PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI UMUM WILAYAH
KOTA BATU
2.1. KONDISI UMUM
2.1.1 Profil Topografi
2.1.1.1Letak, Batas dan Luas Wilayah Kota Batu
A. Letak Kota Batu
Secara astronomis, Kota Batu terletak pada posisi 122°17’-122º57’ Bujur Timur dan 7°44’-8º26’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 19.908,72 Ha atau 0,42 % dari total luas Jawa Timur.
B. Batas Wilayah
Bentang wilayahnya berupa bukit, gunung, jurang terjal dan daerah dataran dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto dan
Kabupaten Pasuruan - Sebelah Timur : Kabupaten Malang
- Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 2 C. Luas Wilayah
Secara administratif, Kota Batu dibagi menjadi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji yang terinci 20 Desa, 4 Kelurahan, 226 RW dan 1.059 RT. Dari wilayah seluas 19.908,72 Ha tersebut, terbagi Kecamatan Batu seluas 4.545,81 Ha, Kecamatan Junrejo seluas 2.565,02 Ha dan Kecamatan Bumiaji 12.797,89 Ha. Luas wilayah yang paling luas adalah Kecamatan Bumiaji dengan luas wilayah 12.797,89 sedangkan luas wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan Junrejo. Sedangkan untuk jumlah Kelurahan dan Desa terdapat 24, dengan jumlah RW 220, dan RT 1017. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1, dan Grafik 2.1
Tabel 2.1
Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Batu Tahun 2007
N0 Desa/Kelurahan Luas Wilayah
(Ha) A. KECAMATAN BATU
1. Oro-Oro Ombo 1,691,63
2. Temas 461.05
3. Sisir 263.40
4. Nggalik 320.27
5. Pesanggrahan 699,40
6. Songgokerto 566.86
7. Sumberejo 291.84
8. Sidomulyo 251,36
B. KECAMATAN JUNREJO
1. Tlekung 872.70
2. Junrejo 352.04
3. Mojorejo 193.17
4. Torongrejo 339.40
5. Beji 241.24
6. Pendem 360,09
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 3
C. KECAMATAN BUMIAJI
1. Pandanrejo 682,16
2. Bumiaji 844.82
3. Bulukerto 1,007.05
4. Gunungsari 688.43
5. Punten 245.72
6. Tulungrejo 7,023.92
7. Sumbergondo 1,379.23
8. Giripurno 980.56
T O T A L 19,908.72
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008 Grafif 2.1
Persentase Luas Wilayah menurut Kecamatan The Percent Area by District (Ha)
2006
Sumber : BPS Kota Batu Tahun 2007
2.1.1.2 Ketinggian Kota Batu
Berdasarkan ketinggiannya, Kota Batu diklasifikasikan kedalam 6(enam) kelas, yaitu :
a.600-1000 DPL dengan luas 6.019,21 Ha
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 4
 Kecamatan Junrejo (terutama Desa Junrejo, Torongrejo, Pendem, Beji, Mojorejo, Dadaprejo dan sebagian desa Tlekung)
 Kecamatan Bumiaji terutama pada sebagian kecil desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan Bumiaji
b. 1000-1500 DPL dengan luas 6.493,64
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah : sebagian besar desa-desa yang ada di Kecamatan Bumiaji dan sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan Batu (terutama wilayah Kelurahan Songgokerto, Desa Oro-Oro Ombo dan Desa Pesanggrahan) serta di sebagian kecil Desa Tlekung yang berada di wilayah Kecamatan Junrejo.
c. 1500-2000 DPL dengan luas 4.820,40 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah : sebagian kecil Desa Tlekung Kecamatan Junrejo. Sebagian itu juga terdapat di sebagaian kecil Desa Oro-Oro Ombo dan Desa Pesanggarahan, terutama di sekitar kawasan Gunung Panderman, Gunung Bokong serta Gunung Punukwari. Sedangkan di wilayah Kecamatan Bumiaji seluruh bagian desa mempunyai ketinggian ini, terutama kawasan-kawasan
disekitar Gunung Rawung, Gunung Tunggangan, Gunung Pusungkutuk.
d. 2000-2.500 DPL dengan luas 1789,81 Ha
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 5 e. 2.500-3000 DPL dengan luas 707,32 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah sebagian kecil desa-desa yang berada di wilayah Kecamatan Bumiaji, terutama pada wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Prigen.
f. 3000 DPL dengan luas 78,29 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah beberapa desa di Kecamatan Bumiaji, khususnya di sekitar Gunung Arjuno (Desa Sumbergondo). Gunung Kembar dan Gunung Welirang (Desa Tulungrejo).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Ketinggian. 2.1.1.3 Kemiringan Lahan
Sedangkan kemiringan lahan (slope) di Kota Batu 0-8% merupakan kegiatan budidaya pertanian tanaman holtikultura dan tanaman pangan selain kegiatan terbangun, kemiringan 8-15% merupakan kawasan yang layak untuk dikembangkan pertanian perkebunan, kemiringan 15-40% sebagian besar merupakan kawasan yang dikembangkan hutan produksi dan hutan lindung dan kemiringan kurang 40% merupakan kawasan lindung.
Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari peta kontur Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa, sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai kemiringan lahan sebesar 25 – 40% dan kemiringan > 40. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 2.2, tabel 2.3 dan Peta Kemiringan Lahan. Rincian mengenai kemiringan ini adalah :
- 0 – 8 % seluas 2.207,21 Ha.
- 8 – 15 % seluas 2.223,73 Ha.
- 15-25 % seluas 1.799,37 Ha.
- 25 – 40 % seluas 4.529,85 Ha.
PEMERINTAH KOTA BATU
Letak Geografis , Jarak ke Kecamatan dan Ke /Kota Batu Tahun 2007
N0 Desa/Kelurahan Geografis Letak Topogra fi
Jarak(Km) Kec Kota A. KEC. BATU
1. Oro-Oro Ombo Lereng/Bukit Berbukit -bukit
2.00 18.00
2. Temas Pantai Datar 1.00 18.00
3. Sisir Lereng/Bukit Berbukit -bukit
2.00 20.00 4. Nggalik Lereng/Bukit Berbukit
-bukit
2.00 18.00 5. Pesanggrahan Dataran Datar 1.00 18.00 6. Songgokerto Lereng/Bukit Berbukit
-bukit
5.00 21.00 7. Sumberejo Lereng/Bukit Datar 0.40 21.00 B. KEC JUNREJO
1. Tlekung Lereng/Bukit Berbukit -bukit
3.00 19.00
2. Junrejo Dataran Datar 0.50 15.00
3. Mojorejo Dataran Datar 2.50 15.00
4. Torongrejo Lereng/Bukit Berbukit -bukit
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 8 Bentang geografi Kota Batu berupa perbukitan dan pegunungan, dengan ketinggian + 800 meter di atas permukaan laut dan berada di lingkungan Gunung Panderman (2.010 m) dan Gunung Welirang atau Gunung Kemukus (3.156 m).
Desa Oro-oro Ombo dan Kelurahan Songgokerto Kecamatan Batu, Desa Tlekung dan Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo serta hampir seluruh desa di Kecamatan Bumiaji merupakan areal perbukitan. Desa Bumiaji, Desa
Bulukerto, Desa Gunungsari, Desa Tulungrejo, Desa
Sumbergondo dan Desa Giripurno berelief terjal. Sedangkan Desa/Kelurahan lainnya relatif datar. Kondisi demikian, menjadikan Kota Batu berhawa sejuk dengan suhu udara berkisar antara 17°- 25° Celcius.
2.1.1.4 Kondisi Geologi
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 9
No Kec
Andosol Kambisol Aluvial Latosol Jumlah
1. Batu
1,831.04 889.31
239.86
260.34
3,220.55
2. Junrejo 1,526.19 741.25
199.93
217.00
2,684.37
3. Bumiaji 2,873.89 1,395.81
376.48
408.61
5,054.79
6,231.12 3,026.37
816.27
885.95
10,959.69
Sumber : BPS Kota Batu Tahun 2007
Jumlah
Tabel 2.4
Luas Kecamatan Kota Batu Menurut Jenis Tanah 2007
Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah yaitu:
 Regosol Kelabu . Tanah ini terbentuk dari dua bahan induk
abu vulkanik intermedie, fisiografi vulkanik ,bentuk wilayah bergunung ,kedalaman tanah dalam sedang dan drainase agak cepat.Jenis tanah ini terdapat didaerah pegunungan di Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji
 Andosol coklat. Tanah ini terbentuk dari abu dan tufa
vulkanik ,intermerdie, drainase tanah yang baik,menepati punggung gunung/puncak gunung serta terdapat di Kecamatan Bumiaji
 Latosol Coklat kekuningan. Tanah ini hampir mendomonasi
seluruh Kota Batu fisiografi dataran vulkanik dan lereng bawah /tengah tanah terbentuk dari bahan induk abu dan tufa vulkan intermedie , drainase baik agar terhambat
 Litosol. Tanah ini merupakan asosiasi dengan litosol coklat
menempati fisiografi vulkan. Kedalaman tanah dangkal sampai dengan 20-50 cm,
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 10 anjasmoro tua, Kwarter Bawah, kwarter tengah, kwarter wilirang dan kwarter atas, dapat dilihat pada Peta Geologi. 2.1.1.5 Klimatologi
Kota Batu merupakan daerah pegunungan dengan hawa yang dingin dengan suhu udara antara 17°C hingga 25,6 ºC. Sedangkan rata-rata kelembaban nisby udara sebesar 86 % dengan kecepatan angin mencapai 10,73 km/jam. Temperatur rata-rata Kota Batu tahun 2001 yang dicatat enam statiun klimatoliogi adalah 21,5ºC dengan temperatur tertinggi sebesar 27,2 ºC dan termperatur sebesar 14,9 ºC. Tingkat temperatur udara Kota Batu rata–rata yang paling tertinggi di bulan Desember dan terendah temperatur udara bulan Juli hampir sama dengan rata-rata daerah lainnya di Jawa Timur, yaitu berkisar 30% (minimum) pada bulan Oktober dan bulan Januari, sedangkan pada bulan Februari dan bulan Agustus tingkat kelembabannya sebesar 98 % (maksimum).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5
Temperatur Udara dirinci Menurut Bulan di Kota Batu Tahun 2007
Sumber : Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu
N0 BULAN Minimum Maksimum Rata-Rata
1 Januari 20,7 29,4 23,5
2 Pebruari 21,4 28,3 23,9
3 Maret 20,4 28,8 23,6
4 April 20,6 27,8 24,1
5 Mei 19,4 29,3 24,2
6 Juni 18,8 27,9 22,9
7 Juli 18,2 27,6 21,6
8 Agustus 17,2 27,3 22,9
9 September 18,3 28,7 22,9
10 Oktober 19,3 32,8 26,5
11 November 21,4 33,3 27,2
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 11 Kecepatan angin di Kota Batu yang paling tinggi di bulan Juli 46,50 sedangkan kecepatan angin yang terendah di bulan 34,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6 , tabel 2.7 dan Peta Klimatologi.
Tabel 2.6
Kecepatan Angin Dirinci Menurut Bulan Di Kota Batu Tahun 2007
N0 BULAN Minimum Maksimum Rata-Rata
1 Januari 0 34,20 5,50
Lembah Nisbi Udara dirinci Menurut Bulan di Kota Batu Tahun 2007
No Bulan Minimum Maksimum Rata-Rata
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 12 2.1.1.6 Hidrologi
Kondisi Hidrologi Kota Batu banyak di pengaruhi oleh sungai-sungai yang mengalir di bagian pusat kota, sehingga akan berpengaruh juga terhadap perkembangan Kota Batu. Kondisi Hidrologi di Kota Batu dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu air permukaan, air tanah dan sumber mata air. Untuk Kota Batu air permukaan yang ada adalah air Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya yang menjadi alternatif sumber air permukaan. Untuk air tanah, Kota Batu secara geologis memiliki daerah yang memiliki air tanah yang cukup berlimpah terutama Kecamatan Junrejo yang merupakan zona air tanah produktif tinggi–sedang. Selanjutnya potensi ketersediaan air di Kota Batu dapat dijelaskan sebagai Kota Batu mengikuti perubahan putaran 2 (dua) iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada Tahun 2007, musim hujan dimulai bulan September diakhiri bulan Juni dengan kondisi cuaca relatif lebih kering dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan jumlah curah hujan maupun hari hujan mengalami penurunan. Menurut sumber dari Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu, rata-rata curah hujan mencapai 97,5 mm/bulan dari hari hujan per tahun sebanyak 128 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.8
Selanjutnya potensi ketersediaan air di Kota Batu dapat dijelaskan sebagai berikut :
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 13
 Ketersediaan sumber-sumber mata air cukup potensial, dimana mata air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat Kota Batu maupun wilayah sekitarnya seperti wilayah Malang Raya.
Tabel 2.8
Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan
N0 BULAN HARI HUJAN CURAH HUJAN
1 Januari 10 153
2 Pebruari 17 325
3 Maret 23 236
4 April 19 247
5 Mei 1 5
6 Juni 2 4
7 Juli 0 0
8 Agustus 0 0
9 September 1 5
10 Oktober 5 36
11 November 14 184
12 Desember 17 322
Sumber : Sumber Daya Air dan Energi
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 14
PASANG SURUT
1. Sumber Brantas I Tulungrejo Bumiaji 2 1
2. Sumber Brantas II Tulungrejo Bumiaji 20 15
3. Sumber Brantas III Tulungrejo Bumiaji 25 17
4. Nget Tulungrejo Bumiaji 15 10
5. Sumber Rejeki Tulungrejo Bumiaji 15/20* 10/18*
6. Petung Amplok I Tulungrejo Bumiaji 30 20
7. Petung Amplok II Tulungrejo Bumiaji 12 8
8. Jeblokan Tulungrejo Bumiaji 27 18
9. Kalong Tulungrejo Bumiaji 65 39
10. Dompyong Tulungrejo Bumiaji 30 18
11. Jobranti I & II Tulungrejo Bumiaji 18/17* 13/15*
12. Sumbersari Tulungrejo Bumiaji 6/2* 4/1*
13. Krecek Tulungrejo Bumiaji 8/5* 6/4*
14. Biru Tulungrejo Bumiaji -
-15. Mulyo Tulungrejo Bumiaji 8 5
16. Ngesong I Punten Bumiaji 60 40
17. Ngesong II Punten Bumiaji 30 21
18. Ngesong III Punten Bumiaji 71 51
19. Lodengkol Punten Bumiaji 65 59
20. Bletok Punten Bumiaji 39 25
21. Banyuning Punten Bumiaji 179/250* 160/199*
22. Preteng Punten Bumiaji 35 23
23. Gemulo Punten Bumiaji 179 160
24. Gringsing Gunungsari Bumiaji 40 28
25. Belik Bel Gunungsari Bumiaji 5 3
26. Petung Kobong Gunungsari Bumiaji 20 12
27. Sumberan Gunungsari Bumiaji 15 10
28. Gabes Sumbergondo Bumiaji 2 1
29. Pusung Lading Bulukerto Bumiaji 1 0,4
30. Brukan Bulukerto Bumiaji 1,5/2* 0,5/1*
31. Watu Gupit Bulukerto Bumiaji 2 1
32. Cinde Bumiaji Bumiaji 69/67* 56
33. Bakgede Bumiaji Bumiaji 30 26
34. Areng-areng Bumiaji Bumiaji 89 70
35. Ketohan Bumiaji Bumiaji 38 29
36. Torongmiri Bumiaji Bumiaji 35 30
37. Binangun Bumiaji Bumiaji 190/440* 180/430*
38. Miriampel I Bumiaji Bumiaji 33 29
39. Bungkaji Bumiaji Bumiaji 5 3
40. Wuluh/ Crh. Krikil Bumiaji Bumiaji 3 2
41. Royan Pandanrejo Bumiaji 30 28
42. Dandang II Giripurno Bumiaji 33 24
43. Bendo Giripurno Bumiaji 10 7
44. Slayur/ Kiyan Giripurno Bumiaji 30 25
45. Kerto Giripurno Bumiaji 3 1
46. Kuriah Giripurno Bumiaji 6 3
47. Gambiran Giripurno Bumiaji 6 4
48. Pakisan Sidomulyo Batu 20 15
49. Dolo Sidomulyo Batu 17 12
50. Kolo Sidomulyo Batu 4 1
51. Abdul Muntalib Sidomulyo Batu 10 7
52. Torongdadap Songgokerto Batu 14 11
53. Watugudik Songgokerto Batu 47 35
54. Coban Petak Songgokerto Batu 2 1
55. Bulu Songgokerto Batu 3 1
NO. NAMA MATA AIR DESA/KELURAHAN KECAMATAN DEBIT AIR (L/DET)
Tabel 2.9
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 15
56. Torong Belok Songgokerto Batu 41 33
57. Torong Jeruk Songgokerto Batu 14 11
58. Kasinan Pesanggrahan Batu 30 18
59. Srebet I & II Pesanggrahan Batu 4 3
60. Seruk Pesanggrahan Batu -
-61. Panderman Pesanggrahan Batu 12 8
62. Belik Tunjung I Ngaglik Batu 19 13
63. Belik Tunjung II Ngaglik Batu 2 1
64. Belik Sisir Batu 2 1
65. Torongsisir I Sisir Batu 52 23
66. Torongsisir II Sisir Batu 2 2
67. Tenggulun Temas Batu 27 24
68. Genengan Temas Batu 40 35
69. Reco Temas Batu 5 4
70. Sumber Andong Oro-oro Ombo Batu 50 40
71. Sumber Darmi Oro-oro Ombo Batu 120 90
72. Jurangjeru Beji Junrejo 50 40
73. Jambe Beji Junrejo 6 5
74. Ngemplak Beji Junrejo 7 5
75. Dok Junrejo Junrejo 8 6
76. Jeding I & II Junrejo Junrejo 8 6
77. Kasin Junrejo Junrejo 50 40
78. Tempur I & II Junrejo Junrejo 10 7
79. Pereng Gedek Tlekung Junrejo 10 8
80. Urip Tlekung Junrejo 8 6
81. Pandan Tlekung Junrejo 7 5
82. Kembang Tlekung Junrejo 8 6
83. Sukaton Mojorejo Junrejo 6 5
Sumber : Studi Penyediaan Air Bersih Kota Batu Tahun 2007
2.1.1.7 Pola Penggunaan Tanah
Pola Penggunaan tanah di wilayah perencanaan Kota Batu untuk lahan terbangun hanya sekitar 9,57 % atau sekitar 1.906,40 Ha dari seluruh pola penggunaan lahan yang ada. Sisanya merupakan lahan non terbangun. Hal ini disebabkan karena wilayah perencanaan dengan topografi yang cenderung berbukit dan terjal,sehingga penggunaan lahan didominasi oleh kegiatan terbangun non terbangun seperti hutan dan pertanian.
Konsentrasi penggunaan lahan terbesar, berada di wilayah
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 16
56,4% 12,85%
7,9%
10,15% 12,7%
Sawah
Pekarangan Kebun/Tegal
Hutan Lain-lain
Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan dan aktivitas kota. Untuk mengetahui jenis penggunaan lahan di Kota Batu secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel :2.10,dan grafik 2.2
Tabel 2.10
Pola Penggunaan Lahan (Ha)Kota Batu Tahun 2007
N0 Peruntukan Lahan Luas (Ha) Ratio (%)
1. Sawah 2.528,00 12,70
2. Pekarangan 1.573,83 7,90
3. Tegal 2.557,74 12,85
4. Hutan 11.227,40 56,40
5. Lain-Lain 1.476,18 10,15
Jumlah 19,908,72 100
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2007
Grafik 2.2
Tata Guna Lahan Kota Batu Tahun 2007
2.1.2 Profil Demografi
Dalam pembangunan manusia, penduduk adalah central dari sasaran pembangunan, sehingga data tentang kependudukan menjadi sangat vital dalam penentuan kebijakan pembangunan yang
berorientasikan manusia sebagai sasaran utamanya. Data
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 17 obyek bermakna penduduk menjadi target dan sasaran pembangunan yang dilakukan oleh penduduk, dan fungsi subyek bermakna penduduk adalah pelaku tunggal dari sebuah pembangunan. Kedua fungsi tadi diharapkan berjalan seiring dan sejalan secara integral.
Jumlah Penduduk yang besar memang merupakan potensi yang besar, namun peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar peningkatan kualitas SDM terpenuhi. Maka kebutuhan akan sarana maupun prasarana pendidikan,kesehatan, perumahan perlu diupayakan secara optimal. Jika pertumbuhan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia tidak mendapat pertumbuhan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kota Batu dapat mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Batu dapat mengakibatakn laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Ini dikwatirkan akan menambah jumlah pengangguran dan penduduk miskin, sehingga mengganggu program-program yang berjalan.
2.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Struktur Umur
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 18
Laki laki Perempuan Laki
laki Perempuan
1. Batu 40,718 40,285 43 19 81,065
2. Junrejo 20,668 20,241 1 0 40,910
3. Bumiaji 25,538 25,782 - - 51,320
Jumlah 86,924 86,308 44 19 173,295
Sumber : Kota Batu dalam angka 2007 Tabel 2.11
Penduduk Kota Batu Dirinci Menurut Kecamatan dan Kewarganegaraan
WNI WNA
No Kecamatan Jumlah
Kota Batu Tahun 2007
Grafik 2.3.
Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2007
Sumber : Kota Batu Dalam Angka Tahun 2007
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 19
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0 - 4 7,385 6,647 14,032 5 - 9 9,010 8,015 17,025 10 - 14 7,599 7,661 15,260 15 - 19 6,845 8,364 15,209 20 - 24 7,358 7,542 14,900 25 - 29 8,159 9,477 17,636 30 - 34 8,368 7,905 16,273 35 - 39 8,679 8,729 17,408 40 - 44 8,021 7,145 15,166 45 - 49 5,982 6,415 12,397 50 - 54 5,452 5,339 10,791 55 - 59 4,214 3,675 7,889 60 - 64 2,765 3,151 5,916 65 + 6,205 7,275 13,480
Tabel 2.12
Penduduk Kota Batu Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin Tahun 2007
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008
Dari Piramida Penduduk diketahui bahwa kelompok umur yang dominan adalah kelompok usia produktif. Keadaan piramida yang seperti ini akan sangat mendukung tercapainya sasaran pembangunan, karena sumber daya manusia yang produktif sebagai modal dasar pembangunan banyak tersedia. Struktur umur penduduk cenderung mengarah pada kelompok
berusia muda, ini ditunjukkan dengan angka beban
PEMERINTAH KOTA BATU mengakami peningkatan sebagai akibat dari Perumbuhan Alami yaitu terjadi pertambahan penduduk dari selisih kelahiran dan kematian, juga diakibatkan oleh adanya migraso netto anntara penduduk yang datang dan yang keluar . Hal tersebut mengingat bahwa Kota Batu mempunyai potensi sebagai Kota Pariwisata dan merupakan kota tujuan wisata bagai para wisatawan domestik maupun mancanegara.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 21 melakukan kegiatan ekonomi yang bersimbiosis terhadap potensi wisata yang ada .
Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2007 jumlah Penduduk Kota Batu, tercatat sebesar 173.295 jiwa dengan tingkat kepadatan 866 orang/km. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki 86.968 jiwa adalah penduduk perempuan 86.327 jiwa dengan angka sex ratio sebesar 101,74 persen
Berikut ini tabel pertumbuhan penduduk Kota Batu berdasar hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005-2007. Jumlah penduduk Kota Batu dari tahun ke tahun meningkat. Terlihat dari tahun 2005 dari hasil Susenas jumlah penduduk Kota Batu sebesar 170.697 jiwa sampai sebesar 173.295 jiwa pada tahun 2007. Sex Ratio pada tahun 2004 adalah 100,08 dan 100,74 pada tahun 2007. Artinya jika ada 100 penduduk laki- laki maka terdapat 99 penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.13
Kota Batu terbagi menjadi 3 Kecamatan dengan luas wilayah masing-masing: Kecamatan. Batu 45,46 ha;
Kecamatan Junrejo dengan luas 25,65 ha dan
Kecamatan Bumiaji sebesar 127,981 ha. Wilayah yang paling padat adalah Kecamatan Batu, yaitu 1.783 penduduk/ha, dengan jumlah penduduk sebesar 81.065 jiwa disusul Kecamatan
Tabel 2.13 Penduduk Kota Batu
Berdasarkan Hasil Susenas Tahun 2005-2007
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
2005 85.381 85.316 170.697 100,08
2006 85.818 86.510 172.328 99,20
2007 86.968 86.327 173.295 100,74
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 22 Junrejo yaitu 1.595 penduduk/ ha,dengan jumlah penduduk sebanyak 40.910 jiwa dan Kecamatan Bumiaji 401 penduduk/ha dengan jumlah penduduk sebanyak 51.320 jiwa.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.14
Tabel 2.14
Luas Wilayah , Penduduk dan Kepadatan Menurut Kecamatan Tahun 2007
N0 KEC LUAS
WILAYAH % Pdkk % Kepadatan
1. BATU 45.46 22.83 81.065 46.78 1,783
2. JUNREJO 25.65 12.88 40.910 23.61 1,595
3 BUMIAJI 127.98 64.28 51.320 29.61 401
KOTA BATU 199.087 100.00 173.295 100.0 0
870
Sumber : Kota Batu dalam Angka Tahun 2007
Jumlah Penduduk Kota Batu secara umum dari tahun ke tahun terjadi peningkatan sehingga berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di setiap wilayah. Kepadatan Penduduk Kota Batu pada tahu 2007 sebesar 870 jiwa/ha dengan tingkat kepadatan tertinggi penduduk relatif memusat di Kecamatan Batu sebesar 1,783 jiwa/ha, disusul Kecamatan Junrejo sebesar 1.595 jiwa/ha dan terendah di Kecamatan Bumiaji sebesar 401 jiwa/ha.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan jumlah penduduk per tahun sebesar 1,05% yang penyebarannya tidak merata.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 23 pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kota Batu dapat mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Ini dikhawatirkan akan menambah jumlah pengangguran dan penduduk miskin, sehingga mengganggu program-program yang berjalan.
Dari data Susenas Jumlah Penduduk Kota Batu tahun 2004 sebesar 167.862 jiwa dan pada tahun 2007sebesar 173.295 jiwa. Berdasarkan hasil penghitungan laju pertumbuhan penduduk di Kota Batu untuk tahun 2004 – 2007 sebesar 2,18 artinya bahwa selama kurun waktu tersebut setiap tahunnya penduduk Kota Batu bertambah sebesar 2,18 persen. Laju pertumbuhan penduduk Kota Batu ini termasuk tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur, hal ini tidaklah mengherankan karena sebagai wilayah administrasi relatife baru, tentunya Kota Batu akan menawarkan berbagai peluang bagi pendatang. Apalagi ditunjang dengan wilayahnya berada di pegunungan yang sejuk dan memiliki berbagai tempat tujuan wisata, telah menjadikannya sebagai daerah yang bagus untuk tempat tinggal maupun membangun usaha.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.15
Tabel 2.15
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 24 2.1.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas peran pendidikan sangat penting dan menentukan. Tingkat produktifitas dan kompentensi seseorang sangat ditentukan oleh kualitas manusia yang cerdas dan terampil didukung rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif. Persoalan yang mendasar dalam pendidikan di Kota Batu adalah kualitas pendidikan yang belum memenuhi pasar kerja.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 25 Tabel 2.17
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan
Kota Batu Tahun 2005-2007
Sumber : Hasil Susenas 2005-2007
Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam lima tahun terakhir jumlah penduduk yang berpendidikan rendah rationya mengalami penurunan, sedangkan penduduk yang berpendidikan lebih tinggi rationya mengalami kenaikan.
Selanjutnya, data penduduk usia sekolah dijadikan dasar untuk memperkirakan kebutuhan prasarana dan sarana pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, guru dan kebutuhan lainnya dalam upaya menunjang proses pendidikan. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2005 Kota Batu, pengelompokan usia sekolah yang terinci usia pra sekolah, sekolah dasar, SLTP dan SLTA dapat dilihat pada tabel 2.18.
Tabel 2.18
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 26 Berdasarkan data pada tabel 2.18 tersebut di atas menunjukkan bahwa penduduk kelompok umur 5-9 tahun 2007 merupakan populasi terbesar dari penduduk usia sekolah. Secara umum kondisi ini sama dengan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, yaitu penduduk usia pendidikan Sekolah Dasar yang komposisinya lebih besar dibandingkan penduduk usia sekolah lainnya.
Pemenuhan kebutuhan pendidikan di Kota Batu tahun 2007, baik sekolah negeri maupun swasta pada jenjang pendidikan dasar dan pra sekolah yang meliputi, Taman Kanak-Kanak 76 lembaga, setingkat SD 87 lembaga, setingkat SMP sebanyak 28 lembaga dan setingkat SMA sebanyak 21 lembaga, secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Komposisi jumlah siswa masing-masing TK sebanyak 6.153 setingkat SD 19.120 setingkat SMP sebanyak 8.005 dan setingkat SMA sebanyak 5.202 siswa, berarti dari tahun ke tahun juga meningkat.
2.1.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Data tentang jumlah menurut mata pencaharian diperlukan untuk mengetahui tingkat perekonomian penduduk di wilayah perencanaan, terutama tingkat perekonomian penduduk di wilayah perencanaan, terutama dari mata pencaharian yang didominan .
PEMERINTAH KOTA BATU
mata pencaharian pertanian 34.546 jiwa sedangkan mata pencaharian non pertanian 112.521 jiwa.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.19 dan Grafik 2.5
Tabel 2.19
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kota Batu Tahun 2007
N0 JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI
7. Transportasi dan Komunikasi 5.773 208 5.981
8. Keuangan 871 416 1.287
9 Jasa dan Lain-lain 20.727 54.376 75.104
KOTA BATU 72.049 75.018 147.067
Sumber Data : BPS Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 28 Struktur penduduk menurut ketenagakerjaan dapat digolongkan berdasarkan penduduk usia kerja yaitu penduduk yang berumur 15 (lima belas) tahun ke atas. Masing-masing jumlah angkatan kerja tingkat pertumbuhannya rata-rata per tahun 0,036% untuk angkatan kerja, 0,365% untuk jumlah orang kerja dan jumlah pengangguran peningkatannya sebesar 7,61%. Gambaran mengenai kondisi penduduk menurut ketenagakerjaan di Kota Batu tahun 2003-2007 dapat dilihat pada tabel 2.19
Tabel 2.19
Tingkat Perkembangan Ketenagakerjaan Kota Batu Tahun 2005-2007
No. URAIAN TAHUN Ratio
(%) 2005 2006 2007
1. Jumlah Angkatan Kerja 90.439 93.578 93.612 0,036
2. Jumlah Orang Kerja 83.208 85.952 85.406 0,635
3. Jumlah Pengangguran 7.231 7.626 8.206 7,61
4. PDRB Konstan (dlm jutaan)
848.669,97 852.545,24 1.018.209,86 6,89
Sumber Data : BPS Kota Batu 2007
2.1.3 Profil Ekonomi
2.1.3.1 Produk Domestik Bruto Tahun Dasar Baru
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 29 tahun dasar perhitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000 dilakukan dalam tahun 2007.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 30 Grafik 2.6
Produk Domestik Regional Bruto ADHB Tahun 2001-2007 (Dalam Milyar)
Berdasarkan harga konstan 2001, laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2007 digerakkan oleh semua sektor. Laju pertumbuhan sektor PDRB tertinggi yaitu sektor bangunan dimana tahun 2007 meningkat sebesar 12,89 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Berikutnya sektor jasa-jasa sebesar 9,45 persen, Listrik dan air bersih sebesar 8,16 persen dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,61 persen. Selanjutnya industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restauran merupakan sektor yang laju pertumbuhannya rendah yaitu masing-masing sebesar 6,06 persen dan sebesar 6,07 persen.
2.1.3.2Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi suatu daerah merupakan bagian dari struktur ekonomi nasional. Apabila struktur ekonomi nasional berubah, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur ekonomi di daerah. Kontribusi sektoral terhadap PDRB sangat tergantung dari sektor-sektor andalan yang menyumbang cukup besar terhadap PDRB. Apabila sektor tersebut mengalami kemunduran, maka secara otomatis total perekonomian juga akan mengalami kontraksi karena sumbangannya yang cukup
0
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 32
Tabel 2.20
Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2000 dan 2007
c. Keuangan, Persewaan&Jasa Perusahaan tahun 2007, pangsa sektor tersier terus meningkat. Pada tahun 2000, pangsa sektor tersier masih mencapai 65,41 persen dan secara konsisten naik hingga mencapai 68,55 persen pada tahun 2007. Sementara itu, pangsa sektor sekunder yang
sebelumnya diharapkan menjadi motor penggerak
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 33 pada pangsa sektor sekunder Kota Batu. Penurunan pangsa sektor sekunder memang tidak terlalu dratis karena masih tertolong oleh peningkatan pangsa industri makanan, minuman dan tembakau, pangsa sektor listrik dan air bersih, serta pangsa sektor bangunan. Namun secara keseluruhan pangsa sektor industri Kota Batu selama periode tersebut terus mengalami penurunan, terutama pangsa dari industri tekstil, kulit dan alas kaki.
Tabel 2.21
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 – 2007
(dalam juta rupiah)
No. Sektor/ Sub-sektor 2004*) 2005*) 2006*) 2007*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I Pertanian 186,196.76 194,918.18 204,389.72 216,307.49
1.1. Tanaman Bahan Makanan 163,669.13 170,246.50 178,546.89 189,009.74 1.2. Tanaman Perkebunan 2,195.45 2,336.41 2,167.37 1,930.61 1.3. Peternakan 19,589.27 21,567.17 22,865.26 24,526.35
1.4. Kehutanan 487.21 503.99 517.11 525.21
1.5. Perikanan 255.70 264.11 293.09 315.58
II Pertambangan Dan Penggalian 1,716.44 1,825.59 1,945.66 2,082.19
2.1. Pertambangan Migas 0.00 0.00 0.00 0.00
2.2. Pertambangan Non Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 2.3. Penggalian 1,716.44 1,825.59 1,945.66 2,082.19 III Industri Pengolahan 70,497.53 71,379.50 74,822.84 79,571.67
3.1. Makanan, Minuman &
Tembakau 27,485.27 31,275.49 33,952.35 36,963.92 3.2. Tekstil, Kulit & Alas Kaki 10,830.36 5,571.86 5,923.88 6,537.59 3.3. Barang dari Kayu & Hasil
Hutan Lain 10,510.24 11,192.36 10,087.67 9,721.49 3.4. Kertas & Barang Cetakan 2,106.50 2,297.98 2,449.60 2,630.14 3.5. Pupuk Kimia & Barang dari
Karet 6,132.38 6,518.06 6,874.05 7,141.25
3.6. Semen & Barang Galian Non
Logam 10,852.81 11,736.23 12,688.28 13,613.26
3.7. Logam Dasar Besi & Baja 0.00 0.00 0.00 0.00 3.8. Alat Angkutan, Mesin &
Peralatan 927.69 995.24 960.21 972.31
3.9. Barang-barang Lainnya 1,652.28 1,792.28 1,886.80 1,991.71 IV Listrik Dan Air Bersih 12,317.34 13,045.74 14,140.04 15,362.83
4.1. Listrik 11,488.24 11,900.67 12,868.83 13,931.01 4.2. Air Bersih 829.10 1,145.07 1,271.21 1,431.82 V B a n g u n a n 10,413.98 11,541.30 12,925.10 14,580.88 VI
Perdagangan, Hotel Dan
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 34
6.3. Restoran 16,175.71 17,719.73 19,110.73 20,365.78 VII Pengangkutan Dan Komunikasi 27,677.82 30,342.77 32,069.10 34,513.11 a. Angkutan 13,465.40 14,121.96 14,575.00 15,365.93
1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 b. Komunikasi 14,212.42 16,220.81 17,494.10 19,147.18 1. Pos dan Telekomunikasi 13,335.35 15,238.62 16,433.33 17,977.26 2. Jasa Penunjang Komunikasi 877.07 982.19 1,060.77 1,169.92 VIII Keuangan, Persewaan Dan
Jasa Perusahaan 37,238.86 39,843.49 43,463.31 47,218.08
8.1. Bank 2,189.11 2,590.36 3,695.59 4,338.47
8.2. Lembaga Keuangan Bukan
Bank 6,696.66 7,096.42 7,643.59 8,641.07
8.3. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 8.4. Sewa Bangunan 25,451.80 27,010.64 28,742.15 30,592.11 8.5. Jasa Perusahaan 2,901.29 3,146.07 3,381.98 3,646.43 IX Jasa - Jasa 102,049.68 112,014.23 122,960.57 135,441.00
a. Pemerintahan Umum 34,251.36 39,751.83 46,593.10 53,963.83 b. Swasta 67,798.32 72,262.40 76,367.47 81,477.17 1. Sosial Kemasyarakatan 9,804.90 10,942.95 11,944.34 13,768.70 2. Hiburan dan Kebudayaan 13,963.90 15,299.79 16,392.41 17,194.56 3. Perorangan & Rumahtangga 44,029.52 46,019.66 48,030.72 50,513.91
Produk Domestik Regional
Bruto 848,669.97 895,261.94 947,545.24 1,005,209.85
Ratio Kenaikan PDRB - 5.48% 5,84% 6.08%
Sumber Data : BPS Kota Batu Tahun 2007
Dipihak lain, pangsa sektor primer yang pada tahun 2007 sempat berubah arah dengan meningkatnya kembali pangsanya untuk PDRB harga konstan, sejalan dengan terkontraksinya sektor-sektor lain akibat adanya krisis ekonomi
kembali mengalami penurunan peranannya. Ternyata
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 35 Walaupun relatif lambat dibandingkan dengan beberapa daerah perkotaan lain di Jawa Timur, proses perubahan struktur ekonomi di Kota Batu boleh dikatakan cukup pesat sejak berdirinya kota ini pada akhir tahun 2001. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar.2.7, peranan dari sektor primer dan sekunder menurun, sedangkan sektor-sektor tertier terus meningkat. Kendati demikian, struktur perekonomian Kota Batu selama periode tersebut tidak mengalami perubahan struktur yang signifikan. Pergeseran pangsa yang terjadi masih merupakan penyesuaian terhadap landasan perekonomian Kota Batu yang masih berumur sangat muda. Sektor sekunder dan tersier diharapkan akan tetap menjadi motor pertumbuhan dengan pangsa yang terus meningkat, sedangkan sektor primer diharapkan tetap menjadi leading sector. Pelajaran yang dapat ditarik yang terkait dengan
perubahan struktur tersebut adalah perlunya strategi pembangunan, khususnya sektor industri, yang lebih berbasis pada sumber daya alam sehingga proses peralihan dari sektor primer yang tradisional ke sektor sekunder dan tersier
Grafik 2.7 : Sektor Ekonomi Kota Batu Tahun 2 007
Pertanian Penggalian Industri
Listrik dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 36 berlangsung secara lebih wajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 2.8
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2007
Ada tiga gejala menarik selama periode 2003-2007 mengenai pergeseran struktur ekonomi yang dapat diamati Pertama, meskipun peranan sektor sekunder diharapkan meningkat, di luar dugaan proporsinya justru menurun. Kedua, proporsi sektor primer dalam pembentukan PDRB Kota Batu ternyata masih cukup besar, bahkan paling besar dibanding kota-kota lain di Jawa Timur. Adalah menarik untuk diketahui apakah adanya perubahan status dari Kota Administratip menjadi Kota Batu pada 17 Oktober 2001 telah banyak berperan menurunkan peranan sektor primer dalam empat tahun terakhir. Ketiga, pergeseran perekonomian Kota Batu dari sektor primer dan sektor sekunder ke tersier tengah berlangsung, terutama pada sektor andalannya yaitu sektor pariwisata. Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor pariwisata ini telah demikian berkembang, pengaruhnya mirip magnet yang mampu menarik modal ekonomis yang ada ke dalam spektrumnya seperti sumber
Grafik 2.8Perubahan Struktur Ekonomi Kota Batu 2 00 2- 20 07 ( Dalam persen)
0 2 0 4 0 6 0 8 0 10 0 12 0
20 03 20 04 20 05 2 00 6 2 00 7
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 37 daya manusia yang mempunyai kualitas, tanah, modal dan lainnya. Pergeseran adalah sesuatu yang wajar terjadi pada suatu pembangunan ekonomi. Namun, pergeseran yang terjadi di Kota Batu nampaknya telah menyeret aset penting sektor pertanian ke dalamnya. Keadaan ini dengan mudah dapat dilihat dari berubahnya hamparan tanaman menjadi lahan bangunan baik pemukiman, perkantoran, obyek wisata maupun lainnya. Apabila keadaan ini terus dibiarkan berlangsung tanpa pengendalian yang jelas, maka bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti, Kota Batu bukan lagi pemasok sayur-sayuran dan buah-buahan ke daerah lain. Memang pada kenyataannya, bisnis perhotelan dan restauran di Kota Batu, masih banyak yang memasok bahan makanan yang diperlukan dari luar daerah, terutama dari daerah tetangganya. Permasalahan lain yang muncul, bila hal tersebut terjadi; “apakah masyarakat Kota Batu siap dan mampu memasuki pasar kerja modern yang dikenal mempunyai daya saing tinggi dengan bekal ketrampilan yang mereka miliki saat ini.
2.1.3.3 Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 38 benar murni disebabkan oleh kenaikan produksi sektor pendukungnya.
Meski pertumbuhan pada 2007 mengalami
peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun ditinjau dari struktur produksi sektoral, pertumbuhan yang terjadi kurang mencerminkan fondasi yang menggembirakan bagi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, terutama mengingat masih rendahnya pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan yang mempunyai keterkaitan hulu-hilir (backward-forward) terbesar.
Terlepas dari masih rendahnya angka pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kota Batu, kecenderungan laju pertumbuhan yang terus meningkat sejak 2001 sebenarnya memberi momentum yang baik bagi proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan laju partumbuhan yang terus menerus ini. Pertama, sebagai daerah otonom baru, Kota Batu banyak melakukan pembangunan segala bidang ekonomi, sosial budaya Kedua, sebagai Kota Agro Wisata, Kota Batu cukup menarik wisatawan teruiprdtama wisatawan domestik mengunjungi obyek-obyek wisata yang ada.. Ketiga Kota Batu sebagai Kota Agropolitan dimana hasil pertanian dapat diperdagangkan ke daerah lain. Momentum pertumbuhan ini juga didukung oleh multiplier effect yang ditimbulkan sektor pariwisata dalam
menggerakan roda perekonomian.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 39 yang berasal dari daerah lain atau impor sebagaimana terindikasikan oleh kenaikan impor barang konsumsi dari daerah lain.
Permasalahan lain yang dihadapi Sektor Industri adalah mengalirnya barang-barang substitusi yang berasal dari impor semenjak pemerintah melonggarkan masuknya barang impor. Banyaknya barang impor dengan harga yang bersaing
telah mengurangi peluang produsen lokal dalam
mengakomodasi kenaikan permintaan. Selain permasalahan di atas, dunia usaha pada tahun ini terbebani dengan kenaikan biaya produksi sebagai akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM rata rata di atas 100 persen, kenaikan tarif dasar elpiji serta kenaikan upah buruh yang pada gilirannya berpengaruh pada daya saing produk Kota Batu.
Dengan kondisi seperti ini, pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kota Batu mendapat tantangan yang cukup berat, sebagimana terlihat dari masih cukup rendahnya pertumbuhan sektor ini. Pada 2007, sektor ini hanya tumbuh sebesar 6,06 persen, masih di bawah angka rata-rata pertumbuhan ekonomi pada tahun berjalan (6,80 persen)
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 40 Namun, penurunan yang cukup drastis ini masih tertolong oleh tingginya kegiatan pada subsektor industri makanan, minuman dan tembakau terutama kegiatan agro industri. Industri makanan, minuman dan tembakau merupakan jenis industri yang paling banyak memberikan kontribusi pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan dibanding industri-industri lainnya. Tingkat pertumbuhan industri-industri ini masih mencapai 6,67 persen. Tingginya pertumbuhan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau ini sejalan dengan booming usaha industri keripik kentang, keripik apel, sari apel
pada tahun 2007. Kondisi ini jelas sesuatu yang menggembirakan apalagi melihat keterkaitan yang tinggi jenis industri ini terhadap produk pertanian terutama buah apel dan sayuran yang akan merangsang petani meningkatkan produktivitasnya. Meskipun demikian, kecenderungan semakin banyaknya usaha industri ini perlu terus diwaspadai. Kecenderungan ini antara lain tampak dari tumbuhnya industri kecil dan rumah tangga di sentra-sentra industri. Dalam kaitan dengan ini, “meledaknya” usaha industri ini akan menciptakan persaingan yang pada gilirannya akan menyebabkan beberapa perusahaan yang kekurangan modal akan melakukan rasionalisasi atau bahkan menghentikan kegiatan produksi.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 41 persen, kertas dan barang cetakan tumbuh 4,57 persen, serta subsektor industri pengolahan lainnya tumbuh sebesar 1,97 persen.
Sedikit berbeda dengan pertumbuhan periode sebelumnya, nilai tambah sektor-sektor yang berkaitan dengan jasa pada tahun 2007 mencatat pertumbuhan yang relatif melambat, terutama Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran dibanding periode
sebelumnya. Ditinjau dari sumbangannya terhadap
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 42 “tidak wajar” ini berpotensi menimbulkan persaingan yang tidak sehat.
Kinerja Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan juga menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan dengan kecenderungan pertumbuhan yang tinggi, khususnya kegiatan yang berasal dari subsektor perbankan dan lembaga keuangan. Pada 2007, sektor ini tumbuh 7,61 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 8,64 persen. Kontributor pada pertumbuhan sektor ini berasal dari subsektor bank, mesti dengan pertumbuhan kredit yang terbatas namun mampu tumbuh sebesar 14,30 persen. Perkembangan yang positif ini, diikuti lembaga keuangan bukan bank, yang terdiri-dari perusahaan pegadaian, koperasi dan perusahaan asuransi. Pada 2007, subsektor ini tumbuh meningkat yaitu dari 8,27 persen pada tahun sebelumnya,. Sementara itu, seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di Kota Batu secara umum telah memberi peluang pada pertumbuhan subsektor sewa bangunan dan sub sektor jasa perusahaan yang masing-masing tumbuh sebesar 6,47 persen dan 7,67 persen.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 43 Sebagai sektor yang paling merasakan dampak kenaikan harga BBM, pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2007 menurun cukup tajam dengan laju pertumbuhan yang hanya mencapai sebesar 7,49 persen. Dengan demikian untuk pertamakalinya sejak tahun 2000 laju Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tertahan, setelah dalam empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan pertumbuhan. Untuk Subsektor Pengangkutan, pertumbuhan terutama disumbang oleh jasa parkir/terminal. Sementara itu, pertumbuhan angkutan jalan raya yang memiliki pangsa yang lebih dari 30 persen dari subsektor pengangkutan perkembangannya melambat. Pada pihak lain, subsektor komunikasi juga tumbuh melambat dengan laju pertumbuhan 8,76 persen. Pertumbuhan sektor ini terutama didukung oleh investasi di bidang telekomunikasi yang terus berkembang, terutama maraknya telepon seluler dan adanya penambahan jaringan telepon baik untuk rumah tangga maupun bisnis.
Grafik 2.9
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 2003-2007(dalam Persen)
Sumber Data : BPS Kota Batu Tahun 2007
Grafik 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 2003-2007 (Dalam persen)
-500
50
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
P
er
se
n
Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 Sektor
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 44 Sektor pertanian sebagai pendukung utama sektor primer mengalami pertumbuhan sebesar 5,12 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun 2004 yang sebesar 4,68 persen. Pendukung utama pertumbuhan ini berasal dari Subsektor Tanaman Bahan Makanan dan Subsektor Peternakan. Untuk Subsektor Tanaman Bahan Makanan, peningkatann terjadi pada produksi jagung pipilan, ketela rambat, beberapa jenis sayuran. Di samping itu berkembangnya budidaya tanaman hias turut mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi sektor ini. Sementara itu, meningkatnya produksi daging sejalan kegiatan perhotelan pada tahun berjalan berperan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor peternakan menjadi 6,02 persen. Kendati demikian, subsektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,10 persen. Agaknya adanya isu flu burung berpengaruh terhadap melambatnya pertumbuhan subsektor ini.
Dengan perkembangan di atas, walau pangsa Sektor Pertanian dalam PDRB Kota Batu mengalami penurunan, namun peranannya sebagai sektor dengan pangsa terbesar kedua setelah perdagangan, hotel dan restauran belum digantikan oleh sektor Sektor Jasa-Jasa.
Nilai tambah Sektor Pertambangan dan
Penggalian pada 2005 memperlihatkan peningkatan
pertumbuhan dari 6,36 persen menjadi 6,58 persen. Peningkatan pertumbuhan sektor ini antara lain diakibatkan oleh meningkatnya kegiatan subsektor penggalian seperti pasir, kerikil, batu dan tanah urug.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 45 persen. Peningkatan pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya energi listrik yang terpakai, baik yang terjual maupun yang hilang dalam transmisi. Pada tahun 2005, energi listrik yang terjual dan hilang dalam transmisi masing-masing mencapai 64,704 juta Kwh dan 8,03 juta Kwh. Dengan demikian selama tahun 2005 subsektor ini mampu tumbuh sebesar 8,14 persen. Dipihak lain, subsektor air bersih justru mengalami pertumbuhan yang melambat yaitu dari 38,11 persen menjadi 11,02 persen.
Salah satu sektor yang menikmati kenaikan pertumbuhan dan perbaikan pendapatan masyarakat adalah Sektor Bangunan. Sektor ini dalam dua tahun terakhir meningkat cukup tajam yaitu masing-masing sebesar 10,83 persen dan 11,99 persen. Pertumbuhan yang relatif tinggi ini berasal dari pembangunan infrastruktur dan prasarana wilayah seperti pembangunan perkantoran, pembangunan jalan, perbaikan terminal, pembangunan sarana hiburan, serta pembangunan properti baik residential maupun komersial. Untuk segmen properti komersial perkembangan pesat terjadi pada pembangunan untuk vila. Salah satu indikator yang menggambarkan pertumbuhan sektor bangunan adalah
konsumsi semen yang menunjukkan kecenderungan
meningkat. Peningkatan pembangunan residential terindikasi dari peningkatan KPR yang disalurkan.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 46 masyarakat dan pemerintah. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan ini, apabila tidak dapat direspon sepenuhnya akan mengakibatkan penurunan efek penggandaan yang dihasilkan. Pada gilirannya, sektor-sektor lain yang terkait dengan usaha pariwisata akan terkena dampaknya. Kondisi ini menyiratkan perlu adanya promosi dengan skala yang cukup besar dan kontinu. Dalam menghadapi perkembangan yang demikian, Pemerintah Kota Batu perlu menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif. Karena biar bagaimanapun juga, perebutan pasar pariwisata di antara daerah-daerah wisata, khususnya di wilayah Jawa Timur sendiri, akan menjadi semakin kompetitif.
Dipihak lain, sejalan dengan mulai bergesernya aktivitas ekonomi dari ekonomi tradisional yang diwakili kaum petani menuju masyarakat modern ikut membantu proses peningkatan pertumbuhan selama beberapa tahun ini. Hal ini bisa diamati dari banyaknya petani yang mulai menggunakan sepeda motor ke sawah atau meningkatnya masyarakat yang menggunakan hand phone. Secara perlahan-lahan tapi pasti lapisan bawah mulai terseret untuk mencoba “mencicipi” peralatan modern yang berpengaruh pada peningkatan konsumsi yang pada akhirnya berperan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pergeseran nilai-nilai ekonomi pada suatu fenomena adalah sesuatu yang wajar, namun satu hal yang perlu diwaspada “mabuk tehnologi” yang kini dialami masyarakat kita. Apabila tidak ada pengendalian diri, pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama ini bukan untuk meningkatkan kesejahteraan, namun semata-mata hanya untuk budaya “pamer” dan “mabuk tehnologi” dalam masyarakat.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 47 sebesar 4,23 %; tahun 2005 sebesar 5,49%; tahun 2006 sebesar 5,84%;. Angka ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi Kota Batu mengalami peningkatan. Adapun rincian pertumbuhan ekonomi Kota Batu tersebut, dapat dilihat sebagaimana tertera pada grafik 2.10 berikut ini .
Grafik 2.10
Pertumbuhan sektor pertanian cenderung
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 48 Tabel 2.22
Ratio Pertumbuhan Sektoral PDRB Kota Batu Tahun 2004-2007
SEKTOR 2004
(%)
2005
(%)
2006
(%)
2007
(%)
Pertanian 3,64 4,68 4,86 5,83
Pertambangan dan Penggalian 0,1 6,36 6,58 7,02
Industri dan Pengolahan 5,85 1,25 4,82 6,35
Listrik dan Air Bersih 9,41 5,91 8,39 8,65
Bangunan 15,24 10,83 11,99 12,81
Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,48 4,94 4,87 4,38
Pengangkutan dan Komunikasi 7,77 9,63 5,69 7,62
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
7,73 6,99 9,09 8,64
Jasa-Jasa 8,50 9,76 9,77 10,15
PDRB 4,23 5,49 5,84 6,09
Sumber Data : BPS Kota Batu Tahun 2006
Sebaran kontribusi masing-masing usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tahun 2007, sektor pertanian sebesar 5,83 %; pertambangan dan penggalian 7,02 %; industri pengolahan 6,35 %; listrik dan air bersih 8,65 %; bangunan sebesar 12,81 %; perdagangan, hotel dan restoran 4,38 %; pengangkutan dan komunikasi 7,62 %; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8,64 %, jasa-jasa 10,15 %.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 49 Grafik 2.11
Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB Tahun 2007
Sumber Data : BPS Kota Batu Dalam Angka 2007
Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi tersebut juga diikuti dengan kenaikan pendapatan perkapita. Selama 4 (empat) tahun terakhir, mulai tahun 2004-2007 rata-rata kenaikannya per tahun sebesar 7,91 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.23 berikut ini.
Tabel 2.23
Perkembangan Pendapatan per Kapita Kota Batu berdasarkan ADHK Tahun 2004 – 2007
No. Tahun Pendapatan per Kapita
( Rp )
Bahwa lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Tahun 2007 atas dasar harga berlaku adalah sektor Bangunan sebesar 12,81%, sektor Jasa – Jasa sebesar 10,15%, sektor
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 50 Listrik dan Air Bersih sebesar 8,65%, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 8,64%, Pengangkutan dan Komunikasi 7,62%, Pertambangan dan Penggalian 7,02%, Industri Pengolahan sebesar 6,35%, sektor Pertanian sebesar 5,38% dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,38%. Sedangkan PDRB Tahun 2006 atas dasar harga konstan, Perdagangan, Hotel dan Restoran 45,77%, Pertanian 21,51%, Jasa-jasa 13,47%, Industri Pengolahan 7,91%, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,69%, Pengangkutan dan Komunikasi 3,43%, Listrik dan Air Bersih 1,52%, Bangunan 1,45%, Pertambangan dan Penggalian 0,25%.
Perubahan indeks implisit PDRB Kota Batu merupakan gambaran terhadap peningkatan harga seluruh barang dan jasa selama 1 (satu) tahun, dengan pengertian bahwa, perubahan harga tersebut terjadi ditingkat produsen, sehingga faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan. Tingkat inflasi di Kota Batu selama tahun 2006 yang diukur dengan indeks implisit PDRB kembali ke level 1 (satu) digit setelah tahun sebelumnya sebesar 2 (dua) digit yaitu dari 13,14 % menjadi 6,42%.
Tabel 2.24
Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2003 – 2006
No. Sektor/ Sub-sektor 2004*) 2005*) 2006*) 2007**)
(dalam jutaan)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I Pertanian 120.51 126.48 139.30 148.76
1.1. Tanaman Bahan Makanan 120.11 125.77 138.32 147.95 1.2. Tanaman Perkebunan 116.44 124.88 134.65 143.03
1.3. Peternakan 124.33 132.29 147.55 155.70
1.4. Kehutanan 117.21 123.79 133.52 140.08
1.5. Perikanan 120.12 126.77 138.75 148.48
II Pertambangan Dan Penggalian 130.67 137.59 160.30 172.70
2.1. Pertambangan Migas - - - -
2.2. Pertambangan Non Migas - - - -
2.3. Penggalian 130.67 137.59 160.30 172.70
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 51
3.1. Makanan, Minuman & Tembakau 127.59 135.93 152.98 162.57 3.2. Tekstil, Kulit & Alas Kaki 128.07 136.77 152.42 160.59 3.3. Barang dari Kayu & Hasil Hutan
Lain 121.69 131.55 159.41 169.38
3.4. Kertas & Barang Cetakan 133.60 143.76 162.23 170.68 3.5. Pupuk Kimia & Barang dari Karet 120.33 131.04 152.93 161.90 3.6. Semen & Barang Galian Non
Logam 128.05 136.73 159.32 170.90
3.7. Logam Dasar Besi & Baja - - - -
3.8. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 121.69 131.52 152.18 162.45 3.9. Barang-barang Lainnya 122.13 131.13 144.80 151.11
IV Listrik Dan Air Bersih 139.35 151.63 171.15 181.37
4.1. Listrik 139.98 152.47 172.50 182.65
4.2. Air Bersih 130.65 142.92 157.57 168.92
V B a n g u n a n 131.17 142.24 165.10 173.39
VI Perdagangan, Hotel Dan Restoran 126.90 138.28 156.73 164.56
6.1. Perdagangan 127.60 139.71 158.49 167.28
6.2. Hotel 125.68 135.99 153.64 159.44
6.3. Restoran 123.61 130.78 150.19 157.86
VII Pengangkutan Dan Komunikasi 130.73 139.48 162.37 173.79
a. Angkutan 130.11 138.82 164.71 178.22 VIII Keuangan, Persewaan Dan
Jasa Perusahaan 121.50 130.78 147.87 156.81
8.1. Bank 131.95 149.65 178.99 192.83
8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 127.91 135.24 151.99 161.27
8.3. Jasa Penunjang Keuangan - - - -
8.4. Sewa Bangunan 118.15 127.16 142.22 149.64
8.5. Jasa Perusahaan 128.25 136.30 152.63 163.56
IX Jasa - Jasa 132.80 147.03 168.10 185.49
a. Pemerintahan Umum 141.71 164.02 189.62 218.71
b. Swasta 128.30 137.69 154.98 163.48
1. Sosial Kemasyarakatan 130.71 141.36 158.94 167.09 2. Hiburan dan Kebudayaan 137.68 151.62 170.86 179.13 3. Perorangan & Rumahtangga 124.78 132.18 148.57 157.18
Produk Domestik Regional Bruto 126.28 136.50 154.43 164.34
Sumber Data : BPS Kota Batu Tahun 2007
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 52 dengan sejumlah uang yang dibelanjakan untuk komsumsi dalam waktu satu tahun. Kemampuan daya beli masyarakat Kota Batu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan meskipun kurang signifikan. Adapun kemampuan daya beli masyarakat Kota Batu dari Tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 2.25 berikut :
Tabel 2.25
Indeks PPP (Purchasing Power Parity) Tahun 2005 – 2007
No Tahun Indeks PPP (Purchasing
Power Parity)
1 2005 53,10
2 2006 57,45
3 2007 56,41
Sumber : Hasil Susenas 2005-2007
Dari tabel di atas, Indeks Purchasing Power Parity (PPP) Kota Batu dari tahun 2004 sampai 2006 berfluktuasi naik dari 53,10 tahun 2004 menjadi 57,45 pada tahun 2005 tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 56,4. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan indeks daya beli masyarakat, di antaranya kenaikan pendapatan yang diterima tidak berbanding lurus dengan pengeluaran untuk biaya hidup sehari-hari.
Dengan dimasukkannya variabel Purchasing Power Parity (PPP) sebagai ukuran paritas daya beli, maka Indek
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 53 2.1.4 Profil Sosial Budaya
2.1.4.1 Karakter Sosial dan Budaya Masyarakat
Karakteristik sosial dan budaya masyarakat pada masing-masing wilayah perencanaan sangat beragam. Untuk wilayah perencanaan Kota Batu, karakter sosial masyarakatnya cenderung bersifat kekeluargaan dan tidak bersifat individualis. Karakter sosial dan budaya masyarakat ini akan mengupas masalah sikap, kebiasaan dan perilaku masyarakat serta masalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kota.
2.1.4.2Sikap, Kebiasaan dan Perilaku Masyarakat
Sikap, kebiasaan dan perilaku mencerminkan pola kehidupan suatu masyarakat. Masyarakat Kota Batu mempunyai sikap, kebiasaan dan perilaku yang cenderung bersahabat dan kekeluargaan. Keadaan tersebut disebabkan karena Kota Batu merupakan suatu kawasan dengan pengaruh pola hidup metropolis yang sangat kecil. Banyaknya pendatang yang masuk ke Kota Batu, hanya bersifat sementara dan cenderung bertujuan untuk refreshing. Dengan kondisi tersebut maka sikap, kebiasaan dan perilaku masyarakat tidak mengalami suatu perubahan yang berarti.
PEMERINTAH KOTA BATU B A P P E D A
Bab II - 54 2.1.4.3Sikap dan Aspirasi Masyarakat Terhadap Pembangunan
Kota
Dalam suatu pembangunan kota, masyarakat diharapkan bersikap pro-aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan. Sikap pro-aktif ini juga harus diimbangi oleh sikap selektif terhadap semua rencana kegiatan-kegiatan kota agar masyarakat tidak hanya dijadikan obyek pembangunan.
Rencana kegiatan pembangunan kota yang akan dilakukan di Kota Batu, harus diawali dengan adanya sosialisasi rencana kegiatan pembangunan. Media yang dapat dilakukan antara lain melakukan penggalangan aspirasi antar stakeholders dan
memberikan kuisioner untuk dijadikan masukan bagi
pelaksanaan pembangunan.
2.1.4.4 Keterlibatan Masyarakat Dalam Pembangunan Kota
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan kota. Keterlibatan masyarakat (partisipasi masyarakat) dapat berwujud keterlibatan secara fisik dan non fisik. Aspirasi masyarakat sangat diharapkan untuk dapat memberikan masukan terhadap rencana struktur ruang kota. Dengan demikian segala permasalahan dan usulan yang terkait dengan wilayah perencanaan dapat diketahui dan didiskusikan untuk dicarikan solusi pemecahannya.