• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

4. Islamic Branding

Menurut American Marketing Association “Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari mereka, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakan mereka dari pesaing (Kotler & Keller, 2009). Perbedaan pada merk biasanya dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaanya data dilihat baik nyata berupa simbolis, emosional ataupun melalui yang tidak nyata dengan representasi merk produk tersebut. Merk menandakan suatu produk dengan macam- macam kualitasnya, sehingga konsumen dapat dengan bebas memilihi produk barang/jasa yang sama dengan kualitas yang unggul sesuai dengan kepercayaan merk yang dipilih. Berkaitan dengan merk (brand) dalam industri keuangan, perbankan syariah

32

diharapkan untuk mampu bersaing dengan industri keuangan lain dimana posisi masyarakat yang mayoritas muslim diharapkan memakai jasa layanan tersebut.

Salah satu strategi yang bisa dipakai ialah menggunakan strategi Islamic branding yang merupakan bagian strategi pemasaran yang dalam arti memakai label syariah, menggunakan identitas Islam dan dapat menunjukkan kehalalan operasional serta produksinya.

a. Pengertian Islamic branding

Islamic branding adalah proses menghasilkan dan menawarkan produk secara Islami dengan tujuan untuk mematuhi syariat Islam (Jalil & Rahman, 2014). Islamic branding merupakan perpaduan simbol, nama, dan beberapa perangkat lainnya yang dalam sebuah merk (brand) nya berkaitan dengan prinsip-prinsip syariah dalam mewujudkan nilai-nilai keIslaman (Afrianty, 2020).

Islamic branding adalah proses membangun identitas merek suatu produk ataupelayanan dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam yang mengintegrasikan agama dengan amalankehidupan sehari-hari (Andini & Rufaidah, 2017). Penggunaan Islamic branding menurut Nasrullah (2015) dapat memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan membeli produk,yang diasumsikan termasuk memilih produk dan jasa layanan keuangan syariah. Tujuan dari Islamic branding yang menerapkan empati dengan nilai-nilai syariah adalah dalam rangka untuk menarik konsumen muslim,

33

mulai dari perilaku dan komunikasi pemasaran yang dilakukan (Wahyu & Ranto, 2013). Maka, pengertian Islamic branding adalah proses pengenalan produk yang dilakukan secara syariah dan memiliki keaslian “halal”-nya pada produk.

b. Dimensi Islamic branding

Menurut Baker dalam Nasrullah (2015) Islamic branding mempunyai 3 dimensi, yaitu:

1) Islamic brand by complience

Islamic branding harus mengutamakan daya tarik yang kuat dengan mematuhi prinsip syariah. Brand yang masuk dalam kategori ini adalah produknya halal, diproduksi oleh negara Islam, dan ditujukan untuk konsumen muslim.

2) Islamic brand by origin

Produk yang dihasilkan berasal dari negara yang mayoritas penduduknya Islam ataupun sudah dijamin keislamannya negara tersebut, sehingga penggunaan brand tidak perlu menunjukkan kehalalan produk karena yakin dengan asal tempat produksinya.

3) Islamic brand by customer

Branding yang menyertakan label halal, walaupun berasal dari negara yang mayoritas berpenduduk nonmuslim dengan tujuan menarik simpati penduduk muslim tersebut.

34 c. Sumber Islamic branding

Menurut Temporal (2011) islamic branding memiliki 3 sumber, yaitu:

1) Negara Islam (Islamic countries)

Negara-negara Islam adalah negara yang dianggap islam karena fakta bahwa mereka memiliki populasi mayoritas muslim, seperti Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Bangladesh dan Oman. Hal ini perlu ditekankan kepada negara Islam maupun bukan, bahwa konteks branding dan marketing, citra ini sangat penting karena sering dikaitkan dengan perusahaan, produk dan jasa yang berasal dari negara tersebut, dan berefek ke negara asal yang diketahui dapat membantu atau menghambat keberhasilan suatu merk (Temporal, 2011).

2) Organisasi Islam (Islamic organization)

Organisasi Islam adalah lembaga yang Islam dan mungkin berbasis di salah satu negara Islam, tetapi yang termasuk kedalam negara-negara Islam. Merek ini melayani dunia Islam dan biasanya berbasis di suatu negara, menyediakan produk-produk tetapi biasanya jasa ke banyak negara mayoritas penduduk muslim. Contohnya: Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan yang lainnya.

35

3) Perusahaan Islam (Islamic Companies)

Tingkat berikutnya dalam sumber Islamic branding yaitu perusahaan dan merek yang berasal dari negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim (Temporal, 2011). Di negara-negara Islam, negara-negara yang mayoritas penduduknya umat muslim memiliki dua tipe perusahaan non-islam dan perusahaan Islam. Perusahaan nonislam maksudnya merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki bukan oleh umat muslim, tapi perusahaan tersebut beroperasi dan menawarkan produk dan jasa-jasanya di negara-negara dan pasar muslim.

perusahaan Islam yang berada di Indonesia salah satunya adalah kosmetik Wardah.

5. Religiusitas

a. Pengertian religiusitas

Religiusitas menurut Rokeach dalam Fauzia et al (2019) merupakan suatu sikap yang muncul dalam diri seseorang sebagai wujud kepercayaan dari pengamalan suatu agama. Religiusitas adalah aktifitas beragama yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (ibadah), tapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supra natural (Fauzi & Murniawaty, 2020). Agama sebagai suatu kepercayaan memiliki makna yang luas, agama di satu sisi disebut sebagai sistem kepercayaan dengan menetapkan aturan-aturan ibadah ritual

36

yang dilakukan dan di sisi lain agama juga sebagai sistem yang komprehensif dan mencakup semua aspek kehidupan (Herliansyah et al., 2019). Religiusitas dalam bentuk diwujudkan salah satunya melalui dunia perbankan dengan kegiatan muamalah (Handayani et al., 2018). Religiusitas adalah salah satu faktor pendorong penting dan dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumen, hal ini didasari atas keputusan konsumen untuk membeli produk tergantung kadar keimanan mereka (Nasrullah, 2015).

Menurut Rachmawati (2020) seorang muslim jika telah menjadikan agama Islam sebagai pedoman hidup, maka segala sesuatu yang dijalankannya akan dilakukan dengan hati-hati, termasuk saat mengkonsumsi produk. Peran agama ini dapat mempengaruhi cara pandang serta perilaku seseorang, karena baik buruknya dalam menerapkan nilai-nilai keislaman itu mempunyai pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi produk halal. Jadi religiuisitas adalah bentuk kepercayaan seseorang terhadap pengamalan ajaran agamanya, baik berupa praktik maupun dalam pendalaman sifatnya.

b. Fungsi religiusitas

Fungsi Religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama (Jalaluddin, 2011). Adapun fungsi Religiusitas dalam kehidupan manusia meliputi:

37 1) Fungsi edukatif

Ajaran-ajaran yang diapatuhi oleh umat beragama adalah ajaran-ajaran yang akan diaptuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur ini mempunyai latar belakang yang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi lebih baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran dan agama masing-masing.

2) Fungsi penyelamat

Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu: dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu mengajarkan para penganutnya melalui pengalaman kepada masalah sakral berupa keimanan kepada Tuhan.

3) Fungsi perdamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntutan agama.

4) Fungsi Pengawasan Sosial

Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntutan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok .

38

5) Fungsi pemupuk rasa solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dan kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.

6) Fungsi transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, kehidupan baru yang diterimanya bedasarkan ajaran agama tersebut.

7) Fungsi kreatif

Ajaran agama mengajak dan mendorong para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri tapi juga untuk kepentingan orang lain. Bukan hanya untuk bekerja secara rutin namun juga untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

8) Fungsi sublimatif

Segala usaha manusia bukan hanya yang bersifat ukhrawi namun juga bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan dengan nilai tulus karena Allah SWT itu merupakan ibadah.

39 c. Dimensi religiusitas

Menurut Glock dan Stark dalam Nasrullah (2015) ada lima indikator/dimensi religiusitas yaitu:

1) Dimensi keyakinan/ ideologi

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama, terutama yang bersifat fundamental dan dogmatik. Dalam Islam, dimensi ini berkaitan rukun iman yang berisi enam kepercayaan, yaitu percaya dengan keberadaan dan ke-Esaan Allah SWT, percaya terhadap malaikat-malaikat, Rasul-RasulNya, Kitab-Kitab-Nya, adanya hari kiamat, dan qadha serta qadar Allah SWT.

2) Dimensi praktik

Dimensi ini berkaitan dengan komitmen dan ketaatan terhadap agama yang dianutnya, yang diwujudkan dalam ritual atau peribadatan. Dimensi ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Ritual, mengacu pada seperangkat tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang mengharapkan pemeluknya melaksanakan. Dalam Islam, bentuk ritual yang dimaksud antara lain: shalat, puasa, zakat, pergi haji bagi yang mampu, membaca dan mengamalkan Al Quran, berkurban dan lainnya.

b) Ketaatan, ketaatan dan ritual adalah hal yang tidak di bisa untuk dipisahkan, begitu seseorang telah taat maka

40

diperlukannya praktik yaitu ritual untuk menjalankannya sebagai bukti nyata dari ketaatan itu sendiri.

3) Dimensi pengalaman

Dimensi ini berkaitan dengan seberapa besar tingkat seseorang dalam merasakan pengalaman-pengalaman religinya. Dimensi ini disusun berdasarkan pengalaman yang benar-benar terjadi di dalam kehidupan. Dimensi ini terwujud dalam perasaan bersyukur kepada Allah, percaya kepada Allah akan mengabulkan doa-doa kita, khusyu’ ketika melaksanakan shalat, perasaan bergetar hatinya ketika mendengar ayat-ayat Al Quran, tertolong dari maut akibat bersedekah, Allah maha memberi rizqi dan lainnya.

4) Dimensi pengetahuan agama

Dimensi ini menunjuk pada tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim pada ajaran-ajaran agamanya, terutama ajaran-ajaran pokok yang termuat dalam Al Quran.

Pengetahuan agama dapat diperoleh dari membaca buku-buku agama, mendatangi majelis taklim atau pengajian, mendengarkan acara keagamaan di radio, melihat tayangan keagamaan di TV dan sebagainya.

5) Dimensi konsekuensi

Dimensi ini menunjuk pada seberapa besar perilaku muslim dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama. Dimensi ini tercermin

41

dalam perilaku seseorang yang bertaqwa (menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya), yang meliputi:

perilaku suka menolong, bersedekah, berlaku adil pada orang lain, jujur, tidak melakukan korupsi, tidak minum minuman keras, tidak berjudi, tidak melakukan prostitusi dan lainya.

42 B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga peniliti dapat mengembangkan teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian ini. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peniliti.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

1 Pengaruh

43

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

Menjadi

44

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

signifikan terhadap

45

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

branding, dan

46

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

study to

47

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

terhadap variabel minat beli.

Variabel minat beli

48

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

Teknik

49

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

Keputusan analisis data regresi linier berganda.

50

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis (Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

Branding on

51 C. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah gambaran hubungan antara variabel yang terkait dalam suatu penelitian. Kerangka pemikiran ini diharapkan dapat menggambarkan dengan jelas konsep dari penelitian ini. Kerangka pemikiran ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Perbankan syariah menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Literasi Keuangan Syaraiah (X1)

Islamic Branding (X2)

Religiusitas (X3)

Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah (Y)

Uji kualitas data: Uji validitas & Uji reliabilitas

Perancangan model struktural (Inner model)

Pengolahan dan analisis Partial Least Square (PLS)

Hasil pengujian Pengujian Hipotesis (Uji T) Evaluasi outer model & Evaluasi Inner model

Perancangan model pengukuran (Outer model)

Kesimpulan dan Saran

Indeks literasi keuangan nasional 38,03% dan Indeks literasi keuangan syariah 8,93%, menjadikan fokus terhadap peningkatan kualitas islamic branding di Indonesia untuk menduduki 10 bank syariah terbaik di dunia

dengan potensi religiusitas mayoritas masayarakat muslim .

52

Gambar diatas merupakan alur kerangka penelitian yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh literasi keuangan syariah (X1), Islamic branding (X2) dan religiusitas (X3) terhadap minat menjadi nasabah bank syariah. Data penelitian diperoleh dari Kuesioner yang disusun berdasarkan indikator-indikator dengan menggunakan metode analisis data structural equation model – partial least square (SEM-PLS). Pengujian diawali dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kemampuan alat ukur pada variabel, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji SmartPLS yang didalamnya terdapat pengolahan data perancangan model struktural (inner model) dan perancangan model pengukuran (structural model). PLS digunakan untuk menguji hubungan antar variabel laten dan dapat juga di gunakan untuk mengkonfirmasi teori atau menguji teori dan data yang lemah Chin & Newsted (1999) dalam Ghozali & Latan (2015).

Dokumen terkait