• Tidak ada hasil yang ditemukan

4-68 D.Isu Isu Srategi Dan Permasalahan

Dalam dokumen DOCRPIJM 8e69455516 BAB IV4. bab 4 (Halaman 68-72)

APBN APBD DRAINASE

4-68 D.Isu Isu Srategi Dan Permasalahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam penanganan drainase perkotaan adalah banyaknya alih fungsi lahan di daerah hulu DAS sungai, yang tadinya merupakan daerah hutan/pertanian yang diharapkan dapat menyimpan dan menahan air telah berubah fungsi menjadi daerah perkebunan bahkan beberapa diantaranya menjadi daerah permukiman. Permasalahan sampah yang ada di saluran-saluran drainase tersier dan sekunder. Kondisi street inlet jalan yang tidak terawat dan tertutup sampah dan tanah, sehingga air hujan tidak menemukan jalan masuk menuju saluran drainasenya. Hal ini juga menyebabkan genangan air di jalan raya sehingga menyebabkan jalan sangat mudah mengalami kerusakan.

4.6.2 Profil Drainase

A. Gambaran Kondisi Sistem Drainase Saat Ini

Kota Pematangsiantar yang berada pada ketinggian kurang lebih 400 m dari permukaan laut memiliki kemiringan yang bervariasi dari 0 - 40% dan kondisi topografi bergelombang/berbukit. Kondisi hidrologi di Kota Pematangsiantar dipengaruhi oleh sungai-sungai yang mengalir melintasi Kota seperti Bah Bolon, Bah Hapal, Bah Biak, Bah Sigulang-gulang, Bah Kapul, dan Bah Kadang. Dengan kondisi hidrologi tersebut dan dengan curah hujan sebesar 66-407 mm/tahun, maka perencanaan jaringan drainase dengan system pengeringan alami merupakan pilihan terbaik untuk system drainase Kota Pematangsiantar.

Dalam sistem jaringan drainase dengan system pengeringan alami tersebut, air hujan diusahakan secepatnya untuk dialirkan melalui anak sungai dan saluran drainase primer menuju badan air (sungai) terdekat untuk mengurangi lama genangan air. Penanganan saluran/jaringan drainase di atas, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pematangsiantar.

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

1). Kondisi Sistem Drainase

Walaupun dari segi dimensi saluran primer dalam sistem jaringan drainase Kota pematangsiantar sudah mencukupi, namun akibat semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan konversi lahan yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air di wilayah Kota Pematangsiantar dalam beberapa tahun terakhir, serta kondisi saluran yang sudah banyak mengalami kerusakan maka muncul daerah-daerah genangan baru maupun daerah-daerah yang berpotensi/rawan banjir.

Gambar 4.13

Kondisi Drainase Primer Kota Pematangsiantar

Secara teknis, drainase yang terdapat di Kota Pematangsiantar dibedakan atas:

a. Drainase alamiah (natural drainage) yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia, misalnya sungai. Di Kota Pematangsiantar ada beberapa sungai baik itu sungai besar maupun sungai kecil yang bermanfaat sebagai saluran drainase utama/primer dimana sebagian besar sungai-sungai tersebut mengalir dari barat ke timur. Sungai tersebut adalah Sungai Bah Bolon, Sungai Bah Kapul, Sungai Bah Sibarambang, Sungai Bah Bane, Sungai Bah Sibatu-batu, Sungai Bah Silulu, Sungai Bah Karo, Sungai Bah

Saluran Drainase Primer (Sungai Bah Biak)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4-70

b. Drainase buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan dan dimensi saluran. Drainase buatan yang ada di Kota Pematangsiantar umumnya dibangun di sebelah kiri dan/kanan jalan yang bertujuan untuk menampung air buangan dari wilayah permukiman di sekitarnya dan juga untuk tidak menggenangi badan jalan. Secara keseluruhan dapat ditunjukkan panjang jalan dan panjang drainase di Kota Pematangsiantar per kecamatan:

Tabel 4.11

Panjang Jalan dan Drainase Tahun 2011 No Kecamatan Panjang Jalan (m) Panjang Drainase

(m) Keterangan 1 Siantar Barat 16,156.00 25,849.60 Sudah termasuk drainase lingkungan 2 Siantar Timur 56,386.00 90,217.60 3 Siantar Utara 74,920.00 119,872.00 4 Siantar Selatan 37,976.00 60,761.60 5 Siantar Martoba 42,030.00 67,248.00 6 Siantar Sitalasari 62,506.00 100,009.60 7 Siantar Marihat 61,432.00 98,291.20 8 Siantar Marimbun 42,855.00 68,568.00 Total 394,261.00 630,817.60

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2012

Menurut konstruksi pembuatan saluran drainase yang ada di Kota Pematangsiantar, maka dapat dibedakan atas:

a. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata. Saluran drainase yang ada di Kota Pematangsiantar sebagian besar merupakan saluran terbuka, baik itu yang berada di pusat kota hingga ke pinggiran kota. Untuk kawasan permukiman, saluran yang dibangun

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

adalah saluran terbuka, sebagai contoh kawasan permukiman di Kelurahan Kampung Kristen yang merupakan kawasan permukiman lama dan Kompleks Perumahan Meranti sebagai kawasan permukiman baru.

b. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Jenis saluran ini dapat dilihat pada Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka yang merupakan daerah pusat kota dengan aktivitas yang padat dan beragam serta lahan yang terbatas sehingga untuk keamanan dan kenyamaman aktivitas yang ada maka saluran drainasenya tertutup.

Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya yang ada di Kota Pematangsiantar:

a. Trapesium, berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan. Hampir seluruh saluran drainase di kawasan permukiman dibangun dengan bentuk trapesium.

b. Segi empat, berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil. c. Kombinasi trapesium dan segi empat, berfungsi untuk menampung dan

menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit minimumnya masih cukup besar. d. Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran dimana bentuk saluran segi

empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak mempunyai lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2&3).

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4-72

Dalam dokumen DOCRPIJM 8e69455516 BAB IV4. bab 4 (Halaman 68-72)

Dokumen terkait