• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

C. Permasalahan dan Tantangan

10. Peak Hour Factor

6.3.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

6.3.4.1 Program-Program Pengembangan SPAM

Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain: A. Program SPAM IKK

Kriteria Program SPAM IKK adalah:

☼ Sasaran : IKK yang belum memiliki SPAM ☼ Kegiatan :

Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)

Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total

☼ Indikator :

Peningkatan kapasitas (liter/detik)

Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah: ☼ Sasaran : Optimalisasi SPAM IKK

☼ Kegiatan : Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR untuk MBR

☼ Indikator :

Peningkatan kapasitas (liter/detik)

Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM C. Program Perdesaan Pola Pamsimas

Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah: ☼ Sasaran : IKK yang belum memiliki SPAM ☼ Kegiatan :

Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)

Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total

☼ Indikator :

Peningkatan kapasitas (liter/detik)

Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM D. Program Desa Rawan Air/Terpencil

Kriteria Program SPAM IKK adalah:

☼ Sasaran : Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku relatif sulit)

☼ Kegiatan : Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama

☼ Indikator : Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM E. Program Pengamanan Air Minum

Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah :

☼ Sasaran : PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko

☼ Kegiatan : Pengendalian kualitas pelayanan air minum darihulu sampai hilir

☼ Indikator : Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.

Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;

4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat; 5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.

Tabel 6.26. Lingkup Penyusunan RISPAM

Kegiatan

Wilayah Administrasi

Kab./Kota

Wilayah Pelayanan

Satu Wilayah Lintas Kab./Kota Lintas Provinsi

Penyusun Pemda Penyelenggara

di Kab./Kota PenyelenggaraRegion al PenyelenggaraRegion al Acuan RTRW RTRW dan RISPAM Kab./Kota RTRW dan RISPAM Kab./Kota terkait RTRW Provinsi, RTRW dan RISPAM Kab./Kota terkait Penetapan Bupati/Walikot a Bupati/Walikot a Konsultasi Publik Pemda Penyelenggara dengan Fasilitasi dari Pemda Penyelenggara dengan Fasilitasi dari Pemda terkait, dan Gubernur

Penyelenggara dengan Fasilitasi dari Pemda terkait, Gubernur, dan Menteri Pelaksanaa n Penyusuna n Penyedia Jasa/ Sendiri Penyedia Jasa/ Sendiri Penyedia Jasa/ Sendiri Penyedia Jasa/ Sendiri

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM. 2. Tersedia dokumen RPI2JM bidang Cipta Karya

3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya

– Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm

– Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar 200 mm;

– Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau

diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007) 5. Ada indikator kinerja untuk monitoring

– Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik

– Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun yang sama

6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan

7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun

8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)

9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.

6.3.4.3 Skema Kebijakan Pendanaaan

A. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar dalam tabel 6.27.

Tabel 6.27. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

Kegiatan SPAM Air Baku Unit Produksi Transmisi dan Distribusi

(SR dan HU)

KOTA APBN APBD, PDAM,

KPS, (APBN)

APBD, PDAM, KPS, APBN, (MBR)

IKK APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)

Desa Rawan Air APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)

Desa dengan airbaku mudah (Pamsimas)

APBN APBN, APBD,

Masyarakat

PAMSIMAS

(APBN : 70%,APBD : 10%, dan Masyarakat: 20%).

Catatan:

• Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat; • Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah

keharusan;

• HU = Hidran Umum; • SR = Sambungan rumah;

• MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Gambar 6.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM

B. Pendekatan Pembiayaan APBN 1) Non Cost-Recovery

• Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) pada IKK, kawasan perbatasan/ pulau terdepan;

• Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) bagi kawasan-kawasan tertinggal (kawasan kumuh, kawasan nelayan, dan ibu kota kabupaten pemekaran;

• Fasilitasi pengembangan SPAM bagi perdesaan (desa rawan air) melalui pemicuan perubahan perilaku menjadi hidup bersih dan sehat, pembangunan modal sosial, capacity building bagi masyarakat, serta pembangunan dan pengelolaan SPAM berbasis masyarakat; dan • pengembangan SPAM skala kecil (perdesaan) pembiayaannya didorong

2) Cost recovery

• Fasilitasi penyediaan air baku untuk air minum melalui kerjasama dengan Ditjen Sumber Daya Air; dan

• Fasilitasi penyediaan air minum (PDAM) di kawasan strategis (PKN, PKW, PKL, dll) dengan pendanaan melalui perbankan, Pemda/PDAM, serta KPS.

C. Alternatif Pola Pembiayaan

Equity adalah merupakan sumber pendanaan dari internal cash PDAM dan Pemda untuk program penambahan sambungan rumah (SR). Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana untuk memenuhi sebagian kebutuhan investasi;

• Pinjaman Bank Komersial adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentu sebagai pendamping pinjaman. Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana pendamping dan menerapkan tarif minimal diatas harga pokok produksi (tarif dasar);

Trade Credit adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial melalui pihak ke tiga (kontraktor/supplier) dan dibayar dengan angsuran dari pendapatan PDAM dalam masa tertentu (10 tahun atau lebih). Dilaksanakan oleh PDAM yang diperkirakan dapat mengangsur sesuai dengan perjanjian;

• Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan sumber pembiayaan dari badan usaha swasta (BUS) berdasarkan kontrak kerjasama antara BUS dengan pemerintah (BOT/Konsesi). Dilaksanakan di kabupaten/kota yang memiliki pasar potensial (captive market) dan telah dilengkapi dengan studi pra-FS dan kesiapan pemerintah daerah;

• Obligasi adalah merupakan sumber dana dari penerbitan surat utang yang akan dibayar dari pendapatan PDAM. Dilaksanakan oleh PDAM yang telah memiliki rating minimal BBB;

• CSR (Corporate Social Responsibility)adalah suatu tindakan yang dilakukan suatu perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.