Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
BAB 4
RENCANA PROGRAM
INVESTASI INFRASTRUKTUR
4.1 Petunjuk Umum
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang
memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan
peningkatan kualitas generasi yang akan datang. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat
dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak, antara lain melalui
pemenuhan perumahan. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan
permukiman sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan di daerah adalah sangat
strategis. Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan tekanan terhadap ruang dan
lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman. Masih banyaknya masyarakat yang
tinggal di permukiman yang kurang layak huni.
Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor,
hasilnya langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Demikian pula Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa pembangunan
perumahan dan permukiman akan menjadi salah satu urusan wajib yang harus
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Pengembangan Permukiman di Kota Pematangsiantar pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan kondisi yang layak huni, aman, nyaman berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat setempat.
Adapun jenis kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perbatasan atau
Bangkim adalah:
A. Pembinaan Teknis Pengembangan Permukiman; (SPPIP dan RPKPP)
SPPIP merupakan terjemahan arahan pengembangan kota untuk pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan selama jangka waktu 20 tahun sebagaimana
arahan dalam RTRW dan RPJPD. Adapun untuk lima tahun pertama didasarkan pada
arahan dalam RPJMD dan KSPD. Adapun lima tahun pertama dalam SPPIP akan menjadi
acuan bagi penyusunan RPKPP dan RPIJM. Selain itu, secara khusus dalam kaitannya
dengan RPIJM yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum, SPPIP dan RPKPP ini juga akan menjadi penjebatan dengan RPIJM
Bidang Cipta Karya. SPPIP akan menjadi acuan kebijakan dan program investasi bidang
cipta karya yang tertuang dalam RPIJM, sedangkan RPKPP akan menjadi alat
operasionalisasi RPIJM sebagaimana yang dapat lihat pada gambar 4.1.
Dalam hal ini, program lima tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan
dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaannya di
dalam RPIJM. Adapun program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam
RPIJM tersebut akan dirinci dalam program dan kegiatan yang terukur dari sisi volume,
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4.1
Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan umum
1. Penyediaan Infrastruktur Perkotaan (PKP-Kota); Peningkatan Kualitas Permukiman
Infrastruktur Permukiman Perkotaan Kumuh/Nelayan.
Infrastruktur Permukiman Perkotaan/Urban Renewal (peremajaan kembali
Rusunawa).
Kriteria penanganan kawasan kumuh adalah:
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Kepadatan penduduk antara 250-750 jiwa per Ha. Lebih dari 60 % rumah tidak layak huni.
Luas kawasan antara 20 s/d 40 Ha.
Sedangkan penanganan untuk pembangunan dan penyediaan PSD Rusunawa adalah
sebagai berikut:
Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah/buruh.
Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan
kawasan permukiman perkotaan/urban renewal) dan diusulkan apabila sudah
menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.
Hanya dibangun pada lokasi ynag memenuhi syarat administrasi, fisik, ekologi,
dan tidak berdampak sosial negatif.
Dibangun diatas tanah pemerintah.
Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/Pabrik.
Pengembangan Kawasan Permukiman Baru/MBR
a) Infrastrutur Permukiman Skala Kawasan/RSH (70% RSH sudah terbangun).
Adapun target yang termasuk dalam penyediaan PSD Kawasan RSH adalah:
- Dukungan PSD dalam pembangunan RSH yang diperuntukkan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah, PNS, TNI/Polri.
- Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.
- Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera
mendorong perkembangan wilayah.
b) Infrastruktur Permukiman Skala Kawasan/Kasiba, Lisiba/BS.
Untuk pengembangan Infrastruktur Kasiba/Lisiba/Lisiba BS adalah:
- Pengembang/REI/Perumnas menyiapkan lahan, kemudian Kab/Kota
menerbitkan SK Kasiba/Lisiba/Lisiba BS.
- Adanya MOU untuk alokasi dana DDUB APBD – APBN – Pengembang/
REI.
- Kasiba untuk kawasan siap bangun direncanakan peruntukannya > 1000
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
2. Penyediaan Infrastruktur Perdesaan (PKP-Desa);
Sasaran dan penanganan untuk penyedian infrastruktur permukiman perdesaan
adalah:
a) Pengembangan PS Kawasan Agropolitan dan Minapolitan
Merupakan kawasan komoditi unggulan penghasil produksi pertanian (buah,
sayur, tanaman hias) dan komoditi unggulan penghasil ikan, udang dll tangkapan
maupun tambak. Kawasan sudah memiliki SK KDH penetapan kawasan.
b) Pengembangan PS Kawasan Rawan Bencana
Kawasan merupakan lokasi daerah bencana yang mengalami kerusakan
prasarana dan sarana dasar permukiman. Kawasan sudah ditetapkan oleh Kepala
Pemerintah Daerah dan sudah memilik SK KDH Kawasan Rawan Bencana.
c) Pengembangan PS Kawasan Perbatasan dan Pulau – Pulau Terpencil
Adapun target pengembangan PS Kawasan Perbatasan dan pulau-pulau terpencil
adalah:
- Kawasan berbatasa dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai dengan
Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan.
- Kawasan merupakan rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan
budaya.
3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
Adapun target yang ditangani Program PPIP adalah pembangunan jalan poros, jembatan
desa, saluran drainase, talud, gorong-gorong, plat beton, air minum (sumur bor, hidran
umum) irigasi desa dan MCK komunal. Kawasan sudah memililki SK KDH Penetapan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4. PNPM PISEW (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah)
Adapun target yang ditangani Program PNPM PISEW adalah pembangunan jalan
poros, jembatan desa, saluran drainase, talud, gorong-gorong, plat beton, air minum
(sumur bor, hidran umum) irigasi desa dan MCK komunal, composting, pasar desa,
rehab gedung sekolah dan fasilitas kesehatan. Kawasan sudah memiliki SK KDH
Penetapan KSK (Kawasan Strategi Kabupaten) berdasarkan usulan dari Kepala
Daerah.
4.2 Sektor Pengembangan Permukiman dan Perbatasan
4.2.1. Kondisi Umum
A. Gambaran Umum
Penduduk Kota Pematangsiantar tersebar pada 8 kecamatan, dimana
Kecamatan Siantar Utara merupakan kawasan yang menampung jumlah
penduduk terbesar, yaitu 51.431 jiwa, sementara Kecamatan Siantar
Marimbun merupakan kawasan yang menampung jumlah penduduk terkecil,
yaitu 13.294 jiwa. Adapun kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan
Siantar Barat dan Siantar Utara, yaitu masing-masing 15.142 jiwa/km2 dan
14.091 jiwa/km2, dimana hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk
tertinggi di Kota Pematangsiantar berlangsung pada kedua kecamatan tersebut.
Angka kemiskinan Kota Pematangsiantar diketahui mencapai angka 7,31%
dari jumlah penduduk. Dengan angka 7.31% berarti kondisi kemiskinan
masyarakat di Kota Pematangsiantar sebetulnya tidak terlalu mencemaskan,
namun harus tetap menjadi perhatian pemerintah kota.
Kota Pematangsiantar mengalami pertambahan pertumbuhan yang lambat hal
ini disebabkan adanya arus migrasi keluar (out-migration) yang cukup kuat
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
kepadatan tinggi/sedang yaitu Siantar Selatan, Siantar Barat, Siantar Utara dan
Siantar Timur. Hal ini mencerminkan bahwa ke-4 kecamatan tersebut
mengalami konsentrasi kegiatan ekonomi perkotaan dan sekaligus mengalami
permasalahan permukiman tertinggi.
B. Prasaran dan Sarana Permukiman
Pengembangan permukiman di wilayah Kota Pematangsiantar hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan yang layak huni (liveable), aman,
nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Di Kota Pematangsiantar
bangunan-bangunan yang ada terdiri dari bangunan perumahan, perdagangan,
pertokoan, jasa perkantoran, pendidikan dan peribadatan. Bangunan-bangunan
tersebut hampir terkonsentrasi, sehingga kepadatan bangunan sangat tinggi.
Sebagian besar bangunan rumah yang terdapat di Kota Pematangsiantar terdiri
dari bangunan dengan konstruksi batu namun masih banyak terdapat kawasan
permukiman yang masih minim akan sarana dan prasarananya.
Keberadaan kawasan kumuh di Kota Pematangsiantar tersebar hampir merata
disetiap kecamatan terutama di kawasan bantaran sungai yang terdapat di
Kecamatan Siantar Utara, hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertambahan
penduduk dengan pembangunan, tingkat penghasilan yang masih rendah dan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4.2
Kawasan Permukiman Kumuh di Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Utara
Kota Pematangsiantar memiliki 3 (tiga) wilayah yang ditetapkan Kementerian
Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI Cq Deputi Bidang Pengembangan
Kawasan sebagai Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh
Berbasis Kawasan (PLP2KBK). Ketiganya adalah Kelurahan Martoba Siantar
Utara, Banjar di Siantar Barat, dan Tomuan di Siantar Timur, yang dikuatkan
Keputusan Walikota Nomor 050-13/090/2011. Ketiga daerah kumuh ini akan
segera diperbaiki melalui penanganan kawasan berbasis lingkungan.
Gambar 4.3
Kawasan Kumuh dan Padat di Kota Pematangsiantar
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032
1. Kelurahan Martoba Siantar Utara,
2. Kelurahan Banjar Siantar Barat, 3. Kelurahan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
C. Prasarana dan Sarana Permukiman
Permukiman di Kota Pematangsiantar lokasinya tersebar di seluruh kecamatan
dan kecamatan yang relatif prosentasenya terbesarnya didominasi perumahan
dan permukiman adalah Siantar Barat dan siantar Utara sedangkan daerah
dengan prosentase permukiman terendah terletak di wilayah administrasi
Kecamatan Siantar Marimbun.
Permukiman yang dibangun secara swadaya oleh penduduk berpendapatan
rendah cenderung berkembang di sekitar dan pinggiran sungai, tebing dan
parit. Umumnya permukiman tersebut kurang baik penataannya dan prasarana
permukiman yang dimiliki pun kurang memadai, sebagaimana terdapat di
sebagian Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Utara, yang berlokasi
di pinggiran Sungai. Kawasan permukiman di Kecamatan Siantar Barat,
umumnya memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan
Kecamatan lainnya. Sebaliknya, permukiman yang dibangun secara swadaya
oleh penduduk berpendapatan menengah ke atas dan perusahaan pengembang
dapat tertata dengan baik serta dilengkapi dengan prasarana permukiman yang
memadai. Kawasan permukiman seperti ini berlokasi di sebagian besar
Kecamatan Siantar Barat. Beberapa kompleks perumahan (yang dibangun oleh
developer) tampak mulai dikembangkan ke arah Kecamatan Siantar Barat.
4.2.2 Parameter Teknis Wilayah
Hal-hal yang menjadi parameter teknis wilayah pada bidang pengembangan/
pembangunan permukiman adalah:
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4.2.3 Aspek Pendanaan
Pembiayaan untuk Pengembangan Permukiman di Kota Pematangsiantar direncanakan
diperoleh dari APBN, APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran 2013 – 2017, disamping itu
Pemerintah Kota Pematangsiantar menyediakan dana pendamping untuk setiap usulan
program dan kegiatan bidang PU/Cipta Karyaan.
4.2.4 Sasaran
Sasaran yang harus dicapai dalam pembangunan PSD permukiman, adalah
1. Target Nasional antara lain:
Terkendalinya pertumbuhan di Kota Pematangsiantar dalam suatu sistem wilayah
pembangunan yang nyaman, efisien dalam pengelola serta pembangunan
berkelanjutan.
Penurunan luasan kawasan kumuh dipermukiman.
Tercapainya kebutuhan hunian bagi masyarakat yang sehat, efisien, akuntabel. Menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah permukiman
Pengembangan kawasan yang berpotensial berkembangan dan nilai lebih dari
kawasan lainnya
2. Kebijakan dan strategi pembangunan PSD permukiman segi teknis pendanaan dan
pelaksanaan.
4.2.5 Permasalahan Pengembangan Permukiman
Berdasarkan hasil survey di lapangan, permasalahan yang dijumpai di Kota
Pematangsiantar salah satunya adalah jalan lingkungan/setapak yang telah mengalami
kerusakan dapat di temui di hampir setiap kecamatan. Kerusakan tersebut banyak dijumpai
di kawasan-kawasan yang padat penduduknya sehingga kawasan tampak kumuh.
Permukiman yang tidak tertata juga menjadi penyebab terjadinya kekumuhan sehingga
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
- Luas Permukiman berpusat di pusat Kota Pematangsiantar dengan luas kawasan yang
relatif sempit mengakibatkan tingkat kepadatan yang tinggi;
- Backlog rumah mencapai 6.593 unit (2008);
- Kawasan permukiman kumuh di pusat kota dengan 758 unit (1.4%) rumah kumuh
(2008);
- Terdapat sekitar 21% atau 10.905 uniy rumah yang tergolong rumah tidak sehat;
- Ketersediaan lahan untuk pembangunan permukiman baru (eks HGU)
- Sulitnya relokasi penataan kawasan kumuh terutama di kawasan bantaran sungai;
- Konflik pemanfaatan lahan permukiman dengan lahan pertanian.
- Terbatasnya lahan untuk pembangunan infrastruktur.
Permukiman tersebar di seluruh wilayah Kota Pematangsiantar, namun terkosentrasi di
bagian inti kota (Kecamatan Siantar Utara, Siantar Selatan, Siantar Timur, dan Siantar
Barat) serta di sekitar jarinagn jalan arteri primer (Jl. Medan, Jl. Parapat, Jl. Asahan, Jl.
Melanton Siregar). Luas Kawasan Permukiman mencapai 2.008,16 Ha (25,11%). Terdapat
3 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di Kelurahan Banjar dengan luas 36
Ha total 6.390 jiwa, Kelurahan Martoba dengan luas 32 Ha total 10.089 jiwa, dan
Kelurahan Tomuan dengan luas 91 Ha total 9.405 Ha.
A. Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan Dan Rekomendasi.
1). Analisa Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Dengan melihat kondisi permukiman di Kota Pematangsiantar maka kondisi
permukiman yang ada masih jauh dari tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam
pengembangan permukiman. Kebutuhan akan prasarana dan sarana permukinan
menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk menciptakan lingkungan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesejahteraan dan
keselamatan masyarakat, meningkatnya kemudahan bagi masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan prasarana dan sarana permukiman, meningkatnya investasi
swasta secara nyata dalam pembiayaan prasarana dan sarana permukiman.
Di Kota Pematangsiantar ada beberapa jenis kawasan permukiman yang tersebar di
beberapa kecamatan dan butuh penanganan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Sebaran Kawasan Permukiman
JENIS PERMUKIMAN
1 PERMUKIMAN BARU
1. Kawasan Permukiman Pengembangan Baru Tanjung Pinggir-Gurilla
2. Kawasan Permukiman baru Tozai
2 PERMUKIMAN INDUSTRI
1. Kawasan Permukiman Pendukung Industri Siantar Martoba
3 PERMUKIMAN PERTANIAN
1. Kawasan Pendukung kegiatan Agribisnis Marihat-Marimbun
4 PERMUKIMAN PUSAT KOTA
1. Kawasan Permukiman Kumuh Banjar
2. Kawasan Permukiman Kumuh Martoba
3. Kawasan Permukiman Kumuh Tomuan
4. Kawasan Permukiman Kumuh Bantan
5. Kawasan Permukiman Kumuh Melayu
6. Kawasan Permukiman Kumuh Kebun Sayur
7. Kawasan Permukiman Kumuh Baru
8. Kawasan Permukiman Kumuh Pardomuan
9. Kawasan Permukiman Perdagangan Megaland
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Selain pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman, pemberian sosialisasi
dapat dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga kebesihan dan kesehatan lingkungan.
2). Rekomendasi
Setelah mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan skala prioritas, maka
direkomendasikan bahwa kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:
1. Dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman untuk
meningkatkan kualitas permukiman kumuh. Langkah ini difokuskan pada
kawasanseluruh kecamatan terutama Kecamatan Siantar Utara dan Siantar Barat.
2. Dilakukan pembangunan RUSUNAWA pada kawasan padat dan kumuh, dalam
hal ini diutamakan pada kawasan yang telah tersedia lahannya. Dilakukan
pembangunan KASIBA - LISIBA, diutamakan pada kawasan yang telah tersedia
lahannya.
4.2.6 Usulan Pengembangan Permukiman
A. Sistem Infrastruktur Permukiman yang diusulkan 1. Penataan/peningkatan infrastruktur RSH
2. Pembangunan Rusunawa
3. Penataan/Peningkatan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan
B.Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Disusun dengan memperhatikan fungsionalisme proyek yang akan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Pengadaan jaringan air minum; Penyediaan fasilitas persampahan; dll
b. Penataan/peningkatan infrastruktur RSH
Peningkatan jalan lingkungan; Perbaikan saluran;
Pengolahan limbah;
Pengadaan jaringan air minum;
c. Pembangunan Rusunawa
d. Penyediaan Kasiba/Lisiba permukiman RSH.
Pembiayaan proyek pengembangan permukiman di Kota Pematangsiantar
diharapkan berdasarkan klasifikasi dan tanggung jawab dari masing - masing
pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, provinsi, pusat dan swasta
maupun masyarakat.
4.3 Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan (PBL)
4.3.1 Petunjuk Umum
Sesuai dengan Visi Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yaitu terwujudnya
Bangunan Gedung dan Lingkungan yang berjati diri, layak huni, dengan misi
memperdayakan masyarakat dalam penyelenggara bangunan gedung yang tertib, layak
huni, berjati diri, serasi dan selaras dengan lingkungan, sehingga masyarakat lebih mandiri
dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Program Penataan
Bangunan dan Lingkungan itu meliputi:
a. Penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib, fungsional,
andal dan efisien;
b. Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri;
c. Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat
memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
e. Pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur untuk menunjang investasi dan
pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam kondisi keadaan penduduk suatu kawasan yang bercampur baur maka penataan
bangunan dan lingkungan permukiman harus disesuaikan dengan kondisi fisik, ekonomi
dan sosial budaya suatu kawasan. Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan upaya
yang diperlukan untuk pemanfaatan ruang di perkotaan maupun di perdesaan. Hal yang
akan dicapai dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan dan
lingkungan yang berwawasan ramah lingkungan, fungsionalnya tercapai, dapat dilihat
efisiensinya dan bentuk fisiknya berjati diri. Bangunan yang ditata dengan baik sesuai
dengan fungsinya dan memenuhi kaidah-kaidah dan nilai arsitektur menjadikan kawasan
dan lingkungan tersebut berjati diri, dapat memberikan nilai tambah sosial dan ekonomi
yang mendominasi lingkungan tersebut. Pelestarian bangunan-bangunan bersejarah yang
dilindungi dan dilestarikan dengan tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi
rekayasa bangunan dapat menunjang peningkatan perekonomian di Kota Pematangsiantar.
Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan
Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan kabupaten/kota agar
mampu melaksanakan amanat UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Di samping
hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
harus disusun oleh pemerintah secara komprehensif, akomodatif dan responsif.
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
- Aksesibilitasi Pada Bangunan Gedung
- Sistem Informasi Bangunan Gedung dan Arsitektur
- Rehabilitas Bangunan Gedung Negara
- Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B).
4.3.3 Penataan Lingkungan Permukiman
Gambaran secara umum penataan lingkungan permukiman antara lain:
- Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
- Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan negara.
- Dukungan PSD penataan dan revitalisasi kawasan
4.3.4 Pencapaian Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pencapaian penataan bangunan, gedung dan lingkungan, yaitu:
- Grand Strategi 1: Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.
- Grand Strategi 2: Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri.
- Grand Strategi 3: Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan
ekonomi.
- Grand Strategi 4: Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur
bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk
menunjang kearifan budaya lokal.
- Grand Strategi 5: Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembagunan Regional/Internasional
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4.3.5 Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan yaitu:
a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan
gedung dan rumah negara;
b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi
persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman;
c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman;
d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan
produktivitas masyarakat;
e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan
kota;
f. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun
internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan
Permukiman;
g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah
arsitektur lokal dan nilai tradisional;
h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan
dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya);
i. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur
Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.
4.3.6 Profil Rinci Penataan Bangunan dan Lingkungan
A. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
kali kota ini menjadi kota transit untuk bepergian ke kota lain di Sumatera
Utara dan Sumatera Barat.
Meskipun Kota Pematangsiantar menjadi kota terbesar kedua di Sumatera
Utara, sebagai pusat kota, hanya ada dua ruas jalan yaitu Jln. Dr. Sutomo dan
Jln. Merdeka. Kedua ruas jalan tersebut bahkan bersebelahan, dan merupakan
pusat keramaian. Bila diperhatikan, di Kota Pematangsiantar masih sedikit
terdapat bangunan tinggi. Trotoar untuk pejalan kaki juga lumayan berfungsi,
tidak terlalu penuh dengan pedagang kaki lima.
Gambar 4.4
Situasi Kawasan Kota Pematangsiantar
Selain itu beberapa kawasan wilayah rawan bencana di Kota Pematangsiantar umumnya
adalah kawasan yang terletak di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang sering
mengalami kebanjiran dan longsor pada musim hujan, yang perlu perencanaan dan
penanganan yang terpadu dengan meminimalisir pembangunan (built up area) pada
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4.5
Kawasan Permukiman Padat dan Kumuh di Daerah Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Timur
B. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pemerintah Kota Pematangsiantar belum memiliki Peraturan Daerah (PERDA)
untuk bangunan gedung, namun demikian peraturan daerah mengenai izin
mendirikan bangunan telah disusun dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun
2003. Tetapi dalam pemberian izin bangunan pelaksanaannya belum efektif.
Hal ini terlihat dengan masih banyaknya bangunan gedung yang tidak
memiliki IMB.
C. Permasalahan Yang Dihadapi
Adapun permasalahan yang sering dihadapi Pemerintah Kota Pematangsiantar
dalam penataan bangunan adalah:
1. Belum adanya penanganan untuk pencegahan dan penaggulangan bahaya
kebakaran pada kawasan permukiman padat penduduk dan kawasan-
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
3. Pembangunan bangunan gedung belum memperhatikan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan belum semua kawasan di Kota
Pematangsiantar memiliki dokumen RTBL.
4. Bangunan lama yang sudah ketinggalan dan tidak bernilai ekonomis serta
tidak pula sejalan dengan perkembangan permukiman dan perluasan lahan
dibiarkan tidak tertata.
5. Masih banyak kawasan cagar budaya dan wisata alam di Kota
Pematangsiantar yang tidak tertata dengan baik.
6. Hampir setiap bantaran sungai di Kota Pematangsiantar masih terlihat
kumuh. Hal ini terjadi karena sebagian masyarakat membangun
permukiman ke arah bantaran sungai yang berdampak pada lingkungan
tidak sehat sehingga perlu adanya penataan ulang.
7. Masih kurangnya ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik di Kota
Pematangsiantar.
D. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi
Analisa Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Setelah ditelusuri dan dianalisa ditemukan bahwa permasalahan penataan
bangunan dan lingkungan yang sesungguhnya adalah:
1. Perlu dilakukan penyusunan Peraturan Penataan Bangunan dan
Lingkungan.
2. Perlu dilakukan penyusunan Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan
Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara.
3. Dilakukan Rencana Tindak Kawasan Tradisional dan Bersejarah yang
Meningkat Kualitasnya.
4. Pemerintah Kota Pematangsiantar memerlukan dana yang besar untuk
penataan dan revitalisasi kawasan akibat ketidakmampuan masyarakat
daerah hunian yang secara umum tidak mampu. Dilain pihak
Pemerintah memiliki dana yang terbatas.
5. Perlu adanya penyusunan RTBL bagi kawasan - kawasan yang pesat
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
E. Rekomendasi
Dari analisis permasalahan diperoleh beberapa keluaran antara lain:
1. Perlunya pengusulan dana kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi perihal bantuan dana untuk penataan bangunan dan lingkungan di
Kota Pematangsiantar.
2. Sosialisasi pemahaman tentang Penataan Bangunan dan Lingkungan
kepada masyarakat terutama masyarakat pemilik gedung dan lahan yang
akan ditata untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
F. Usulan dan Prioritas Program
Berdasarkan permasalahan yang ada, untuk terwujudnya Penataan Bangunan
dan Lingkungan di Kota Pematangsiantar, maka pemerintah telah membuat
suatu program penataan lingkungan yang meliputi:
1. Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan.
2. Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK).
3. Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung
4. Infrastruktur Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
5. Dukungan Prasarana Dasar Penataan dan Revitalisasi Kawasan
6. Rehabilitasi Gedung Negara/Bersejarah
7. Rencana Tindak Penanganan Lingkungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4.6
Rencana Jaringan Jalur Pejalan Kaki
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032
Gambar 4.7
Rencana Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Di Kota Pematangsiantar
Revitalisasi Kawasan Bersejarah Makam Raja Sangnawaluh Revitalisasi Kawasan Taman
Bunga - Satasiun KA
Rencana Jaringan Jalan Pejalan Kaki
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
G. Aspek Pendanaan
Pembiayaan untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Pematangsiantar
direncanakan diperoleh dari APBN dan APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran
2013 – 2017.
4.4 Sub Bidang Air Limbah
4.4.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah.
Semua program/ kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air
limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal
wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air
sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah
industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air
limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari
air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti:
diare, thypus, kolera dll.
Sasaran program/kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada Rencana
Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014, yaitu:
a. Pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2009 di semua Kabupaten/Kota;
b. Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun;
c. Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah;
d. Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50% pada akhir
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Upaya pencapaian sasaran RPJMN tahun 2010 - 2014, kebijakan dan strategi yang dapat
dilakukan meliputi:
Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site
di perkotaan dan perdesaan;
Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman; Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem
pengelolaan air limbah permukiman;
Penguatan kelembagaan;
Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap daerah mempunyai karakteristik
yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan
sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:
a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system);
b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).
Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site syatem) adalah sistem
penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan
fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya
diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik (septic
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4.8
Sistem Pengolahan Air Limbah Komunal/Individual
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Sedangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem
penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan
masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi membutuhkan
biaya investasi yang tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup
tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun
pompa dan instalasi pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi
saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metode self cleansing
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4.9
Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Off- Site (Skala Kota)
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
4.4.2 Profil Air Limbah.
A. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini
Secara umum produksi air limbah di Kota Pematangsiantar dihasilkan dari
limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal
dari kegiatan rumah tangga sehari-hari yang disebabkan kegiatan mandi, cuci,
dan lainnya. Limbah rumah tangga biasanya berupa limbah cairan yang
langsung dialirkan ke parit atau dibuang ke saluran yang dibuat di belakang
rumah, sedangkan pembuangan limbah padat dilakukan pada cubluk dan
septictank. Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan
dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Di Kota Pematangsiantar sebagian besar pembuangan air limbah disalurkan ke
saluran drainase, sementara untuk limbah tinja manusia penduduk sudah
menggunakan jamban dari semi permanen sampai permanen untuk
pembuangannya sebahagian sudah menggunakan dengan resapan septic tank
yang terletak di belakang bangunan rumah.
Gambar 4.9
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
B. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Beban limbah yang semakin tidak terkontrol yang terus bertambah seiring
bertambahnya jumlah penduduk kelak dapat berubah menjadi kerawanan
sosial, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan menurunkan produktifitas
masyarakat, sehingga perlu pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu
khususnya dilingkungan permukiman padat dan kumuh. Secara umum
produksi air limbah di kawasan kumuh banyak dihasilkan dari limbah rumah
tangga, karena masih sedikit industri di kawasan perencanaan yang beroperasi
dengan memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Sampai sejauh ini cakupan pelayanan air limbah saat ini mencakup hampir
semua wilayah Kota Pematangsiantar yaitu dengan menggunakan septic tank.
Jumlah produksi lumpur tinja di Kota Pematangsiantar mencapai 12,44
m2/hari.
Seluruh kawasan Kota kecuali, Kel. Bah Sorma Kec. Siantar Sitalasari, Kel.
Tambun Tonga Kec. Siantar Martoba, Kel. Siopat Suhu Kec. Siantar Timur,
Kel. Simalungun Kec. Siantar Selatan, Kel. Marihat Jaya Kec. Siantar
Marimbun, dan Kel. Suka Makmur Kec. Siantar Marihat sudah mendapat
pelayanan air limbah (septic tank). Di Kecamatan Siantar Barat dan Utara
seperti Martoba dan Banjar saluran drainase juga berfungsi sebagai saluran
pembuangan limbah cair. Hingga saat ini belum ada sistem pembuangan
limbah secara khusus (misalnya dengan sistem perpipaan) yang di salurkan
dengan yang disalurkan menuju instalasi pengolahan limbah. Dalam menjalani
fungsinya, baik sebagai saluran drainase maupun saluran pembuangan limbah
cair, parit-parit yang ada memiliki fungsi yang berjenjang, yaitu saluran
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Kebijaksanaan dalam pengelolaan sistem penyaluran air limbah kota, adalah
sebagai berikut:
1). Sistem pengelolaan air limbah domestik, yang meliputi:
Sistem setempat komunal di perumahan kepadatan tinggi
Sistem perpipaan terpusat di kawasan pusat kota dimana pembuangan
air limbahnya dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul
dan diolah, serta dibuang secara terpusat
Sistem setempat individual melalui pengolahan dan pembuangan air
limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang
belum memiliki sistem terpusat
Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di
Kelurahan Siantar Martoba
2). Sistem pengelolaan air limbah industri, yang meliputi pengembangan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan industri pengolahan
hasil pertanian dan industri rumah tangga
3). Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), yang
dikembangkan di Kelurahan Simalungun.
C. Permasalahan Yang Dihadapi
Dalam sektor air limbah dan sanitasi, terdapat beberapa isu dan permasalahan:
1. Pada kawasan pinggir sungai yakni sekitar 10 kelurahan membuang tinja ke
sungai dan parit yang menimbulkan pencemaran sungai yang disebabkan
masih minimnya IPAL dan septic tank komunal.
2. Limbah rumah tangga umumnya di buang ke parit depan rumah dan
dialirkan ke sungai.
3. Belum ada pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan teknis.
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
D. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 1). Analisa Permasalahan
Selama ini air limbah yang dihasilkan masih terkendali, tetapi air limbah
buangan ini di masa mendatang akan menjadi masalah serius di Kota
Pematangsiantar yang dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat
dan dapat mencemari air sungai karena sebagian masyarakat yang tinggal
di pinggiran sungai membuang air limbah langsung ke sungai. Sehingga
perlu dipersiapkan Suatu Sistem Pengolahan Air Limbah yang terpadu
dan terkoordinir.
Selain itu pembangunan dan pengelolaan air limbah yang belum terarah
dan terpadu dikarenakan air limbah menyatu dengan air limpasan ke
saluran drainase. Apabila saluran meluap maka akan ikut serta meluapkan
air limbah ke sekitarnya sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan
menjadikan lingkungan tidak sehat.
2). Rekomendasi
Penanganan air limbah terkait juga dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat oleh karena itu analisis kebutuhan juga harus
mempertimbangkan faktor ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
analisis kebutuhan yang diperlukan adalah:
- Jaringan air limbah
Pembuatan jaringan air limbah terutama untuk pembuangan air limbah
pada kawasan perkotaan, ini juga menghindari terjadinya buangan air
limbah pada saluran drainase.
- Kendaraan pengangkut tinja
Untuk peningkatan pelayanan air limbah dimasa mendatang,
penambahan armada diperlukan mengingat sampai saat ini untuk
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
- Perbaikan bangunan IPLT
Semakin meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah limbah yang di
buang untuk menghindari terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh
limbah maka tersedianya instalasi pengolahan limbah terpadu yang
dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kebutuhan yang harus
diperhatikan.
- Sanimas
Untuk menjaga pencemaran lingkungan perlu dibangun septic tank
komunal pada kawasan kumuh terutama kawasan yang belum memiliki
sarana air limbah.
E. Usulan Dan Prioritas Program
1. Penambahan unit truk tinja mengingat hanya terdapat 1 unit truk tinja
dengan siklus penyedotan rata- rata 2-3 kali sehari.
2. Penambahan fasilitas IPLT
3. Pembangunan IPAL Komunal komunal karena septic tank individu (on
site sanitation) pada kawasan pusat kota sudah penuh
4. Pembangunan jaringan air limbah
5. Pembangunan Sanimas
F. Aspek Pendanaan
Pembiayaan proyek pengelolaan prasarana dan sarana air limbah
direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4.5 Sub Bidang Persampahan
4.5.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan
Sesuai arahan kebijakan pengelolaan persampahan yang tertera dalam Undang-Undang No.
18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah bahwa penyelenggaraan pengolahan sampah,
pengurangan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah,
pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap penyelenggaraan
pengelolaan sampah. Dan pada pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus
menutup tempat pemprosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem
pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak
diberlakukannya undang-undang ini.
Semua Program/Kegiatan Sub Bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah, dan mengacu pada
kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana strategis (Renstra) di Pusat
maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.
Sasaran program/kegiatan dalam penanganan dan pengelolaan persampahan mengacu
pada Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 - 2009, yaitu:
1. Meningkatkan jumlah sampah terangkut;
2. Meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
berwawasan lingkungan (environmental friendly).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP), adalah:
a. Pengurangan sampah maksimal, semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya;
b. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan;
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Gambar 4-10
Sistem Pengolahan Sampah
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
4.5.2. Profil Persampahan
A. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini
Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua.
Pertama, pembuangan secara individual, yaitu masyarakat membuat
sampahnya sendiri-sendiri dengan metode dan cara yang tersendiri. Kedua,
membuang secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah setempat atau
diserahkan kepada swasta. Cara pembuangan sampah di Kota Pematangsiantar
diarahkan secara kolektif atau pengelolaan dengan menyediakan tempat
sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan pada tahap akhir pembuangan sampah
secara individual sudah tidak efisien lagi. APBD
TPA
Sumber sampah Sumber sampah
Sumber sampah
Sta Antara / ITF
APBN
3 R
3 R
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Daerah Kota Pematangsiantar, instansi yang terkait dalam pengelolaan sektor
persampahan di Kota Pematangsiantar adalah Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan, Sub-Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar. Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan bekerjasama dengan pihak Kecamatan,
Kelurahan, UPTD Terminal, UPTD Perparkiran, Dinas Pasar, Dinas PU, dan
Satuan Kerja Penanganan Persampahan/Kebersihan Kota.
Berdasarkan hasil pencatatan/pengukuran sampah oleh Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kota Pemaangsiantar, jumlah timbulan sampah dari
68,47% penduduk yang terlayani di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2007,
ada sebesar 596,30 m³/hari. Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat diangkut
hanya sekitar 412,00 m³/hari atau sekitar 71,77% dari timbulan sampah setiap
harinya.
Berikut berdasarkan hasil analisa, pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun
2032, jumlah total volume sampah terbesar berada di Kecamatan Siantar Utara
dengan total timbulan sampahnya yaitu 153,69 m3/hari. Sedangkan untuk
timbunan sampah terkecil berada si Kecamatan Siantar Marimbun dengan total
timbulan sampah yaitu 36,18 m3/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Tabel 4.2
Proyeksi Total Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Sampah Di Kota Pematangsiantar
Kecamatan Jenis Penggunaan
Jumlah Penduduk Standard KEBUTUHAN
2012 2017 2022 2027 2032 (L/Org/Hari) 2012 2017 2022 2027 2032
(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari
Domestik 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 2 37.59 38.27 40.24 46.5 48.89
Sarana
Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.5 9.4 9.57 10.06 11.62 12.22
Komersial/lain-lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.25 4.7 4.78 5.03 5.81 6.11
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 51.69 52.62 55.33 63.93 67.23
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/50l
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Kebutuhan
Truk Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/18m3 2.87 2.92 3.07 3.55 3.73
JUMLAH 37.33 38 39.96 46.17 48.55
Siantar
Marimbun
Domestik 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 2 25.49 24.53 25.8 34.65 36.44
Sarana
Umum/Sosial 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.5 6.37 6.13 6.45 8.66 9.11
Komersial/lain-lain 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.25 3.19 3.07 3.22 4.33 4.55
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 35.05 33.74 35.47 47.65 50.1
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/50l
Keb. Gerobak
Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/2m3 17.52 16.87 17.74 23.82 25.05
Kebutuhan
TPS 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/6m3 5.84 5.62 5.91 7.94 8.35
Kebutuhan
Truk Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/18m3 1.95 1.87 1.97 2.65 2.78
JUMLAH 25.31 24.36 25.62 34.41 36.18
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Selatan Sarana
Umum/Sosial 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.5 10.48 10.83 11.38 12.6 13.25
Komersial/lain-lain 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.25 5.24 5.41 5.69 6.3 6.62
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 57.62 59.55 62.62 69.29 72.86
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/50l
Keb. Gerobak
Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/2m3 28.81 29.77 31.31 34.65 36.43
Kebutuhan
TPS 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/6m3 9.6 9.92 10.44 11.55 12.14
Kebutuhan
Truk Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/18m3 3.2 3.31 3.48 3.85 4.05
JUMLAH 41.61 43.01 45.22 50.04 52.62
Domestik 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 2 93.05 100.87 106.07 101.5 106.73
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 127.94 138.7 145.84 139.57 146.76
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/50l
Keb. Gerobak
Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/2m3 63.97 69.35 72.92 69.78 73.38
Kebutuhan
TPS 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/6m3 21.32 23.12 24.31 23.26 24.46
Kebutuhan
Truk Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/18m3 7.11 7.71 8.1 7.75 8.15
JUMLAH 92.4 100.17 105.33 100.8 105.99
Siantar
Utara
Domestik 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 2 98.61 107.47 113.01 106.3 111.77
Sarana
Umum/Sosial 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 0.5 24.65 26.87 28.25 26.57 27.94
Komersial/lain-lain 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 0.25 12.33 13.43 14.13 13.29 13.9
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 135.59 147.77 155.39 146.16 153.69
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Keb. Gerobak
Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/2m3 67.8 73.89 77.69 73.08 76.84
Kebutuhan
TPS 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/6m3 22.6 24.63 25.9 24.36 25.61
Kebutuhan
Truk Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/18m3 7.53 8.21 8.63 8.12 8.54
JUMLAH 97.93 106.73 112.23 105.56 111
Domestik 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 2 84.51 91.38 96.09 92.69 97.46
Sarana
Umum/Sosial 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 0.5 21.13 22.85 24.02 23.17 24.37
Komersial/lain-lain 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 0.25 10.56 11.42 12.01 11.59 12.18
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 116.2 125.65 132.13 127.44 134.01
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/50l
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Kebutuhan
Truk Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/18m3 6.46 6.98 7.34 7.08 7.44
JUMLAH 83.92 90.75 95.43 92.04 96.78
Siantar
Martoba
Domestik 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 2 53.9 54.15 56.94 68.24 71.75
Sarana
Umum/Sosial 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 0.5 13.47 13.54 14.24 17.06 17.94
Komersial/lain-lain 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 0.25 6.74 6.77 7.12 8.53 8.97
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 74.11 74.46 78.3 93.83 98.66
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/50l
Keb. Gerobak
Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/2m3 37.05 37.23 39.15 46.91 49.33
Kebutuhan
TPS 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/6m3 12.35 12.41 13.05 15.64 16.44
Kebutuhan
Truk Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/18m3 4.12 4.14 4.35 5.21 5.48
JUMLAH 53.52 53.78 56.55 67.76 71.26
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Sitalasari Sarana
Umum/Sosial 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 0.5 11.06 11 11.57 14.26 14.99
Komersial/lain-lain 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 0.25 5.53 5.5 5.79 7.13 7.5
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 60.85 60.52 63.64 78.41 82.45
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/50l
Keb. Gerobak
Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/2m3 30.42 30.26 31.82 39.21 41.23
Kebutuhan
TPS 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/6m3 10.14 10.09 10.61 13.07 13.74
Kebutuhan
Truk Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/18m3 3.38 3.36 3.54 4.36 4.58
JUMLAH 43.95 43.71 45.96 56.63 59.55
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 659.05 693.01 728.72 766.27 805.76
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4-42
B. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada Berdasarkan hasil pencatatan/ pengukuran sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Pematangsiantar, jumlah timbulan sampah dari 68,47% penduduk
yang terlayani di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2007, ada sebesar 596,30 m³/hari.
Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat diangkut hanya sekitar 412,00 m³/hari atau
sekitar 71,77% dari timbulan sampah setiap harinya.
Dalam melaksanakan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar memiliki sarana dan
parasarana sebagai berikut:
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Di Kota Pematangsiantar Tahun 2007
Sumber: RPIJM Kota Pematangsiantar 2009
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Sistem pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar dilakukan melalui beberapa
tahap, yaitu: Pewadahan, Pengumpulan, Pemindahan, Pengangkutan, dan Pembuangan
Akhir.
1. Pewadahan
Jenis pewadahan yang umumnya digunakan oleh masyarakat adalah kantong Plastik,
drum, atau bin plastik tanpa tutup serta sebagian kecil masyarakat membuang sampah
ke TPSS tanpa perwadahan.
2. Pengumpulan
Pelaksanaan pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar dibantu oleh petugas
kebersihan dari masing-masing Kelurahan, Kecamatan, UPTD Terminal, Dinas Pasar,
dan Dinas PU serta masyarakat yang secara sadar membuang sampah ke TPSS
tersebut.
3. Pemindahan
Pada saat ini pelaksanaan pemindahan sampah masih terbatas pada lokasi-lokasi
timbulansampah tertentu, seperti kompleks perumahan, pasar, terminal, dan ruang
terbuka umum dengan menggunakan becak sampah dan pick up sampah yang
kemudian diangkut ke TPSS terdekat.
Sedangkan lokasi-lokasi timbulansampah yang lain seperti area permukiman,
perkantoran, dan pertokoan langsung diangkut dengan armada pengangkut sampah
atau dengan menggunakan sistem pengumpulan langsung di TPSS terdekat.
4. Pengangkutan
Pengangkutan dilakukan dengan armada pengangkut sampah yang terdir dari dump
truck dan arm roll truck yang mengangkut sampah dari TPSS atau container ke TPA
Tanjung Pinggir, untuk kemudian dilakukan pengolahan/ pembuangan akhir.
5. Pembuangan Akhir
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kota Pematangsiantar berada di daerah
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4-44
Lokasi penimbunan pertama seluas 3 Ha digunakan sejak Tahun 1992 dan telah
ditutup pada Tahun 2001. Sedangkan lokasi penimbunan kedua seluas 2 Ha digunakan
sebagai pengganti lokasi penimbunan pertama yang mulai beroperasi sejak Tahun
2001 sampai sekarang.
Saat ini lokasi penimbunan pertama yang telah ditutup dimanfaatkan untuk pembuatan
kompos dengan melibatkan para pekerja lokal. Proses pembuatan kompos dilakukan
dengan cara mengumpulkan hasil pelapukan/dekomposisi sampah yang kemudian
diayak untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan dengan menggunakan peralatan
sederhana. Kompos yang telah terkumpul dan kemudian dipasarkan oleh pengelola
TPA.
C. Aspek Pendanaan
Pembiayaan proyek pengelolaan persampahan ini direncanakan dibiayai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui
dana pendamping. Sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan dibiayai
Pemerintah Kota melalui retribusi yang dipungut dari masyarakat untuk PAD meliputi
iuran yang ditentukan berdasarkan biaya operasional harian rata-rata.
D. Aspek Peran Serta Masyarakat
Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang bersih dan asri peran serta masyarakat
sangat dibutuhkan untuk menciptakan hal tersebut diatas, dimana pihak Pemerintahan
Kota Pematangsiantar membuat Program Jumat Bersih yakni dengan melaksanakan
gotong royong yang melibatkan pemerintah dan masyarakat pada setiap hari jumat
tiap bulannya.
Dalam pengelolaan persampahan dapat di lihat peran serta masyarakat dengan
membayar retribusi sampah. Disamping itu peningkatan peran serta masyarakat dalam
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
dan kesehatan. Ini dimaksudkan agar masyarakat tidak membuang sampah
sembarangan khususnya di sungai atau saluran air.
Tabel 4.4
Daftar Program Layanan Yang Berbasis Masyarakat
No Sub sektor
Kondisi sarana saat ini Aspek PMJK
Fungsi Tidak
2 Persampahan Pengadaan Bak
Container
Dinas
Kebersihan
2011 √
- - - - -
3 Persampahan Pengadaan truk
armroll
4 Persampahan Pengadaan
TPSS
Sumber : BPS Kota Pematangsiantar
Tabel 4.5
Kerjasama Terkait Sanitasi
No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Pendapat Media 1 BRI Peduli Pembuatan tong Sampah
di Pasar Horas
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4-46
Partisipasi Dunia Usaha
Pengelolaan Persampahan yang melibatkan dunia usaha di Kota Pematangsiantar
diwujudkan dengan adanya masyarakat pemulung dan usaha jual beli barang bekas.
Dimana sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan dipilah berdasarkan
jenisnya kemudian dijual ke pengumpul barang bekas.
Tabel 4.6
Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan
No Nama Provider Tahun Mulai
Operasi Jenis Kegiatan
1 CV Dalanta Horas 20xx Pengumpul Besar limbah/sampah anorganik
2 UD Purba 20xx Usaha Jual beli Barang
Bekas/Sampah anorganik
Sumber : BPS Kota Pematangsiantar
E. Permasalahan Yang Dihadapi
Berdasarkan kondisi pengelolaan persampahan yang ada di Kota Pematangsiantar saat
ini, ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu:
1. Operasional TPA Tanjung Pinggir yang dikelola dengan sistem open dumping
perlu segera dipikirkan untuk dicarikan alternatif sistem yang lain, karena sistem
tersebut sebenarnya kurang layak dilihat dari aspek kesehatan/sanitasi lingkungan.
Hal ini karena dengan sistem tersebut samapah yang terbuang dibiarkan mengalami
dekomposisi atau pembusukan secara alami di lahan terbuka yang tentu saja
berpengaruh terhadap manusia dan lingkungannya.
2. Adanya keterbatasan sarana dan peralatan untuk pelaksanaan pengelolaan sampah
sehingga mengakibatkan pelayanan persampahan sampai saat ini baru mencakup
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
3. Tempat perwadahan yang bersifat permanent (beton) dan semi permanent (drum
bekas) tanpa tutup perlu dipikirkan kembali penggunaannya, karena selain tidak
fleksibel dan tidak mudah dioperasikan juga sifatnya terbuka sehingga mudah
menimbulkan bau dan lalat.
4. TPSS yang ada di Kota Pematangsiantar saat ini dirasakan masih kurang dapat
melayani kebutuhan masyarakat, terutama di permukiman padat, sehingga masih
banyak yang membuang sampah di sembarang tempat.
5. Walaupun sumber pembiayaan dari APBD sudah cukup baik, namun kontribusi
masyarakat dalam pembiayaan dalam bentuk iuran retribusi dirasakan masih
kurang karena masih banyak yang enggan/ tidak mau membayar.
6. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.
F. Sasaran Penyediaan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Sampah
Tujuan rencana pengembangan Persampahan Kota Pematangsiantar adalah menjamin
kebersihan lingkungan Kota Pematangsiantar standar demi tercapainya kesehatan
penduduk.
Pertimbangan-pertimbangan dalam rencana pengembangan sistem persampahan Kota
Pematangsiantar adalah:
1. Kota Pematangsiantar mengalami laju pertumbuhan yang rendah dalam periode 20
tahun mendatang (2012-2032). Pertambahan penduduk selama periode tersebut
diproyeksikan sebesar 43.018 jiwa, sehingga jumlah penduduk kota pada Tahun
2032 adalah sebesar 293.003 jiwa.
2. Kebutuhan sampah pada Tahun 2032 diproyeksikan sebesar 2.238.823,62 m³/hari.
3. Arah perkembangan kegiatan perkotaan yang tercermin dari rencana sistem pusat
kegiatan, dimana pusat kota/sub pusat kota direncanakan berada pada kawasan Jl.
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
4-48
4. Untuk menampung kebutuhan sampah pada tahun akhir rencana tahun 2032, TPA
saat ini yang berlokasi di Kecamatan Siantar Martoba tidak dapat menampung
kebutuhan sampah pada akhir tahun rencana, oleh sebab itu direncanakan 2 TPA
lagi di seluas 5 hektare yang berada di:
- Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar Sitalasari,
- Lahan eks PTPN III Kecamatan Siantar Martoba.
Adapun proyeksi kebutuhan sampah Kota Pematangsiantar ditunjukkan pada tabel
Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017
Tabel 4.7
Perkiraan Volume Sampah dan Peralatan yang Dibutuhkan di Kota Pematangsiantar Tahun 2032
Kecamatan Jenis Penggunaan
Jumlah Penduduk Standard
(L/Org/Hari)
KEBUTUHAN
2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032
(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari
Siantar
Marihat
Domestik 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 2 37.59 38.27 40.24 46.50 48.89
Sarana Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.5 9.40 9.57 10.06 11.62 12.22
Komersial/lain-lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.25 4.70 4.78 5.03 5.81 6.11
TOTAL TIMBULAN SAMPAH 51.69 52.62 55.33 63.93 67.23
Unit Unit Unit Unit Unit
Keb. Bak/Tong
Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/50l
Keb. Gerobak Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/2m3 25.85 26.31 27.67 31.97 33.61
Kebutuhan TPS 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/6m3 8.62 8.77 9.22 10.66 11.20
Kebutuhan Truk
Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/18m3 2.87 2.92 3.07 3.55 3.73