimanfaatkan harus secara berkelanjutan dan dilestarikan keberadaannya.

Tujuan:

1. LIPI sebagai SA dan National Focal Point yang salah satu tugasnya adalah pemberian rekomendasi terkait dengan pengelolaan SDH, maka perlu diperkuat dari segi kelembagaan, untuk tujuan antara lain:

2. Keterlibatan dalam pembuatan konsep Peraturan-peraturan yang mengatur pengelolaan keanekaragaman hayati,

3. Pembentukan SDM yang handal yang mampu menguasai materi yang terkait dengan pengelolaan SDH dan penguatan tenaga ahli taksonomi flora, fauna dan mikroba.

(40)

26

lokal yang akan menjadi salah satu simpul Clearing House Mechanism (CHM).

5. Memberikan saran, masukan dan rekomendasi berbagai konvensi Nasional dan Internasional di bidang SDH, seperti CBD, CITES, SBSTTA dan GSPC.

6. Peningkatan kapasitas penelitian taksonomi, pemanfaatan bioresources dan lainnya melalui training dan workshop khususnya untuk wilayah Asia adalah: Asean Horch, Asean Cost, Humanosphere Science School dan IPBES.

Ruang Lingkup:

Ruang Lingkup kegiatan Penguatan Kelembagaan dalam melaksanakan mandat sebagai Otoritas Keilmuan terkait Keanekaragaman Hayati yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Biologi adalah :

1. Pusat Penelitian Biologi-LIPI sebagai Otoritas Ilmiah dalam penentuan kuota perdagangan Tumbuhan dan Satwaliar yang mengacu sesuai dengan CITES.

2. Peran National Focal Point GTI, SBSTTA, IPBES dalam rangka melaksanakan mandat Convention On Biological Diversity (CBD) di kancah Nasional dan Internasional.

3. Kelembagaan Penunjang Penelitian Keanekaragaman hayati: kegiatan yang terwadahi di dalamnya adalah kegiatan fokal poin lain di luar CBD, CITES, GTI dan IPBES, yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati ditingkat Asean: misalnya Asean Cost, Asean Horch, dan Asean Conference on Microbiology.

4. Penguatan peran Kebun Raya Bogor sebagai National Focal Point GSPC (Global Strategy for Plant Conservation)

5. Bioetika dan Etika Keilmuan: merupakan ilmu untuk mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi kepunahan manusia. Dalam perkembangannya bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu-isu tentang nilai-nilai dan etika yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi serta biomedis.

6. Program MAB Indonesia: pengembangan kawasan Cagar Bisofer Indonesia sebagai model pengelolaan kawasan dan untuk pemanfaatan berkelanjutan

Tabel 2. Daftar Kegiatan Penelitian 2016

No. Judul Kegiatan Penanggung Jawab

1 Pembangunan Tekno Park LIPI Berbasis Pemanfaatan Bioresources Indonesia di Kabupaten Tasikmalaya

Ir. Ahmad Jauhar Arief, M.Sc.

2 Pemanfaatan Berkelanjutan Umbi Lokal Indonesia dan Jamur Pangan sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif dan Pangan Fungsional

Yati Sudaryati Soeka, S.Si.

3 Potensi Bakteri Asam Laktat Lokal untuk Industri Berbasis Mikroorganisme

Rini Handayani, S.Si.

4 Pemanfaatan Bioresorces Buah-Buah dan Kebun Plasma Nutfah

Gambar

Tabel 3. Daftar Paten yang terdaftar dan Paten yang dikabulkan Tahun 2016
Gambar 14.  Jenis baru mamalia.
Gambar 16  Jenis baru Murraya cyclopensis (Rutaceae).
Gambar 17  Jenis baru anggrek, Bulbophyllum leucoglossum: A habitat dan perawakan, B-D bunga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menanggapi hal itu kami Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi Menanggapi hal itu kami Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi UNIKOM mengadakan Penyuluhan Pendidikan dan

Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai

Bagi saya materi ini sangat khusus karena sebagai hamba Tuhan sangat perlu mengerti dengan benar tentang: mengenal Allah, mencari wajah Allah dan tentang

Hasil dari program pengabdian masyarakat yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut: aspek penerapan iptek produk pangan dipandang sangat efektif untuk membangun

Bagian Audit Direktur Eksekutif Investasi Direktur Eksekutif Kredit Direktur Eksekutif Operasional Direktur Eksekutif Pemasaran Direktur Eksekutif Trust.. pengungkapan

Se­ telah melalui proses pemikiran panjang, di dalam film karakter utamanya menemukan jawabannya: “cinta bisa kedaluwarsa, tapi orang yang paling tepat untuk kita akan terus ada

Berdasarkan pemaparan berbagai hasil penelitian terdahulu dapat ditarik suatu benang merah bahwa penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 memiliki pengaruh yang baik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat hutang, arus kas akrual, ukuran perusahaan dan book tax difference pada persistensi laba.. Populasi yang