• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan aturan TWA Laut Pulau Weh dan Hukum Adat Laot PLL Iboih (lanjutan)

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 7 Perbedaan aturan TWA Laut Pulau Weh dan Hukum Adat Laot PLL Iboih (lanjutan)

94

/atau pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperbolehkan hanya untuk penelitian.

Pasal 12 :

(1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.

(2)Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan, dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.

Pasal 84 :

(1)Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah). (2)Nakhoda atau pemimpin kapal perikanan, ahli penangkapan ikan,

dan anak buah kapal yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

95

ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah).

(3)Pemilik kapal perikanan, pemilik perusahaan

perikanan,penanggung jawab perusahaan perikanan, dan/atau operator kapal perikanan yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(4)Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, kuasa pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, dan/atau penanggung jawab perusahaan pembudidayaan ikan yang dengan sengaja melakukan usaha pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

96

Pasal 85 :

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang berada di kapal penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 86 :

(1) Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak

Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia membudidayakan ikan yang dapat membahayakan sumber daya ikan dan/atau lingkungan sumber daya ikan, dan/atau kesehatan manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

97

PP Nomor 28 Tahun 2011 Pasal 37 :

Taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan: a. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energy air, panas, dan angin serta wisata alam; b. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; c. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; e. pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam; dan f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat.

Pasal 50 :

Masyarakat berhak: (a). mengetahui rencana pengelolaan KSA dan KPA; (b). memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam penyelenggaraan KSA dan KPA; (c). melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan KSA dan KPA; dan (d). Menjaga dan memelihara KSA dan KPA.

Permen KP Nomor 2 Tahun 2015 Pasal 2 :

Setiap orang dilarang menggunakan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets) di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

98

UU Nomor 32 Tahun 2014 Pasal 70 :

(1) Penyelenggaraan Pembangunan Kelautan dilakukan oleh

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat.

(3). Peran serta masyarakat dalam Pembangunan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui partisipasi dalam: a. penyusunan kebijakan Pembangunan Kelautan; b. Pengelolaan Kelautan; c. pengembangan Kelautan; dan d. memberikan masukan dalam kegiatan evaluasi dan pengawasan.

(4) Peran serta masyarakat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui partisipasi dalam: a. melestarikan nilai budaya dan wawasan bahari serta merevitalisasi hukum adat dan kearifan lokal di bidang Kelautan; atau b. pelindungan dan sosialisasi peninggalan budaya bawah air melalui usaha preservasi, restorasi, dan konservasi.

Dilarang melakukan aktivitas di wilayah laut pada :

1. Hari raya puasa (Idul Fitri) tidak dibenarkan ada kegiatan dilaut selama satu hari.

2. Hari raya haji (Idul Adha) tidak dibenarkan ada kegiatan dilaut selama satu hari.

3. Kenduri laot (syukuran), tidak dibenarkan ada kegiatan dilaut selama tiga hari. 4. Memperingati hari tsunami, tidak

dibenarkan ada kegiatan dilaut sebelum selesai acara peringatan.

5. Memperingati kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, tidak dibenarkan ada kegiatan dilaut sebelum acara selesai

6. Hari jumat, tidak dibenarkan ada kegiatan dilaut dari jam 19.00 hari kamis sampai dengan selesai shalat Jum’at termasuk kegiatan snorkling dan diving.

Dokumen terkait