• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM ac8a992794 BAB IVRPIJM Kota Batu BAB IV min

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM ac8a992794 BAB IVRPIJM Kota Batu BAB IV min"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1. Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah

4.1.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah

4.1.1.1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air

Limbah Dalam Rencana Kota Batu

A. Kebijakan Pengelolaan Air Limbah

Meningkatkan upaya pengendalian dampak

lingkungan akibat kegiatan pembangunan dan pelaku

usaha, penetapan standar atau bahan mutu terhadap

beban pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan usaha

dan masyarakat sebagai tolok ukur keberhasilannya

dalam upaya mengelola limbah, Peningkatan

kesadaran masyarakat khususnya di lingkungan

pentingnya pengelolaan lingkungan hidup dan

Penetapan standar atau bahan mutu terhadap beban

pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan usaha dan

masyarakat sebagai tolok ukur keberhasilannya

(2)

B.Program Pengelolaan Air Limbah adalah:

1. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

2.Pengendalian Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan

3. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

4. Pengendalian Polusi

C.Kegiatan Pengelolan Air Limbah

1. Pengembangan Teknologi Persampahan di Kota

Batu melalui Sistem Komposting

2. Monitoring Volume Sampah Harian Kota Batu

3. Pengembangan Produksi Ramah Lingkungan

(Pengelolaan Limbah Ternak Menjadi Biogas

dan Pupuk

4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pemantauan

Kualitas Air (Mobil Laboratorium Lingkungan

dan Alat-alat Laboratorium dan alat-alat

Laboratorium Lingkungan)

5. Peningkatan Konservasi daerah Tangkapan Air dan

Sumber –sumber Air

6. Pemantauan Kualitas Lingkungan

7. Pembangunan Tempat Pembuangan Benda Padat

/Cair yang menimbulkan Polusi (IPAL Komunal)

4.1.2. Profil Rinci Pengelolaan Air Limbah

4.1.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah saat ini

Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site

syatem) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang

dilakukan secara individual/ komunal, yang pengelolaannya

diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti:

cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala

(3)

Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site

system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui

jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk

memecahkan masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam

jangka waktu lama, tetapi membutuhkan biaya investasi yang

tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang

cukup tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa

pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi

pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa

lokasi saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem

ini menganut metoda self cleansing sehingga membutuhkan

kemiringan saluran yang cukup.

Sistem pengelolaan air limbah di Kota Batu masih banyak

menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site

system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara

komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang

belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang

limbahnya ke saluran/sungai.

4.1.2.1.1 Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Data dari Dinas Kesehatan Kota Batu tahun 2008

menunjuk penderita ISPA mendominasi penyakit

yang diderita masyarakat Kota Batu dengan jumlah

penderita 28.890 orang yang diikuti penyakit ISPA

pada balita dengan jumlah penderita 6509 orang

4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

• Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air limbah di

Kota Batu yaitu Bangunan Instalasi Biogas Limbah

(4)

• Sistem pengelolaan air limbah : sistem

• Fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT

pengolahan air limbah setempat (on-site system)

individu atau komunal.).

• Pelayanan penyedotan lumpur tinja dilakukan oleh

jasa pihak swasta.

4.1.3.Permasalahan Yang Dihadapi

4.1.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air

Limbah

1. Meningkatkan upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan

menempatkan perlindungan lingkungan sebagai salah satu

faktor penentu kebijakan serta terpantaunya volume sampah

yang dihasilkan oleh kegiatan usaha dan masyarakat melalui

upaya monitoring dan evaluasi sampah harian

2.Meningkatkan kualitas air permukaan dan kualitas air tanah

disertai pengendalian dan pemantauan secara terpadu

antar sektor secara berkelanjutan melalui Pengadaan

Sarana dan Prasarana Pemantauan serta Peningkatan

Kualitas SDM Pengelola Lingkungan

3.Meningkatkan Sistem Pengelolaan dan Pelayanan Limbah

bagi kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan

serta meningkatkan peran serta masyarakat melalui

kelompok-kelompok masyarakat peduli dalam upaya

Pencegahan Pencemaran Lingkungan

4.Meningkatkan kualitas air permukaan dan kualitas air tanah

disertai pengendalian dan pemantauan secara terpadu

antar sektor secara berkelanjutan melalui Pengadaan

Sarana dan Prasarana Pemantauan serta Peningkatan

Kualitas SDM Pengelola Lingkungan

(5)

5. Meningkatkan kualitas air permukaan dan kualitas air tanah

disertai pengendalian dan pemantauan terpadu antar sektor

secara berkelanjutan melalui pengadaan sarana dan prasarana

pemantauan serta peningkatan kualitas SDM pengelola

lingkungan.

6.Meningkatkan Sistem Pengelolaan dan Pelayanan Limbah

bagi kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan

serta meningkatkan peran serta masyarakat melalui

kelompok-kelompok masyarakat peduli dalam upaya

Pencegahan Pencemaran Lingkungan

4.1.3.2 Rumusan Masalah

Minimnya kualitas dan kuantitas lingkungan merupakan

permasalahan yang sangat serius saat ini, maka dipandang perlu

melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan perbaikan kualitas

dan fungsi lingkungan hidup. Peningkatan kualitas air menjadi

salah satu fokus pengelolaan lingkungan saat ini karena persoalan

air banyak dikonotasikan dengan pencemaran. Dari sisi

peraturan, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor

82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pengaturan bagi upaya bersama

menghadapi penurunan kualitas air yang terjadi dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak, baik pemerintah (Pusat

dan Daerah) dan masyarakat dengan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, baik yang bersifat penyelesaian

masalah ini maupun pengembangan system pengelolaan kualitas air yang lebih baik.

Salah satu kondisi kualitas lingkungan yang semakin menurun, dapat dilihat dari penurunan kualitas lingkungan akibat

kegiatan rumah tangga (limbah domestik), telah menyebabkan

(6)

disepanjang sungai kesulitan memanfaatkan air untuk keperluan

sehari-hari.

Tinja sebagai salah satu limbah domestic, berhubungan

erat dengan masalah lingkungan hidup dan masalah kesehatan

masyarakat. Masalah yang ada akan dapat di eliminasi, ditekan

atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah dikurangi derajat

kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan

manusia. Agar tidak berperan sebagai penularan penyakit, tinja

harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu bak

tertutup yang tidak terjangkau oleh lalat, tikus dan kecoak serta

harus berjarak minimal 15 meter dari sumber air minum. Limbah

dari suatu sumber baru bisa dibuang ke lingkungan tanah atau

badan air setelah melalui proses pengolahan yang dapat menekan

kandungan bahan pencemarannya sampai tingkatan tertentu yang

sesuai dengan baku mutu limbah cair.

4.1.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.1.4.1 Analisis Permasalahan

1.Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Batu

melalui pengolahan limbah tinja.

2.Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk tinja pada

kesehatan manusia dan lingkungan.

3.Pengembangan pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat.

4.Pengujian Kualitas Air belum dapat dilakukan sepenuhnya di

Laboratorium lingkungan milik sindiri

4.1.4.2 Alternatif Pemecahan Persoalan

1. Pembuatan IPAL.

2. Mengurangi pembuangan limbah domestik ( Limbah Tinja )

ke badan sungai.

3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembuatan dan

(7)

4.1.4.3 Rekomendasi

Berdasarkan dari permasalahan tersebut diatas, maka

rekomendasi yang diperlukan antara lain:

PembangunanTempat Pembuangan Benda Padat/Cair IPAL

Komunal. Dengan tujuan Peningkatan Pengendalian Polusi dan

Di Kota Batu belum ada fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT)

4.1.5. Sistem Prasarana yang diusulkan

4.1.5.1 Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan

Sistem Pembuangan air limbah di Kota Batu semuanya

menjadi satu dengan sistem pematusan yang ada dan limbah

pekat /tinja diolah fasilitas sanitasi yang dimiliki

masing-masing penduduk adalah septik tank . Limbah cair domestik

terdiri dari 2 jenis yakni air bekas dan air kotor. Air bekas

adalah buangan mandi,pencucian dan dapur yang masuk

langsung ke dalam failitas sanitasi sumur resapan.Penanganan

limbah domestik dipergunakan sistem on site dan off site

untuk kawasan pemukiman dimana lahan tersedia cukup luas

sistem on site , limbektah dibuang ke fasilitas sanitasi yang

dimiliki rumah dan untuna lebih efk kawasan perdagangan dan

jasa yang limbah digunakan sistem on site skala kominal

karena lebih efektif dan ekonomis . Air limbah yang dihasilkan

di tiap-tiap blok disalurkan kedalam sistem perpipaan .

Rencana pengembangan sistem pematusan di Kota Batu

diutamakan pada jalan kolektor primer dan kolektor sekunder

yang terdapat di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu yang

merupakan rawan banjir

4.1.5 2 Usulan dan Prioritas Program

Usulan program prioritas dalam penanganan air limbah

(8)

a. Usulan Program

1. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

2.Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

3. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

4. Pengendalian Polusi

b. Prioritas Program

Program Pengendalian Polusi dalam bentuk Rencana

Kegiatan Pipanisasi IPAL

1.Rencana Bentuk Kegiatan

Kegiatan Pembangunan Pipanisasi IPAL dilaksanakan

dalam bentuk pembuatan instalasi pengolahan limbah tinja

dengan kapasitas ± 26 m3/hari dan memenuhi beberapa

aspek seperti :

1. Dekomposisi Tinja

2. Kuantitas Tinja

3. Pencemaran Air dan Tanah

4. Perkembangan biakan Lalat pada Tinja

5. Tutup Lubang

6. Aspek Teknik

7. Aspek Manusia

8. Aspek Biaya

Pemilihan dan penetapan lokasi pembuatan instalasi

pengolahan tinja merupakan langkah awal dalam

pelaksanaan kegiatan. Dengan melaksanakan survey lokasi

baik secara primer maupun sekunder dan melaksanakan

koordinasi dengan instansi terkait diharapkan mendapatkan

lokasi yang reprensentatif. Lahan untuk pembuatan instlasi

pengolahan limbah tinja akan disediakan oleh masyarakat

sebagai upaya meningkatkan tingkat kepedulian

masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan terutama

(9)

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan dilaksanakan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengolahan limbah

tinja, tujuan dan sasaran dengan monitoring dan evaluasi

diharapkan pelaksanaannya akan sesuai dengan tujuan,

sasaran dan manfaat yang ingin di capai serta bahan

pertimbangan terhadap pelaksanaan dan anggaran APBD

Propinsi tahun berikutnya.

2. Metode dan Teknik Pelaksanaan

A.Pelaksanaan Survey

Persiapan Survey

Persiapan survey yaitu menyusun data yang

dibutuhkan dari setiap instansi yang terkait dalam

pelaksanaan isu-isu mengenai pengolahan sumber

daya alam dan lingkungan hidup dan kebijakan

pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup.

Tahapan Survey

Setelah melakukan persiapan survey maka

selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan

pengumpulan data. Pada prinsipnya pekerjaan

pengumpulan data secara umum adalah :

pengumpulan data langsung dari lapangan yang

meliputi data kondisi fisik dikawasan perencanaan

secara keseluruhan kondisi elemen-elemen terkait

(transportasi, kondisi fisik, kondisi sarana dan

prasarana social, kondisi fasilitas umum), melakukan

pengukuran lapangan di lokasi perencanaan. Serta

yang meliputi kegiatan pengumpulan data (fisik,

social, ekonomi) dari instansi-instansi secara

kuantitas sehingga dapat diketahui kelengkapannya.

(10)

dilakukan studi kelayakan baik secara teknis,

ekonomi financial dan sosial kemasyarakatan. Dari

hasil analisa dan studi kelayakan tersebut

dilaksanakan koordinasi dengan instansi terkait

sehingga dapat ditetapkan lokasi yang representatif.

B.Penyusunan Rancangan Teknis

Adalah penentuan lokasi kegiatan Pembangunan

Pipanisasi IPAL

Lokasi pembangunan akan ditetapkan setelah

melaksanakan survey lokasi dan lahan disediakan oleh

masyarakat sebagai partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan yang bertempat di Kecamatan

Batu yaitu di jl Lesti RW 02 dan Kecamatan Bumiaji

di Desa Pandanrejo Dusun Ngujung RW 02.

4.1.5.3 Pembiayaan pengelolaan

Pembiayaan Pengelolaan Program Pengendalian Polusi dalam

kegiatan Pembangunan Tempat Pembuangan benda padat /cair

yang menimbulkan polusi (Pembangunan IPAL Komunal)

dari APBD yang terdiri dari DAU Rp. 33.300.000,- dan DAK

Rp.158.000.000,- dengan jumlah total 191.300.000,- Lokasi

Kelurahan Sisir Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo

(dalam tahap survey)sedangkan dari Bantuan APBN program

pengendalian polusi dengan kegiatan pembangunan IPAL

adalah Pembuatan 1 (satu) paket yang terdiri dari 2 unit

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja dengan kapasitas 26

m3/hari dan lahan disediakan oleh masyarakat dengan dana

pembangunan sebesar Rp. 240.425.000,00 (Dua Ratus

Empat Puluh Juta Empat Ratus Dua Puluh Lima Ribu

Rupiah).Lokasi Pengelolaan Air Limbah Jl. Lesti RW02

Kelurahan Nggalik Kecamatan Batu dan desa Pandanrejo

(11)

4.2.Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan

4.2.1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Dalam

Rencana Kota Batu

a. Kebijakan Pengelolan Persampahan

- Kebijakan pengelolaan persampahan secara komposting yang

dilakukan mulai dari sumber sampah melalui pemberdayaan

masyarakat untuk mendukung sektor pertanian organik.

- Kebijakan penutupan secara hermanen TPA Ngaglik.

- Kebijakan pengelolaan sistem persampahan secara merata di

seluruh Kota Batu.

- Kebijakan pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan

persampahan.(3R)

b.Program Pengelolaan Persampahan

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

c. Kegiatan Pengelolaan Persampahan

1.Penyediaan Prasarana dan Sarana Penngelolaan Persampahan

- Gerobak sampah (15 unit)

- Tong sampah + Stand (50 unit)

- Pembangunan TPS Kota (3 unit)

- Penanaman Pohon penghijauan di tepi sekitar ex TPA Nggalik

(1 paket)

- Ban Shovell (4 buah)

- Komposter Aerob (25 unit)

- Pemasangan Instalasi Tlekung (1 paket)

- Pembangunan Bronjong TPA Nggalik (1 paket)

4.2.2. Profil Persampahan

4.2.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Saat ini

TPA Nggalik Kecamatan Batu luas 1,2 Ha dengan karakteristik

sampah campur dengan pengelolaan Open Dumping, Konsevasi

(12)

penampungan air lidi, penampungan tanggul/plesengan yang pada

bulan Oktober-November 2008 sedang tahap penyelesaian

TPA Tlekung luas 6,08 Hadengan karaktristik sampah organik dan

sampah campur dengan pengelolaan sampah dialihkan ke TPA

Tlekung untuk dipilah dan diolah (TPA sudah sesuai dengan Perda

Nomor 18 tahun 2008 mengunakan sistim Sanitary Landfill.

Daerah pelayanan yang dilayani oleh Sistem Manajemen

Persampahan Kota Batu ini meliputi seluruh wilayah administrasi

Kota Batu yang terbagi dalam 3 (tiga) wilayah administrasi, yaitu:

Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo.

Sistem manajemen pengelolaan persampahan dari TPS menuju TPA

dilakukan oleh Sub Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang

Kebersihan Kota Batu. Untuk pelayanan pengangkutan sampah dari

tempat pengumpulan sementara di tiap-tiap rumah menuju ke

Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) dilakukan secara mandiri

oleh masing-masing warga.

Untuk kawasan pedesaan, umumnya memakai sistem menimbun

dan dijadikan kompos atau dibakar.

Prosentase penanganan sampah yang dilakukan di Kota Batu adalah

sebagai berikut:

1. Volume timbulan sampah tahun 2008 : ±471m³ per hari

2. Volume sampah terangkut : 16,81 %.

3. Daerah pelayanan : 3 Kecamatan

4. TPA yang berada di Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu

keberadaannya telah ditutup, hal ini dikarenakan sudah penuh dan

berdekatan dengan permukiman penduduk akan menimbulkan

pencemaran udara karena bau sampah yang tidak sedap dipandang

mata dan menimbulkan penyakit sekitar lingkungan pemukiman

(13)

5. TPA di Desa Tlekung Kecamatan Junrejo saat ini terus dilakukan

pembangunan melalui perbaikan dan peningkatan sebagai salah

satu TPA yang menampung sampah di seluruh Kota Batu.

a. Pewadahan

Jenis wadah yang digunakan pada pemukiman penduduk di

Kota Batu umumnya mengunaskan kantong ploastik, keranjang

karet, tong sampah dan bak pasangan batu bata. Daerah

perkampungan di kordinasi oleh RT/RW dibiayai oleh

masyarakat secara swadaya dengan penggunaan keranjang karet

berwarna putih biru, wilayah pedesaan memiliki lahan luas

dengan menggali tanah untuk pembuangan sampah untuk

dibakar sedangkan di kawasan perjkotaan di jalan, perkantoran

pemerintah Kota Batu telah menyediakan tong-tong sampah

secara seragam yang jumlahnya banyak telah dibedakan sampah

kering warna putih dan sampah basah warna hijau

2. Pengumpulan Sampah

Petugas yang mengumpulkan sampah adalah pasukan kuning

memiliki tugas untuk mengumpulkan sampah ke lokasi TPS .

Peralatan yang digunakan gerobak dengan ukuran 1m³

dilakukan dinas kebersihan dan swadaya masyarakat melaui iran

kebersijhan diadakan masing-masing RT/RW sedangkan

Pengumpulan non Pemukiman dilakukan oleh petugas yyang

dikoordimasi langsung oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanna

Kota Batu disebut pasukan hijau

3. Pemindahan Sampah

Pemindahan sampah ke TPS tahun 2008 4 unit dengan loksai

antara lain :

- Desa Punten Kecamatan Bumiaji

- Desa Pendem Dusun Caru Kecamatan Junrejo

- Desa Pendem Dusun Mojorejo Kecamatan Junrejo

(14)

Untuk kawasan pedesaan, umumnya memakai sistem menimbun

dan dijadikan kompos atau dibakar.

4.2.2.2. Kondisi Sistem Prasarana dan Sarana

Gerobak Sampah , tong sampah, pembangunan TPS Kota,

Penanaman Pohon Penghijauan ditepi sekitar ex TPA Nggalik ,

Pembangunan dinding penahan TPA Nggalik dan Pembangunan

Kontruksi Jaringan air lindi.

Sedangkan sarana pendukung pengelolaan persampahan di Kota

Batu meliputi : 1 unit Wheel Loader , iunit Buldozer 5 unit Dump

Truk, 6 unit Arm Roll ,I unit Open truk, unit Pick up , 8 unit sepeda

motor gerobak sampah

4.2.2.3 Aspek Pendanaan

Aspek pendanaan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan

Persampahan dengan kegiatan penyediaan Prasarana dan sarana

pengelolaan Persampahan (3R) dengan terwujudnya lingkungan

yang bersih adalah Rp. 835.371.100,-

4.2.2.4 Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

Yang menangani persampahan di Kota Batu adalah Dinas Cipta

Karya dan Tata Ruang Kota Batu, khususnya bidang Kebersihan.

Penanganan persampahan tersebut tidak hanya di koordinasi oleh,

instansi terkait tetapi melainkan juga secara mandiri oleh

masyarakat, khususnya penanganan sampah dari rumah tangga

hingga ke lokasi TPS. Dimana tenaga pengangkut sampah tersebut

beban biaya ditanggung oleh masyarakat secara swadaya melalui

iuran bulanan.

4.2.2.5 Aspek Peraturan Perundangan

Aspek peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan

persampahan terdiri dari:

a. Undang-undang 18 tahuhn 2008 tentang pengelohan sampah.

b.Perda nomor 14 tahun 2003 tentang struktur organisasi dan tata

(15)

c. Perda Nomor 38 tahun 2003 tentang retribusi kebersihan

lingkungan.

d. Dan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penyusunan

program penanganan persampahan di Kota Batu.

4.2.2.6 Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan meliputi:

a. Ikut serta masyarakat dalam program pemerintah berkaitan

dengan persampahan dan memberikan kesadaran akan

pentingnya kebersihan lingkungan

b. Digalakkan kerja bakti secara gotong royong

c. Berperan dalam lomba kebersihan antar RW yang diprakrsai

Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Batu.

d. Penanganan sampah yang dihasilkan masing-masing keluarga

hingga ke lokasi TPS secara swadaya.

4.2.3 Permasalahan yang dihadapi

4.2.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Persampahan

1 unit Wheel Loader , iunit Buldozer 5 unit Dump Truk, 6 unit Arm

Roll ,I unit Open truk, unit Pick up , 8 unit sepeda motor gerobak

sampah

4.2.3.2 Rumusan Masalah

a. Menimbun sampah yang terlalu lama akan mengakibatkan

kerusakan atau kelongsoran tanah

b. Peningkatan penyediaan utilitas/fasilitas penanganan

persampahan

c. Meluasnya kerusakan lingkungan fisik yang pada akhirnya akan

menimbulkan gangguan kesehatan dan perkembangan suatu

(16)

4.2.4 Analisa Permasalahan dan rekomendasi

4.2.4 1. Analisis Permasalahan

1.Pembakaran sampah secara terbuka, Aktivitas domistik dan

penggunan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dapat

menghasilkan Nox dan CO dan senyawa organik yang mudah

menguap (VOC)dan Kesadaran terhadap bahaya pencemar

lingkungan udara yang bersumber dari dalam ruasng masih belum

muncul secara signifikan baik masyarakat dan pemerintah dapat

mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan maka sumber

polutan indoor merupakan sumber polutan yang harus

dipertimbangkan.

2.Tenaga Pengelola Sampah

Masih kurangnya tenaga pengelola sampah terutama Pasukan

Kuning yang jumlanya kurang dari 89 0rang. Hal ini berdampak

jumlah ritasi kegiatan yang bisa dilaksankan setiap harinya hanya

2-3 kali saja, sedangkan standar idealnya 3-4 ritas perhari .

Semarang ini baru 30 % dari keseluruhan potensi sampah

Kota Batu yang dikelola oleh pemerintah sedangkan sisanya sekitar

70 % dikelola oleh individu masyarakat . Kondisi ini belum sesuai

dengan standar ideal pelayanan persampahan kota yang seharusnya

berada pada angka 60-80%. Dengan memperhatikan standar

idealnya pelayanan persampahan kota, maka pemerintah Kota Batu

dinilai masih memerlukan penambahan tenaga pengelola sampah

baik pasukan kuning maupun pasukan hijau untuk meningktaan

kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

3. Persebaran TPS yang masih kurang merata

Konsentrasi TPS di Kota Batu yang masih terpusat di

Kecamatan Batu akan berdampak pada rendahnya tingkat

pelayanan kebersihan masyrakat. Sekarang ini prosentase jumlah

TPS di Kota Batu adalah 75% di Kecamatan Batu, 20 % di

(17)

perbandingan persebaran penduduk di 3 kecamatan tersebut adalah

45,96% di Kecamatan Junrejo Dengan memperhatikan data

tersebut masing kurang merata dan dimasa mendatang perlu dikaji

kembali proporsi jumlah TPS di Kota Batu. Kurang meratanmya

TPS yang ada menyebabkan masyarakat di Kecamatan Bumiaji

dan Junrejo cenderung mengolah sampah secara individu dan

pembakran sampah dapat menimbulkan bahaya gangguan alam

maupun kesehatan lingkungan masyarakat. Hal ini sistem

persampahan yang baik terutama dalam penyediaan lokasi TPS.

4. Sarana pengangkutan sampah masih kurang dan sebagian ada yang

rusak.Ketersediaan 3 Dump Truk dan 5 Roll Truck masih kurang

untuk melayani seluruh kota Batu terutama pad saat jumlah

sampah meningkat. Berdasarkan kondisi sarana prasarana

persampahan diperkirakan tambahan beberapa kendaraan

pengangkut untuk melayani seluruh wilayah Kota Batu .Luas

cakupan pengambilan dan pengangkutan sampah seringkali

berdampak pad jumlah ritasi yang tidak memnuhi target dan

kendaraan angkut yang sudah tidak optimal lagi untuk beropaerasi

karena kerusakan yang dialami

4.2.4.2 Alternatif Pemecahan Persoalan

a. Pengelolaan secara ekonomis

Pengelolaan sampah yang sesuai dengan karaketristik potensi

sampah sehingga sdapat mengurangi jumlah timbunan sampah

b. Pengeloaan sampah dapat mengurangi ketergantungan pada lahan

c. Pengelolaan yang mengyutrangi ketergantungan pad subsidi

pemerintah

d. Pengelolan dengan melakukan koordinasi dan kerjasama twerbuka

dengan pihak swasta sehingga meringankan beban biaya

(18)

Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup

besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, serta dampak yang

ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu

sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan

dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah

kota.

Perkiraan jumlah produksi sampah di wilayah perencanaan hingga

tahun 2013 berdasarkan asumsi sebagai berikut:

a. Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,5 lt/hari

b. Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah

sebanyak 25% dari sampah produksi rumah tangga sedangkan

untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari sampah rumah

tangga.

c. Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10% dari sampah rumah

tangga

d. Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga

Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa Kelurahan Sisir

yang merupakan Unit Lingkungan (UL) I, mempunyai jumlah

timbulan sampah domestik terbanyak. Prosentasenya sebesar 28,94

% untuk BWK I (Kecamatan Batu). Sedangkan untuk seluruh Kota

Batu, jumlah timbulan sampah di kelurahan tersebut hanya sekitar

11,38%. Pada BWK I ini, Kelurahan Songgokerto (UL III)

mempunyai prosentase timbulan sampah yang terkecil, yaitu sekitar

8,97%.

Pada BWK II, Desa Pendem termasuk dalam wilayah yang

mempunyai prosentase timbulan sampah yang cukup besar yaitu

23,97%. Prosentase tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan

prosentase jumlah timbulan sampah di Desa Giripurno pada BWK

IV dan Desa Tulungrejo Tengah pada BWK V. Nilai prosentasenya

(19)

untuk menampung timbulan sampah dari masyarakat di Kota Batu

adalah di Kelurahan Ngaglik, yang merupakan BWK I. Jumlah

produksi timbulan sampah domestik dan jumlah timbulan sampah

berdasarkan jenis kegiatan di Kota Batu.

a. Pengelolaan yang ramah lingkungan dan menjaga kesehatan

b. Pengelolaan dan Penangnan sampah yang tidak menimbulkan

pencemaran baru dan mengganggu kelstarian lingkungan sekitar

a. Pengelolaan yang dapat mengurangi jumlah timbunan sampah

b. Pengelolan yang memperhatikan aspek-aspek kesehatan

4.2.5 Sistem Prasarana yang diusulkan

4.2.5.1 Kebutuhan Pengembangan

Sarana Persampahan baiknya mencakup seluruh kawasan terbangun

agar tidak terjadi pembuangan sampah secara liar di lahan kosong atau

pembuangan di saluran pematusan.

Sarana persampahan yang dibutuhkan untuk menangangi timbunan

sampah pada kawasan perencanaan adalah :

o Sarana Pewadahan /Pengumpulan terdiri dari tong sampah 50 liter

o Pengangkutan ke lokasi pembungan sementara dengan gerobak

dengan kapasitas 2m³

o Sarana Pengangkutan dri TPS menuju TPA dngand Dump Truk itas

dengan kapasitas 6m³

Rencana Persampahan dirahkan pengembangan sistem pengelolan

sampah dimana TPS tidak hanya sebagai sarana pengumpulan

sementara untuk dibuang ke TPA . Di TPS sampah di olah dengan

memisahkan terlebih dahulu sampah organik dengan sampah non

organik dari rumh tangga . Sampah Organik diolah menjadi kompos

dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan penyubur

tanaman,sampah non organik dngan metode komposting ini dapat

dilakukan dengan cara membiarkan dalam tumpukan berongga atau

(20)

hari atau cara inveseel atau bila diinginkan pemantangan kompos

lebih cepat dapat diolah dengan menambahkan EM-4 yang berisi

mikroba untuk membantu dekomposisi sampah organik menjadi

kompos . Alternatif yang lain yaitu membakar sampah dengan mini

incenerator yang saat ini semakin banyak terdapat di pasar dan dengan

beragam kapasitas disesuikan volume timbunan di timbunan sampah .

Rencana sistem persampahan ,khususnya lokasi tempat pembuangan

akhir sebaiknya terdapat di luar pusat perkotaan dan sistem

pelayananan bersifat pembagian wilayah pelayanan.Rencana

pengembangan lokasi TPA di Kota Batu terdapat di Desa Tlekung

Kecamatan Junrejo yang memiliki luas ± 6.08 Ha . Rencana sistem

jarngan persampahan juga didukung didukung dengan adanya

pengembangan TPS secara terpusat pada tiap-tiap unit-unit

lingkungan.

a. Pewadahan

Penambahan tong-tong sampah yang diklasifikasikan antara

sampah basah maupun sampah kering mencapai lokasi pemukiman

penduduk , Pembuatan papan himbauan untuk meningkatkan

kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan

b. Pengumpulan

Penambahan jumlah pasukan kuning dan hijau yang dirasakan

masih kurang agar frekuensi ritasi pengangkutan bisa meningkat

dari 1-2 ritas perhari menjadi 3-4 ritas perhari dan diharapkan

pelayanan persampahan di Kota Batu bisa semakin luas.

c. Pemindahan

Pengembangan sistem pemindahan sampah yang diprioritaskan

menggunakan sistem kontainer mobil mengingat sistem ini lebih

mudah di tangani lebih bersih serta dalam pengangukan bisa

dilakukan secara mekanis menggunakan arm roll truk, Persebaran

TPS perlu diprhatikan agar tidak terjadi penumpukan fasilitas

(21)

Tabel 4.1

Produksi Sampah Domestik Di Kota Batu Tahun 2008 – 2013

2008 2013

A BWK I (BATU)

1 UL I (Kelurahan Sisir) 53.393,80 58.951,06 2 UL II (Kelurahan Temas) 35.876,34 39.610,37 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 16.555,44 18.278,54 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 29.535,59 32.609,67 5 UL V (Desa Pesangrahan) 29.282,88 32.330,66 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 19.855,04 21.921,56

184.499,07 203.701,86

B BWK II (JUNREJO)

1 UL I (Desa Junrejo) 21.112,85 23.310,29 2 UL II (Desa Tlekung) 10.283,61 11.353,94 3 ULIII ( Desa Dadaprejo) 12.580,98 13.890,42 4 UL IV (Desa Mojorejo) 10.619,60 11.724,90 5 UL V (Desa Beji) 18.614,46 20.551,86 6 UL VI (Desa Torongrejo) 14.131,71 15.602,55 7 UL VII ( Desa Pendem) 27.534,00 30.399,76

114.877,22 126.833,71

C BWKI III (PUNTEN)

1 UL I (Desa Punten) 13.511,42 14.917,70 2 UL II (Desa Sidomulyo) 20.383,43 22.504,95 3 ULIII ( Desa Bulukerto) 16.219,45 17.907,58 4 UL IV (Desa Gunungsari) 17.336,54 19.140,94 5 UL V (Desa Sumberejo) 17.652,43 19.489,71

71.591,85 93.960,88

D BWK IV (GIRIPURNO)

1 UL I (Desa Giripurno) 24.564,65 27.121,36 2 UL II (Desa Bumiaji) 17.284,85 19.083,87 3 ULIII ( Desa Pandanrejo) 13.798,59 15.234,76

55.648,09 61.439,98

E BWK V (TULUNGREJO)

1 UL I (Desa Tulungrejo tengah) 13.163,94 14.534,05 2 UL II (Desa Tulungrejo Utara) 8.227,46 9.083,78 3 UL III (Desa Tulungrejo Selatan) 11.518,45 12.717,30 4 UL IV (Desa Sumbergondo) 9.855,73 10.881,52

42.765,58 47.216,65

4.2.5.2 Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan

a. Program pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan terutama

Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengeloaan Persampahan

b.Peningkatan Operasi ddan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana

persampahan terutama Belanja bahan material, belanja bahan

obat-obatan, belanja bahan baku bangunan dan belanj apengangantian

suku cadang armada pengangutan sampah

4.2.5.3 Prioritas Program Pengelolaan Persampahan

(22)

4.2.5.3 Pembiayaan Pengelolaan

a. Pembiayaan Pengelolaan Persampahan Kota Batu tahun 2009

dengan program Program Pengembangan Kinerja Pengeloaan

Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan

Persampahan dengan Biaya dari APBD Rp.835.371.100,- lokasi

TPA Nggalik Kelurahan Nggalik Kecamatan Batu sedangkan dari

APBN Rp. 750.000.000,- Loksasi yang akan direncanakan TPA

Tlekung Desa Tlekung Kecamatan Junrejo.

4.3. Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase

4.3.1. Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan

4.3.1.1. Umum

Perubahan guna lahan berlangsung cepat, tidak diserti

dengan jeringan saluran drainase yang memadai , Curah hujan

yang relatif tinggi dan Saluran draunsae tersumbatb sampah,

Pola pengelolan jat\ringan drainse yang tidak maksimal.

4.3.1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud adalah menciptakan sistem drainase yang baik

dan mampu mengantisipasi kebutuhan pengembangan prasarana

denga proses perkembabngan Kota Batu

Tujuan adalah menciptakan lingkungan sehat serta

mengantisipasi timbulnya genagan banjir produk dimasa

mendatang

4.3.1.3. Arah Kebijakan Penanganan Drainase

Meningkatkan Fungsi Drainase /saluran dan pengendali

banjir

4.3.1.4. Isu-isu Strategis dan Permasalahan

1. Isu –isu Strategis

a.Mengutamakan peningkatan oper$asi dan pemeliharaan

(23)

b.Penanganan saluran drainase harus melibatkan banyak

pihak yang meliputi Dinas Pengairan n dan Bina Marga

Kota Batu bidang Pengelolaan Drainase

2. Permasalahan

a. Kebanyakan saluaran drainase terisi sampah

b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kemndirian

membaung sampah di sungai/ saluran drainse

c. Masih banyak parit-parit yang belu di beton

d. Limpasan dan kecepatan air dari kawasan yang lebih

tinggi tidak bisa ditampung di kawasan datar

e. Belum adanya saluran drainse yang memadai

f. Adanya saluran drainase yang rusak

g. Saluran masih berupa parit dan galian tanah

h. Drainse tidak berfungsi dengan baik /longsor

4.3.1.5. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase

Dalam Rencana Kota Batu

a.Kebijakan Pengelolaan Drainase

Meningkatkan Fungsi Drainasedan Pengendali Banjir

b.Program Pengeloaan Drainase

Pembangunan saluran drainase

c. Kegiatan Pengelolaan Jembatan

• Pembangunan Drainase Jalan Brantas

• Pemeliharaan Jalan A. Yani

• Pemeliharaan Jalan Pendem –Tegalgondo

• Pemeliharaan Jalan Pendem –Sekarputih

4.3.2.Profil Drainase

4.3.2.1.Gambaran Umum Sistem Drainase Saat Ini

Jaringan drainase pinggir jalan utama kawasan pusat kota adalah

(24)

drainase berupa saluran alam dengan jurang yang dalam dan

kebayakan belum dipleseng. Seluruh jaringan saluran drainase

bermuara ke anak sungai Brantas dan sungai Bantas yang berfungsi

sebagai urban drainase Kota Batu

4.3.2.2.Aspek Teknis

1. Tebing saluran darinase pasangan batu terutama di kawasan

pusat kota

2. Berisi air tanah terutama pada sakuran drainase yang berfungsi

ganda

3. Pada kawasan yang padat bangunan saluran drainase didesak

oleh bangunan bahkan ada yang berdiri diatas saluran

4. Kebanyakan saluran drainase terisi dengan sampah sehingga

menjadi tersumbat pada hujan air meluap timbullah banjir

4.3.2.3.Aspek Kelembagaan

Pengelolan Drinase di Kota Batu telah dikelola Dinas Pengairan

dan Bina Marga Kota Batu

4.3.2.4.Aspek Pendanaan

Pekerjaan Pembangunan Drainase terutama didaerah :

Pekerjaan Pembangunan Drainase terutama didaerah :

- Pembangunan Drainase Jalan Brantas Rp. 100.000.000,-

- Pembangunan Drainase Jalan A. Yani Rp. 110.000.000,-

- Pembangunan Drainase Pendem Tegal Gondo Rp.

198.000.000,00

- Pembangunan Drainase Pendem Sekarputih Rp. 198.000.000,-

4.3.2.5. Aspek Peraturan Perundangan

a. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Sumber Daya Air

b. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan

(25)

c. Undang-Undang No2 1982 Tata Pengaturan Air

d. Peraturan Daerah Kota Batu No.3 Tahun 2004 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu 2003-2013

e. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990 tentang irigasi

4.3.2.6. Aspek Peran Serta Masyarakat

a.Masyarakat mempunyai kesadaran akan pentingnya keindahan ,

kebersihan kota Batu terutama jangan membuang sampah di

saluran drainase akan mengakibatkan banjir

b.Diadakan Gotong Royong membersihkan saluran drainase

terhadap sampah yang tersumbat sehingga aliran menjadi

lancar.

4.3.3.Permasalahan Yang Dihadapi

4.3.3.1.Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada

Pada kawasan-kawasan tertentu pada musim hujan terjadi genangan

khusunya di kawasan pusat kota sekitar alun-alun Kota Batu , Jalan

Bukit Berbung dan pemukiman padat.

4.3.3.2. Sasaran Drainase

Lokasi genagan di kawasan terbangun dan 1 lokasi pinggiran

punten akibat meluapnya Sungai Brantas.

4.3.3.3. Rumusan Masalah

a. Limpasan permukaan dari kawsan yang lebih tinggi ke kawasan

lebih rendah, kapasitas saluran datar tidak cukup

b.Kecepatan air yang tinggi dari kawsan yang tinggi /curam

mengalami hambatan di kawasan rendah/datar

c. Kurangnya Operasi dan Pemeliharaan terutama pintu air saluran

tidak pernah disalurkan dan saluran drainase selalu berisi

sampah karena kurangnya partisipasi masyarakat dan tidak

tetangani oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang bidang

(26)

4.3.4Analisa Permasalahan dan Rekomendasi

Jaringan saluran drainase pinggir jalan utama kawasan pusat kota adalah

saluran tetrtutup dibawah trotoar. Dikawasan pinggiran jaringan jalan

saluran drainase berupa saluran alam dengan jurang yang dalam dan

kebanyakan belum dipleseng maka dari saluran drainase sudah dipleseng

aliran air menjadi lancar dan belum tertata dan rumput liar yang

mengganggu aliran air

4.3.4.1 Analisa Kebutuhan

Pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan pada seluruh

drainase yang ada dan menghindari sampah kedalam saluran

sebagai trotoar, saluran tetap memgikuti aluran terbuka tetapi

diberi tutup pada bagian atas saluran

4.3.4.2 Analisa Sistem Drainase

Seluruh sub sistem drainse yang mematus Kota Batu mengalir ke

anak sungai brantas dan ada yang langsung mengakir ke sungai

brantas.

4.3.4.3Analisa Jaringan Drainase

Memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran

eksiting yang berbentuk saluran segi empat . Secara eksistika

maupun jalannya arah aliran air memang lebih baik menggunakan

saluran drainase yang berbentuk trapesium. Kekurangan saluran

drainase yang berbentuk trapesium adalah memakan lahan yang

luas, sementara daerah potensi genangan sesaat berada di tengah

kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan saluran

drainse eksisting menjadi masalah

4.3.4.4Analisa Ekonomi

Pengelolaan Drainase Program sangat membutuh biaya yang cukup

besar dana berasal dari APBD Kota Batu tahun 2009 sebesar

(27)

4.3.4.5 Alternatif Pemecahan Masalah

a.Mengutamakan peningkatan operasi dan pemeliharaan saluran

drainase yang sudah cukup besar kapasitasnya

b.Penangembangan kawasan baru oleh developer yang mencakup

kawasan yang luasnya minimal 20 ha harus dilengkapi air

permukaan pada saat hujan

c.Pengawasan ketat terhadap Garis Sempadan rencana saluran

drainase termasuk sungai brantas dan anak sungainya yang

telah ditentukan didalam RTRW Kota Batu

4.3.4.6Rekomendasi

Pengembangan drainase terutama sekunder diutamakan pada

jalan-jalan utama yang berfunsi sebagai jalan arteri dan kolektor .

Untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan

pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada

seluruh saluran drainase yang ada dan menghindari masuknya

sampah kedalam saluran drainase dan pemanfaatan lahan bagian

atas saluran sebagai trotoar mengikuti pola aliran terbuka tetapi

diberi tutup pada bagian atas saluran

4.3.5 Sistem Prasarana Yang Diusulkan

4.3.5.1 Usulan dan Prioritas Program

A. Usulan Prasarana Yang Diusulkan

Pembuatan Saluran Drainase Primer Jalan Diponegoro

Kelurahan Sisir Kecamatan Batu

4.3.5.2 Prioritas Proyek Penyediaan Drainase

Mengembalikan fungí drainase

4.3.5.3Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase

Pembiayaan proyek Penyediaan Drainase ini berasal dari APBN

(28)

4.3.6 Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum

Kemampuan PDAM Batu dalam memenuhi air bersih bagi masyarakat

Kota Batu tersebar 3 kecamtan saat ini berkisar 29 % dari total jumlah

penduduk tahun 2007 di Kota Batu 173.295 jiwa yang ada atau kutrang

lebih dari jiwa yang telayani dengan pelanggan aktif 9000 SR. Untuk daerah –

daerah diluar jangkauan pelayanan PDAM Batu terdiri dari pemakai HIPPAM

dan Swadaya yang mandiri serta sebagian kecil masih menggunakan sumur

dan sungai.

4.3.6.1 Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Sistem Pengelolaan

Dalam penyediaan air bersih di Kota Batu faktor jumlah

penduduk dan penggolongannya merupakan unsur penting karena

berkaitan dengan pemenuhan tarip yang diberlakukan oleh PDAM.

Penduduk dapat dimaknai ssecara subyek sebagai pelaku dari sebuah

pembangunan dan obyek karena penduduk menjadi target atau sasaran

hasil atas pembangunan yang telah dilaksanakan.

Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan air bersih semakin meningkat

sejalan dengan meningkatnya segala fasilitas masyarakat. Guna

memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat, Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Kota Batu merencanakan pengembangan sarana

air bersih dengan maksud untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang

diperlukan oleh masyarakat. Pengembangan sarana air bersih yang

telah direncanakan oleh PDAM Kota Batu bisa mencapai target

jumlah pelanggan aktif sebesar 8.526 SR. ditambah dengan rencana

penambahan pelanggan sampai dengan tahun 2007 sebesar ± 5000 SR

Pengembangan sarana air bersih Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Kota Batu merencanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan

air minum tersebut dengan mengambil air dari sumber yang selama

ini sudah difungsikan, maupun mengambil dari sumber yang baru,

sehingga target kebutuhan akan air minum pada saat ini merupakan

pengembangan dari sarana sumber yang sudah ada. Dengan melihat

(29)

strategi pengembangan sarana untuk meningkatkan debit merupakan

alternative yang terbaik. Peningkatan debit air yang dikembangkan

dalam program ini adalah sebesar 12 Lt/det dari Sumber Ngesong dan

dengan revitalisasi jalur distribusi yang sudah lama atau sudah tidak

layak sehingga debit tambahan diharapkan bisa menunjang terhadap

jam pelayanan.

Harapan dari pengembangan sarana air bersih ini adalah memenuhi

tuntutan masyarakat akan fasilitas air bersih yang saat ini masih

dirasakan kurang.

4.3.6.2 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan

Pengelolaan Air Minum

4.3.6.2.1Sistem Non Perpipaan

a.Sistem perpipaan dikelola oleh Himpunan Pemakai Air

(HIPPAM)

b.Harga relatif murah dibandingkan dari PDAM

c.Tanpa pipa untuk pengaliran air

d.mengambil dari sumber mata air yang ada di Kota Batu

ada 83 mata air yang dapat digunakan melayani kebutuhan

penduduk terutama mata air gemulo dan mata air,

telogotowo, terongbelok, kasinan dan darmi

4.3.6.2.1.1Aspek Teknis

Harga tarif HIPPAM lebih murah daripada tarif PDAM atau

sebesar Rp.300/m³ pada pelanggan yanda meter dan untyuk

pelanggan tanpa meterRp5000/bulan, sedangkan tarif dasar

PDAM sebesar Rp.880/m³ maka dalam menyingkapi hal tersebut

diatas pelanggan telah melakukan pelanggan dan pemasangan

meter yang rusak sehingga menambah pendapatan akibat

(30)

4.3.6.2.1.2Aspek Pendanaan

Pendanaan air minum dari HIPPAM berasal dari masyarakat

yang terhimpun HIPPAM (Himpunan Pemakai Air Minum)

a.Pengembangan air minum dengan volume 1,00 lks dengan

biaya Rp. 1.500.000,00

b.Pembangunan Brouncapetring Reservoir dan meter air

HIPPAM dengan volume 1,00 unit Rp. 75.000.000

c.Pembangunan Brouncapetring Reservoir dan meter air

HIPPAM dengan volume 1,00 unit Rp. 70.000.000

d.Perencanan Pembangunan Brounceptering Reservoir dan

meter air HIPPAM dengan volume 1,00 pkt Rp.

95.000.000,00

4.3.6.2.1.3Aspek Kelembagaan dan Peraturan

a.Aspek Kelembagaan

Sistem non perpipaan masyarakat Kota Batu masih

menggunakan HIPPAM yang dikelola oleh PDAM Kota Batu

b.Peraturan Perundangan

- Undang-Undang no. 11 tahun 2001 tentang pembentukan

Kota Batu

- Undang-undang No 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok

Pemerintahan di daerah

- Undang-undang N0.23 tahun 1992 tentang kesehatan

- Peraturan Menteri Kesehatan N0061/Menkes/Per/I/1991

tentang persyaratan kolam renang

- Undang-Undang no 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok

pengelolaan lingkungan hidup

- Peraturan menteri kesehatan No.416 tahun 1990 tentang

(31)

4.3.6.2.2 Sistem Perpipaan Tersedia Terpakai Pembuatan Sumber

(1/det) (1/det)

2. UNIT PRODUKSI / INSTALASI PENGOLAHAN

a. Pengolahan Air

Nama Lokasi Jenis

Kapasitas Terpasang

Kapasitas

Produksi Waktu Operasi

(32)

b. Pipa Transmisi Air Baku

Jenis Pipa Diameter Panjang

(mm) (Km)

a. Air terdistribusi, terjual dan kehilangan air

- Jumlah air terdistribusi : 2.270.520 m3 / tahun

(33)

Sumber : Tahun 2001 s/d 2003 dan Data Kec. Batu, Kec. Bumiaji

Jumlah Pelanggan Calon

No. Desa, Kel & Kec. Penduduk PDAM Pelanggan

(jiwa) ( SR ) 2004-2006

I. BATU 46.377 m2

1 Kelurahan Songokerto 6.038. 550 251

2 Kelurahan Ngaglik 10.102. 1.601 512

3 Kelurahan Sisir 19.527. 2.892 831

4 Kelurahan Temas 11.814. 1.159 723

5 Desa Sumberejo 6.070. 568 82

6 Desa Sidomulyo 7.154. 149 12

7 Desa Pesanggrahan 10.855. 751 213

8 Desa Oro oro Ombo 6.640 632 81

II. BUMIAJI 48.224 m2

1 Desa Punten 5.206 - -

2 Desa Tulungrejo 11.505 - -

3 Desa Sumbergondo 3.289 - -

4 Desa Bulukerto 5.703 - -

5 Desa Gunungsari 5.820 - 181

6 Desa Bumiaji 5.704 - -

7 Desa Pandanrejo 4.940 551 310

8 Desa Giripurno 7.425 - -

III. JUNREJO 37.950 m2

1 Desa Torongrejo 4.340. 485 116

2 Desa Beji 5.883 223 86

3 Desa Tlekung 3.670 1 42

4 Desa Mojorejo 3.691. 334 382

5 Desa Junrejo 7.052 - -

6 Desa Dadaprejo 4.641 - -

7 Desa Pendem 8.683 - -

(34)

d.Daftar tunggu pelanggan Pelayanan

Standard Pelayanan minimal

a. Kualitas air yang memenuhi syyarat air bersih

b. Tekanan air mengalir di kran rumah lantai dasar

c. Kualitas pengambilan /konsumsi 20m³ /bl/SR

d. Kontinuitas aliran rata-rata 18 jam/hari

e. Peningktan jam pelayanan untuk 1,859 SR (24 jam/hr)

f. Penambahan pelnggan baru 2,000 SR

g. Pelanggan buka kembali 250 SR

h. Penambahan Pendapatan Rp.125.000.000

i. Penambahan setoran PAD setiap bulan

j. Peningktan kinerja dari sakit (1,91) menjadi sehat (2,01)

4.3.6.2.2.2Aspek Pendanaan

Pendanaan Program Sharing Jalur dengan loksai Jl. P. Sudirman,

Jl. Suropati , jl. Brantas , Jl. Brantas, Jl. Agus Salim, Jl. Agus

Salim s/d Jl. Dewi Sartika dan Desa Oro-Oro Ombo dari APBD

untuk Air Minum sejumlah Rp.600.000.000, 00

4.3.6.2.2.3Aspek Kelembagaan dan Peraturan

a. Aspek Kelembagaan

Pengelolaan air mum dikelola oleh Perusahaan Daerah Air

Minum Kota Batu

b. Peraturan Perundangan

- Undang-Undang No7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air

- Peraturan Pemerintah N o. 22 Tahun 1982 tentang Tat

(35)

- Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang

sayarat-sayarat dan pengawasan koalitas air

- Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang

pencemaran air

- Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

- Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang ketentuan pokok

pengelolaan lingkungan hidup

- Keputusan Sekjen Depkes No 0347 /SJ/SK/Lapkes/III/92

tentang jenis –jenis pemeriksaan dan besarnya biaya bahan

dan lat untuk tarif pemeriksaan laboratorium

- Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan menteri

kependudukan dan lingkungan hidup /badan pengendalian

dampak lingkungan nomor 103/Menkes/SKB/II/1993 Nomor

kep/09/BAPEDA/02/1993 tentang pelaksanan pemantauan

dampak lingkungan

1. Bentuk Institusi : PERUSAHAAN

DAERAH

2. Dasar Hukum : Perda no. 30 Th

2003

3. Rencana Organisasi dan Uraian tugas : Ada ,

4. Prosedur operasi standar : Ada ,

5. Pedoman penilaian kerja karyawan : Ada ,

6. Rencana jangka panjang ( corporate plan ) : Ada , ,

tahun 2004

7. Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan

(RKAP) : Tidak ada ,

8. Jumlah Karyawan : Unit Produksi

Unit Distribusi : 50 orang

Administrasi / keuangan : 17 orang

9. Rasio Karyawan per 1000 pelanggan : 10 / 1000

(36)

10. Kemampuan penanganan pengaduan ( rata-rata) : 40 %

kasus /bulan

4.3.7 Permasalahan Yang Dihadapi

1. Air bersih bagi masyarakat Kota Batu sebagian dari pelayanan

PDAM dan HIPPAM serta sebagian memanfaatkan sumur gali

dan sumur pompa . Berdasarkan studi terkait yang pernah

dilakukan di Kota Batu, prosentase pelayanan air pada

masyarakayt oleh PDAM unit Batu umumnya relatif kecil

cakupannya . keadaan tersebut juga tidak disertai servis

pelayanan yang memuaskan kaerna adanya pergiliran

pelayanan pelayanan pada pelangan. Untuk masa uyang akan

datang pelayanan PDAM bagi peklanggan cukup merata dan

pelanggan yang memusakan.

2. Adnya permukiman di wilayah Kota Batu yang masih dilayani

oleh PDAM lain dikarenakan masih minimnya jaringan

distribusi

3. Pemanfaatan air yang dikelola Kota Malang belum ada bentuk

kerjasama langsung dalam hal perawatan sumber dan menjaga

kelestarian alam disekitar hulu mata air , hal ini sudah ada draft

bentuk kerjasama yang saat ini masih dalam proses untuk

legalisasi MOU

4. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang ketetapan hukum

atau peraturan daerah mengenai pengelolaan sumber air, hal ini

sudah ada batasan antara PDAM dan Hippam dalam

pemanfaatn sumber air

5. kebocoran air cukup tinggi akibat banyaknyan meter air yang

sudah tidak berfungsi dan banyak instalasi pipa distribusi yang

rusak terutama peninggalan zaman kolonial belanda , hal ini

telah dilakukan pergantian dan penataan jaringan secara

(37)

6. Kenaikan harga-harga akibat dipivcu oleh kenaikan bahan

bakar minyak yang cukup signifikan mengakibtkan kenaikan

beban oprasional , hal tersebut telah dilakukan beberapa

efisiensi perusahaan baik yang bersifat teknik maupun umum

7. kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya

pembayaranan rekening air secara tepat waktu bagi

kelangsungan pelayanabn PDAM maka berkaitan hal tersebut

diatas telah dilakukan beberapa pendekatan dan sosialisasi

8. Penurunan Kapasitas produksi akibat kurangnya debit air di

tandon aerasi karena banyaknya tepingan /jalur transmisi

yang di bypass ke jalur distribusi sehingga menyebabkan air

yang dibutuhkan untuk pelyanan daerah kota Batu yang dapat

penduduknya menjadi berkurang, hal tersebut telah dikurangi

kapasitas tepingan liar yang mengganggu jalur transmisi

9. Masyarakat pelanggan mengeluhkan pelayanan yang kurang

baik, karena kualitas mata air banyuning (yangmerupakan

sumber terbesar di Batu) mengandung kadar Fe yang cukup

tinggi , hal tersebut telah dilakukan antisipasi dengan

screning/ filter di tandon aerasi abdul gani

10.Kemampuan SDm secara tekinis dan finansial untuk

emperbaiki dan mengembangkan sistem penyediaan air bersih

masih terbatas , hal yersebut telah beberapa kali dilakukan

upaya pengiriman karyawan untuk penduodikan teknis

maupoun umum

11.Materisasi yang belum merata, hal tersebut dilakukan

materisasi pada peklanggan yang mweternya sudah rusak atau

tidak layak pakai

Aspek Teknis

1. Jaringan pipa distribusi dan transmisi zaman kolonial

(38)

sebagian yang kerak dan berlumut sehingga memperkecil

dimensi pipa.

2. Kwalitas air dari banyuning yang mengandung Fe

sehingga perlu disenfentan dulu.

3. Banyaknya pipa distribusi yang tidak tertanam pada

kedalaman tanah di bawah standart.

Aspek Manajemen

1. Rata-rata harga air masih dibawah pemulihan biaya penuh.

2. Gambar AS-Bulid Drawing yang masih kurang lengkap,

sehingga menyulikan perbaikan dan perawatan pipa.

Aspek Keuangan

1. Tingginya biaya perbaikan kebocoran dan perawatan pipa.

2. Tingginya biaya pemeliharaan untuk pipa distribusi dan

transmisi.

Permasalahan utama dari 3 aspek diatas adalah sebagai berikut:

1. Jaringan pipa distribusi dan trnsbayak taping sehingga

mengurangi tekanan pada daerah pelayanan.

2. Kualitas air dari mata air banyuning banyak mengandung

Fe.

3. Penyempitan diameter pipa akibat kerak dan lumut.

(39)

4.3.7.1 Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prsarana dan Sarana (PS) Air Minum

4.3.7.2Rumusan Masalah

a.Sumber mata air berkurang drastis (dari total sumber mata

air sebanyak 111sekarang tinggal 58 titik sumber yang

masih aktif

b.Kondisi topografi cenderung terjal dan curam (ciri khas

wilayah pegugungan ) maka didalam pendistribusian air

bersih melalui pipanisasi karena hanya mengandalkan

grafitasi

PDAM Kota Batu saat ini masih banyak menjumpai

hambatan – hambatan dalam memberikan pelayanan air

bersih pada masyarakat Kota Batu. Permasalahan –

permaslahan yang dihadapi antara lain :

c.Kemampuan PDAM Batu dalam melayani air bersih pada

saat ini yaitu sekitar 27,01 % dari jumlah total penduduk

Kota Batu.

No Nama Sumber Kapasitas Produksi Air Daerah Pelayanan

2005 2006 2007 2008

1 BANYUNING 38 ltr/dt 39 ltr/dt 40 ltr/dt 40 ltr/dt Ds. Oro-oro Ombo, Ngaglik, Temas

2 NGESONG 12 ltr/dt 21 ltr/dt 23 ltr/dt 23 ltr/dt Ds. Ngaglik, Sisir, Temas & sekitarnya

3 GEMULO 14 ltr/dt 14 ltr/dt 26 ltr/dt 26 ltr/dt Ds Sisir, Temas, Beji, Mojorejo, Pandan Rejo & sekitarnya

4 DARMI 9 ltr/dt 13 ltr/dt 12 ltr/dt 12 ltr/dt Songgokerto, Pesanggrahan & sekitarnya

5 T. BELOK 4 ltr/dt 4 ltr/dt 4 ltr/dt 4 ltr/dt Ds. Pesanggrahan & sekitarnya

6 KASINAN 3.5 ltr/dt 3.5 ltr/dt 3.5 ltr/dt 3.5 ltr/dt Ds. Sumber Rejo & sekitarnya

7 CEMORO

KANDANG 2 ltr/dt 2 tr/dt 2 ltr/dt 2 ltr/dt Panderman Hill

(40)

d.Untuk area pelayanan PDAM Kota Batu, masyarakat

pelanggan mengeluhkan pelayanan yang kurang baik,

karena kualitas mata air banyuning kapasitas 60 lt/dt

mengandung Fe.

e.Adanya medan yang turun naik, mengakibatkan area

bagian selatan Kota Batu yang cukup tinggi kesulitan

untuk mendapatkan air bersih.

f.Sistem distribusi belum terdata dengan baik sehingga

menyulitkan dalam berbagai hal, termasuk evaluasi jika

ada masalah.

g.Adanya kesulitan memperoleh air bersih pada masyarakat

diluar area pelayanan air bersih terutama pada daerah

yang terlalu tinggi.

h.Mata air yang belum diatur dengan baik peruntukanya,

sehingga masing – masing mengklaim untuk

kepentinganya.

Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pelayanan,

pendistribusian air bersih kepada masyarakat adalah

diakubatkan karena penurunan kapasitas produksi akibat

kurangnya debit air di tandon airasi karena banyaknya

tepingan/ jalur Transmisi yang di bypass ke jalur Distribusi

sehingga menyebabkan air yang dibutuhkan untuk pelayanan

daerah kota Batu yang padat penduduknya menjadi

berkurang, juga penurunan produksi sumber, akibat

banyaknya kurangnya perawatan sumber air dan banyaknya

warga yang mengunakan debit air sumber untuk keperluan

pengairan kebun dan tanaman pertanian, serta kwalitas

disumber Banyuning yang merupakan sumber terbesar yang

ada di Batu tinggi kandungan Fe dan Mn untuk

didistribusikan kepada masyarakat untuk kebutuhan air

(41)

4.3.8 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.3.8.1 Analisa Kebutuhan Prasarana Air Minum

Kebutuhan air bersih Kota Batu segaian besar dilayani oleh

air bawah tanah atau sumur terutama dikelola PDAM. Keberadaan

air bersih /minum sangat vital sekali dalam kehidupan umat

manusia. Agar supaya kebutuhan air bersih lebih terjamin dan

terpadu serta terjaga potensi kandungan air di Kota Batu terutama

pada sumber mata air didalam pendstribusian diseluruh Kota Batu

supaya dikelola oleh PDAM atau bekerja sama dengan PDAM

4.3.8.1.1 Analisis Kondisi Pelayan

PDAM unit kerja Kota Batu hanya mampu menjangkau

13 desa/kelurahan daer 23 desa yang ada di Kota Batu

sisanya mendapatkan air minum dari HIPPAM atau

swadaya masyarakat, Desa /kelurahan yang

mendapatkan pekayanan yaitu :

- Kecamatan Batu pelayanan PDAM dapat menjangkau

wilayah Sonngokerto,Nggalik, Sisir,Temas, Sumberejo

Sidomulyo, Pesanggarahan dan Oro-ombo

- Kecamatan Junrejo pelayanan PDAM dapat

menjangkau wilayah tlekung, Beji , Mojorejo dan

Torongrejo

- Kecamatan Bumiaji mampu melayanan Desa

Pandanrejo

4.3.8.2 Analisa Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum

a. Peningkatan prosentase pelayanaan ampai 10 % /tahun,

dengan cakupan optimum 80 % pelanggan PDAM. Hal

ini berguna untuk meningktakan pendapatan daerah ,

menjamin kualitas air bersih sampai ke konsumen, juga

sebagi fungsi konservasi untuk mencegah eksploitasi air

(42)

b. Pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi untuk

menekan kebocoran air hingga 20 % hingga tahun 2012

4.3.8.3 Analisa Kebutuhan Program

Kebutuhan yang akan ditempouh dalam pengembangan

dan rehabilitasi jaringan PDAM dan HIPPAM adalah :

a. Masyarakat dapat meniknmati pelayanan air bersih

/minum secara optimal

b. Adanya peranserta masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan air bersih /minum dilakukan mealui

Paguyuban setempat yaitu HIPPAM

c. Merumuskan Staregi kebijakan dan program

pengelolaan penyediaan , pengelolaan air bersih dalam

trangka meningktakan pelayanan air bersih masyarakat

d. Meningkatakan nilai manfaat sumber air melalui

program penggelolaan sumber daya air dalam

memenuhi kebutughan masyarakat di permukiman

kota, pedesaan dan fasilitas kota

e. Inventarisasi data sumber air , sehingga dapat

dilakukan pengelolaannya dengan tepat , efisiensi

serta mengarahkan lingkungan yang baik dalam

rangka peningktan kesejahtweraan sosial ekonomi

masyarakat sesuai dengan tujuan pembngunan

f. Meningkatkan kemampuan organisasi pengelolaan air

dalam hal memecahkan pemasalahan yang berkaitan

dengan pengolahan air bersih

(43)

4.3.8.4 Rekomendasi

Standar pemenuhan ar pada umumnya disasrkan pada :

1. Setiap penduduk memerlukan 100 liter/orang/hari

Total kebutuhan air dari suatu keluarga 400 l/hari (satu

keluarga terdiri 4 orang)

2.Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 %

dari rumah tangga

3.Fasilitas komersial membutuhkan 20 % dari kebutuhan

rumah tangga

4.Industri membutuhkan 10 % dari kebutuhan rumah

tangga

5.Cadangan kebocoran diperkirakan 10 % dari

kebutuhan total

4.3.9 Sistem Prasarana Yang Diusulkan

4.3.9.1 Sistem Non Perpipaan

a. Penduduk akses air minum non perpipaan terlindung 30,91juta

jiwa sedangkan tidak terlindungi 38,77 juta jiwa

b. Masyarakat Berpenghasilan rendah terlindung 50,42 juta jiwa

kota 4,26 juta jiwa desa 46,16 juta jiwa 59,98 jiwa sedangkan

tidak terlindungi 50,42 jiwa kota 5,07 desa desa 46,16 jiwa

4.3.9.2 Usulan dan Prioritas Program

a. Usulan Program

SHARING PROGRAM 1. Jl. P. Sudirman PEMASANGAN JALUR DI WILAYAH JALUR 2. Jl. Suropati KOTA BATU, antara lain :

3. Jl. Brantas 1. Jl. P. Sudirman 4. Jl. Agus Salim 2. Jl. Suropati 5. Jl. Agus Salim s/d Jl. Dewi Sartika 3. Jl. Brantas 6. Desa Oro - oro Ombo 4. Jl. Agus Salim

5. Jl. Agus Salim s/d Jl. Dewi Sartika

(44)

a. Prioritas Program

SHARING PROGRAM JALUR

4.3.9.3 Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Air Minum

a. Usulan Penyediaan Air Minum

a. Prioritas Penyediaan Air Minum

SHARING PROGRAM BANYUNING

4.3.9.4 Pembiayaan Proyek Penyediaan Air Minum

Pembiayaan Proyek Penyediaan air memperhatikan kemampuan

perusahaan terkait biaya yang timbul alternative pemenuhan kebutuhan

dana serta penentuan prioritas dan kelayakan atas kegiatan yang

dilaksanakan. Pembiayaan Proyek Air Minum Tahun 2009 dari APBN Rp.

1.147.969.000 dan dana APBD Rp.600.000.000,-

SHARING PROGRAM Banyuning Desa Punten 1. Pembuatan Broncaptering 4x5x2,5

BANYUNING Kecamatan Bumiaji 2. Pengadaan dan Pemasangan

Pipa Ø PVC 160 mm.

3. Pengadaan dan Pemasangan

Pipa PVC Ø 110 mm

4. Pengadaan dan Pemasangan

Accessories Pipa

5. Pembuatan Perlintasan Sungai

Ø 150 mm, L = 8 m'

6. Pembuatan Perlintasan Sungai

Ø 150 mm, L = 12 m'

7. Pembuatan Rumah Panel 12 m²

8. Pembuatan Rumah Clorinator 62 m³

9. Pengadaan dan Pemasangan

Clorinator

(45)

Gambar

Tabel 4.1 Produksi Sampah Domestik Di Kota Batu Tahun 2008 – 2013

Referensi

Dokumen terkait

KABUPATEN JEMBRANA 2017 VII-26 Sistem pengelolaan persampahan adalah sampah rumah tangga dikumpulkan. terlebih dahulu oleh petugas gerobak menuju TPS atau Kontainer

Salah satu indikator pemukiman tidak kumuh adalah terkelolanya sampah, baik di lingkungan rumah tangga ataupun di lingkungan pemukiman.Kondisi permasalahan persampahan di

Perbedaan ini karena untuk daerah-daerah yang kaya sumber daya alam cenderung masih membutuhkan pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk

Meningkatkan sarana prasarana sanitasi dan pengelolaan persampahan yang menjangkau sebagian besar wilayah kota. Menyediakan air bersih bagi seluruh warga dan meningkatkan

UU no 18 tahun 2008 tentang persampahan Kab belum memiliki rencana induk pengelolaan sampah Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah

Gambaran Kondisi area beresiko dan permasalahan Persampahan di Kota Langsa 63.0 % penduduk tidak terlayani pengangkutan sampah, masih tingginya volume sampah tidak terangkut

Urusan Pekerjaan Umum : Menyediakan prasarana sarana pengelolaan sampah yang ramah lingkungan antara lain melalui Penyediaan lahan untuk fasilitas persampahan dan

Penelitian dilakukan pada 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi dan 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi sebagian dan tidak