• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaboi Lhok Balohan: Manee meuneurok atau Calok Ie Gatai Lhok Beurawang: Batee Meu On

HASIL DAN PEMBAHASAN

7 Jaboi Lhok Balohan: Manee meuneurok atau Calok Ie Gatai Lhok Beurawang: Batee Meu On

8 Beurawang

Lhok Jaboi: Batas kelurahan Beurawang dan Jaboi atau Batee Meu Oun.

Lhok Keuneukai: Batas kelurahan Beurawang dan keuneukai

9 Keuneukai

Lhok Beurawang: Batas Kelurahan Keuneukai dengan Beurawang

Lhok Paya Keuneukai: Batas kelurahan Keuneukai dengan Paya Keuneukai atau Batee Dua

10 Paya Keuneukai

Lhok Keuneukai: Batas kelurahan Paya Keuneukai dengan Keuneukai atau Batee Dua Keunekai

Lhok Iboih: Batas Kelurahan Paya keuneukai dan Iboih atau Gua Tgk. Abdullah.

(Survey FFI Marine Program Sabang, 2010)

Kelembagaan Panglima Laot Lhok Iboih

Peraturan daerah (Qanun) Pemerintah Aceh tahun 2008 menjelaskan bahwa setiap lembaga adat bersifat otonom dan independen sebagai mitra dari Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupate/kota sesuai dengan tingkatannya. Berdasarkan penjelasan dari Qanun tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga Adat Panglima Laot tidak terikat dengan lembaga manapun tetapi keberadaannya dilindungi oleh hukum dan membantu pemerintah dalam melaksakan program membangun perikanan.Struktur organisasi Lembaga Adat Panglima Laot Lhok tidak semuanya sama diseluruh lhok. Adapun struktur Lembaga PLL Iboih dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Struktur organisasi lembaga Panglima Laot Lhok Iboih Bidang Tim SAR Bidang POKMASWAS Bidang Kelompok Nelayan Pembina Keuchik Penasehat Panglima

Laot Lhok Bendahara

Sekretaris 1. Ketua Nelayan 2. Sekretaris 3. Bendahara 1. Ketua Satgas 2. Wakil Ketua 3. Sekretaris 4. Bendahara 1. Ketua Satgas 2. Wakil Ketua 3. Sekretaris 4. Bendahara 5. Anggota

42

Wilayah Hukum Adat Laot Lhok Iboih

Panglima Laot Lhok Iboih mempunyai wilayah kewenangan yaitu sebelah timur sampai dengan Lhok Pria Laot (Batee Dua Gapang) dan sebelah barat sampai Lhok Paya Keuneukai (batas kelurahan Iboih dan Paya Keuneukai atau Gua Tgk. Abdullah) dan berjarak dua mil ke arah laut lepas dihitung dari garis pantai. Jarak dua mil ke arah laut lepas baru disepakati pada tahun 2015 yang difasilitasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang. Sebelumnya tidak ada batasan Wilayah Hukom Adat Laot Kota Sabang ke arah laut lepas (Gambar 17).

Wilayah Hukom Adat PLL Iboih terdapat zona Taman Laot (taman laut) dan zona dilarang jangkar kapal. Adanya zona taman laut di dalam Wilayah Hukom Adat PLL Iboih merupakan sebuah upaya untuk melindungi ekosistem terumbu karang dari kerusakan. Hal tersebut di karenakan, di dalam zona taman laut masih terdapat terumbu karang yang masih dalam kondisi baik. Selain kondisi terumbu karang yang ada di zona taman laut, pemilihan zona taman laut karena wilayah tersebut mudah diawasi oleh Panglima Laot.Lhok.Iboih.dan.masyarakat sehingga tidak membutuhkan biaya yang besar.

43

44

Sistem Aturan dan Sanksi Hukom Adat Laot

Pada umumnya setiap aturan adat tidak tertulis namun dipahami oleh masyarakat, begitu juga dengan Hukom Adat Laot. Hukom Adat Laot pada dasarnya memiliki sifat: tidak tertulis, langsung dan nyata, bersumber dari kebiasaan hidup yang dipertahankan, dan memiliki sanksi yang belum tegas dan tidak pasti. Lembaga Adat PLL Iboih sangat menyadari kelemahan dari Hukom Adat Laot tersebut, berdasarkan pengalaman masyarakat dalam mengawasi Wilayah Perairan Desa Iboih. Pada tahun 2010 masyarakat dan tokoh masyarakat serta Tuha Peut Desa Iboih mengadakan musyawarah. Musyawarah membahas empat hal utama untuk keberlanjutan sumber daya pesisir di Desa Iboih.

Pertama adalah larangan penangkapan ikan/biota laut wilayah pengelolaan PLL Iboih, yang juga termasuk TWA Laut Pulau Weh. Penangkapan ikan di wilayah tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara atau menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Cara-cara atau alat tangkap yang dimaksud adalah melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bom (pemboman ikan), menggunakan compresor, menggunakan pukat, dan penangkapan ikan hias. Penangkapan ikan di wilayah tersebut hanya boleh dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan yaitu dengan memancing menggunakan alat pancing. Apabila ada yang melakukan pelanggaran dan pelaku pelanggaran tertangkap di dalam kawasan Taman Alam Laut atau pun diluar kawasan, akan dikenakan sanksi/denda yaitu seluruh alat tangkap disita dan pelaku pelanggaran (kapten dan awak kapal) diserahkan kepada pihak yang berwajib.

Kedua merupakan aturan tambahan yang berlaku hanya di dalam kawasan Taman Laut Desa Iboih (berada dalam kawasan TWA Laut Pulau Weh). Aturan tersebut adalah larangan penangkapan ikan/biota dengan menggukan jaring ikan dan menggunakan senjata tembak ikan (speargun). Penangkapan ikan/biota juga tidak boleh dilakukan dengan cara mancing intip maupun melakukan aktivitas penangkapan ikan/biota pada malam hari. Apabila pelaku pelanggaran tertangkap di dalam kawasan Taman Laut Desa Iboih akan dikenakan denda/sanksi Hukom Adat Laot. Jika pelaku pelanggaran menggunakan jaring ikan pisang-pisang akan dikenakan denda Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan kapal serta alat tangkap akan ditahan selama satu minggu. Apabila pelaku pelanggaran menggunakan senjata tembak ikan (speargun), pancing intip dan melakukan penangkapan ikan (biota) laut pada malam hari akan dikenakan denda Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) dan alat tangkap disita. Keberadaan Hukom Adat Laot berdampak positif terhadap sumber daya alam yang ada di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih maupun di TWA Laut Pulau Weh, pernyataan tersebut diperkuat oleh Campbell et al. (2012) yang menyebutkan bahwa pembatasan dalam penggunaan alat tangkap jaring pada pengelolaan berbasis adat Panglima Laot berhasil mengurangi kerusakan habitat dan mempertahankan biomassa ikan.

Ketiga merupakan aturan hari pantang melaut/tidak boleh melakukan aktivitas di wilayah laut. Hari-hari yang ditetapkan untuk tidak melakukan aktivitas di wilayah laut yaitu:

 Hari Raya Puasa (Idul Fitri) tidak dibenarkan ada kegiatan di laut selama satu hari.

45

 Hari Raya Haji (Idul Adha) tidak dibenarkan ada kegiatan di laut selama satu hari.

 Kenduri Laot (syukuran), tidak dibenarkan ada kegiatan di laut selama tiga hari.

 Memperingati hari tsunami, tidak dibenarkan ada kegiatan di laut sebelum selesai acara peringatan.

 Memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, tidak dibenarkan ada kegiatan di laut sebelum acara selesai

 Hari Jumat, tidak dibenarkan ada kegiatan di laut dari jam 19.00 Hari Kamis sampai dengan selesai Shalat Jum’at termasuk kegiatan snorkling dan diving.

Apabila ada yang melakukan pelanggaran, maka akan dikenakan sanksi/denda Hukom Adat Laot. Jika ada yang melakukan aktivitas di laut pada hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha, pada peringatan hari terjadinya Tsunami di Aceh dan pada hari Kemerdekaan Republik Indonesia akan dikenakan sanksi denda satu ekor kambing. Pelanggaran bagi yang yang melakukan aktivitas dilaut pada hari Kenduri Laot (syukuran) dikenakan sanksi berupa harus mengadakan acara Kenduri Laot ulang, sementara jika ada yang melaut pada hari Jum’at dikenakan sanksi berupa kapal dan peralatan melaut ditahan selama satu minggu.

Penegakan Aturan

Setelah ditegaskan mengenai aturan-aturan adat di Perairan Desa Iboih yang berada di dalam perairan TWA Laut Pulau Weh melalui musyawarah pada tahun 2010, pelanggaran terhadap aturan masih terjadi. Menurut catatan dari PLL Iboih, dalam jangka waktu lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014 terjadi 10 pelanggaran yang berhasil ditangkap dan diberikan sanksi tegas. Jenis pelanggaran dan sanksi untuk para pelaku pelanggaran dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jenis pelanggaran dan sanksi di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih tahun 2010-2014

No Waktu

Kejadian Jenis Pelanggaran Sanksi Asal Pelaku

1 Oktober

2009 Menggunakan alat tangkap jaring Rp. 10.000.000 Nelayan Lhok Pasiran, Sabang 2 November

2009 Menggunakan di kawasan taman laut speargun Rp. 1.000.000 Warga nelayan Lhok Krueng Raya, Sabang

3 2010 Menggunakan alat

tangkap jaring Rp. 10.000.000 dan alat tangkap disita 2 tahun

Gampong (desa) Kota Bawah Timur, Sabang

4 Mei 2011 Pengambilan biota laut dengan alat tangkap yang dilarang

Rp. 100.000 -

5 November

2011 Penangkapan gurita dengan alat tangkap yang dilarang

Rp. 100.000 dan alat tangkap disita 9 hari

Jurong Bypass Cot Ba'u, Sabang

46

2011 dengan alat tangkap

yang dilarang alat tangkap disita 1 minggu 7 November

2011 Memasang jaring pantai Rp. 50.000 dan alat tangkap disita 1 minggu

Tepi Layeu Desa Iboih, Sabang

8 2011 Penangkapan ikan

dengan cara

menombak/menembak

Rp. 1.000.000 dan alat tangkap disita 10 jam

Wisatawan Asing 9 Januari 2012 Penangkapan ikan

dengan cara menembak (Speargun)

Rp. 1.000.000 Teupi Layeu Desa Iboih, Sabang 10 Septermber

2013 Memancing pada malam Jum’at Rp. 100.000 dan alat tangkap disita 1 minggu

- 11 Juni 2014 Pengambilan biota laut

dengan alat tangkap yang dilarang Rp. 500.000 dan alat tangkap disita selama 1 bulan -

(Laporan PL Lhok Iboh Tahun 2009-2014)

Tabel di atas menjelaskan bahwa pelanggaran terjadi paling banyak di tahun 2011 yaitu lima kali. Sedangkan pada 2010, 2012, 2013 dan 2014 hanya terjadi satu kali pelanggaran di setiap tahunnya. Jika dirata-ratakan jumlah pelanggaran yang terjadi dari tahun 2009-2014 kurang dari dua kali pelanggaran. Tingginya pelanggaran yang terjadi pada tahun 2011 diduga karena ketegasan penindakan aturan dari pihak PL Lhok Iboih paska kesepakatan aturan pada tahun 2010.

Sistem Patroli

Dalam rangka menjaga dan melestarikan ekosistem terumbu karang yang ada di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih maka kegiatan patroli disadari oleh PLL Iboih beserta masyarakat sangat perlu dilakukan. Kegiatan patroli dilakukan oleh satgas yang dibentuk secara resmi melalui Surat Keputusan Keuchik (kepala desa) Gampong (Desa) Iboih No.001/79/2011. Kegiatan patroli yang dilakukan oleh satgas tidak mempunyai jadwal yang tetap dan dilakukan secara diam-diam. Jika kegiatan patroli di jadwalkan dan dilakukan secara terbuka maka dikhawatirkan akan diketahui oleh si pelanggar sehingga kegiatan patroli tidak efektif.

Kegiatan patroli tidak hanya dilakukan oleh satgas yang telah di berikan tanggung jawab secara resmi, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat secara tidak langsung. Masyarakat yang bekerja di diveshop baik sebagai guide diving/snorkling maupun sebagai pengendara kapal/kapal dalam kegiatan diving/snorkling banyak menghabiskan waktu di laut. Jika ada kegiatan pelanggaran yang terjadi di Wilayah Hukom Adat Lhok Iboih maka akan segera ditindak atau dilaporkan kepada satgas dan satgas langsung ke lokasi kejadian

Kegiatan patroli yang dilakukan oleh satgas lebih fokus pada sebagian kecil Wilayah Hukom Adat Panglima Laot. Wilayah yang menjadi fokus patroli oleh satgas adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan Taman Laot yaitu dari Batee Dua Gapang sampai Ujoeng Seurawan. Kegiatan patroli dengan ruang lingkup kecil ini disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki oleh lembaga adat Panglima Laot, salah satunya adalah biaya untuk patroli. PLL Iboih mempunyai Tabel 10 Jenis pelanggaran dan sanksi di Wilayah Hukom Adat PLL

47 sumber daya manusia untuk melakukan kegiatan patroli namun, keterbatasan biaya menyebabkan tidak semua Wilayah Hukom Adat Panglima Laot bisa terjangkau patroli.

Biaya Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan membutuhkan biaya untuk memastikan kegiatan pengelolaan berjalan. Panglima Laot Lhok Iboih mendapatkan biaya pengelolaan dari diveshop yang ada di Wilayah Hukom Adat Panglima Laot. Panglima Laot secara resmi membuat surat permohonan bantuan operasional kepada resort maupun diveshop. Pengusahan diveshop sangat terbantu dengan kegiatan pengelolaan oleh PLL Iboih karena mereka aktif melakukan patroli dan penindakan secara tegas terhadap pelanggaran yang terjadi di Wilayah Hukom Adat Panglima Laot. Para pengusaha diveshop memberikan bantuan biaya operasional semampu mereka misalnya untuk kegiatan patroli. Pada kegiatan patroli bantuan yang diberikan oleh pengusaha diveshop beragam, misalnya ada yang memberikan Rp. 200.000,- dan ada juga yang memberikan hingga Rp. 700.000,- perbulannya.

Pendanaan untuk Lembaga Adat PLL Iboih juga diperoleh dari denda yang diberikan oleh Panglima Laot kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih. Selain itu, biaya untuk kegiatan-kegiatan adat seperti Kenduri Laot (syukuran) juga diberikan oleh masyarakat setempat. Semua dana yang masuk dan keluar dalam kas Lembaga Adat PLL Iboih akan dipertanggung jawabkan melalui laporan.

Ekosistem Terumbu Karang di Wilayah Hukom Adat Laot PLL Iboih

Data ekosistem terumbu karang di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih diambil di enam lokasi di dalam kawasan yaitu di Gapang, Lhok Weng, Batee Meuronron, Rubiah Channel, Rubiah Sea garden, Ujung Serawan dengan titik koordinat pada Tabel 11 dan digambar pada Gambar 18. Jenis data ekologi yang ditampilkan adalah data persentase penutupan karang, rekrutmen karang, dan kelimpahan ikan karang.

Tabel 11 Koordinat lokasi pengambilan data ekosistem terumbu karang di Hukom Adat PLL Iboih Laut Pulau Weh

No Nama Lokasi Bujur (X) Lintang (Y)

1 Gapang 95.27371142 5.85416157 2 Batee Merunron 95.26466349 5.87351337 3 Lhok Weing 95.26643601 5.86364108 4 Sea Garden 95.26064487 5.88145229 5 Rubiah Channel 95.25490981 5.88375287 6 Ujung Seurawan 95.23759497 5.89558041

48

Kondisi Terumbu Karang

Persentase tutupan karang di Wilayah Hukum Adat Laot PLL Iboih menunjukan terjadi penurunan pada setiap tahunnya, kecuali di lokasi Rubiah Sea Garden yang mengalami peningkatan pada tahun 2013. Pada tahun 2009 tutupan karang di Rubiah Sea Garden mencapai 40% dan mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 37.33% (WCS-Marine Program Indonesia), namun pada tahun 2013 kembali terjadi peningkatan mencapai 41.33% (Muttaqin 2014) (Gambar 19).

Pada tahun 2009 persentase penutupan karang paling tinggi berada di Rubiah Channel mencapai 61.25%, dan persentase paling rendah berada di Ujung Seurawan yaitu 31.75%. Pada tahun 2011 persentase penutupan karang paling tinggi terjadi di Rubiah Channel yaitu 37.67% dan yang paling rendah berada di Gapang dan Ujung Serawan dengan persentase 24.33% (WCS-Marine Program Indonesia). Pada tahun 2013 persentase penutupan karang paling tinggi berada di Rubiah Sea Garden mencapai 41.33% dan persentase paling rendah berada di lokasi Gapang yaitu 5.6% (Muttaqin 2014).

Rata-rata penutupan karang di semua lokasi pada tahun 2009 sebesar 43.54%. Rata-rata penutupan karang mengalami penurunan pada tahun 2011 mencapai 31.33% dan terus terjadi penurunan pada tahun 2013 menjadi 17.87% (Muttaqin 2014). Penurunan persentase penutupan terumbu karang yang terjadi setiap tahunnya dipengaruhi oleh peristiwa pemutihan karang yang terjadi pada tahun 2010 di Pulau Weh. Penurunan persentase tutupan karang diduga juga Gambar 18 Lokasi pengambilan data ekosistem terumbu karang di Wilayah

49 terjadi akibat ulah manusia misalnya, penggunaan jaring dan potasium. Dugaan tersebut di dasari oleh masih terjadinya pelanggaran di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih, tercatat terjadi 11 kali pelanggaran dari tahun 2009 – 2014.

Gambar 19 Persentase tutupan karang di Wilayah Hukom Adat

Rekrutmen Karang

Kerusakan terumbu karang di wilayah perairan PLL Iboih yang terjadi pada tahun 2010 akibat peristiwa pemutihan karang masal, telah mengalami proses pemulihan. Hal ini terlihat dari ditemukannya rekrutmen karang baru. Pada tahun 2013 rata-rata rekrutmen karang baru di wilayah Hukum Adat Panglima Laot paling tinggi terjadi di Gapang sebesar 38.66 koloni/m2, sedangkan rekrutmen karang baru terendah terjadi di Ujong Seurawan yaitu 9.55 koloni/m2 (Muttaqin 2014) (Gambar 20). Tingkat rekrutmen karang sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia dan biologi perairan salah satunya adalah substrat seperti tipe dan kondisi substrat (Lee 2009).

Gambar 20 Rata-rata rekrutmen karang baru di Wilayah Hukom Adat PPL Iboih tahun 2013. 0 10 20 30 40 50 60 70

Gapang Lhok Weng Batee

Meuronron ChannelRubiah Rubiah SeaGarden SerawanUjung

Penutupan Karang (%) 2009 2011 2013 0 10 20 30 40 50

Gapang Lhok Weng Batee Meuronron Rubiah Channel Rubiah Sea

Garden Ujung Serawan

50

Kelimpahan Ikan Karang

Kelimpan ikan karang di wilayah perairan PLL Iboih mengalami penurunan pada setiap tahunnya kecuali di Rubiah Sea Garden yang terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2009 kelimpahan ikan karang paling tinggi terdapat di Lhok Weng sebesar ± 84.880 individu/Ha, sedangkan paling rendah terdapat di Ujong Seurawan ±16.193 individu/Ha. Pada tahun 2011 kelimpahan ikan karang paling tinggi terjadi di Rubiah Sea Garden sebesar ±32.720 individu/Ha, sedangkan paling rendah terjadi di Ujung Seurawan sebesar ±10.573 individu/Ha (WCS-Marine Program Indonesia). Pada tahun 2013 kelimpahan ikan karang paling tinggi terjadi di Rubiah Channel sebesar ±10.086 individu/Ha, sedangkan paling rendah terjadi di Rubiah Sea Garden sebesar ±5.820 individu/Ha (Gambar 21).

Rata-rata kelimpahan ikan karang di semua lokasi mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 rata-rata kelimpahan ikan karang mencapai ±39.033 individu/Ha, mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi ±21.482 individu/Ha. Penurunan rata-rata kelimpahan ikan terus terjadi hingga tahun 2013 menjadi ± 8.209 individu/Ha. Penurunan kelimpahan ikan karang mengikuti penurunan persentase tutupan karang setiap tahunnya yang disebabkan oleh peristiwa pemutihan karang pada tahun 2010. Ikan karang yang berasosiasi erat dengan struktur dan bangun karang keras seperti ikan pemakan polip karang mengalami dampak yang luar biasa. Kehilangan habitat hidup dan sumber makanan utama adalah penyebab utama penurunan kelimpahan ikan pemakan polip karang (Muttaqin et al. 2014).

Dampak jangka pendek dari pemutihan karang terhadap komunitas ikan karang yang memiliki khususan hewan karang sebagai makanan, tempat tinggal dan rektrutmen ikan baru seperti ikan dengan yang memmakan polip karang. Pada jangka medium, pemutihan karang akan berdampak pada penurunan populasi ikan pemakan karang (Pratchett et al. 2006 in Graham et al. 2007). Dampak yang lebih besar terjadi jika susuan struktur terumbu karang secara fisik hancur akan berakibat pada penurunan keanekaragaman spesies ikan karang (Garpe et al. 2006 ; Glynn 2006; Graham et al. 2006 in Graham et al. 2007).

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000

Gapang Lhok Weng Batee

Meuronron ChannelRubiah Rubiah SeaGarden SerawanUjung

Kelimpahan Ikan Karang (Individu/Ha)

2009 2011 2013

51

Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan PLL Iboih

Mengenai aturan yang berlaku di PLL Iboih, hampir semua responden mengetahuinya. Sebanyak 97% responden memahami aturan tersebut sedangkan 3% responden kurang memahami aturan. Tingginya pengetahuan masyarakat terhadap aturan memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan pengelolaan, tentunya jika diikuti dengan kepatuhan terhadap aturan tersebut. Lembaga Adat PLL Iboih berhasil memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan aturan adat yang telah disepakati bersama. Salah satu kegiatan sosialisasi yang dilakukan adalah peletakan poster-poster aturan adat di beberapa lokasi di wilayah PLL Iboih.

Mengenai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan TWA Laut Pulau Weh, 80% responden menyatakan ikut terlibat dalam kegiatan pengelolaan, dan 20% menyatakan tidak ikut terlibat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan seperti pembuatan hukom (aturan) adat dan pengawasan. Sebanyak 40% responden terlibat dalam kegiatan pengawasan, 7% terlibat dalam pembuatan hukom (aturan) adat dan 33% terlibat dalam kedua kegiatan tersebut yaitu pengawasan dan pembuatan Hukom Adat Laot. Tingginya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan Wilayah Hukom Adat PLL Iboh menunjukan antusiasme masyarakat dalam menjaga/mempertahankan sumber daya alam di wilayahnya. Kondisi tersebut memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan pengelolaan Wilayah Hukom Adat PLL Iboih.

Stakeholders Panglima Laot Lhok Iboih

Panglima Laot Lhok Iboih, dalam melakukan pengelolaan wilayah adat Lhok Iboih ikut didukung oleh stakeholders. Stakeholder terlibat dalam beberapa kegiatan pengelolaan, seperti pembiayaan, pengawasan, promosi wisata dan lain sebagainya. Hasil analisis stakeholder di kelompokan menjadi empat kelompok yaitu pemerintah, LSM, swasta dan kelompok masyarakat (Tabel 12).

Tabel 12 Stakeholder PLL Iboih

No Stakeholder Provinsi Kota Desa Keterangan

1 BKSDA √ Pemerintah

2 Resort KSDA √ Pemerintah

3 PLL Iboih

3 Dinas Pariwisata √ Pemerintah

4 Dinas Kelautan dan Perikanan √ Pemerintah

5 Lembaga Panglima Laot √ Masyarakat

6 Kelurahan Desa Iboih √ Pemerintah

7 Lembaga Wisata Teupin Layeu √ Masyarakat

8 Coral Oasis Foundation √ LSM

9 The Pade Hotel √ Swasta

10 Rubiah Tirta Diver √ Swasta

11 Scuba Weh √ Swasta

12 Diveshop Iboih √ Swasta

52

Klasifikasi stakeholder terhadap pengelolaan wilayah Hukum Adat PLL Iboih dilakukan dengan penjabaran matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders dengan menggunakan stakeholdersgrid dalam microsoft exel. Hasil analisis stakeholders menurut kategori berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh yang disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22 Klasifikasi stakeholders berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh di Wilayah Hukom Adat PLL Iboih.

Pada Gambar 22, terlihat bahwa ada tiga stakeholders dengan kategori key player dengan tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam pengelolaan Wilayah Hukom Adat PLL Iboih. Stakeholders dengan kategori key player adalah Resort KSDA, BKSDA Provinsi Aceh, dan Lembaga Adat PLL Iboih. Terdapat dua stakeholders yang termasuk ke dalam kategori context setter dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh yang tinggi yaitu Coral Oasis Foundation (COF) dan Lembaga Wisata Desa Iboih. Stakeholders yang termasuk ke dalam kategori crow berjumlah delapan yaitu Lumba-Lumba Diveshop, Diveshop Iboih, Scuba Weh, Rubiah Tirta Diver, Kelurahan Iboih, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Sabang, Dinas Pariwisata Kota Sabang, dan The Pade Hotel Sabang.

Analisis Keberlanjutan Sistem Pengelolaan Wilayah Hukom Adat Panglima Laot Lhok Iboih

Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Dimensi ekologi mempunyai lima atribut untuk analisis keberlanjutan. Hasil analisis RAPFISH menunjukan bahwa indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi Wilayah Hukom Adat PLL Iboih adalah 46.94. Indeks keberlanjutan dimensi ekologi ini dikategorikan kurang berkelanjutan (berada pada selang 26.00-50.00). Kuadrat korelasi (R2) menunjukan nilai 0.933, artinya hasil estimasi

0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25 27.5 30 0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25 27.5 30 Ke pe ntingan Pengaruh Resort KSDA Panglima Laot BKSDA Dinas pariwisata Dinas Kelautan dan Perikanan The Pade Hotel Rubiah tirta diver Scuba Weh Diveshop Iboih Lumba-Lumba Diveshop COF Kelurahan Iboih Lembaga Wisata Key Player

Crowd Context Setter

53 proporsi ragam data yang dapat dijelaskan dengan teknik analisis ini terindikasi memadai (>90%). Nilai stress yang dihasilkan sebesar 0.1668 yang menggambar ketepatan (goodness of fit) dalam kategori cukup baik karena kurang dari 0.25.

Hasil analisis leverage factor dimensi ekologi diperoleh tiga atribut yang keberadaannya berpengaruh sensitif terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan. Atribut-Atribut yang sensitif adalah atribut kelimpahan ikan karang dengan root mean square (RMS) 7.48, atribut tingkat resistensi terhadap

Dokumen terkait