BAB IV
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
4.1. Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah
4.1.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah
4.1.1.1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air
Limbah Dalam Rencana Kota Batu
A. Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
Meningkatkan upaya pengendalian dampak
lingkungan akibat kegiatan pembangunan dan pelaku
usaha, penetapan standar atau bahan mutu terhadap
beban pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan usaha
dan masyarakat sebagai tolok ukur keberhasilannya
dalam upaya mengelola limbah, Peningkatan
kesadaran masyarakat khususnya di lingkungan
pentingnya pengelolaan lingkungan hidup dan
Penetapan standar atau bahan mutu terhadap beban
pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan usaha dan
masyarakat sebagai tolok ukur keberhasilannya
B.Program Pengelolaan Air Limbah adalah:
1. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
2.Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan
3. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
4. Pengendalian Polusi
C.Kegiatan Pengelolan Air Limbah
1. Pengembangan Teknologi Persampahan di Kota
Batu melalui Sistem Komposting
2. Monitoring Volume Sampah Harian Kota Batu
3. Pengembangan Produksi Ramah Lingkungan
(Pengelolaan Limbah Ternak Menjadi Biogas
dan Pupuk
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pemantauan
Kualitas Air (Mobil Laboratorium Lingkungan
dan Alat-alat Laboratorium dan alat-alat
Laboratorium Lingkungan)
5. Peningkatan Konservasi daerah Tangkapan Air dan
Sumber –sumber Air
6. Pemantauan Kualitas Lingkungan
7. Pembangunan Tempat Pembuangan Benda Padat
/Cair yang menimbulkan Polusi (IPAL Komunal)
4.1.2. Profil Rinci Pengelolaan Air Limbah
4.1.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah saat ini
Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site
syatem) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang
dilakukan secara individual/ komunal, yang pengelolaannya
diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti:
cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala
Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site
system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui
jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk
memecahkan masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam
jangka waktu lama, tetapi membutuhkan biaya investasi yang
tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang
cukup tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa
pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi
pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa
lokasi saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem
ini menganut metoda self cleansing sehingga membutuhkan
kemiringan saluran yang cukup.
Sistem pengelolaan air limbah di Kota Batu masih banyak
menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site
system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara
komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang
belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang
limbahnya ke saluran/sungai.
4.1.2.1.1 Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Data dari Dinas Kesehatan Kota Batu tahun 2008
menunjuk penderita ISPA mendominasi penyakit
yang diderita masyarakat Kota Batu dengan jumlah
penderita 28.890 orang yang diikuti penyakit ISPA
pada balita dengan jumlah penderita 6509 orang
4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
• Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air limbah di
Kota Batu yaitu Bangunan Instalasi Biogas Limbah
• Sistem pengelolaan air limbah : sistem
• Fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT
pengolahan air limbah setempat (on-site system)
individu atau komunal.).
• Pelayanan penyedotan lumpur tinja dilakukan oleh
jasa pihak swasta.
4.1.3.Permasalahan Yang Dihadapi
4.1.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah
1. Meningkatkan upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan
menempatkan perlindungan lingkungan sebagai salah satu
faktor penentu kebijakan serta terpantaunya volume sampah
yang dihasilkan oleh kegiatan usaha dan masyarakat melalui
upaya monitoring dan evaluasi sampah harian
2.Meningkatkan kualitas air permukaan dan kualitas air tanah
disertai pengendalian dan pemantauan secara terpadu
antar sektor secara berkelanjutan melalui Pengadaan
Sarana dan Prasarana Pemantauan serta Peningkatan
Kualitas SDM Pengelola Lingkungan
3.Meningkatkan Sistem Pengelolaan dan Pelayanan Limbah
bagi kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan
serta meningkatkan peran serta masyarakat melalui
kelompok-kelompok masyarakat peduli dalam upaya
Pencegahan Pencemaran Lingkungan
4.Meningkatkan kualitas air permukaan dan kualitas air tanah
disertai pengendalian dan pemantauan secara terpadu
antar sektor secara berkelanjutan melalui Pengadaan
Sarana dan Prasarana Pemantauan serta Peningkatan
Kualitas SDM Pengelola Lingkungan
5. Meningkatkan kualitas air permukaan dan kualitas air tanah
disertai pengendalian dan pemantauan terpadu antar sektor
secara berkelanjutan melalui pengadaan sarana dan prasarana
pemantauan serta peningkatan kualitas SDM pengelola
lingkungan.
6.Meningkatkan Sistem Pengelolaan dan Pelayanan Limbah
bagi kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan
serta meningkatkan peran serta masyarakat melalui
kelompok-kelompok masyarakat peduli dalam upaya
Pencegahan Pencemaran Lingkungan
4.1.3.2 Rumusan Masalah
Minimnya kualitas dan kuantitas lingkungan merupakan
permasalahan yang sangat serius saat ini, maka dipandang perlu
melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan perbaikan kualitas
dan fungsi lingkungan hidup. Peningkatan kualitas air menjadi
salah satu fokus pengelolaan lingkungan saat ini karena persoalan
air banyak dikonotasikan dengan pencemaran. Dari sisi
peraturan, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor
82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pengaturan bagi upaya bersama
menghadapi penurunan kualitas air yang terjadi dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak, baik pemerintah (Pusat
dan Daerah) dan masyarakat dengan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, baik yang bersifat penyelesaian
masalah ini maupun pengembangan system pengelolaan kualitas air yang lebih baik.
Salah satu kondisi kualitas lingkungan yang semakin menurun, dapat dilihat dari penurunan kualitas lingkungan akibat
kegiatan rumah tangga (limbah domestik), telah menyebabkan
disepanjang sungai kesulitan memanfaatkan air untuk keperluan
sehari-hari.
Tinja sebagai salah satu limbah domestic, berhubungan
erat dengan masalah lingkungan hidup dan masalah kesehatan
masyarakat. Masalah yang ada akan dapat di eliminasi, ditekan
atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah dikurangi derajat
kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan
manusia. Agar tidak berperan sebagai penularan penyakit, tinja
harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu bak
tertutup yang tidak terjangkau oleh lalat, tikus dan kecoak serta
harus berjarak minimal 15 meter dari sumber air minum. Limbah
dari suatu sumber baru bisa dibuang ke lingkungan tanah atau
badan air setelah melalui proses pengolahan yang dapat menekan
kandungan bahan pencemarannya sampai tingkatan tertentu yang
sesuai dengan baku mutu limbah cair.
4.1.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.1.4.1 Analisis Permasalahan
1.Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Batu
melalui pengolahan limbah tinja.
2.Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk tinja pada
kesehatan manusia dan lingkungan.
3.Pengembangan pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat.
4.Pengujian Kualitas Air belum dapat dilakukan sepenuhnya di
Laboratorium lingkungan milik sindiri
4.1.4.2 Alternatif Pemecahan Persoalan
1. Pembuatan IPAL.
2. Mengurangi pembuangan limbah domestik ( Limbah Tinja )
ke badan sungai.
3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembuatan dan
4.1.4.3 Rekomendasi
Berdasarkan dari permasalahan tersebut diatas, maka
rekomendasi yang diperlukan antara lain:
PembangunanTempat Pembuangan Benda Padat/Cair IPAL
Komunal. Dengan tujuan Peningkatan Pengendalian Polusi dan
Di Kota Batu belum ada fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT)
4.1.5. Sistem Prasarana yang diusulkan
4.1.5.1 Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan
Sistem Pembuangan air limbah di Kota Batu semuanya
menjadi satu dengan sistem pematusan yang ada dan limbah
pekat /tinja diolah fasilitas sanitasi yang dimiliki
masing-masing penduduk adalah septik tank . Limbah cair domestik
terdiri dari 2 jenis yakni air bekas dan air kotor. Air bekas
adalah buangan mandi,pencucian dan dapur yang masuk
langsung ke dalam failitas sanitasi sumur resapan.Penanganan
limbah domestik dipergunakan sistem on site dan off site
untuk kawasan pemukiman dimana lahan tersedia cukup luas
sistem on site , limbektah dibuang ke fasilitas sanitasi yang
dimiliki rumah dan untuna lebih efk kawasan perdagangan dan
jasa yang limbah digunakan sistem on site skala kominal
karena lebih efektif dan ekonomis . Air limbah yang dihasilkan
di tiap-tiap blok disalurkan kedalam sistem perpipaan .
Rencana pengembangan sistem pematusan di Kota Batu
diutamakan pada jalan kolektor primer dan kolektor sekunder
yang terdapat di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu yang
merupakan rawan banjir
4.1.5 2 Usulan dan Prioritas Program
Usulan program prioritas dalam penanganan air limbah
a. Usulan Program
1. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
2.Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
3. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
4. Pengendalian Polusi
b. Prioritas Program
Program Pengendalian Polusi dalam bentuk Rencana
Kegiatan Pipanisasi IPAL
1.Rencana Bentuk Kegiatan
Kegiatan Pembangunan Pipanisasi IPAL dilaksanakan
dalam bentuk pembuatan instalasi pengolahan limbah tinja
dengan kapasitas ± 26 m3/hari dan memenuhi beberapa
aspek seperti :
1. Dekomposisi Tinja
2. Kuantitas Tinja
3. Pencemaran Air dan Tanah
4. Perkembangan biakan Lalat pada Tinja
5. Tutup Lubang
6. Aspek Teknik
7. Aspek Manusia
8. Aspek Biaya
Pemilihan dan penetapan lokasi pembuatan instalasi
pengolahan tinja merupakan langkah awal dalam
pelaksanaan kegiatan. Dengan melaksanakan survey lokasi
baik secara primer maupun sekunder dan melaksanakan
koordinasi dengan instansi terkait diharapkan mendapatkan
lokasi yang reprensentatif. Lahan untuk pembuatan instlasi
pengolahan limbah tinja akan disediakan oleh masyarakat
sebagai upaya meningkatkan tingkat kepedulian
masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan terutama
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan dilaksanakan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengolahan limbah
tinja, tujuan dan sasaran dengan monitoring dan evaluasi
diharapkan pelaksanaannya akan sesuai dengan tujuan,
sasaran dan manfaat yang ingin di capai serta bahan
pertimbangan terhadap pelaksanaan dan anggaran APBD
Propinsi tahun berikutnya.
2. Metode dan Teknik Pelaksanaan
A.Pelaksanaan Survey
Persiapan Survey
Persiapan survey yaitu menyusun data yang
dibutuhkan dari setiap instansi yang terkait dalam
pelaksanaan isu-isu mengenai pengolahan sumber
daya alam dan lingkungan hidup dan kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup.
Tahapan Survey
Setelah melakukan persiapan survey maka
selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan
pengumpulan data. Pada prinsipnya pekerjaan
pengumpulan data secara umum adalah :
pengumpulan data langsung dari lapangan yang
meliputi data kondisi fisik dikawasan perencanaan
secara keseluruhan kondisi elemen-elemen terkait
(transportasi, kondisi fisik, kondisi sarana dan
prasarana social, kondisi fasilitas umum), melakukan
pengukuran lapangan di lokasi perencanaan. Serta
yang meliputi kegiatan pengumpulan data (fisik,
social, ekonomi) dari instansi-instansi secara
kuantitas sehingga dapat diketahui kelengkapannya.
dilakukan studi kelayakan baik secara teknis,
ekonomi financial dan sosial kemasyarakatan. Dari
hasil analisa dan studi kelayakan tersebut
dilaksanakan koordinasi dengan instansi terkait
sehingga dapat ditetapkan lokasi yang representatif.
B.Penyusunan Rancangan Teknis
Adalah penentuan lokasi kegiatan Pembangunan
Pipanisasi IPAL
Lokasi pembangunan akan ditetapkan setelah
melaksanakan survey lokasi dan lahan disediakan oleh
masyarakat sebagai partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan yang bertempat di Kecamatan
Batu yaitu di jl Lesti RW 02 dan Kecamatan Bumiaji
di Desa Pandanrejo Dusun Ngujung RW 02.
4.1.5.3 Pembiayaan pengelolaan
Pembiayaan Pengelolaan Program Pengendalian Polusi dalam
kegiatan Pembangunan Tempat Pembuangan benda padat /cair
yang menimbulkan polusi (Pembangunan IPAL Komunal)
dari APBD yang terdiri dari DAU Rp. 33.300.000,- dan DAK
Rp.158.000.000,- dengan jumlah total 191.300.000,- Lokasi
Kelurahan Sisir Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo
(dalam tahap survey)sedangkan dari Bantuan APBN program
pengendalian polusi dengan kegiatan pembangunan IPAL
adalah Pembuatan 1 (satu) paket yang terdiri dari 2 unit
Instalasi Pengolahan Limbah Tinja dengan kapasitas 26
m3/hari dan lahan disediakan oleh masyarakat dengan dana
pembangunan sebesar Rp. 240.425.000,00 (Dua Ratus
Empat Puluh Juta Empat Ratus Dua Puluh Lima Ribu
Rupiah).Lokasi Pengelolaan Air Limbah Jl. Lesti RW02
Kelurahan Nggalik Kecamatan Batu dan desa Pandanrejo
4.2.Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan
4.2.1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Dalam
Rencana Kota Batu
a. Kebijakan Pengelolan Persampahan
- Kebijakan pengelolaan persampahan secara komposting yang
dilakukan mulai dari sumber sampah melalui pemberdayaan
masyarakat untuk mendukung sektor pertanian organik.
- Kebijakan penutupan secara hermanen TPA Ngaglik.
- Kebijakan pengelolaan sistem persampahan secara merata di
seluruh Kota Batu.
- Kebijakan pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan
persampahan.(3R)
b.Program Pengelolaan Persampahan
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
c. Kegiatan Pengelolaan Persampahan
1.Penyediaan Prasarana dan Sarana Penngelolaan Persampahan
- Gerobak sampah (15 unit)
- Tong sampah + Stand (50 unit)
- Pembangunan TPS Kota (3 unit)
- Penanaman Pohon penghijauan di tepi sekitar ex TPA Nggalik
(1 paket)
- Ban Shovell (4 buah)
- Komposter Aerob (25 unit)
- Pemasangan Instalasi Tlekung (1 paket)
- Pembangunan Bronjong TPA Nggalik (1 paket)
4.2.2. Profil Persampahan
4.2.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Saat ini
TPA Nggalik Kecamatan Batu luas 1,2 Ha dengan karakteristik
sampah campur dengan pengelolaan Open Dumping, Konsevasi
penampungan air lidi, penampungan tanggul/plesengan yang pada
bulan Oktober-November 2008 sedang tahap penyelesaian
TPA Tlekung luas 6,08 Hadengan karaktristik sampah organik dan
sampah campur dengan pengelolaan sampah dialihkan ke TPA
Tlekung untuk dipilah dan diolah (TPA sudah sesuai dengan Perda
Nomor 18 tahun 2008 mengunakan sistim Sanitary Landfill.
Daerah pelayanan yang dilayani oleh Sistem Manajemen
Persampahan Kota Batu ini meliputi seluruh wilayah administrasi
Kota Batu yang terbagi dalam 3 (tiga) wilayah administrasi, yaitu:
Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo.
Sistem manajemen pengelolaan persampahan dari TPS menuju TPA
dilakukan oleh Sub Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang
Kebersihan Kota Batu. Untuk pelayanan pengangkutan sampah dari
tempat pengumpulan sementara di tiap-tiap rumah menuju ke
Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) dilakukan secara mandiri
oleh masing-masing warga.
Untuk kawasan pedesaan, umumnya memakai sistem menimbun
dan dijadikan kompos atau dibakar.
Prosentase penanganan sampah yang dilakukan di Kota Batu adalah
sebagai berikut:
1. Volume timbulan sampah tahun 2008 : ±471m³ per hari
2. Volume sampah terangkut : 16,81 %.
3. Daerah pelayanan : 3 Kecamatan
4. TPA yang berada di Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu
keberadaannya telah ditutup, hal ini dikarenakan sudah penuh dan
berdekatan dengan permukiman penduduk akan menimbulkan
pencemaran udara karena bau sampah yang tidak sedap dipandang
mata dan menimbulkan penyakit sekitar lingkungan pemukiman
5. TPA di Desa Tlekung Kecamatan Junrejo saat ini terus dilakukan
pembangunan melalui perbaikan dan peningkatan sebagai salah
satu TPA yang menampung sampah di seluruh Kota Batu.
a. Pewadahan
Jenis wadah yang digunakan pada pemukiman penduduk di
Kota Batu umumnya mengunaskan kantong ploastik, keranjang
karet, tong sampah dan bak pasangan batu bata. Daerah
perkampungan di kordinasi oleh RT/RW dibiayai oleh
masyarakat secara swadaya dengan penggunaan keranjang karet
berwarna putih biru, wilayah pedesaan memiliki lahan luas
dengan menggali tanah untuk pembuangan sampah untuk
dibakar sedangkan di kawasan perjkotaan di jalan, perkantoran
pemerintah Kota Batu telah menyediakan tong-tong sampah
secara seragam yang jumlahnya banyak telah dibedakan sampah
kering warna putih dan sampah basah warna hijau
2. Pengumpulan Sampah
Petugas yang mengumpulkan sampah adalah pasukan kuning
memiliki tugas untuk mengumpulkan sampah ke lokasi TPS .
Peralatan yang digunakan gerobak dengan ukuran 1m³
dilakukan dinas kebersihan dan swadaya masyarakat melaui iran
kebersijhan diadakan masing-masing RT/RW sedangkan
Pengumpulan non Pemukiman dilakukan oleh petugas yyang
dikoordimasi langsung oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanna
Kota Batu disebut pasukan hijau
3. Pemindahan Sampah
Pemindahan sampah ke TPS tahun 2008 4 unit dengan loksai
antara lain :
- Desa Punten Kecamatan Bumiaji
- Desa Pendem Dusun Caru Kecamatan Junrejo
- Desa Pendem Dusun Mojorejo Kecamatan Junrejo
Untuk kawasan pedesaan, umumnya memakai sistem menimbun
dan dijadikan kompos atau dibakar.
4.2.2.2. Kondisi Sistem Prasarana dan Sarana
Gerobak Sampah , tong sampah, pembangunan TPS Kota,
Penanaman Pohon Penghijauan ditepi sekitar ex TPA Nggalik ,
Pembangunan dinding penahan TPA Nggalik dan Pembangunan
Kontruksi Jaringan air lindi.
Sedangkan sarana pendukung pengelolaan persampahan di Kota
Batu meliputi : 1 unit Wheel Loader , iunit Buldozer 5 unit Dump
Truk, 6 unit Arm Roll ,I unit Open truk, unit Pick up , 8 unit sepeda
motor gerobak sampah
4.2.2.3 Aspek Pendanaan
Aspek pendanaan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan dengan kegiatan penyediaan Prasarana dan sarana
pengelolaan Persampahan (3R) dengan terwujudnya lingkungan
yang bersih adalah Rp. 835.371.100,-
4.2.2.4 Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan
Yang menangani persampahan di Kota Batu adalah Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang Kota Batu, khususnya bidang Kebersihan.
Penanganan persampahan tersebut tidak hanya di koordinasi oleh,
instansi terkait tetapi melainkan juga secara mandiri oleh
masyarakat, khususnya penanganan sampah dari rumah tangga
hingga ke lokasi TPS. Dimana tenaga pengangkut sampah tersebut
beban biaya ditanggung oleh masyarakat secara swadaya melalui
iuran bulanan.
4.2.2.5 Aspek Peraturan Perundangan
Aspek peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan
persampahan terdiri dari:
a. Undang-undang 18 tahuhn 2008 tentang pengelohan sampah.
b.Perda nomor 14 tahun 2003 tentang struktur organisasi dan tata
c. Perda Nomor 38 tahun 2003 tentang retribusi kebersihan
lingkungan.
d. Dan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penyusunan
program penanganan persampahan di Kota Batu.
4.2.2.6 Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan meliputi:
a. Ikut serta masyarakat dalam program pemerintah berkaitan
dengan persampahan dan memberikan kesadaran akan
pentingnya kebersihan lingkungan
b. Digalakkan kerja bakti secara gotong royong
c. Berperan dalam lomba kebersihan antar RW yang diprakrsai
Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Batu.
d. Penanganan sampah yang dihasilkan masing-masing keluarga
hingga ke lokasi TPS secara swadaya.
4.2.3 Permasalahan yang dihadapi
4.2.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Persampahan
1 unit Wheel Loader , iunit Buldozer 5 unit Dump Truk, 6 unit Arm
Roll ,I unit Open truk, unit Pick up , 8 unit sepeda motor gerobak
sampah
4.2.3.2 Rumusan Masalah
a. Menimbun sampah yang terlalu lama akan mengakibatkan
kerusakan atau kelongsoran tanah
b. Peningkatan penyediaan utilitas/fasilitas penanganan
persampahan
c. Meluasnya kerusakan lingkungan fisik yang pada akhirnya akan
menimbulkan gangguan kesehatan dan perkembangan suatu
4.2.4 Analisa Permasalahan dan rekomendasi
4.2.4 1. Analisis Permasalahan
1.Pembakaran sampah secara terbuka, Aktivitas domistik dan
penggunan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dapat
menghasilkan Nox dan CO dan senyawa organik yang mudah
menguap (VOC)dan Kesadaran terhadap bahaya pencemar
lingkungan udara yang bersumber dari dalam ruasng masih belum
muncul secara signifikan baik masyarakat dan pemerintah dapat
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan maka sumber
polutan indoor merupakan sumber polutan yang harus
dipertimbangkan.
2.Tenaga Pengelola Sampah
Masih kurangnya tenaga pengelola sampah terutama Pasukan
Kuning yang jumlanya kurang dari 89 0rang. Hal ini berdampak
jumlah ritasi kegiatan yang bisa dilaksankan setiap harinya hanya
2-3 kali saja, sedangkan standar idealnya 3-4 ritas perhari .
Semarang ini baru 30 % dari keseluruhan potensi sampah
Kota Batu yang dikelola oleh pemerintah sedangkan sisanya sekitar
70 % dikelola oleh individu masyarakat . Kondisi ini belum sesuai
dengan standar ideal pelayanan persampahan kota yang seharusnya
berada pada angka 60-80%. Dengan memperhatikan standar
idealnya pelayanan persampahan kota, maka pemerintah Kota Batu
dinilai masih memerlukan penambahan tenaga pengelola sampah
baik pasukan kuning maupun pasukan hijau untuk meningktaan
kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
3. Persebaran TPS yang masih kurang merata
Konsentrasi TPS di Kota Batu yang masih terpusat di
Kecamatan Batu akan berdampak pada rendahnya tingkat
pelayanan kebersihan masyrakat. Sekarang ini prosentase jumlah
TPS di Kota Batu adalah 75% di Kecamatan Batu, 20 % di
perbandingan persebaran penduduk di 3 kecamatan tersebut adalah
45,96% di Kecamatan Junrejo Dengan memperhatikan data
tersebut masing kurang merata dan dimasa mendatang perlu dikaji
kembali proporsi jumlah TPS di Kota Batu. Kurang meratanmya
TPS yang ada menyebabkan masyarakat di Kecamatan Bumiaji
dan Junrejo cenderung mengolah sampah secara individu dan
pembakran sampah dapat menimbulkan bahaya gangguan alam
maupun kesehatan lingkungan masyarakat. Hal ini sistem
persampahan yang baik terutama dalam penyediaan lokasi TPS.
4. Sarana pengangkutan sampah masih kurang dan sebagian ada yang
rusak.Ketersediaan 3 Dump Truk dan 5 Roll Truck masih kurang
untuk melayani seluruh kota Batu terutama pad saat jumlah
sampah meningkat. Berdasarkan kondisi sarana prasarana
persampahan diperkirakan tambahan beberapa kendaraan
pengangkut untuk melayani seluruh wilayah Kota Batu .Luas
cakupan pengambilan dan pengangkutan sampah seringkali
berdampak pad jumlah ritasi yang tidak memnuhi target dan
kendaraan angkut yang sudah tidak optimal lagi untuk beropaerasi
karena kerusakan yang dialami
4.2.4.2 Alternatif Pemecahan Persoalan
a. Pengelolaan secara ekonomis
Pengelolaan sampah yang sesuai dengan karaketristik potensi
sampah sehingga sdapat mengurangi jumlah timbunan sampah
b. Pengeloaan sampah dapat mengurangi ketergantungan pada lahan
c. Pengelolaan yang mengyutrangi ketergantungan pad subsidi
pemerintah
d. Pengelolan dengan melakukan koordinasi dan kerjasama twerbuka
dengan pihak swasta sehingga meringankan beban biaya
Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup
besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, serta dampak yang
ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu
sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan
dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah
kota.
Perkiraan jumlah produksi sampah di wilayah perencanaan hingga
tahun 2013 berdasarkan asumsi sebagai berikut:
a. Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,5 lt/hari
b. Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah
sebanyak 25% dari sampah produksi rumah tangga sedangkan
untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari sampah rumah
tangga.
c. Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10% dari sampah rumah
tangga
d. Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga
Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa Kelurahan Sisir
yang merupakan Unit Lingkungan (UL) I, mempunyai jumlah
timbulan sampah domestik terbanyak. Prosentasenya sebesar 28,94
% untuk BWK I (Kecamatan Batu). Sedangkan untuk seluruh Kota
Batu, jumlah timbulan sampah di kelurahan tersebut hanya sekitar
11,38%. Pada BWK I ini, Kelurahan Songgokerto (UL III)
mempunyai prosentase timbulan sampah yang terkecil, yaitu sekitar
8,97%.
Pada BWK II, Desa Pendem termasuk dalam wilayah yang
mempunyai prosentase timbulan sampah yang cukup besar yaitu
23,97%. Prosentase tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan
prosentase jumlah timbulan sampah di Desa Giripurno pada BWK
IV dan Desa Tulungrejo Tengah pada BWK V. Nilai prosentasenya
untuk menampung timbulan sampah dari masyarakat di Kota Batu
adalah di Kelurahan Ngaglik, yang merupakan BWK I. Jumlah
produksi timbulan sampah domestik dan jumlah timbulan sampah
berdasarkan jenis kegiatan di Kota Batu.
a. Pengelolaan yang ramah lingkungan dan menjaga kesehatan
b. Pengelolaan dan Penangnan sampah yang tidak menimbulkan
pencemaran baru dan mengganggu kelstarian lingkungan sekitar
a. Pengelolaan yang dapat mengurangi jumlah timbunan sampah
b. Pengelolan yang memperhatikan aspek-aspek kesehatan
4.2.5 Sistem Prasarana yang diusulkan
4.2.5.1 Kebutuhan Pengembangan
Sarana Persampahan baiknya mencakup seluruh kawasan terbangun
agar tidak terjadi pembuangan sampah secara liar di lahan kosong atau
pembuangan di saluran pematusan.
Sarana persampahan yang dibutuhkan untuk menangangi timbunan
sampah pada kawasan perencanaan adalah :
o Sarana Pewadahan /Pengumpulan terdiri dari tong sampah 50 liter
o Pengangkutan ke lokasi pembungan sementara dengan gerobak
dengan kapasitas 2m³
o Sarana Pengangkutan dri TPS menuju TPA dngand Dump Truk itas
dengan kapasitas 6m³
Rencana Persampahan dirahkan pengembangan sistem pengelolan
sampah dimana TPS tidak hanya sebagai sarana pengumpulan
sementara untuk dibuang ke TPA . Di TPS sampah di olah dengan
memisahkan terlebih dahulu sampah organik dengan sampah non
organik dari rumh tangga . Sampah Organik diolah menjadi kompos
dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan penyubur
tanaman,sampah non organik dngan metode komposting ini dapat
dilakukan dengan cara membiarkan dalam tumpukan berongga atau
hari atau cara inveseel atau bila diinginkan pemantangan kompos
lebih cepat dapat diolah dengan menambahkan EM-4 yang berisi
mikroba untuk membantu dekomposisi sampah organik menjadi
kompos . Alternatif yang lain yaitu membakar sampah dengan mini
incenerator yang saat ini semakin banyak terdapat di pasar dan dengan
beragam kapasitas disesuikan volume timbunan di timbunan sampah .
Rencana sistem persampahan ,khususnya lokasi tempat pembuangan
akhir sebaiknya terdapat di luar pusat perkotaan dan sistem
pelayananan bersifat pembagian wilayah pelayanan.Rencana
pengembangan lokasi TPA di Kota Batu terdapat di Desa Tlekung
Kecamatan Junrejo yang memiliki luas ± 6.08 Ha . Rencana sistem
jarngan persampahan juga didukung didukung dengan adanya
pengembangan TPS secara terpusat pada tiap-tiap unit-unit
lingkungan.
a. Pewadahan
Penambahan tong-tong sampah yang diklasifikasikan antara
sampah basah maupun sampah kering mencapai lokasi pemukiman
penduduk , Pembuatan papan himbauan untuk meningkatkan
kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan
b. Pengumpulan
Penambahan jumlah pasukan kuning dan hijau yang dirasakan
masih kurang agar frekuensi ritasi pengangkutan bisa meningkat
dari 1-2 ritas perhari menjadi 3-4 ritas perhari dan diharapkan
pelayanan persampahan di Kota Batu bisa semakin luas.
c. Pemindahan
Pengembangan sistem pemindahan sampah yang diprioritaskan
menggunakan sistem kontainer mobil mengingat sistem ini lebih
mudah di tangani lebih bersih serta dalam pengangukan bisa
dilakukan secara mekanis menggunakan arm roll truk, Persebaran
TPS perlu diprhatikan agar tidak terjadi penumpukan fasilitas
Tabel 4.1
Produksi Sampah Domestik Di Kota Batu Tahun 2008 – 2013
2008 2013
A BWK I (BATU)
1 UL I (Kelurahan Sisir) 53.393,80 58.951,06 2 UL II (Kelurahan Temas) 35.876,34 39.610,37 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 16.555,44 18.278,54 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 29.535,59 32.609,67 5 UL V (Desa Pesangrahan) 29.282,88 32.330,66 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 19.855,04 21.921,56
184.499,07 203.701,86
B BWK II (JUNREJO)
1 UL I (Desa Junrejo) 21.112,85 23.310,29 2 UL II (Desa Tlekung) 10.283,61 11.353,94 3 ULIII ( Desa Dadaprejo) 12.580,98 13.890,42 4 UL IV (Desa Mojorejo) 10.619,60 11.724,90 5 UL V (Desa Beji) 18.614,46 20.551,86 6 UL VI (Desa Torongrejo) 14.131,71 15.602,55 7 UL VII ( Desa Pendem) 27.534,00 30.399,76
114.877,22 126.833,71
C BWKI III (PUNTEN)
1 UL I (Desa Punten) 13.511,42 14.917,70 2 UL II (Desa Sidomulyo) 20.383,43 22.504,95 3 ULIII ( Desa Bulukerto) 16.219,45 17.907,58 4 UL IV (Desa Gunungsari) 17.336,54 19.140,94 5 UL V (Desa Sumberejo) 17.652,43 19.489,71
71.591,85 93.960,88
D BWK IV (GIRIPURNO)
1 UL I (Desa Giripurno) 24.564,65 27.121,36 2 UL II (Desa Bumiaji) 17.284,85 19.083,87 3 ULIII ( Desa Pandanrejo) 13.798,59 15.234,76
55.648,09 61.439,98
E BWK V (TULUNGREJO)
1 UL I (Desa Tulungrejo tengah) 13.163,94 14.534,05 2 UL II (Desa Tulungrejo Utara) 8.227,46 9.083,78 3 UL III (Desa Tulungrejo Selatan) 11.518,45 12.717,30 4 UL IV (Desa Sumbergondo) 9.855,73 10.881,52
42.765,58 47.216,65
4.2.5.2 Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan
a. Program pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan terutama
Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengeloaan Persampahan
b.Peningkatan Operasi ddan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana
persampahan terutama Belanja bahan material, belanja bahan
obat-obatan, belanja bahan baku bangunan dan belanj apengangantian
suku cadang armada pengangutan sampah
4.2.5.3 Prioritas Program Pengelolaan Persampahan
4.2.5.3 Pembiayaan Pengelolaan
a. Pembiayaan Pengelolaan Persampahan Kota Batu tahun 2009
dengan program Program Pengembangan Kinerja Pengeloaan
Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan
Persampahan dengan Biaya dari APBD Rp.835.371.100,- lokasi
TPA Nggalik Kelurahan Nggalik Kecamatan Batu sedangkan dari
APBN Rp. 750.000.000,- Loksasi yang akan direncanakan TPA
Tlekung Desa Tlekung Kecamatan Junrejo.
4.3. Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase
4.3.1. Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan
4.3.1.1. Umum
Perubahan guna lahan berlangsung cepat, tidak diserti
dengan jeringan saluran drainase yang memadai , Curah hujan
yang relatif tinggi dan Saluran draunsae tersumbatb sampah,
Pola pengelolan jat\ringan drainse yang tidak maksimal.
4.3.1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud adalah menciptakan sistem drainase yang baik
dan mampu mengantisipasi kebutuhan pengembangan prasarana
denga proses perkembabngan Kota Batu
Tujuan adalah menciptakan lingkungan sehat serta
mengantisipasi timbulnya genagan banjir produk dimasa
mendatang
4.3.1.3. Arah Kebijakan Penanganan Drainase
Meningkatkan Fungsi Drainase /saluran dan pengendali
banjir
4.3.1.4. Isu-isu Strategis dan Permasalahan
1. Isu –isu Strategis
a.Mengutamakan peningkatan oper$asi dan pemeliharaan
b.Penanganan saluran drainase harus melibatkan banyak
pihak yang meliputi Dinas Pengairan n dan Bina Marga
Kota Batu bidang Pengelolaan Drainase
2. Permasalahan
a. Kebanyakan saluaran drainase terisi sampah
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kemndirian
membaung sampah di sungai/ saluran drainse
c. Masih banyak parit-parit yang belu di beton
d. Limpasan dan kecepatan air dari kawasan yang lebih
tinggi tidak bisa ditampung di kawasan datar
e. Belum adanya saluran drainse yang memadai
f. Adanya saluran drainase yang rusak
g. Saluran masih berupa parit dan galian tanah
h. Drainse tidak berfungsi dengan baik /longsor
4.3.1.5. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase
Dalam Rencana Kota Batu
a.Kebijakan Pengelolaan Drainase
Meningkatkan Fungsi Drainasedan Pengendali Banjir
b.Program Pengeloaan Drainase
Pembangunan saluran drainase
c. Kegiatan Pengelolaan Jembatan
• Pembangunan Drainase Jalan Brantas
• Pemeliharaan Jalan A. Yani
• Pemeliharaan Jalan Pendem –Tegalgondo
• Pemeliharaan Jalan Pendem –Sekarputih
4.3.2.Profil Drainase
4.3.2.1.Gambaran Umum Sistem Drainase Saat Ini
Jaringan drainase pinggir jalan utama kawasan pusat kota adalah
drainase berupa saluran alam dengan jurang yang dalam dan
kebayakan belum dipleseng. Seluruh jaringan saluran drainase
bermuara ke anak sungai Brantas dan sungai Bantas yang berfungsi
sebagai urban drainase Kota Batu
4.3.2.2.Aspek Teknis
1. Tebing saluran darinase pasangan batu terutama di kawasan
pusat kota
2. Berisi air tanah terutama pada sakuran drainase yang berfungsi
ganda
3. Pada kawasan yang padat bangunan saluran drainase didesak
oleh bangunan bahkan ada yang berdiri diatas saluran
4. Kebanyakan saluran drainase terisi dengan sampah sehingga
menjadi tersumbat pada hujan air meluap timbullah banjir
4.3.2.3.Aspek Kelembagaan
Pengelolan Drinase di Kota Batu telah dikelola Dinas Pengairan
dan Bina Marga Kota Batu
4.3.2.4.Aspek Pendanaan
Pekerjaan Pembangunan Drainase terutama didaerah :
Pekerjaan Pembangunan Drainase terutama didaerah :
- Pembangunan Drainase Jalan Brantas Rp. 100.000.000,-
- Pembangunan Drainase Jalan A. Yani Rp. 110.000.000,-
- Pembangunan Drainase Pendem Tegal Gondo Rp.
198.000.000,00
- Pembangunan Drainase Pendem Sekarputih Rp. 198.000.000,-
4.3.2.5. Aspek Peraturan Perundangan
a. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Sumber Daya Air
b. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
c. Undang-Undang No2 1982 Tata Pengaturan Air
d. Peraturan Daerah Kota Batu No.3 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu 2003-2013
e. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990 tentang irigasi
4.3.2.6. Aspek Peran Serta Masyarakat
a.Masyarakat mempunyai kesadaran akan pentingnya keindahan ,
kebersihan kota Batu terutama jangan membuang sampah di
saluran drainase akan mengakibatkan banjir
b.Diadakan Gotong Royong membersihkan saluran drainase
terhadap sampah yang tersumbat sehingga aliran menjadi
lancar.
4.3.3.Permasalahan Yang Dihadapi
4.3.3.1.Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada
Pada kawasan-kawasan tertentu pada musim hujan terjadi genangan
khusunya di kawasan pusat kota sekitar alun-alun Kota Batu , Jalan
Bukit Berbung dan pemukiman padat.
4.3.3.2. Sasaran Drainase
Lokasi genagan di kawasan terbangun dan 1 lokasi pinggiran
punten akibat meluapnya Sungai Brantas.
4.3.3.3. Rumusan Masalah
a. Limpasan permukaan dari kawsan yang lebih tinggi ke kawasan
lebih rendah, kapasitas saluran datar tidak cukup
b.Kecepatan air yang tinggi dari kawsan yang tinggi /curam
mengalami hambatan di kawasan rendah/datar
c. Kurangnya Operasi dan Pemeliharaan terutama pintu air saluran
tidak pernah disalurkan dan saluran drainase selalu berisi
sampah karena kurangnya partisipasi masyarakat dan tidak
tetangani oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang bidang
4.3.4Analisa Permasalahan dan Rekomendasi
Jaringan saluran drainase pinggir jalan utama kawasan pusat kota adalah
saluran tetrtutup dibawah trotoar. Dikawasan pinggiran jaringan jalan
saluran drainase berupa saluran alam dengan jurang yang dalam dan
kebanyakan belum dipleseng maka dari saluran drainase sudah dipleseng
aliran air menjadi lancar dan belum tertata dan rumput liar yang
mengganggu aliran air
4.3.4.1 Analisa Kebutuhan
Pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan pada seluruh
drainase yang ada dan menghindari sampah kedalam saluran
sebagai trotoar, saluran tetap memgikuti aluran terbuka tetapi
diberi tutup pada bagian atas saluran
4.3.4.2 Analisa Sistem Drainase
Seluruh sub sistem drainse yang mematus Kota Batu mengalir ke
anak sungai brantas dan ada yang langsung mengakir ke sungai
brantas.
4.3.4.3Analisa Jaringan Drainase
Memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran
eksiting yang berbentuk saluran segi empat . Secara eksistika
maupun jalannya arah aliran air memang lebih baik menggunakan
saluran drainase yang berbentuk trapesium. Kekurangan saluran
drainase yang berbentuk trapesium adalah memakan lahan yang
luas, sementara daerah potensi genangan sesaat berada di tengah
kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan saluran
drainse eksisting menjadi masalah
4.3.4.4Analisa Ekonomi
Pengelolaan Drainase Program sangat membutuh biaya yang cukup
besar dana berasal dari APBD Kota Batu tahun 2009 sebesar
4.3.4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
a.Mengutamakan peningkatan operasi dan pemeliharaan saluran
drainase yang sudah cukup besar kapasitasnya
b.Penangembangan kawasan baru oleh developer yang mencakup
kawasan yang luasnya minimal 20 ha harus dilengkapi air
permukaan pada saat hujan
c.Pengawasan ketat terhadap Garis Sempadan rencana saluran
drainase termasuk sungai brantas dan anak sungainya yang
telah ditentukan didalam RTRW Kota Batu
4.3.4.6Rekomendasi
Pengembangan drainase terutama sekunder diutamakan pada
jalan-jalan utama yang berfunsi sebagai jalan arteri dan kolektor .
Untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan
pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada
seluruh saluran drainase yang ada dan menghindari masuknya
sampah kedalam saluran drainase dan pemanfaatan lahan bagian
atas saluran sebagai trotoar mengikuti pola aliran terbuka tetapi
diberi tutup pada bagian atas saluran
4.3.5 Sistem Prasarana Yang Diusulkan
4.3.5.1 Usulan dan Prioritas Program
A. Usulan Prasarana Yang Diusulkan
Pembuatan Saluran Drainase Primer Jalan Diponegoro
Kelurahan Sisir Kecamatan Batu
4.3.5.2 Prioritas Proyek Penyediaan Drainase
Mengembalikan fungí drainase
4.3.5.3Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase
Pembiayaan proyek Penyediaan Drainase ini berasal dari APBN
4.3.6 Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum
Kemampuan PDAM Batu dalam memenuhi air bersih bagi masyarakat
Kota Batu tersebar 3 kecamtan saat ini berkisar 29 % dari total jumlah
penduduk tahun 2007 di Kota Batu 173.295 jiwa yang ada atau kutrang
lebih dari jiwa yang telayani dengan pelanggan aktif 9000 SR. Untuk daerah –
daerah diluar jangkauan pelayanan PDAM Batu terdiri dari pemakai HIPPAM
dan Swadaya yang mandiri serta sebagian kecil masih menggunakan sumur
dan sungai.
4.3.6.1 Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Sistem Pengelolaan
Dalam penyediaan air bersih di Kota Batu faktor jumlah
penduduk dan penggolongannya merupakan unsur penting karena
berkaitan dengan pemenuhan tarip yang diberlakukan oleh PDAM.
Penduduk dapat dimaknai ssecara subyek sebagai pelaku dari sebuah
pembangunan dan obyek karena penduduk menjadi target atau sasaran
hasil atas pembangunan yang telah dilaksanakan.
Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan air bersih semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya segala fasilitas masyarakat. Guna
memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat, Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kota Batu merencanakan pengembangan sarana
air bersih dengan maksud untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang
diperlukan oleh masyarakat. Pengembangan sarana air bersih yang
telah direncanakan oleh PDAM Kota Batu bisa mencapai target
jumlah pelanggan aktif sebesar 8.526 SR. ditambah dengan rencana
penambahan pelanggan sampai dengan tahun 2007 sebesar ± 5000 SR
Pengembangan sarana air bersih Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Batu merencanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan
air minum tersebut dengan mengambil air dari sumber yang selama
ini sudah difungsikan, maupun mengambil dari sumber yang baru,
sehingga target kebutuhan akan air minum pada saat ini merupakan
pengembangan dari sarana sumber yang sudah ada. Dengan melihat
strategi pengembangan sarana untuk meningkatkan debit merupakan
alternative yang terbaik. Peningkatan debit air yang dikembangkan
dalam program ini adalah sebesar 12 Lt/det dari Sumber Ngesong dan
dengan revitalisasi jalur distribusi yang sudah lama atau sudah tidak
layak sehingga debit tambahan diharapkan bisa menunjang terhadap
jam pelayanan.
Harapan dari pengembangan sarana air bersih ini adalah memenuhi
tuntutan masyarakat akan fasilitas air bersih yang saat ini masih
dirasakan kurang.
4.3.6.2 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan
Pengelolaan Air Minum
4.3.6.2.1Sistem Non Perpipaan
a.Sistem perpipaan dikelola oleh Himpunan Pemakai Air
(HIPPAM)
b.Harga relatif murah dibandingkan dari PDAM
c.Tanpa pipa untuk pengaliran air
d.mengambil dari sumber mata air yang ada di Kota Batu
ada 83 mata air yang dapat digunakan melayani kebutuhan
penduduk terutama mata air gemulo dan mata air,
telogotowo, terongbelok, kasinan dan darmi
4.3.6.2.1.1Aspek Teknis
Harga tarif HIPPAM lebih murah daripada tarif PDAM atau
sebesar Rp.300/m³ pada pelanggan yanda meter dan untyuk
pelanggan tanpa meterRp5000/bulan, sedangkan tarif dasar
PDAM sebesar Rp.880/m³ maka dalam menyingkapi hal tersebut
diatas pelanggan telah melakukan pelanggan dan pemasangan
meter yang rusak sehingga menambah pendapatan akibat
4.3.6.2.1.2Aspek Pendanaan
Pendanaan air minum dari HIPPAM berasal dari masyarakat
yang terhimpun HIPPAM (Himpunan Pemakai Air Minum)
a.Pengembangan air minum dengan volume 1,00 lks dengan
biaya Rp. 1.500.000,00
b.Pembangunan Brouncapetring Reservoir dan meter air
HIPPAM dengan volume 1,00 unit Rp. 75.000.000
c.Pembangunan Brouncapetring Reservoir dan meter air
HIPPAM dengan volume 1,00 unit Rp. 70.000.000
d.Perencanan Pembangunan Brounceptering Reservoir dan
meter air HIPPAM dengan volume 1,00 pkt Rp.
95.000.000,00
4.3.6.2.1.3Aspek Kelembagaan dan Peraturan
a.Aspek Kelembagaan
Sistem non perpipaan masyarakat Kota Batu masih
menggunakan HIPPAM yang dikelola oleh PDAM Kota Batu
b.Peraturan Perundangan
- Undang-Undang no. 11 tahun 2001 tentang pembentukan
Kota Batu
- Undang-undang No 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok
Pemerintahan di daerah
- Undang-undang N0.23 tahun 1992 tentang kesehatan
- Peraturan Menteri Kesehatan N0061/Menkes/Per/I/1991
tentang persyaratan kolam renang
- Undang-Undang no 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup
- Peraturan menteri kesehatan No.416 tahun 1990 tentang
4.3.6.2.2 Sistem Perpipaan Tersedia Terpakai Pembuatan Sumber
(1/det) (1/det)
2. UNIT PRODUKSI / INSTALASI PENGOLAHAN
a. Pengolahan Air
Nama Lokasi Jenis
Kapasitas Terpasang
Kapasitas
Produksi Waktu Operasi
b. Pipa Transmisi Air Baku
Jenis Pipa Diameter Panjang
(mm) (Km)
a. Air terdistribusi, terjual dan kehilangan air
- Jumlah air terdistribusi : 2.270.520 m3 / tahun
Sumber : Tahun 2001 s/d 2003 dan Data Kec. Batu, Kec. Bumiaji
Jumlah Pelanggan Calon
No. Desa, Kel & Kec. Penduduk PDAM Pelanggan
(jiwa) ( SR ) 2004-2006
I. BATU 46.377 m2
1 Kelurahan Songokerto 6.038. 550 251
2 Kelurahan Ngaglik 10.102. 1.601 512
3 Kelurahan Sisir 19.527. 2.892 831
4 Kelurahan Temas 11.814. 1.159 723
5 Desa Sumberejo 6.070. 568 82
6 Desa Sidomulyo 7.154. 149 12
7 Desa Pesanggrahan 10.855. 751 213
8 Desa Oro oro Ombo 6.640 632 81
II. BUMIAJI 48.224 m2
1 Desa Punten 5.206 - -
2 Desa Tulungrejo 11.505 - -
3 Desa Sumbergondo 3.289 - -
4 Desa Bulukerto 5.703 - -
5 Desa Gunungsari 5.820 - 181
6 Desa Bumiaji 5.704 - -
7 Desa Pandanrejo 4.940 551 310
8 Desa Giripurno 7.425 - -
III. JUNREJO 37.950 m2
1 Desa Torongrejo 4.340. 485 116
2 Desa Beji 5.883 223 86
3 Desa Tlekung 3.670 1 42
4 Desa Mojorejo 3.691. 334 382
5 Desa Junrejo 7.052 - -
6 Desa Dadaprejo 4.641 - -
7 Desa Pendem 8.683 - -
d.Daftar tunggu pelanggan Pelayanan
Standard Pelayanan minimal
a. Kualitas air yang memenuhi syyarat air bersih
b. Tekanan air mengalir di kran rumah lantai dasar
c. Kualitas pengambilan /konsumsi 20m³ /bl/SR
d. Kontinuitas aliran rata-rata 18 jam/hari
e. Peningktan jam pelayanan untuk 1,859 SR (24 jam/hr)
f. Penambahan pelnggan baru 2,000 SR
g. Pelanggan buka kembali 250 SR
h. Penambahan Pendapatan Rp.125.000.000
i. Penambahan setoran PAD setiap bulan
j. Peningktan kinerja dari sakit (1,91) menjadi sehat (2,01)
4.3.6.2.2.2Aspek Pendanaan
Pendanaan Program Sharing Jalur dengan loksai Jl. P. Sudirman,
Jl. Suropati , jl. Brantas , Jl. Brantas, Jl. Agus Salim, Jl. Agus
Salim s/d Jl. Dewi Sartika dan Desa Oro-Oro Ombo dari APBD
untuk Air Minum sejumlah Rp.600.000.000, 00
4.3.6.2.2.3Aspek Kelembagaan dan Peraturan
a. Aspek Kelembagaan
Pengelolaan air mum dikelola oleh Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Batu
b. Peraturan Perundangan
- Undang-Undang No7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air
- Peraturan Pemerintah N o. 22 Tahun 1982 tentang Tat
- Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang
sayarat-sayarat dan pengawasan koalitas air
- Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang
pencemaran air
- Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
- Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup
- Keputusan Sekjen Depkes No 0347 /SJ/SK/Lapkes/III/92
tentang jenis –jenis pemeriksaan dan besarnya biaya bahan
dan lat untuk tarif pemeriksaan laboratorium
- Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan menteri
kependudukan dan lingkungan hidup /badan pengendalian
dampak lingkungan nomor 103/Menkes/SKB/II/1993 Nomor
kep/09/BAPEDA/02/1993 tentang pelaksanan pemantauan
dampak lingkungan
1. Bentuk Institusi : PERUSAHAAN
DAERAH
2. Dasar Hukum : Perda no. 30 Th
2003
3. Rencana Organisasi dan Uraian tugas : Ada ,
4. Prosedur operasi standar : Ada ,
5. Pedoman penilaian kerja karyawan : Ada ,
6. Rencana jangka panjang ( corporate plan ) : Ada , ,
tahun 2004
7. Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan
(RKAP) : Tidak ada ,
8. Jumlah Karyawan : Unit Produksi
Unit Distribusi : 50 orang
Administrasi / keuangan : 17 orang
9. Rasio Karyawan per 1000 pelanggan : 10 / 1000
10. Kemampuan penanganan pengaduan ( rata-rata) : 40 %
kasus /bulan
4.3.7 Permasalahan Yang Dihadapi
1. Air bersih bagi masyarakat Kota Batu sebagian dari pelayanan
PDAM dan HIPPAM serta sebagian memanfaatkan sumur gali
dan sumur pompa . Berdasarkan studi terkait yang pernah
dilakukan di Kota Batu, prosentase pelayanan air pada
masyarakayt oleh PDAM unit Batu umumnya relatif kecil
cakupannya . keadaan tersebut juga tidak disertai servis
pelayanan yang memuaskan kaerna adanya pergiliran
pelayanan pelayanan pada pelangan. Untuk masa uyang akan
datang pelayanan PDAM bagi peklanggan cukup merata dan
pelanggan yang memusakan.
2. Adnya permukiman di wilayah Kota Batu yang masih dilayani
oleh PDAM lain dikarenakan masih minimnya jaringan
distribusi
3. Pemanfaatan air yang dikelola Kota Malang belum ada bentuk
kerjasama langsung dalam hal perawatan sumber dan menjaga
kelestarian alam disekitar hulu mata air , hal ini sudah ada draft
bentuk kerjasama yang saat ini masih dalam proses untuk
legalisasi MOU
4. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang ketetapan hukum
atau peraturan daerah mengenai pengelolaan sumber air, hal ini
sudah ada batasan antara PDAM dan Hippam dalam
pemanfaatn sumber air
5. kebocoran air cukup tinggi akibat banyaknyan meter air yang
sudah tidak berfungsi dan banyak instalasi pipa distribusi yang
rusak terutama peninggalan zaman kolonial belanda , hal ini
telah dilakukan pergantian dan penataan jaringan secara
6. Kenaikan harga-harga akibat dipivcu oleh kenaikan bahan
bakar minyak yang cukup signifikan mengakibtkan kenaikan
beban oprasional , hal tersebut telah dilakukan beberapa
efisiensi perusahaan baik yang bersifat teknik maupun umum
7. kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya
pembayaranan rekening air secara tepat waktu bagi
kelangsungan pelayanabn PDAM maka berkaitan hal tersebut
diatas telah dilakukan beberapa pendekatan dan sosialisasi
8. Penurunan Kapasitas produksi akibat kurangnya debit air di
tandon aerasi karena banyaknya tepingan /jalur transmisi
yang di bypass ke jalur distribusi sehingga menyebabkan air
yang dibutuhkan untuk pelyanan daerah kota Batu yang dapat
penduduknya menjadi berkurang, hal tersebut telah dikurangi
kapasitas tepingan liar yang mengganggu jalur transmisi
9. Masyarakat pelanggan mengeluhkan pelayanan yang kurang
baik, karena kualitas mata air banyuning (yangmerupakan
sumber terbesar di Batu) mengandung kadar Fe yang cukup
tinggi , hal tersebut telah dilakukan antisipasi dengan
screning/ filter di tandon aerasi abdul gani
10.Kemampuan SDm secara tekinis dan finansial untuk
emperbaiki dan mengembangkan sistem penyediaan air bersih
masih terbatas , hal yersebut telah beberapa kali dilakukan
upaya pengiriman karyawan untuk penduodikan teknis
maupoun umum
11.Materisasi yang belum merata, hal tersebut dilakukan
materisasi pada peklanggan yang mweternya sudah rusak atau
tidak layak pakai
Aspek Teknis
1. Jaringan pipa distribusi dan transmisi zaman kolonial
sebagian yang kerak dan berlumut sehingga memperkecil
dimensi pipa.
2. Kwalitas air dari banyuning yang mengandung Fe
sehingga perlu disenfentan dulu.
3. Banyaknya pipa distribusi yang tidak tertanam pada
kedalaman tanah di bawah standart.
Aspek Manajemen
1. Rata-rata harga air masih dibawah pemulihan biaya penuh.
2. Gambar AS-Bulid Drawing yang masih kurang lengkap,
sehingga menyulikan perbaikan dan perawatan pipa.
Aspek Keuangan
1. Tingginya biaya perbaikan kebocoran dan perawatan pipa.
2. Tingginya biaya pemeliharaan untuk pipa distribusi dan
transmisi.
Permasalahan utama dari 3 aspek diatas adalah sebagai berikut:
1. Jaringan pipa distribusi dan trnsbayak taping sehingga
mengurangi tekanan pada daerah pelayanan.
2. Kualitas air dari mata air banyuning banyak mengandung
Fe.
3. Penyempitan diameter pipa akibat kerak dan lumut.
4.3.7.1 Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prsarana dan Sarana (PS) Air Minum
4.3.7.2Rumusan Masalah
a.Sumber mata air berkurang drastis (dari total sumber mata
air sebanyak 111sekarang tinggal 58 titik sumber yang
masih aktif
b.Kondisi topografi cenderung terjal dan curam (ciri khas
wilayah pegugungan ) maka didalam pendistribusian air
bersih melalui pipanisasi karena hanya mengandalkan
grafitasi
PDAM Kota Batu saat ini masih banyak menjumpai
hambatan – hambatan dalam memberikan pelayanan air
bersih pada masyarakat Kota Batu. Permasalahan –
permaslahan yang dihadapi antara lain :
c.Kemampuan PDAM Batu dalam melayani air bersih pada
saat ini yaitu sekitar 27,01 % dari jumlah total penduduk
Kota Batu.
No Nama Sumber Kapasitas Produksi Air Daerah Pelayanan
2005 2006 2007 2008
1 BANYUNING 38 ltr/dt 39 ltr/dt 40 ltr/dt 40 ltr/dt Ds. Oro-oro Ombo, Ngaglik, Temas
2 NGESONG 12 ltr/dt 21 ltr/dt 23 ltr/dt 23 ltr/dt Ds. Ngaglik, Sisir, Temas & sekitarnya
3 GEMULO 14 ltr/dt 14 ltr/dt 26 ltr/dt 26 ltr/dt Ds Sisir, Temas, Beji, Mojorejo, Pandan Rejo & sekitarnya
4 DARMI 9 ltr/dt 13 ltr/dt 12 ltr/dt 12 ltr/dt Songgokerto, Pesanggrahan & sekitarnya
5 T. BELOK 4 ltr/dt 4 ltr/dt 4 ltr/dt 4 ltr/dt Ds. Pesanggrahan & sekitarnya
6 KASINAN 3.5 ltr/dt 3.5 ltr/dt 3.5 ltr/dt 3.5 ltr/dt Ds. Sumber Rejo & sekitarnya
7 CEMORO
KANDANG 2 ltr/dt 2 tr/dt 2 ltr/dt 2 ltr/dt Panderman Hill
d.Untuk area pelayanan PDAM Kota Batu, masyarakat
pelanggan mengeluhkan pelayanan yang kurang baik,
karena kualitas mata air banyuning kapasitas 60 lt/dt
mengandung Fe.
e.Adanya medan yang turun naik, mengakibatkan area
bagian selatan Kota Batu yang cukup tinggi kesulitan
untuk mendapatkan air bersih.
f.Sistem distribusi belum terdata dengan baik sehingga
menyulitkan dalam berbagai hal, termasuk evaluasi jika
ada masalah.
g.Adanya kesulitan memperoleh air bersih pada masyarakat
diluar area pelayanan air bersih terutama pada daerah
yang terlalu tinggi.
h.Mata air yang belum diatur dengan baik peruntukanya,
sehingga masing – masing mengklaim untuk
kepentinganya.
Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pelayanan,
pendistribusian air bersih kepada masyarakat adalah
diakubatkan karena penurunan kapasitas produksi akibat
kurangnya debit air di tandon airasi karena banyaknya
tepingan/ jalur Transmisi yang di bypass ke jalur Distribusi
sehingga menyebabkan air yang dibutuhkan untuk pelayanan
daerah kota Batu yang padat penduduknya menjadi
berkurang, juga penurunan produksi sumber, akibat
banyaknya kurangnya perawatan sumber air dan banyaknya
warga yang mengunakan debit air sumber untuk keperluan
pengairan kebun dan tanaman pertanian, serta kwalitas
disumber Banyuning yang merupakan sumber terbesar yang
ada di Batu tinggi kandungan Fe dan Mn untuk
didistribusikan kepada masyarakat untuk kebutuhan air
4.3.8 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.3.8.1 Analisa Kebutuhan Prasarana Air Minum
Kebutuhan air bersih Kota Batu segaian besar dilayani oleh
air bawah tanah atau sumur terutama dikelola PDAM. Keberadaan
air bersih /minum sangat vital sekali dalam kehidupan umat
manusia. Agar supaya kebutuhan air bersih lebih terjamin dan
terpadu serta terjaga potensi kandungan air di Kota Batu terutama
pada sumber mata air didalam pendstribusian diseluruh Kota Batu
supaya dikelola oleh PDAM atau bekerja sama dengan PDAM
4.3.8.1.1 Analisis Kondisi Pelayan
PDAM unit kerja Kota Batu hanya mampu menjangkau
13 desa/kelurahan daer 23 desa yang ada di Kota Batu
sisanya mendapatkan air minum dari HIPPAM atau
swadaya masyarakat, Desa /kelurahan yang
mendapatkan pekayanan yaitu :
- Kecamatan Batu pelayanan PDAM dapat menjangkau
wilayah Sonngokerto,Nggalik, Sisir,Temas, Sumberejo
Sidomulyo, Pesanggarahan dan Oro-ombo
- Kecamatan Junrejo pelayanan PDAM dapat
menjangkau wilayah tlekung, Beji , Mojorejo dan
Torongrejo
- Kecamatan Bumiaji mampu melayanan Desa
Pandanrejo
4.3.8.2 Analisa Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum
a. Peningkatan prosentase pelayanaan ampai 10 % /tahun,
dengan cakupan optimum 80 % pelanggan PDAM. Hal
ini berguna untuk meningktakan pendapatan daerah ,
menjamin kualitas air bersih sampai ke konsumen, juga
sebagi fungsi konservasi untuk mencegah eksploitasi air
b. Pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi untuk
menekan kebocoran air hingga 20 % hingga tahun 2012
4.3.8.3 Analisa Kebutuhan Program
Kebutuhan yang akan ditempouh dalam pengembangan
dan rehabilitasi jaringan PDAM dan HIPPAM adalah :
a. Masyarakat dapat meniknmati pelayanan air bersih
/minum secara optimal
b. Adanya peranserta masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan air bersih /minum dilakukan mealui
Paguyuban setempat yaitu HIPPAM
c. Merumuskan Staregi kebijakan dan program
pengelolaan penyediaan , pengelolaan air bersih dalam
trangka meningktakan pelayanan air bersih masyarakat
d. Meningkatakan nilai manfaat sumber air melalui
program penggelolaan sumber daya air dalam
memenuhi kebutughan masyarakat di permukiman
kota, pedesaan dan fasilitas kota
e. Inventarisasi data sumber air , sehingga dapat
dilakukan pengelolaannya dengan tepat , efisiensi
serta mengarahkan lingkungan yang baik dalam
rangka peningktan kesejahtweraan sosial ekonomi
masyarakat sesuai dengan tujuan pembngunan
f. Meningkatkan kemampuan organisasi pengelolaan air
dalam hal memecahkan pemasalahan yang berkaitan
dengan pengolahan air bersih
4.3.8.4 Rekomendasi
Standar pemenuhan ar pada umumnya disasrkan pada :
1. Setiap penduduk memerlukan 100 liter/orang/hari
Total kebutuhan air dari suatu keluarga 400 l/hari (satu
keluarga terdiri 4 orang)
2.Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 %
dari rumah tangga
3.Fasilitas komersial membutuhkan 20 % dari kebutuhan
rumah tangga
4.Industri membutuhkan 10 % dari kebutuhan rumah
tangga
5.Cadangan kebocoran diperkirakan 10 % dari
kebutuhan total
4.3.9 Sistem Prasarana Yang Diusulkan
4.3.9.1 Sistem Non Perpipaan
a. Penduduk akses air minum non perpipaan terlindung 30,91juta
jiwa sedangkan tidak terlindungi 38,77 juta jiwa
b. Masyarakat Berpenghasilan rendah terlindung 50,42 juta jiwa
kota 4,26 juta jiwa desa 46,16 juta jiwa 59,98 jiwa sedangkan
tidak terlindungi 50,42 jiwa kota 5,07 desa desa 46,16 jiwa
4.3.9.2 Usulan dan Prioritas Program
a. Usulan Program
SHARING PROGRAM 1. Jl. P. Sudirman PEMASANGAN JALUR DI WILAYAH JALUR 2. Jl. Suropati KOTA BATU, antara lain :
3. Jl. Brantas 1. Jl. P. Sudirman 4. Jl. Agus Salim 2. Jl. Suropati 5. Jl. Agus Salim s/d Jl. Dewi Sartika 3. Jl. Brantas 6. Desa Oro - oro Ombo 4. Jl. Agus Salim
5. Jl. Agus Salim s/d Jl. Dewi Sartika
a. Prioritas Program
SHARING PROGRAM JALUR
4.3.9.3 Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Air Minum
a. Usulan Penyediaan Air Minum
a. Prioritas Penyediaan Air Minum
SHARING PROGRAM BANYUNING
4.3.9.4 Pembiayaan Proyek Penyediaan Air Minum
Pembiayaan Proyek Penyediaan air memperhatikan kemampuan
perusahaan terkait biaya yang timbul alternative pemenuhan kebutuhan
dana serta penentuan prioritas dan kelayakan atas kegiatan yang
dilaksanakan. Pembiayaan Proyek Air Minum Tahun 2009 dari APBN Rp.
1.147.969.000 dan dana APBD Rp.600.000.000,-
SHARING PROGRAM Banyuning Desa Punten 1. Pembuatan Broncaptering 4x5x2,5
BANYUNING Kecamatan Bumiaji 2. Pengadaan dan Pemasangan
Pipa Ø PVC 160 mm.
3. Pengadaan dan Pemasangan
Pipa PVC Ø 110 mm
4. Pengadaan dan Pemasangan
Accessories Pipa
5. Pembuatan Perlintasan Sungai
Ø 150 mm, L = 8 m'
6. Pembuatan Perlintasan Sungai
Ø 150 mm, L = 12 m'
7. Pembuatan Rumah Panel 12 m²
8. Pembuatan Rumah Clorinator 62 m³
9. Pengadaan dan Pemasangan
Clorinator