• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 8e69455516 BAB IV4. bab 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 8e69455516 BAB IV4. bab 4"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

BAB 4

RENCANA PROGRAM

INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1 Petunjuk Umum

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang

memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan

peningkatan kualitas generasi yang akan datang. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak, antara lain melalui

pemenuhan perumahan. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan

permukiman sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan di daerah adalah sangat

strategis. Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan tekanan terhadap ruang dan

lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman. Masih banyaknya masyarakat yang

tinggal di permukiman yang kurang layak huni.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor,

hasilnya langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Demikian pula Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa pembangunan

perumahan dan permukiman akan menjadi salah satu urusan wajib yang harus

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

(2)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pengembangan Permukiman di Kota Pematangsiantar pada hakekatnya adalah untuk

mewujudkan kondisi yang layak huni, aman, nyaman berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat setempat.

Adapun jenis kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perbatasan atau

Bangkim adalah:

A. Pembinaan Teknis Pengembangan Permukiman; (SPPIP dan RPKPP)

SPPIP merupakan terjemahan arahan pengembangan kota untuk pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan selama jangka waktu 20 tahun sebagaimana

arahan dalam RTRW dan RPJPD. Adapun untuk lima tahun pertama didasarkan pada

arahan dalam RPJMD dan KSPD. Adapun lima tahun pertama dalam SPPIP akan menjadi

acuan bagi penyusunan RPKPP dan RPIJM. Selain itu, secara khusus dalam kaitannya

dengan RPIJM yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian

Pekerjaan Umum, SPPIP dan RPKPP ini juga akan menjadi penjebatan dengan RPIJM

Bidang Cipta Karya. SPPIP akan menjadi acuan kebijakan dan program investasi bidang

cipta karya yang tertuang dalam RPIJM, sedangkan RPKPP akan menjadi alat

operasionalisasi RPIJM sebagaimana yang dapat lihat pada gambar 4.1.

Dalam hal ini, program lima tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan

dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaannya di

dalam RPIJM. Adapun program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam

RPIJM tersebut akan dirinci dalam program dan kegiatan yang terukur dari sisi volume,

(3)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.1

Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan umum

1. Penyediaan Infrastruktur Perkotaan (PKP-Kota); Peningkatan Kualitas Permukiman

 Infrastruktur Permukiman Perkotaan Kumuh/Nelayan.

 Infrastruktur Permukiman Perkotaan/Urban Renewal (peremajaan kembali

Rusunawa).

Kriteria penanganan kawasan kumuh adalah:

(4)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

 Kepadatan penduduk antara 250-750 jiwa per Ha.  Lebih dari 60 % rumah tidak layak huni.

 Luas kawasan antara 20 s/d 40 Ha.

Sedangkan penanganan untuk pembangunan dan penyediaan PSD Rusunawa adalah

sebagai berikut:

 Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan

rendah/buruh.

 Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan

kawasan permukiman perkotaan/urban renewal) dan diusulkan apabila sudah

menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.

 Hanya dibangun pada lokasi ynag memenuhi syarat administrasi, fisik, ekologi,

dan tidak berdampak sosial negatif.

 Dibangun diatas tanah pemerintah.

 Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/Pabrik.

Pengembangan Kawasan Permukiman Baru/MBR

a) Infrastrutur Permukiman Skala Kawasan/RSH (70% RSH sudah terbangun).

Adapun target yang termasuk dalam penyediaan PSD Kawasan RSH adalah:

- Dukungan PSD dalam pembangunan RSH yang diperuntukkan bagi

masyarakat berpenghasilan rendah, PNS, TNI/Polri.

- Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.

- Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera

mendorong perkembangan wilayah.

b) Infrastruktur Permukiman Skala Kawasan/Kasiba, Lisiba/BS.

Untuk pengembangan Infrastruktur Kasiba/Lisiba/Lisiba BS adalah:

- Pengembang/REI/Perumnas menyiapkan lahan, kemudian Kab/Kota

menerbitkan SK Kasiba/Lisiba/Lisiba BS.

- Adanya MOU untuk alokasi dana DDUB APBD APBN Pengembang/

REI.

- Kasiba untuk kawasan siap bangun direncanakan peruntukannya > 1000

(5)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2. Penyediaan Infrastruktur Perdesaan (PKP-Desa);

Sasaran dan penanganan untuk penyedian infrastruktur permukiman perdesaan

adalah:

a) Pengembangan PS Kawasan Agropolitan dan Minapolitan

Merupakan kawasan komoditi unggulan penghasil produksi pertanian (buah,

sayur, tanaman hias) dan komoditi unggulan penghasil ikan, udang dll tangkapan

maupun tambak. Kawasan sudah memiliki SK KDH penetapan kawasan.

b) Pengembangan PS Kawasan Rawan Bencana

Kawasan merupakan lokasi daerah bencana yang mengalami kerusakan

prasarana dan sarana dasar permukiman. Kawasan sudah ditetapkan oleh Kepala

Pemerintah Daerah dan sudah memilik SK KDH Kawasan Rawan Bencana.

c) Pengembangan PS Kawasan Perbatasan dan Pulau – Pulau Terpencil

Adapun target pengembangan PS Kawasan Perbatasan dan pulau-pulau terpencil

adalah:

- Kawasan berbatasa dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai dengan

Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan.

- Kawasan merupakan rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan

budaya.

3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

Adapun target yang ditangani Program PPIP adalah pembangunan jalan poros, jembatan

desa, saluran drainase, talud, gorong-gorong, plat beton, air minum (sumur bor, hidran

umum) irigasi desa dan MCK komunal. Kawasan sudah memililki SK KDH Penetapan

(6)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4. PNPM PISEW (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah)

Adapun target yang ditangani Program PNPM PISEW adalah pembangunan jalan

poros, jembatan desa, saluran drainase, talud, gorong-gorong, plat beton, air minum

(sumur bor, hidran umum) irigasi desa dan MCK komunal, composting, pasar desa,

rehab gedung sekolah dan fasilitas kesehatan. Kawasan sudah memiliki SK KDH

Penetapan KSK (Kawasan Strategi Kabupaten) berdasarkan usulan dari Kepala

Daerah.

4.2 Sektor Pengembangan Permukiman dan Perbatasan

4.2.1. Kondisi Umum

A. Gambaran Umum

Penduduk Kota Pematangsiantar tersebar pada 8 kecamatan, dimana

Kecamatan Siantar Utara merupakan kawasan yang menampung jumlah

penduduk terbesar, yaitu 51.431 jiwa, sementara Kecamatan Siantar

Marimbun merupakan kawasan yang menampung jumlah penduduk terkecil,

yaitu 13.294 jiwa. Adapun kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan

Siantar Barat dan Siantar Utara, yaitu masing-masing 15.142 jiwa/km2 dan

14.091 jiwa/km2, dimana hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk

tertinggi di Kota Pematangsiantar berlangsung pada kedua kecamatan tersebut.

Angka kemiskinan Kota Pematangsiantar diketahui mencapai angka 7,31%

dari jumlah penduduk. Dengan angka 7.31% berarti kondisi kemiskinan

masyarakat di Kota Pematangsiantar sebetulnya tidak terlalu mencemaskan,

namun harus tetap menjadi perhatian pemerintah kota.

Kota Pematangsiantar mengalami pertambahan pertumbuhan yang lambat hal

ini disebabkan adanya arus migrasi keluar (out-migration) yang cukup kuat

(7)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

kepadatan tinggi/sedang yaitu Siantar Selatan, Siantar Barat, Siantar Utara dan

Siantar Timur. Hal ini mencerminkan bahwa ke-4 kecamatan tersebut

mengalami konsentrasi kegiatan ekonomi perkotaan dan sekaligus mengalami

permasalahan permukiman tertinggi.

B. Prasaran dan Sarana Permukiman

Pengembangan permukiman di wilayah Kota Pematangsiantar hakekatnya

adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan yang layak huni (liveable), aman,

nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Di Kota Pematangsiantar

bangunan-bangunan yang ada terdiri dari bangunan perumahan, perdagangan,

pertokoan, jasa perkantoran, pendidikan dan peribadatan. Bangunan-bangunan

tersebut hampir terkonsentrasi, sehingga kepadatan bangunan sangat tinggi.

Sebagian besar bangunan rumah yang terdapat di Kota Pematangsiantar terdiri

dari bangunan dengan konstruksi batu namun masih banyak terdapat kawasan

permukiman yang masih minim akan sarana dan prasarananya.

Keberadaan kawasan kumuh di Kota Pematangsiantar tersebar hampir merata

disetiap kecamatan terutama di kawasan bantaran sungai yang terdapat di

Kecamatan Siantar Utara, hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertambahan

penduduk dengan pembangunan, tingkat penghasilan yang masih rendah dan

(8)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.2

Kawasan Permukiman Kumuh di Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Utara

Kota Pematangsiantar memiliki 3 (tiga) wilayah yang ditetapkan Kementerian

Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI Cq Deputi Bidang Pengembangan

Kawasan sebagai Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh

Berbasis Kawasan (PLP2KBK). Ketiganya adalah Kelurahan Martoba Siantar

Utara, Banjar di Siantar Barat, dan Tomuan di Siantar Timur, yang dikuatkan

Keputusan Walikota Nomor 050-13/090/2011. Ketiga daerah kumuh ini akan

segera diperbaiki melalui penanganan kawasan berbasis lingkungan.

Gambar 4.3

Kawasan Kumuh dan Padat di Kota Pematangsiantar

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032

1. Kelurahan Martoba Siantar Utara,

2. Kelurahan Banjar Siantar Barat, 3. Kelurahan

(9)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

C. Prasarana dan Sarana Permukiman

Permukiman di Kota Pematangsiantar lokasinya tersebar di seluruh kecamatan

dan kecamatan yang relatif prosentasenya terbesarnya didominasi perumahan

dan permukiman adalah Siantar Barat dan siantar Utara sedangkan daerah

dengan prosentase permukiman terendah terletak di wilayah administrasi

Kecamatan Siantar Marimbun.

Permukiman yang dibangun secara swadaya oleh penduduk berpendapatan

rendah cenderung berkembang di sekitar dan pinggiran sungai, tebing dan

parit. Umumnya permukiman tersebut kurang baik penataannya dan prasarana

permukiman yang dimiliki pun kurang memadai, sebagaimana terdapat di

sebagian Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Utara, yang berlokasi

di pinggiran Sungai. Kawasan permukiman di Kecamatan Siantar Barat,

umumnya memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan

Kecamatan lainnya. Sebaliknya, permukiman yang dibangun secara swadaya

oleh penduduk berpendapatan menengah ke atas dan perusahaan pengembang

dapat tertata dengan baik serta dilengkapi dengan prasarana permukiman yang

memadai. Kawasan permukiman seperti ini berlokasi di sebagian besar

Kecamatan Siantar Barat. Beberapa kompleks perumahan (yang dibangun oleh

developer) tampak mulai dikembangkan ke arah Kecamatan Siantar Barat.

4.2.2 Parameter Teknis Wilayah

Hal-hal yang menjadi parameter teknis wilayah pada bidang pengembangan/

pembangunan permukiman adalah:

(10)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.2.3 Aspek Pendanaan

Pembiayaan untuk Pengembangan Permukiman di Kota Pematangsiantar direncanakan

diperoleh dari APBN, APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran 2013 – 2017, disamping itu

Pemerintah Kota Pematangsiantar menyediakan dana pendamping untuk setiap usulan

program dan kegiatan bidang PU/Cipta Karyaan.

4.2.4 Sasaran

Sasaran yang harus dicapai dalam pembangunan PSD permukiman, adalah

1. Target Nasional antara lain:

 Terkendalinya pertumbuhan di Kota Pematangsiantar dalam suatu sistem wilayah

pembangunan yang nyaman, efisien dalam pengelola serta pembangunan

berkelanjutan.

 Penurunan luasan kawasan kumuh dipermukiman.

 Tercapainya kebutuhan hunian bagi masyarakat yang sehat, efisien, akuntabel.  Menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah permukiman

 Pengembangan kawasan yang berpotensial berkembangan dan nilai lebih dari

kawasan lainnya

2. Kebijakan dan strategi pembangunan PSD permukiman segi teknis pendanaan dan

pelaksanaan.

4.2.5 Permasalahan Pengembangan Permukiman

Berdasarkan hasil survey di lapangan, permasalahan yang dijumpai di Kota

Pematangsiantar salah satunya adalah jalan lingkungan/setapak yang telah mengalami

kerusakan dapat di temui di hampir setiap kecamatan. Kerusakan tersebut banyak dijumpai

di kawasan-kawasan yang padat penduduknya sehingga kawasan tampak kumuh.

Permukiman yang tidak tertata juga menjadi penyebab terjadinya kekumuhan sehingga

(11)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Luas Permukiman berpusat di pusat Kota Pematangsiantar dengan luas kawasan yang

relatif sempit mengakibatkan tingkat kepadatan yang tinggi;

- Backlog rumah mencapai 6.593 unit (2008);

- Kawasan permukiman kumuh di pusat kota dengan 758 unit (1.4%) rumah kumuh

(2008);

- Terdapat sekitar 21% atau 10.905 uniy rumah yang tergolong rumah tidak sehat;

- Ketersediaan lahan untuk pembangunan permukiman baru (eks HGU)

- Sulitnya relokasi penataan kawasan kumuh terutama di kawasan bantaran sungai;

- Konflik pemanfaatan lahan permukiman dengan lahan pertanian.

- Terbatasnya lahan untuk pembangunan infrastruktur.

Permukiman tersebar di seluruh wilayah Kota Pematangsiantar, namun terkosentrasi di

bagian inti kota (Kecamatan Siantar Utara, Siantar Selatan, Siantar Timur, dan Siantar

Barat) serta di sekitar jarinagn jalan arteri primer (Jl. Medan, Jl. Parapat, Jl. Asahan, Jl.

Melanton Siregar). Luas Kawasan Permukiman mencapai 2.008,16 Ha (25,11%). Terdapat

3 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di Kelurahan Banjar dengan luas 36

Ha total 6.390 jiwa, Kelurahan Martoba dengan luas 32 Ha total 10.089 jiwa, dan

Kelurahan Tomuan dengan luas 91 Ha total 9.405 Ha.

A. Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan Dan Rekomendasi.

1). Analisa Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah

Dengan melihat kondisi permukiman di Kota Pematangsiantar maka kondisi

permukiman yang ada masih jauh dari tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam

pengembangan permukiman. Kebutuhan akan prasarana dan sarana permukinan

menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk menciptakan lingkungan

(12)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesejahteraan dan

keselamatan masyarakat, meningkatnya kemudahan bagi masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan prasarana dan sarana permukiman, meningkatnya investasi

swasta secara nyata dalam pembiayaan prasarana dan sarana permukiman.

Di Kota Pematangsiantar ada beberapa jenis kawasan permukiman yang tersebar di

beberapa kecamatan dan butuh penanganan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Sebaran Kawasan Permukiman

JENIS PERMUKIMAN

1 PERMUKIMAN BARU

1. Kawasan Permukiman Pengembangan Baru Tanjung Pinggir-Gurilla

2. Kawasan Permukiman baru Tozai

2 PERMUKIMAN INDUSTRI

1. Kawasan Permukiman Pendukung Industri Siantar Martoba

3 PERMUKIMAN PERTANIAN

1. Kawasan Pendukung kegiatan Agribisnis Marihat-Marimbun

4 PERMUKIMAN PUSAT KOTA

1. Kawasan Permukiman Kumuh Banjar

2. Kawasan Permukiman Kumuh Martoba

3. Kawasan Permukiman Kumuh Tomuan

4. Kawasan Permukiman Kumuh Bantan

5. Kawasan Permukiman Kumuh Melayu

6. Kawasan Permukiman Kumuh Kebun Sayur

7. Kawasan Permukiman Kumuh Baru

8. Kawasan Permukiman Kumuh Pardomuan

9. Kawasan Permukiman Perdagangan Megaland

(13)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Selain pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman, pemberian sosialisasi

dapat dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya

menjaga kebesihan dan kesehatan lingkungan.

2). Rekomendasi

Setelah mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan skala prioritas, maka

direkomendasikan bahwa kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:

1. Dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman untuk

meningkatkan kualitas permukiman kumuh. Langkah ini difokuskan pada

kawasanseluruh kecamatan terutama Kecamatan Siantar Utara dan Siantar Barat.

2. Dilakukan pembangunan RUSUNAWA pada kawasan padat dan kumuh, dalam

hal ini diutamakan pada kawasan yang telah tersedia lahannya. Dilakukan

pembangunan KASIBA - LISIBA, diutamakan pada kawasan yang telah tersedia

lahannya.

4.2.6 Usulan Pengembangan Permukiman

A. Sistem Infrastruktur Permukiman yang diusulkan 1. Penataan/peningkatan infrastruktur RSH

2. Pembangunan Rusunawa

3. Penataan/Peningkatan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan

B.Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Disusun dengan memperhatikan fungsionalisme proyek yang akan

(14)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

 Pengadaan jaringan air minum;  Penyediaan fasilitas persampahan; dll

b. Penataan/peningkatan infrastruktur RSH

 Peningkatan jalan lingkungan;  Perbaikan saluran;

 Pengolahan limbah;

 Pengadaan jaringan air minum;

c. Pembangunan Rusunawa

d. Penyediaan Kasiba/Lisiba permukiman RSH.

Pembiayaan proyek pengembangan permukiman di Kota Pematangsiantar

diharapkan berdasarkan klasifikasi dan tanggung jawab dari masing - masing

pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, provinsi, pusat dan swasta

maupun masyarakat.

4.3 Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan (PBL)

4.3.1 Petunjuk Umum

Sesuai dengan Visi Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yaitu terwujudnya

Bangunan Gedung dan Lingkungan yang berjati diri, layak huni, dengan misi

memperdayakan masyarakat dalam penyelenggara bangunan gedung yang tertib, layak

huni, berjati diri, serasi dan selaras dengan lingkungan, sehingga masyarakat lebih mandiri

dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Program Penataan

Bangunan dan Lingkungan itu meliputi:

a. Penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib, fungsional,

andal dan efisien;

b. Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri;

c. Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat

memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;

(15)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

e. Pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur untuk menunjang investasi dan

pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam kondisi keadaan penduduk suatu kawasan yang bercampur baur maka penataan

bangunan dan lingkungan permukiman harus disesuaikan dengan kondisi fisik, ekonomi

dan sosial budaya suatu kawasan. Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan upaya

yang diperlukan untuk pemanfaatan ruang di perkotaan maupun di perdesaan. Hal yang

akan dicapai dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan dan

lingkungan yang berwawasan ramah lingkungan, fungsionalnya tercapai, dapat dilihat

efisiensinya dan bentuk fisiknya berjati diri. Bangunan yang ditata dengan baik sesuai

dengan fungsinya dan memenuhi kaidah-kaidah dan nilai arsitektur menjadikan kawasan

dan lingkungan tersebut berjati diri, dapat memberikan nilai tambah sosial dan ekonomi

yang mendominasi lingkungan tersebut. Pelestarian bangunan-bangunan bersejarah yang

dilindungi dan dilestarikan dengan tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi

rekayasa bangunan dapat menunjang peningkatan perekonomian di Kota Pematangsiantar.

Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan

Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan kabupaten/kota agar

mampu melaksanakan amanat UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Di samping

hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang

harus disusun oleh pemerintah secara komprehensif, akomodatif dan responsif.

(16)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Aksesibilitasi Pada Bangunan Gedung

- Sistem Informasi Bangunan Gedung dan Arsitektur

- Rehabilitas Bangunan Gedung Negara

- Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B).

4.3.3 Penataan Lingkungan Permukiman

Gambaran secara umum penataan lingkungan permukiman antara lain:

- Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

- Ruang Terbuka Hijau (RTH)

- Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan negara.

- Dukungan PSD penataan dan revitalisasi kawasan

4.3.4 Pencapaian Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pencapaian penataan bangunan, gedung dan lingkungan, yaitu:

- Grand Strategi 1: Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.

- Grand Strategi 2: Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri.

- Grand Strategi 3: Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan

ekonomi.

- Grand Strategi 4: Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur

bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk

menunjang kearifan budaya lokal.

- Grand Strategi 5: Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembagunan Regional/Internasional

(17)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.3.5 Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan yaitu:

a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan

gedung dan rumah negara;

b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi

persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman;

c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman;

d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan

produktivitas masyarakat;

e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan

kota;

f. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun

internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan

Permukiman;

g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah

arsitektur lokal dan nilai tradisional;

h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan

dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya);

i. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur

Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

4.3.6 Profil Rinci Penataan Bangunan dan Lingkungan

A. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

(18)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

kali kota ini menjadi kota transit untuk bepergian ke kota lain di Sumatera

Utara dan Sumatera Barat.

Meskipun Kota Pematangsiantar menjadi kota terbesar kedua di Sumatera

Utara, sebagai pusat kota, hanya ada dua ruas jalan yaitu Jln. Dr. Sutomo dan

Jln. Merdeka. Kedua ruas jalan tersebut bahkan bersebelahan, dan merupakan

pusat keramaian. Bila diperhatikan, di Kota Pematangsiantar masih sedikit

terdapat bangunan tinggi. Trotoar untuk pejalan kaki juga lumayan berfungsi,

tidak terlalu penuh dengan pedagang kaki lima.

Gambar 4.4

Situasi Kawasan Kota Pematangsiantar

Selain itu beberapa kawasan wilayah rawan bencana di Kota Pematangsiantar umumnya

adalah kawasan yang terletak di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang sering

mengalami kebanjiran dan longsor pada musim hujan, yang perlu perencanaan dan

penanganan yang terpadu dengan meminimalisir pembangunan (built up area) pada

(19)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.5

Kawasan Permukiman Padat dan Kumuh di Daerah Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Timur

B. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pemerintah Kota Pematangsiantar belum memiliki Peraturan Daerah (PERDA)

untuk bangunan gedung, namun demikian peraturan daerah mengenai izin

mendirikan bangunan telah disusun dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun

2003. Tetapi dalam pemberian izin bangunan pelaksanaannya belum efektif.

Hal ini terlihat dengan masih banyaknya bangunan gedung yang tidak

memiliki IMB.

C. Permasalahan Yang Dihadapi

Adapun permasalahan yang sering dihadapi Pemerintah Kota Pematangsiantar

dalam penataan bangunan adalah:

1. Belum adanya penanganan untuk pencegahan dan penaggulangan bahaya

kebakaran pada kawasan permukiman padat penduduk dan kawasan-

(20)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

3. Pembangunan bangunan gedung belum memperhatikan Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan belum semua kawasan di Kota

Pematangsiantar memiliki dokumen RTBL.

4. Bangunan lama yang sudah ketinggalan dan tidak bernilai ekonomis serta

tidak pula sejalan dengan perkembangan permukiman dan perluasan lahan

dibiarkan tidak tertata.

5. Masih banyak kawasan cagar budaya dan wisata alam di Kota

Pematangsiantar yang tidak tertata dengan baik.

6. Hampir setiap bantaran sungai di Kota Pematangsiantar masih terlihat

kumuh. Hal ini terjadi karena sebagian masyarakat membangun

permukiman ke arah bantaran sungai yang berdampak pada lingkungan

tidak sehat sehingga perlu adanya penataan ulang.

7. Masih kurangnya ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik di Kota

Pematangsiantar.

D. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi

Analisa Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Setelah ditelusuri dan dianalisa ditemukan bahwa permasalahan penataan

bangunan dan lingkungan yang sesungguhnya adalah:

1. Perlu dilakukan penyusunan Peraturan Penataan Bangunan dan

Lingkungan.

2. Perlu dilakukan penyusunan Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan

Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara.

3. Dilakukan Rencana Tindak Kawasan Tradisional dan Bersejarah yang

Meningkat Kualitasnya.

4. Pemerintah Kota Pematangsiantar memerlukan dana yang besar untuk

penataan dan revitalisasi kawasan akibat ketidakmampuan masyarakat

daerah hunian yang secara umum tidak mampu. Dilain pihak

Pemerintah memiliki dana yang terbatas.

5. Perlu adanya penyusunan RTBL bagi kawasan - kawasan yang pesat

(21)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

E. Rekomendasi

Dari analisis permasalahan diperoleh beberapa keluaran antara lain:

1. Perlunya pengusulan dana kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Provinsi perihal bantuan dana untuk penataan bangunan dan lingkungan di

Kota Pematangsiantar.

2. Sosialisasi pemahaman tentang Penataan Bangunan dan Lingkungan

kepada masyarakat terutama masyarakat pemilik gedung dan lahan yang

akan ditata untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

F. Usulan dan Prioritas Program

Berdasarkan permasalahan yang ada, untuk terwujudnya Penataan Bangunan

dan Lingkungan di Kota Pematangsiantar, maka pemerintah telah membuat

suatu program penataan lingkungan yang meliputi:

1. Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan.

2. Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK).

3. Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

4. Infrastruktur Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

5. Dukungan Prasarana Dasar Penataan dan Revitalisasi Kawasan

6. Rehabilitasi Gedung Negara/Bersejarah

7. Rencana Tindak Penanganan Lingkungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan

(22)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.6

Rencana Jaringan Jalur Pejalan Kaki

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032

Gambar 4.7

Rencana Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Di Kota Pematangsiantar

Revitalisasi Kawasan Bersejarah Makam Raja Sangnawaluh Revitalisasi Kawasan Taman

Bunga - Satasiun KA

Rencana Jaringan Jalan Pejalan Kaki

(23)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

G. Aspek Pendanaan

Pembiayaan untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Pematangsiantar

direncanakan diperoleh dari APBN dan APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran

2013 – 2017.

4.4 Sub Bidang Air Limbah

4.4.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah.

Semua program/ kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi

masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air

limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal

wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air

sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah

industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air

limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari

air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti:

diare, thypus, kolera dll.

Sasaran program/kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada Rencana

Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014, yaitu:

a. Pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2009 di semua Kabupaten/Kota;

b. Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun;

c. Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah;

d. Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50% pada akhir

(24)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Upaya pencapaian sasaran RPJMN tahun 2010 - 2014, kebijakan dan strategi yang dapat

dilakukan meliputi:

 Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site

di perkotaan dan perdesaan;

 Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman;  Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem

pengelolaan air limbah permukiman;

 Penguatan kelembagaan;

 Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap daerah mempunyai karakteristik

yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan

sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system);

b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site syatem) adalah sistem

penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan

fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya

diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik (septic

(25)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.8

Sistem Pengolahan Air Limbah Komunal/Individual

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

Sedangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem

penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan

masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi membutuhkan

biaya investasi yang tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup

tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun

pompa dan instalasi pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi

saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metode self cleansing

(26)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.9

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Off- Site (Skala Kota)

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

4.4.2 Profil Air Limbah.

A. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

Secara umum produksi air limbah di Kota Pematangsiantar dihasilkan dari

limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal

dari kegiatan rumah tangga sehari-hari yang disebabkan kegiatan mandi, cuci,

dan lainnya. Limbah rumah tangga biasanya berupa limbah cairan yang

langsung dialirkan ke parit atau dibuang ke saluran yang dibuat di belakang

rumah, sedangkan pembuangan limbah padat dilakukan pada cubluk dan

septictank. Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan

dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat

(27)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Di Kota Pematangsiantar sebagian besar pembuangan air limbah disalurkan ke

saluran drainase, sementara untuk limbah tinja manusia penduduk sudah

menggunakan jamban dari semi permanen sampai permanen untuk

pembuangannya sebahagian sudah menggunakan dengan resapan septic tank

yang terletak di belakang bangunan rumah.

Gambar 4.9

(28)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Beban limbah yang semakin tidak terkontrol yang terus bertambah seiring

bertambahnya jumlah penduduk kelak dapat berubah menjadi kerawanan

sosial, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan menurunkan produktifitas

masyarakat, sehingga perlu pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu

khususnya dilingkungan permukiman padat dan kumuh. Secara umum

produksi air limbah di kawasan kumuh banyak dihasilkan dari limbah rumah

tangga, karena masih sedikit industri di kawasan perencanaan yang beroperasi

dengan memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Sampai sejauh ini cakupan pelayanan air limbah saat ini mencakup hampir

semua wilayah Kota Pematangsiantar yaitu dengan menggunakan septic tank.

Jumlah produksi lumpur tinja di Kota Pematangsiantar mencapai 12,44

m2/hari.

Seluruh kawasan Kota kecuali, Kel. Bah Sorma Kec. Siantar Sitalasari, Kel.

Tambun Tonga Kec. Siantar Martoba, Kel. Siopat Suhu Kec. Siantar Timur,

Kel. Simalungun Kec. Siantar Selatan, Kel. Marihat Jaya Kec. Siantar

Marimbun, dan Kel. Suka Makmur Kec. Siantar Marihat sudah mendapat

pelayanan air limbah (septic tank). Di Kecamatan Siantar Barat dan Utara

seperti Martoba dan Banjar saluran drainase juga berfungsi sebagai saluran

pembuangan limbah cair. Hingga saat ini belum ada sistem pembuangan

limbah secara khusus (misalnya dengan sistem perpipaan) yang di salurkan

dengan yang disalurkan menuju instalasi pengolahan limbah. Dalam menjalani

fungsinya, baik sebagai saluran drainase maupun saluran pembuangan limbah

cair, parit-parit yang ada memiliki fungsi yang berjenjang, yaitu saluran

(29)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebijaksanaan dalam pengelolaan sistem penyaluran air limbah kota, adalah

sebagai berikut:

1). Sistem pengelolaan air limbah domestik, yang meliputi:

 Sistem setempat komunal di perumahan kepadatan tinggi

 Sistem perpipaan terpusat di kawasan pusat kota dimana pembuangan

air limbahnya dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul

dan diolah, serta dibuang secara terpusat

 Sistem setempat individual melalui pengolahan dan pembuangan air

limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang

belum memiliki sistem terpusat

 Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di

Kelurahan Siantar Martoba

2). Sistem pengelolaan air limbah industri, yang meliputi pengembangan

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan industri pengolahan

hasil pertanian dan industri rumah tangga

3). Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), yang

dikembangkan di Kelurahan Simalungun.

C. Permasalahan Yang Dihadapi

Dalam sektor air limbah dan sanitasi, terdapat beberapa isu dan permasalahan:

1. Pada kawasan pinggir sungai yakni sekitar 10 kelurahan membuang tinja ke

sungai dan parit yang menimbulkan pencemaran sungai yang disebabkan

masih minimnya IPAL dan septic tank komunal.

2. Limbah rumah tangga umumnya di buang ke parit depan rumah dan

dialirkan ke sungai.

3. Belum ada pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan teknis.

(30)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

D. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 1). Analisa Permasalahan

Selama ini air limbah yang dihasilkan masih terkendali, tetapi air limbah

buangan ini di masa mendatang akan menjadi masalah serius di Kota

Pematangsiantar yang dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat

dan dapat mencemari air sungai karena sebagian masyarakat yang tinggal

di pinggiran sungai membuang air limbah langsung ke sungai. Sehingga

perlu dipersiapkan Suatu Sistem Pengolahan Air Limbah yang terpadu

dan terkoordinir.

Selain itu pembangunan dan pengelolaan air limbah yang belum terarah

dan terpadu dikarenakan air limbah menyatu dengan air limpasan ke

saluran drainase. Apabila saluran meluap maka akan ikut serta meluapkan

air limbah ke sekitarnya sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan

menjadikan lingkungan tidak sehat.

2). Rekomendasi

Penanganan air limbah terkait juga dengan kondisi sosial ekonomi

masyarakat oleh karena itu analisis kebutuhan juga harus

mempertimbangkan faktor ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka

analisis kebutuhan yang diperlukan adalah:

- Jaringan air limbah

Pembuatan jaringan air limbah terutama untuk pembuangan air limbah

pada kawasan perkotaan, ini juga menghindari terjadinya buangan air

limbah pada saluran drainase.

- Kendaraan pengangkut tinja

Untuk peningkatan pelayanan air limbah dimasa mendatang,

penambahan armada diperlukan mengingat sampai saat ini untuk

(31)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Perbaikan bangunan IPLT

Semakin meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah limbah yang di

buang untuk menghindari terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh

limbah maka tersedianya instalasi pengolahan limbah terpadu yang

dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kebutuhan yang harus

diperhatikan.

- Sanimas

Untuk menjaga pencemaran lingkungan perlu dibangun septic tank

komunal pada kawasan kumuh terutama kawasan yang belum memiliki

sarana air limbah.

E. Usulan Dan Prioritas Program

1. Penambahan unit truk tinja mengingat hanya terdapat 1 unit truk tinja

dengan siklus penyedotan rata- rata 2-3 kali sehari.

2. Penambahan fasilitas IPLT

3. Pembangunan IPAL Komunal komunal karena septic tank individu (on

site sanitation) pada kawasan pusat kota sudah penuh

4. Pembangunan jaringan air limbah

5. Pembangunan Sanimas

F. Aspek Pendanaan

Pembiayaan proyek pengelolaan prasarana dan sarana air limbah

direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan

(32)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.5 Sub Bidang Persampahan

4.5.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

Sesuai arahan kebijakan pengelolaan persampahan yang tertera dalam Undang-Undang No.

18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah bahwa penyelenggaraan pengolahan sampah,

pengurangan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah,

pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap penyelenggaraan

pengelolaan sampah. Dan pada pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus

menutup tempat pemprosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem

pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak

diberlakukannya undang-undang ini.

Semua Program/Kegiatan Sub Bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai masyarakat

hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah, dan mengacu pada

kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana strategis (Renstra) di Pusat

maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.

Sasaran program/kegiatan dalam penanganan dan pengelolaan persampahan mengacu

pada Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 - 2009, yaitu:

1. Meningkatkan jumlah sampah terangkut;

2. Meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang

berwawasan lingkungan (environmental friendly).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 21/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan

(KSNP-SPP), adalah:

a. Pengurangan sampah maksimal, semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya;

b. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan;

(33)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4-10

Sistem Pengolahan Sampah

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

4.5.2. Profil Persampahan

A. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini

Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua.

Pertama, pembuangan secara individual, yaitu masyarakat membuat

sampahnya sendiri-sendiri dengan metode dan cara yang tersendiri. Kedua,

membuang secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah setempat atau

diserahkan kepada swasta. Cara pembuangan sampah di Kota Pematangsiantar

diarahkan secara kolektif atau pengelolaan dengan menyediakan tempat

sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Hal

ini dilakukan dengan pertimbangan pada tahap akhir pembuangan sampah

secara individual sudah tidak efisien lagi. APBD

TPA

Sumber sampah Sumber sampah

Sumber sampah

Sta Antara / ITF

APBN

3 R

3 R

(34)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Daerah Kota Pematangsiantar, instansi yang terkait dalam pengelolaan sektor

persampahan di Kota Pematangsiantar adalah Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan, Sub-Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar. Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan bekerjasama dengan pihak Kecamatan,

Kelurahan, UPTD Terminal, UPTD Perparkiran, Dinas Pasar, Dinas PU, dan

Satuan Kerja Penanganan Persampahan/Kebersihan Kota.

Berdasarkan hasil pencatatan/pengukuran sampah oleh Dinas Lingkungan

Hidup dan Kebersihan Kota Pemaangsiantar, jumlah timbulan sampah dari

68,47% penduduk yang terlayani di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2007,

ada sebesar 596,30 m³/hari. Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat diangkut

hanya sekitar 412,00 m³/hari atau sekitar 71,77% dari timbulan sampah setiap

harinya.

Berikut berdasarkan hasil analisa, pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun

2032, jumlah total volume sampah terbesar berada di Kecamatan Siantar Utara

dengan total timbulan sampahnya yaitu 153,69 m3/hari. Sedangkan untuk

timbunan sampah terkecil berada si Kecamatan Siantar Marimbun dengan total

timbulan sampah yaitu 36,18 m3/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(35)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.2

Proyeksi Total Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Sampah Di Kota Pematangsiantar

Kecamatan Jenis Penggunaan

Jumlah Penduduk Standard KEBUTUHAN

2012 2017 2022 2027 2032 (L/Org/Hari) 2012 2017 2022 2027 2032

(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari

Domestik 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 2 37.59 38.27 40.24 46.5 48.89

Sarana

Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.5 9.4 9.57 10.06 11.62 12.22

Komersial/lain-lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.25 4.7 4.78 5.03 5.81 6.11

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 51.69 52.62 55.33 63.93 67.23

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/50l

(36)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebutuhan

Truk Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/18m3 2.87 2.92 3.07 3.55 3.73

JUMLAH 37.33 38 39.96 46.17 48.55

Siantar

Marimbun

Domestik 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 2 25.49 24.53 25.8 34.65 36.44

Sarana

Umum/Sosial 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.5 6.37 6.13 6.45 8.66 9.11

Komersial/lain-lain 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.25 3.19 3.07 3.22 4.33 4.55

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 35.05 33.74 35.47 47.65 50.1

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/50l

Keb. Gerobak

Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/2m3 17.52 16.87 17.74 23.82 25.05

Kebutuhan

TPS 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/6m3 5.84 5.62 5.91 7.94 8.35

Kebutuhan

Truk Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/18m3 1.95 1.87 1.97 2.65 2.78

JUMLAH 25.31 24.36 25.62 34.41 36.18

(37)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Selatan Sarana

Umum/Sosial 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.5 10.48 10.83 11.38 12.6 13.25

Komersial/lain-lain 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.25 5.24 5.41 5.69 6.3 6.62

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 57.62 59.55 62.62 69.29 72.86

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/50l

Keb. Gerobak

Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/2m3 28.81 29.77 31.31 34.65 36.43

Kebutuhan

TPS 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/6m3 9.6 9.92 10.44 11.55 12.14

Kebutuhan

Truk Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/18m3 3.2 3.31 3.48 3.85 4.05

JUMLAH 41.61 43.01 45.22 50.04 52.62

Domestik 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 2 93.05 100.87 106.07 101.5 106.73

(38)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 127.94 138.7 145.84 139.57 146.76

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/50l

Keb. Gerobak

Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/2m3 63.97 69.35 72.92 69.78 73.38

Kebutuhan

TPS 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/6m3 21.32 23.12 24.31 23.26 24.46

Kebutuhan

Truk Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/18m3 7.11 7.71 8.1 7.75 8.15

JUMLAH 92.4 100.17 105.33 100.8 105.99

Siantar

Utara

Domestik 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 2 98.61 107.47 113.01 106.3 111.77

Sarana

Umum/Sosial 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 0.5 24.65 26.87 28.25 26.57 27.94

Komersial/lain-lain 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 0.25 12.33 13.43 14.13 13.29 13.9

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 135.59 147.77 155.39 146.16 153.69

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

(39)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Keb. Gerobak

Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/2m3 67.8 73.89 77.69 73.08 76.84

Kebutuhan

TPS 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/6m3 22.6 24.63 25.9 24.36 25.61

Kebutuhan

Truk Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/18m3 7.53 8.21 8.63 8.12 8.54

JUMLAH 97.93 106.73 112.23 105.56 111

Domestik 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 2 84.51 91.38 96.09 92.69 97.46

Sarana

Umum/Sosial 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 0.5 21.13 22.85 24.02 23.17 24.37

Komersial/lain-lain 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 0.25 10.56 11.42 12.01 11.59 12.18

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 116.2 125.65 132.13 127.44 134.01

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/50l

(40)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebutuhan

Truk Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/18m3 6.46 6.98 7.34 7.08 7.44

JUMLAH 83.92 90.75 95.43 92.04 96.78

Siantar

Martoba

Domestik 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 2 53.9 54.15 56.94 68.24 71.75

Sarana

Umum/Sosial 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 0.5 13.47 13.54 14.24 17.06 17.94

Komersial/lain-lain 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 0.25 6.74 6.77 7.12 8.53 8.97

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 74.11 74.46 78.3 93.83 98.66

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/50l

Keb. Gerobak

Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/2m3 37.05 37.23 39.15 46.91 49.33

Kebutuhan

TPS 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/6m3 12.35 12.41 13.05 15.64 16.44

Kebutuhan

Truk Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/18m3 4.12 4.14 4.35 5.21 5.48

JUMLAH 53.52 53.78 56.55 67.76 71.26

(41)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sitalasari Sarana

Umum/Sosial 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 0.5 11.06 11 11.57 14.26 14.99

Komersial/lain-lain 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 0.25 5.53 5.5 5.79 7.13 7.5

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 60.85 60.52 63.64 78.41 82.45

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/50l

Keb. Gerobak

Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/2m3 30.42 30.26 31.82 39.21 41.23

Kebutuhan

TPS 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/6m3 10.14 10.09 10.61 13.07 13.74

Kebutuhan

Truk Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/18m3 3.38 3.36 3.54 4.36 4.58

JUMLAH 43.95 43.71 45.96 56.63 59.55

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 659.05 693.01 728.72 766.27 805.76

(42)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4-42

B. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada Berdasarkan hasil pencatatan/ pengukuran sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan Kota Pematangsiantar, jumlah timbulan sampah dari 68,47% penduduk

yang terlayani di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2007, ada sebesar 596,30 m³/hari.

Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat diangkut hanya sekitar 412,00 m³/hari atau

sekitar 71,77% dari timbulan sampah setiap harinya.

Dalam melaksanakan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar, Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar memiliki sarana dan

parasarana sebagai berikut:

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Di Kota Pematangsiantar Tahun 2007

Sumber: RPIJM Kota Pematangsiantar 2009

(43)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sistem pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar dilakukan melalui beberapa

tahap, yaitu: Pewadahan, Pengumpulan, Pemindahan, Pengangkutan, dan Pembuangan

Akhir.

1. Pewadahan

Jenis pewadahan yang umumnya digunakan oleh masyarakat adalah kantong Plastik,

drum, atau bin plastik tanpa tutup serta sebagian kecil masyarakat membuang sampah

ke TPSS tanpa perwadahan.

2. Pengumpulan

Pelaksanaan pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar dibantu oleh petugas

kebersihan dari masing-masing Kelurahan, Kecamatan, UPTD Terminal, Dinas Pasar,

dan Dinas PU serta masyarakat yang secara sadar membuang sampah ke TPSS

tersebut.

3. Pemindahan

Pada saat ini pelaksanaan pemindahan sampah masih terbatas pada lokasi-lokasi

timbulansampah tertentu, seperti kompleks perumahan, pasar, terminal, dan ruang

terbuka umum dengan menggunakan becak sampah dan pick up sampah yang

kemudian diangkut ke TPSS terdekat.

Sedangkan lokasi-lokasi timbulansampah yang lain seperti area permukiman,

perkantoran, dan pertokoan langsung diangkut dengan armada pengangkut sampah

atau dengan menggunakan sistem pengumpulan langsung di TPSS terdekat.

4. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan dengan armada pengangkut sampah yang terdir dari dump

truck dan arm roll truck yang mengangkut sampah dari TPSS atau container ke TPA

Tanjung Pinggir, untuk kemudian dilakukan pengolahan/ pembuangan akhir.

5. Pembuangan Akhir

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kota Pematangsiantar berada di daerah

(44)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4-44

Lokasi penimbunan pertama seluas 3 Ha digunakan sejak Tahun 1992 dan telah

ditutup pada Tahun 2001. Sedangkan lokasi penimbunan kedua seluas 2 Ha digunakan

sebagai pengganti lokasi penimbunan pertama yang mulai beroperasi sejak Tahun

2001 sampai sekarang.

Saat ini lokasi penimbunan pertama yang telah ditutup dimanfaatkan untuk pembuatan

kompos dengan melibatkan para pekerja lokal. Proses pembuatan kompos dilakukan

dengan cara mengumpulkan hasil pelapukan/dekomposisi sampah yang kemudian

diayak untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan dengan menggunakan peralatan

sederhana. Kompos yang telah terkumpul dan kemudian dipasarkan oleh pengelola

TPA.

C. Aspek Pendanaan

Pembiayaan proyek pengelolaan persampahan ini direncanakan dibiayai oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui

dana pendamping. Sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan dibiayai

Pemerintah Kota melalui retribusi yang dipungut dari masyarakat untuk PAD meliputi

iuran yang ditentukan berdasarkan biaya operasional harian rata-rata.

D. Aspek Peran Serta Masyarakat

Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang bersih dan asri peran serta masyarakat

sangat dibutuhkan untuk menciptakan hal tersebut diatas, dimana pihak Pemerintahan

Kota Pematangsiantar membuat Program Jumat Bersih yakni dengan melaksanakan

gotong royong yang melibatkan pemerintah dan masyarakat pada setiap hari jumat

tiap bulannya.

Dalam pengelolaan persampahan dapat di lihat peran serta masyarakat dengan

membayar retribusi sampah. Disamping itu peningkatan peran serta masyarakat dalam

(45)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

dan kesehatan. Ini dimaksudkan agar masyarakat tidak membuang sampah

sembarangan khususnya di sungai atau saluran air.

Tabel 4.4

Daftar Program Layanan Yang Berbasis Masyarakat

No Sub sektor

Kondisi sarana saat ini Aspek PMJK

Fungsi Tidak

2 Persampahan Pengadaan Bak

Container

Dinas

Kebersihan

2011 √

- - - - -

3 Persampahan Pengadaan truk

armroll

4 Persampahan Pengadaan

TPSS

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

Tabel 4.5

Kerjasama Terkait Sanitasi

No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Pendapat Media 1 BRI Peduli Pembuatan tong Sampah

di Pasar Horas

(46)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4-46

Partisipasi Dunia Usaha

Pengelolaan Persampahan yang melibatkan dunia usaha di Kota Pematangsiantar

diwujudkan dengan adanya masyarakat pemulung dan usaha jual beli barang bekas.

Dimana sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan dipilah berdasarkan

jenisnya kemudian dijual ke pengumpul barang bekas.

Tabel 4.6

Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan

No Nama Provider Tahun Mulai

Operasi Jenis Kegiatan

1 CV Dalanta Horas 20xx Pengumpul Besar limbah/sampah anorganik

2 UD Purba 20xx Usaha Jual beli Barang

Bekas/Sampah anorganik

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

E. Permasalahan Yang Dihadapi

Berdasarkan kondisi pengelolaan persampahan yang ada di Kota Pematangsiantar saat

ini, ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Operasional TPA Tanjung Pinggir yang dikelola dengan sistem open dumping

perlu segera dipikirkan untuk dicarikan alternatif sistem yang lain, karena sistem

tersebut sebenarnya kurang layak dilihat dari aspek kesehatan/sanitasi lingkungan.

Hal ini karena dengan sistem tersebut samapah yang terbuang dibiarkan mengalami

dekomposisi atau pembusukan secara alami di lahan terbuka yang tentu saja

berpengaruh terhadap manusia dan lingkungannya.

2. Adanya keterbatasan sarana dan peralatan untuk pelaksanaan pengelolaan sampah

sehingga mengakibatkan pelayanan persampahan sampai saat ini baru mencakup

(47)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

3. Tempat perwadahan yang bersifat permanent (beton) dan semi permanent (drum

bekas) tanpa tutup perlu dipikirkan kembali penggunaannya, karena selain tidak

fleksibel dan tidak mudah dioperasikan juga sifatnya terbuka sehingga mudah

menimbulkan bau dan lalat.

4. TPSS yang ada di Kota Pematangsiantar saat ini dirasakan masih kurang dapat

melayani kebutuhan masyarakat, terutama di permukiman padat, sehingga masih

banyak yang membuang sampah di sembarang tempat.

5. Walaupun sumber pembiayaan dari APBD sudah cukup baik, namun kontribusi

masyarakat dalam pembiayaan dalam bentuk iuran retribusi dirasakan masih

kurang karena masih banyak yang enggan/ tidak mau membayar.

6. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

F. Sasaran Penyediaan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Sampah

Tujuan rencana pengembangan Persampahan Kota Pematangsiantar adalah menjamin

kebersihan lingkungan Kota Pematangsiantar standar demi tercapainya kesehatan

penduduk.

Pertimbangan-pertimbangan dalam rencana pengembangan sistem persampahan Kota

Pematangsiantar adalah:

1. Kota Pematangsiantar mengalami laju pertumbuhan yang rendah dalam periode 20

tahun mendatang (2012-2032). Pertambahan penduduk selama periode tersebut

diproyeksikan sebesar 43.018 jiwa, sehingga jumlah penduduk kota pada Tahun

2032 adalah sebesar 293.003 jiwa.

2. Kebutuhan sampah pada Tahun 2032 diproyeksikan sebesar 2.238.823,62 m³/hari.

3. Arah perkembangan kegiatan perkotaan yang tercermin dari rencana sistem pusat

kegiatan, dimana pusat kota/sub pusat kota direncanakan berada pada kawasan Jl.

(48)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4-48

4. Untuk menampung kebutuhan sampah pada tahun akhir rencana tahun 2032, TPA

saat ini yang berlokasi di Kecamatan Siantar Martoba tidak dapat menampung

kebutuhan sampah pada akhir tahun rencana, oleh sebab itu direncanakan 2 TPA

lagi di seluas 5 hektare yang berada di:

- Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar Sitalasari,

- Lahan eks PTPN III Kecamatan Siantar Martoba.

Adapun proyeksi kebutuhan sampah Kota Pematangsiantar ditunjukkan pada tabel

(49)

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.7

Perkiraan Volume Sampah dan Peralatan yang Dibutuhkan di Kota Pematangsiantar Tahun 2032

Kecamatan Jenis Penggunaan

Jumlah Penduduk Standard

(L/Org/Hari)

KEBUTUHAN

2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032

(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari

Siantar

Marihat

Domestik 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 2 37.59 38.27 40.24 46.50 48.89

Sarana Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.5 9.40 9.57 10.06 11.62 12.22

Komersial/lain-lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.25 4.70 4.78 5.03 5.81 6.11

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 51.69 52.62 55.33 63.93 67.23

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong

Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/50l

Keb. Gerobak Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/2m3 25.85 26.31 27.67 31.97 33.61

Kebutuhan TPS 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/6m3 8.62 8.77 9.22 10.66 11.20

Kebutuhan Truk

Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/18m3 2.87 2.92 3.07 3.55 3.73

Gambar

Gambar  4.2 Kawasan Permukiman Kumuh di Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Utara
Tabel 4.1
Gambar 4.4 Situasi Kawasan Kota Pematangsiantar
Gambar 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Where , untuk menentukan dimana sumber yang berpotensi terjadinya pemborosan energi.. 2) What ,untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan hingga terjadinya

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa Pendidikan Dinas Kabupaten Garut telah melaksanakan penyusunan anggaran program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Pengambilan keputusan dalam keorganisasian biasanya dilakukan secara sepihak oleh penguasa modal dan petani sepenuhnya sebagai penerima keputusan (“ price taker ”). Sistem

Langkah 0 : Tahapan penentuan total waktu tuang dimulai dari pengumpulan data, antara lain: data hasil pengurutan order dan penentuan ukuran batch sebelumnya, status

Berdasarkan uji spesifikasi model yang telah dilakukan serta dari perbandingan goodness of fit -nya, maka model regresi yang digunakan dalam mengestimasikan pengaruh

Mengingat luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Prancis maka masalah yang dapat dibatasi dalam penelitian ini adalah mengenai efektifitas metode kelompok

Adapun variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu kualitas produk pada Avocado Mocha Cream Cake yang dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi alpukat

Jasa ( service ), seperti: konstruksi, pendidikan, pelatihan, dll Hanya saja menurut gaspersz (2002), para manajemen dari perusahaan yang berkompetisi dalam pasar global