• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

DIKELOLA OLEH PEMERINTAH

A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase

6.4.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacukepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.

6.4.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Kab/Kota wajib melakukan rumusan isu strategis pengembangan Drainse di daerah Kabupaten/Kota yang sedang berkembang dan membutuhkan penanganan. Dalam melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kabupaten/Kota.

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara lain:

1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

2. Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:

- Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan.

- Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

- Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.

- Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam

perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll. 5. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.

Setiap Kab./Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan drainase perkotaan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Proporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan kondisi berfungsi baik/mengalir lancar mencapai 52,83%

b. Proporsi rumah tangga dengan kondisi saluran drainase mengalir lambat atau tergenang mencapai 14,49%

c. Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68%. Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

a. Aspek teknis

Diuraikan juga sejauh mana sistem jaringan yang ada berfungsi dalam mengatasi masalah genangan/banjir yang terjadi. Perlu jugadigambarkan mengenai daerah dan tingkat pelayanan sistem drainase yang ada dilihat dari cakupan daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air hujan, serta perlu di jelaskan daerah rawan genangan di Kota/Kabupaten masing-masing.

Pada aspek teknis ini perlu ditampilkan: 1. Gambar peta genangan Kabupaten/Kota.

2. Gambar peta jaringan sistem drainase (klasifikasi sistem drainase primer dan sekunder termasuk jaringan jalan kota).

Gambar. 6.5. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)

b. Pendanaan

Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti pembiayaan pembangunan serta anggaran Pemda (APBD) untuk O&P sarana prasarana yang ada.

c. Kelembagaan

Menguraikan organisasi pengelolaan drainase perkotaan yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola drainase perkotaan saat ini.

d. Peraturan Perundangan

misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola, perundangan misalnya kejadian untuk tidak bermukim di bantaran sungai atau saluran drainase, masalah pertanahan di perkotaan yang relatif rumit, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).

e. Peran Serta Masyarakat dan swasta

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan pembangunan sistem drainase perkotaan. Bagian ini menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan yang meliputi kesediaan masyarakat peduli dan menjaga aliran drainase, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana drainase serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Drainase

i. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan

Setiap Kab/Kota perlu menguraikan permasalahan yang dihadapi masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-

parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor drainase. Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah:

- Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini; - Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.

Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk Tabel Identifikasi permasalahan di bawah.

Tabel 6.42. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase

No. Aspek Pengembangan

Drainase Permasalahan Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan (1) (2) (3) (4) (5) A Kelembagaan

1 Bentuk organisasi pengelola Tumpang tindih pengelolaan drainase antara Bidang Bina Marga dan Cipta Karya Pembenahan pembagian kewenangan Pembagian tugas sesuai tupoksi

2 Tata Laksana (Tupoksi, SOP, dll) Belum terlaksananya tupoksi dan SOP Pembenahan tupoksi dan SOP Penataan tupoksi dan SOP

3 Kualitas dan kuantitas SDM Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM Pelatihan dan penambahan SDM Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM B Perundangan terkait sektor air limbah (Perda, Pergub, Perwali,) Belum terbit SOP pengembangan drainase Usulan penyusunan Perbup Usulan legal drafting perbup C Pembiayaan: - Sumber-sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/swasta/ masy) Minimnya anggaran Usulan pembiayaan ke pemerintah pusat Menambah alokasi anggaran APBD Prov/Kab

D Peran serta masyarakat dan swasta Minimnya peran serta masy dan swasta Mendorong peran serta masy dan swasta Menggali peran serta masy dan swasta lewat CSR E 1 2 Teknis Operasional Aspek perencanaan (MP,FS, DED) Belum ada FS, MP, DED Usulan perencanaan Menyusun usulan perencanaan A. Saluran - Primer Minimnya sarana Penambahan sarana Usulan penambahan - Sekunder Minimnya sarana Penambahan sarana Usulan penambahan - Tersier Minimnya sarana Penambahan sarana Usulan penambahan B. Turap Minimnya sarana Penambahan jumlah Usulan penambahan C. Bangunan pelengkap

(gorong2, pintu air, pompa, talang dst)

Masih minim Penambahan

jumlah

Usulan

pembangunan D. Waduk, kolam retensi,

sumur resapan

Kurang tertangani

Pembenahan Usulan

ii. Tantangan Pengembangan Drainase

Setiap Kab/Kota wajib menguraikan tantangan sesuai karakteristik Kab/Kota masing-masing terkait pembangunan sektor drainase. Tantangan yang dihadapi secara umum di Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM CK yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel dibawah.

Tabel 6.43. Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian Ket Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman Drainase Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun 50 % 2014 Dinas yg membidangi PU