• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iwan Fals Bung Hatta (1981)

Teguh memegang prinsip

Bung Hatta, yang memiliki nama kecil Muham- mad Athar ini lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Beliau dikenal sebagai orang yang jujur, sabar, cerdas, penuh ide, dan teguh dalam memegang prinsip yang diyakininya. Sebagai contoh adalah prinsip demokrasi yang diya- kininya dapat membantu perbaikan kehidupan bangsa. Untuk itu beliau ikut memperjuangkan status Indonesia sebagai negara kesatuan yang dapat mengakomodasi aspirasi semua golongan tanpa kecuali. Beliau ikut mendukung dicabutnya pengusulan pembentukan negara yang memihak pada golongan tertentu saja.

Keteguhan Bung Hatta dalam memegang prinsip bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan bangsa. Ketika beliau berseberangan prinsip dengan pemerintah yang sedang berkuasa saat itu, beliau rela mengundurkan diri guna memperta- hankan kesatuan bangsa.

Berjuang tanpa kekerasan

Bung Hatta yang lembut hati, selalu mencari strategi untuk berjuang tanpa kekerasan. Sen- jata ampuh yang digunakan tokoh proklamator kita ini adalah otak dan pena. Dari pada mela- wan dengan kekerasan beliau lebih memilih untuk menyusun strategi, melakukan negosia- si, lobbying, dan menulis berbagai artikel dan buku untuk memperjuangkan nasib bangsa. Prinsip tanpa kekerasan ini muncul karena rasa hormat Bung Hatta pada sesama manusia, baik kawan atau pun lawan. Walaupun Bung Hatta tidak setuju dengan pendapat atau pun seseorang, beliau tidak lalu membenci orang tersebut, tetapi tindakan dan pendapatnyalah yang tidak beliau setujui.

Misalnya saja, Bung Hatta yang sangat kuat keteguhan beragamanya tidak menyukai hal- hal yang berbau duniawi yang pada saat itu umumnya berasal dari negeri seberang. Tapi bukan berarti dia lalu membenci orang-orang asing. Beliau memiliki banyak teman bangsa asing dan banyak pemikiran bangsa asing yang positif (disiplin, etos kerja positif) yang beliau adaptasi untuk kemajuan bangsa. Sikap ini me-

nyebabkan Bung Hatta dihormati oleh semua orang; baik kawan maupun lawan.

Berkarya nyata

Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumen- tal beliau adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha batik, yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan ekspor. Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan.

Pada saat bangsa Indonesia masih berkutat untuk menumbuhkan minat baca, beliau sudah jauh lebih maju, yaitu dengan memberikan teladan bagi bangsa Indonesia untuk menum- buhkan budaya menulis. Kegiatan tulis-menulis ini telah beliau lakukan sejak masih belajar di negeri Belanda sampai akhir hayatnya. Tak terhitung lagi jumlah artikel dan buku yang telah beliau tulis. Sebuah monumen intelektual berupa perpustakaan di Bukittinggi pun telah didirikan untuk mengenang Pak Hatta. [K]

REFLEKSI

K o m p a s

Pernahkah Anda melihat ada orang yang potensi ekonominya besar, pintar, kaya, berpendidikan tinggi, tapi hidupnya tidak punya arah alias amburadul?” tanya saya kepada peserta pelatihan yang saya fasilitasi hari itu.

“Tentu saja pernah, bahkan tidak susah mencarinya. Mungkin saja diri kita sendiri adalah sebagian dari orang-orang itu,” jawab salah seorang peserta bersemangat. Pertama memang kita harus mempunyai peta perjalan- an kehidupan yang akan secara jelas memandu kita menemukan tujuan- tujuan hidup yang kita cari. Tetapi apakah petanya sudah

terbaca pada posisi yang benar dan tidak terbalik, atau kita bisa saja tersesat menemukan tempat yang mirip dengan yang kita cari tetapi pada arah yang berlawanan. Makna dari tujuan hidup yang kita cari dapat kita ibaratkan sebagai kompas yang memastikan kita tidak berjalan ke arah yang berlawanan dan hanya menemukan tujuan yang mirip dengan yang kita cari padahal sebenarnya bukan itu.

“Kalau boleh saya bertanya, andaikata tiba-tiba Anda mendapatkan undian berhadiah uang sebesar dua miliar rupiah, apa yang akan Anda lakukan?” tanya saya kepada para peserta lagi.

“Saya akan mewujudkan cita-cita saya segera. Membuat taman bacaan dan tempat berlatih bagi anak-anak putus sekolah agar mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan hidup. Bila dananya masih ada, saya akan buatkan mereka usaha man- diri, dan sebagian keuntungannya akan ditabung lagi untuk membiayai anak-anak yang lain,” jawab salah seorang peserta yang sudah berumur. “Amiin, luar biasa!” saya memujinya. Membuat ta- man bacaan, melatih anak-anak putus sekolah agar mendapatkan keterampilan hidup, adalah sebagian

titik-titik dalam peta pelayaran kehidupan ini, dan yang mengarahkan kita untuk menuju ke titik-titik itulah yang kita sebut trim tab kita, nilai-nilai atau prinsip-prinsip hidup yang menjadi pengarah dari perjalanan kita. Kalau orang tidak memiliki nilai

atau prinsip hidup untuk berbuat kebajikan bagi sesama, maka uang sebesar itu malah bisa men-

jadi bencana, mengkondisikan biaya hidup konsumtif

yang berakhir pada penyesalan.

Di luar sana banyak orang

yang memiliki uang lebih banyak dari dua miliar

rupiah tadi, tetapi tidak membantunya menuju pencapaian titik-titik tujuan hidup yang bermakna; bahkan mungkin ia hanya sibuk memindahkan tabungannya dari bank yang satu ke bank yang lainnya hanya untuk mengejar bunga yang lebih tinggi. Setiap hari ia hanya akan disibukkan dengan menghitung berapa keuntungan bunga yang bisa diraup. Karena memiliki materi berlebih yang tidak dibarengi dengan nilai-nilai kesyukuran, kesadaran bahwa harta itu adalah titipan sementara hanya akan membuat orang semakin haus dan mengabur- kan pemaknaan dari tujuan kelimpahan materi itu sendiri.

Demikian pula dengan urusan rumah tangga atau organisasi, harus jelas panduan arah dari setiap titik tujuan perjalanan yang ingin dituju dalam peta kehidupan ini. Perjalanan kehidupan pribadi, rumah tangga, atau organisasi bukan semata perjalanan yang indah dalam heningnya laut yang terkadang melenakan karena tampak seperti hamparan

Dokumen terkait