• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian direncanakan selama 6 (enam) bulan. Jenis kegiatan dan jadwal pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jenis Kegiatan dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 1. Persiapan Penelitian

2. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data 3. Kompilasi data dan penarikan kesimpulan 4. Penulisan karya ilmiah

5. Penyusunan dan penyerahan laporan akhir

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN MASSA SERAI WANGI TERHADAP YIELD MINYAK ATSIRI

Gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara perbandingan pelarut dan massa serai wangi terhadap yield minyak atsiri yang dihasilkan dengan metode US-MAHD pada kondisi temperatur ultrasound tetap 30 oC. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest dengan basis tetap massa serai wangi ialah 100 gram.

Perbandingan pelarut dan massa serai wangi yang dipakai adalah 10:1, 12:1, dan 14:1.

Gambar 4.1 Hubungan Perbandingan Pelarut dan Massa Serai Wangi terhadap Yield Total Minyak Serai Wangi pada Temperatur Ultrasound Tetap 30 oC

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan pelarut dan massa serai wangi maka yield minyak serai wangi yang dihasilkan semakin menurun sehingga hubungan antara perbandingan pelarut dan massa serai wangi terhadap yield minyak serai wangi yang dihasilkan dalam proses ekstraksi menggunakan metode US-MAHD adalah berbanding terbalik. Pada kondisi temperatur ultrasound

0,0

Perbandingan Pelarut dan Massa Serai Wangi (ml/g) 150 W 300 W 450 W 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

Secara teoritis, peningkatan perbandingan antara jumlah pelarut dan massa bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi akan meningkatkan driving force perpindahan massa. Hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara pelarut dan kompenen fitokimia yang akan diekstrak akan semakin tinggi sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan yield ekstraksi yang diperoleh (Ranitha, et al., 2014). Namun, pada proses ekstraksi berbantukan gelombang mikro, peningkatan jumlah pelarut polar yang berlebih akan menyebabkan fenomena thermal stress, yaitu terjadinya pemanasan yang terlalu cepat sehingga beberapa komponen-komponen yang diekstrak akan hilang. Selain itu, jumlah pelarut yang berlebih akan melarutkan atau mengemulsi senyawa minyak sehingga yield minyak atsiri yang diekstrak akan berkurang (Tran, et al., 2019).

Dalam penelitian ini, penggunaan perbandingan pelarut dan massa serai wangi yang lebih dari 10:1 akan menurunkan yield minyak atsiri yang dihasilkan.

Penurunan yield minyak serai wangi pada perbandingan pelarut dan massa serai wangi 12:1 dan 14:1 dapat terjadi karena adanya beberapa senyawa fitokimia yang larut dalam air serta fenomena thermal stress yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Dari Gambar 4.2 yang merupakan profil temperatur untuk perbandingan pelarut dan massa serai wangi pada kondisi daya microwave tetap 300 W dapat diketahui bahwa peningkatan suhu pada perbandingan pelarut dan massa serai wangi 12:1 dan 14:1 terjadi terlalu cepat jika dibandingkan dengan peningkatan suhu pada perbandingan pelarut dan massa 10:1 sehingga menyebabkan senyawa yang diekstrak berkurang.

Oleh sebab itu, penggunaan perbandingan pelarut dan massa serai wangi 10:1 telah cukup memberikan faktor separasi dalam mengekstrak minyak serai wangi menggunakan metode US-MAHD.

30

Gambar 4.2 Profil Temperatur untuk Perbandingan Pelarut dan Massa Serai Wangi dengan Daya Microwave Tetap 300 W pada Proses Ekstraksi Menggunakan Metode US-MAHD

4.2 PENGARUH TEMPERATUR ULTRASOUND TERHADAP YIELD MINYAK ATSIRI

Hubungan temperatur ultrasound terhadap yield minyak serai wangi dalam proses ekstraksi menggunakan metode US-MAHD ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Pengaruh temperatur ultrasound ini dibuat pada kondisi daya microwave tetap 300 W. Varibael suhu ultrasound yang digunakan adalah 30 oC, 40 oC, dan 50 oC.

Gambar 4.3 Hubungan Temperatur Ultrasound terhadap Yield Total Minyak Serai Wangi pada Daya Microwave Tetap 300 W

0

31

Pengaruh temperatur ultrasound terhadap yield minyak serai wangi pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur ultrasound maka yield minyak serai wangi yang diperoleh akan semakin berkurang. Pada perbandingan pelarut dan massa serai wangi 10:1 dengan kondisi daya microwave 300 W, yield minyak serai wangi yang diperoleh dengan temperatur ultrasound 30 oC adalah sebesar 1,82 % dan turun menjadi 1,67 % ketika temperatur ultrasound dinaikkan menjadi 50 oC. Penurunan yield minyak serai wangi juga terjadi pada penggunaan perbandingan pelarut dan massa serai wangi 12:1 dan 14:1. Saat temperatur ultrasound dinaikkan dari 30 oC menjadi 50 oC, yield minyak serai wangi turun sebesar 13,69 % untuk perbandingan pelarut dan massa serai wangi 12:1 dan 13,63

% untuk perbandingan pelarut dan massa serai wangi 14:1.

Dalam proses ekstraksi menggunakan ultrasound, kenaikan temperatur ultrasound akan memicu kenaikan tekanan uap larutan dan menyebabkan penurunan viskositas serta tegangan permukaan. Kenaikan tekanan uap larutan ini akan mengurangi efek kavitasi pada proses ekstraksi karena uap pelarut akan masuk ke dalam gelembung kavitasi dan menyebabkan gelembung pecah secara tidak kuat.

Hal ini akan mengurangi jumlah sel yang rusak akibat efek kavitasi sehingga senyawa yang diekstrak akan berkurang. Sebaliknya, pemilihan temperatur rendah seperti 30 oC akan menaikkan jumlah gelembung kavitasi dan luas kontak permukaan padatan dan pelarut sehingga yield yang diperoleh akan meningkat (Chemat, et al., 2017). Hasil pada penelitian ini telah sesuai dengan yang disampaikan oleh Chemat, et al., (2017) bahwa kenaikan temperatur ultrasound akan mengurangi yield minyak serai wangi. Oleh karena itu, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses ekstraksi minyak serai wangi menggunakan metode US-MAHD digunakan temperatur ultrasound 30 oC untuk dapat meningkatkan yield minyak serai wangi.

4.3 PENGARUH DAYA MICROWAVE TERHADAP YIELD MINYAK ATSIRI

Hubungan antara daya microwave dengan yield minyak serai wangi pada proses ekstraksi menggunakan metode US-MAHD dapat dilihat dari Gambar 4.1.

Pengaruh daya microwave terhadap yield minyak serai wangi ini dibuat pada kondisi

32

temperatur ultrasound tetap 30 oC. Variabel daya microwave yang digunakan adalah 150 W, 300 W, dan 450 W.

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada penggunaan ketiga variasi perbandingan pelarut dan massa serai wangi dengan kondisi temperatur ultrasound tetap 30 oC, yield minyak serai wangi mengalami peningkatan ketika daya microwave dinaikkan dari 150 W menjadi 300 W. Yield minyak serai wangi naik masing-masing sebesar 35,82 % pada perbandingan pelarut dan massa 10:1, 37,5 % pada perbandingan pelarut 12:1 dan 35,48 % pada perbandingan pelarut dan massa 14:1. Namun, ketika daya microwave dinaikkan menjadi 450 W dari 300 W, yield minyak serai wangi mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,14 % untuk perbandingan pelarut 10:1, 6,81 % untuk perbandingan pelarut 12:1, dan 8,33 % untuk perbandingan pelarut 14:1.

Menurut Tran, et al., (2019), penggunaan daya microwave yang tinggi akan meningkatkan yield minyak atsiri namun hanya sampai pada batas level daya tertentu. Peningkatan yield minyak astiri terjadi karena pemakaian daya yang tinggi akan menghasilkan kenaikan suhu yang lebih tinggi akibat pergerakan molekul-molekul polar yang lebih acak. Hal ini akan meningkatkan proses difusi pelarut sehingga minyak astiri akan lebih banyak diekstrak. Walaupun demikian, daya microwave yang terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa komponen kimia yang diekstrak hilang dan terdekomposisi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan daya microwave dari 150 W menjadi 300 W pada proses ekstraksi akan menghasilkan yield minyak serai wangi yang lebih tinggi. Namun, pada penggunaan daya microwave 450 W, yield minyak serai wangi mengalami penurunan. Hal ini terjadi akibat adanya bebarapa komponen kimia yang hilang selama proses ekstraksi akibat kenaikan suhu yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, pada proses ekstraksi minyak serai wangi menggunakan metode US-MAHD digunakan daya microwave 300 W untuk mendapatkan yield minyak serai wangi yang tinggi.

Pemilihan daya 300 W juga berdasarkan profil temperatur untuk ketiga variasi daya microwave pada proses ekstraksi minyak serai wangi dengan penggunaan perbandingan pelarut dan massa serai wangi 10:1 dan temperatur ultrasound 30 oC. Gambar 4.4 menunjukkan profil temperatur untuk masing-masing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33

daya microwave yang konstan pada suhu 112 oC. Suhu konstan dicapai pada menit ke-14 untuk daya 450 W sedangkan untuk daya 300 W dan 150 W dicapai masing-masing pada menit ke-22 dan ke-42. Berdasarkan profil temperatur daya microwave ini, dapat dilihat bahwa kenaikan suhu pada penggunaan daya microwave 300 W dan 450 W tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, daya 300 W juga dipilih karena penggunaan daya yang lebih kecil dalam meningkatkan yield minyak serai wangi sehingga dapat menghemat energi yang digunakan untuk proses ekstraksi.

Gambar 4.4 Profil Temperatur Daya Microwave pada Perbandingan Pelarut dan Massa Serai Wangi 10:1 dan Temperatur Ultrasound 30 oC dalam Proses Ekstraksi Menggunakan Metode US-MAHD

4.4 EKSTRAKSI MINYAK ATRSIRI DARI DAUN SERAI WANGI DENGAN METODE US-MAHD

Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi minyak atsiri dari daun serai wangi menggunakan metode Ultrasonic-Microwave Asissted Hydrodistillation (US-MAHD). Metode US-MAHD merupakan metode komplementer untuk mengekstrak senyawa fitokimia dengan menggabungkan metode UAE dan MAHD secara berurutan (Yu, et al., 2017). Adapun yield minyak serai wangi yang dihasilkan dari bagian daun dengan menggunakan metode US-MAHD pada berbagai kondisi variabel ditunjukkan pada Tabel Lampiran A.1.

Dari Tabel Lampiran A.1 dapat dilihat bahwa yield minyak serai wangi tertinggi yang dihasilkan dengan menggunakan metode US-MAHD yakni sebesar

0

34

1,82% sedangkan yield terendah yang dihasilkan yaitu 1,17%. Kondisi variabel yang digunakan untuk mendapatakan yield tertinggi pada proses ekstraksi minyak serai wangi dari bagian daun ialah dengan menggunakan perbandingan pelarut dan massa 10:1, temperatur ultrasound 30 oC, dan daya microwave 300 W dengan waktu ekstraksi 25 menit menggunakan ultrasound dan 65 menit menggunakan microwave.

Sedangkan yield minyak serai wangi terendah didapatkan dengan menggunakan perbandingan pelarut dan massa 14:1 dengan kondisi temperatur ultrasound 50 oC dan daya microwave 150 W.

Analisa kualitas minyak serai wangi yang dihasilkan dengan metode US-MAHD meliputi analisa densitas, warna, indeks bias, dan kelarutan dalam etanol 80

%. Dari hasil analisa sifat fisis ini dapat diketahui bahwa minyak serai wangi yang didapatkan pada berbagai kondisi variabel menggunakan metode US-MAHD telah memenuhi standar mutu minyak serai wangi berdasarkan SNI 06-3953-1995 untuk parameter warna, densitas, indeks bias, dan kelarutan dalam etanol 80 %. Hasil analisa kualitas minyak serai wangi dari bagian daun yang didapatkan pada berbagai variabel mengguanakan metode US-MAHD ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kualitas Minyak Serai Wangi

Parameter Hasil Persyaratan (BSN,1995)

Warna Kuning - kuning

kecoklatan

Kuning pucat - kuning kecoklatan

Densitas 0,88-0,917 0,88-0,922

Indeks Bias 1,466-1,472 1,466-1,475

Kelarutan dalam etanol 80 % 1:2 jernih 1:2 jernih

4.5 PERBANDINGAN METODE UAE, MAHD, DAN US-MAHD DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK SERAI WANGI

Perbandingan yield minyak serai wangi yang dihasilkan menggunakan metode UAE, MAHD, dan US-MAHD ditunjukkan pada Gambar 4.5. Proses ekstraksi minyak serai wangi dilakukan selama 90 menit. Bagian serai wangi yang digunakan untuk diekstrak pada masing-masing metode adalah bagian daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

Gambar 4.5 Perbandingan Yield Minyak Serai Wangi antara Metode UAE, MAHD, dan US-MAHD

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa metode yang menghasilkan yield minyak serai wangi yang paling tinggi adalah metode US-MAHD sedangkan yield minyak serai wangi terendah didapatkan dengan menggunakan metode UAE.

Yield minyak serai wangi yang didapatkan dengan metode US-MAHD meningkat sebesar 49,45 % jika dibandingkan dengan dengan metode UAE. Sedangkan apabila dibandingkan dengan metode MAHD, yield minyak serai yang diperoleh dengan metode US-MAHD wangi meningkat sebesar 18,68 %.

Menurut Yu, et al., (2017), dengan mengkombinasikan secara berurut metode UAE dan MAHD (US-MAHD) akan menghasilkan yield ekstraksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan metode UAE atau MAHD secara terpisah.

Dalam proses ekstraksi senyawa fitokimia menggunakan metode US-MAHD akan terjadi pengrusakan dinding sel yang lebih banyak sehingga hasil senyawa yang diekstrak akan lebih tinggi. Sedangkan, pada penggunaan kedua metode yang dilakukan secara terpisah, baik metode UAE ataupun MAHD, memiliki kekurangan.

Pada metode UAE dapat terjadi efek atenuasi gelombang yaitu kurangnya intensitas gelombang bunyi seiring bertambahnya jarak rambat gelombang sehingga memungkinkan adanya sel-sel yang tidak rusak yang mengakibatkan senyawa fitokimia tidak dapat diekstrak. Sedangkan, pada metode MAHD dapat terjadi

0,92

36

peristiwa pemanasan yang tidak seragam (inhomogeneous heating) akibat absorbansi gelombang yang tidak merata pada sampel sehingga akan mengurangi hasil ekstraksi.

Selain itu, pada penelitian ini dilakukan analisa GC-MS (Gas Cromatography Mass Spectrometry) untuk membandingkan hasil minyak serai wangi yang diperoleh menggunakan metode UAE, MAHD, ataupun US-MAHD. Menurut Sulaswatty, dkk., (2017) senyawa kimia yang terpenting dalam minyak serai wangi adalah persenyawaan aldehid, yaitu sitronelal dan persenyawaan alkohol, yaitu geraniol.

Sitronelal dan geraniol dapat diisolasi untuk dijadikan hidroksi sitronelal, geraniol asetat, dan mentol yang mempunyai sifat lebih stabil dan digunakan dalam industri wangi-wangian. Hidroksi sitronelal dapat digunakan sebagai zat pewangi sabun dan parfum yang bernilai tinggi. Mentol dapat digunakan sebagai obat gosok, pasta gigi, dan obat pencuci mulut, sedangkan ester dari sitronenal dan geraniol digunakan sebagai insektisida dan keperluan kosmetik. Gambar 4.6, 4.7, dan 4.8 merupakan kromatogram hasil analisa GC-MS minyak serai wangi dari ketiga metode yang digunakan.

Gambar 4.6 Kromatogram Hasil Analisa GC-MS Minyak Serai Wangi dari Bagian Daun Menggunakan Metode UAE

geraniol

sitronelal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

Gambar 4.7 Kromatogram Hasil Analisa GC-MS Minyak Serai Wangi dari Bagian Daun Menggunakan Metode MAHD

Gambar 4.8 Kromatogram Hasil Analisa GC-MS Minyak Serai Wangi dari Bagian Daun Menggunakan Metode US-MAHD

Dari kromatogram pada Gambar 4.6, 4.7, dan 4.8 dapat diketahui kadar sitronelal dan geraniol untuk masing-masing metode yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.

sitronelal

geraniol

geraniol

sitronelal

38

Tabel 4.2 Perbandingan Kadar Sitronelal dan Geraniol untuk Metode UAE, MAHD, dan US-MAHD

Senyawa Konsentrasi (%)

Metode UAE Metode MAHD Metode US-MAHD

Geraniol 42,60 38,78 46,69

Sitronelal 11,52 18,03 17,79

Berdasarkan hasil analisa GC-MS minyak serai wangi yang diperoleh dari ketiga metode, kadar geraniol minyak serai wangi tertinggi diperoleh dengan menggunakan metode US-MAHD, yaitu sebesar 46,69 % dan kadar sitronelal tertinggi didapatkan dengan menggunakan metode MAHD, yaitu sebesar 18,03 %.

Pada metode US-MAHD, kadar geraniol yang diperoleh meningkat 1,2 kali lebih besar dibandingkan metode MAHD dan 1,09 kali lebih besar dari metode UAE.

Sedangkan untuk kadar sitronelal yang menggunakan metode MAHD diperoleh 1,56 kali lebih besar dari metode UAE dan lebih besar 1,01 kali dari metode US-MAHD.

Menurut Yu., et al., (2017) penggunaan metode US-MAHD dapat mengurangi potensi atau mencegah senyawa yang diekstrak terdegradasi sehingga dapat menghasilkan kualitas ekstrak yang lebih baik. Dari hasil penelitian ini, secara keseluruhan, metode US-MAHD menghasilkan minyak serai wangi dengan kadar geraniol dan sitronelal yang lebih baik dibandingkan metode UAE atau MAHD.

Meskipun kadar sitronelal tertinggi didapatkan dengan metode MAHD, namun perebedaan yang terjadi tidak terlalu signifikan dan kadar geraniol yang dihasilkan dengan metode US-MAHD lebih banyak.

4.6 PERBANDINGAN MINYAK SERAI WANGI YANG DIPEROLEH DARI BAGIAN DAUN DAN BAGIAN BATANG PADA METODE US-MAHD

Gambar 4.9 menunjukkan perbandingan yield minyak serak wangi yang diperoleh dari daun dan batang dengan menggunakan metode US-MAHD. Proses ekstraksi minyak serai wangi dari bagian daun dan batang dilakukan dengan kondisi dan varietas serai wangi yang sama selama 90 menit. Perbandingan pelarut dan massa serai wangi yang digunakan adalah 10:1 dengan kondisi temperatur ultrasound 10:1 dan daya microwave 300 W.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39

Gambar 4.9 Perbandingan Yield Minyak Serai Wangi antara Bagian Daun dan Batang Menggunakan Metode US-MAHD

Berdasarkan Gambar 4.9 dapat diketahui bahwa bagian tanaman serai wangi yang menghasilkan yield minyak atsiri paling besar adalah bagian daun. Yield minyak serai wangi yang diperoleh dengan menggunakan metode US-MAHD dari bagian daun 2,34 kali lebih besar dibandingkan dari bagian batang. Hasil ini telah sesuai dengan yang dijelaskan oleh Iqbal, et al., (2017) dimana yield minyak atsiri yang diperoleh bagian daun lebih tinggi daripada yield minyak serai wangi bagian batang.

Walaupun demikian, berdasarkan hasil analisa GC-MS minyak serai wangi yang diperoleh dari bagian daun dan batang, kandungan geraniol yang terdapat pada bagian batang diperoleh 15,39 % lebih banyak dibandingkan dari bagian daun dengan kandungan sitronelal yang hampir sama. Tabel 4.3 menunjukkan kandungan kandungan geraniol dan sitronelal minyak serai wangi dari bagian daun dan batang yang dibuat berdasarkan kromatogram pada Gambar 4.8 dan 4.10.

Tabel 4.3 Perbandingan Kadar Geraniol dan Sitronella dari Minyak Serai Wangi Bagian Daun dan Batang

Senyawa Konsentrasi (%) Daun Batang

Geraniol 46,69 53,88

Sitronelal 17,79 17,19

1,82

40

Gambar 4.10 Kromatogram Hasil Analisa GC-MS Minyak Serai Wangi dari Bagian Batang Menggunakan Metode US-MAHD

Oleh karena itu, apabila dilihat dari segi kualitas minyak serai wangi, bagian batang menghasilkan kualitas minyak atsiri yang lebih baik dibandingkan dangan bagian daun. Sedangkan jika ditinjau dari segi kuantitas, minyak serai wangi dari bagian daun diperoleh lebih banyak. Semakin bagus kualitas minyak serai wangi maka harga jual minyak akan semakin tinggi sehingga, jika meninginkan kualitas minyak serai wangi dengan mutu lebih baik, dilakukan proses ekstraksi dari bagian batang.

geraniol

sitronelal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah proses ekstraksi minyak serai wangi menggunakan metode US-MAHD dari bagian daun menghasilkan yield tertinggi pada kondisi perbandingan pelarut dan massa 10:1, temperatur ultrasound 30 oC dan daya microwave 300 W. Hubungan antara perbandingan pelarut dan massa serai wangi serta temperatur ultrasound terhadap yield minyak serai wangi pada proses ekstraksi menggunakan metode US-MAHD adalah berbanding terbalik. Peningkatan daya microwave pada proses ekstraksi menggunakan metode US-MAHD akan menaikkan yield minyak serai wangi namun hanya sampai pada batas daya 300 W. Metode US-MAHD menghasilkan yield dan kadar geraniol yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode UAE dan MAHD.

Bagian serai wangi yang menghasilkan yield paling besar adalah bagian daun sedangkan kualitas geraniol yang paling besar dihasilkan dari bagian batang.

5.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Diperlukan penelitian lanjutan tentang produk turunan minyak serai wangi dari hasil metode US-MAHD menjadi mentol, ionon, retinol dan lain-lain.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk membuat variasi ukuran massa sampel untuk mengetahui pengaruh ukuran sampel terhadap yield dan ukuran massa serai wangi terbaik dalam menghasilkan minyak serai wangi.

3. Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji pengaruh penggunaan temperatur ultrasound yang lebih rendah dari 30 oC terhadap yield minyak serai wangi.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaplikasikan minyak serai wangi hasil metode US-MAHD dalam berbagai produk kosmetik dan insect reppelent.

42

5. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan proses ekstraksi dari sampel serai wangi yang segar untuk dapat dibandingkan hasilnya dengan sampel serai wangi yang dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses ekstraksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43

DAFTAR PUSTAKA

Alam, P. N., H. Husin, T. M. Asnawi, dan Adisalamun. 2017. Extraction of Citral Oil from Lemongrass (Cymbopogon citratus) by Steam-Water Distillation Technique. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 345.

Alupului A. dan V. Lavric. 2009. Ultrasound Extraction of Active Principles with Hypoglycaemic Activity from Medicinal Plants. Chemical Engineering Department. University Politehnica of Bucharest. Romania.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. Minyak Sereh, Mutu, dan Cara Uji. Diakses pada Tanggal 28 Agustus 2019.

Balti, M. A., B. Hadrich, dan K. Kriaa. 2017. Lab-Scale Extraction of Essential Oils from Tunisian Lemongrass (Cymbopogon flexuosus). Chemical Engineering and Processing. Tunisia.

Boukroufa, M., Boutekedjiret, C., Petigny, L., Rakotomanomana, N., dan Chemat, F.

2015. Bio-Refinery of Orange Peels Waste: A New Concept Based on Integrated Green and Solvent Free Extraction Processes Using Ultrasound and Microwave Techniques to Obtain Essential Oil, Polyphenols and Pectin.

Ultrason. Sonochem. 24 : 72–79.

Carrick, I. T. 2016. Microwave Heating as An Experimental Model for Spontaneous Combustion in Organic Materials. SUNY Cobleskill. New York.

Celli, G. B., A, Ghanem., dan M. S. L. Brooks. 2015. Optimization of Ultrasound-Assisted Extraction of Anthocyanins from Haskap Berries (Lonicera caerulea L.) Using Response Surface Methodology. Ultrasonics Sonochemistry 27: 449–

455.

Chemat, F., Rombaut, N., Sicaire, A., Meullemiestre, A., dan Abert-vian, M. 2017.

Ultrasonics Sonochemistry Ultrasound Assisted Extraction of Food and Natural Products. Mechanisms, Techniques, Combinations, Protocols and Applications.

A Review. Ultrasonics - Sonochemistry 34 : 540–560.

Donglei L., J. Tang., P. D. Pedrow, dan F. Lui. 2013. Using Mobile Metallic Temperature Sensors in Continuous Microwave Assisted Sterilization (MATS) Systems. Journal of Food Engineering 119 : 552-560.

Filly, A., X. Fernandez, M. Minuti, F. Visinoni, G. Cravotto, dan F. Chemat.

Solvent-Free Microwave Extraction of Essential Oil from Aromatic Herbs:

from Laboratory to Pilot And Industrial Scale. Food Chemistry 150 : 193-198.

Gole, V.L., dan P.R. Gogate. 2013. Intensification of Synthesis of Biodiesel from Non-Edible Oil Using Sequential Combination Of Microwave and Ultrasound.

Fuel Process Technology 106 : 62–69.

Gotama, B., D. F. Rahman, dan A. F. Anjarwadi. 2017. Intensifikasi Proses Penyulingan Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut dengan Metode Ultrasound following Microwave Assisted Extraction (US-MAE). INDONESIAN JOURNAL OF ESSENTIAL OIL 2 (1) : 29-37.

Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta.

Hadkar, U. B. , N. Dhruv, Y. Malode, dan B. Chavan. 2013. Microwave Assisted Extraction of Phytoconstituents. Asian Journal of Phytomedicine and Clinical Research 2(3) : 73 - 86.

44

Hariangsih. 2018. Optimasi Proses Sintesis Sitronelal Dari Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus) dengan Bantuan Gelombang Mikro Menggunakan Pelarut Metanol Dan N-Heksan. Eksergi 15(1) : 1-4.

Iqbal, Z., H. K. Mehmood, M. Hussain, M. H. U. R. Mehmood, dan M. N. Choudhry.

2018. Antioxidant Activity of Essential Oil from The Leaves and Stems of Murraya Koenigii. World Journal of Pharmaceutical Research 6(7) : 267-273.

Kataren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Khusna, M. Y. dan P. Syarif. 2018. Pengaruh Umur Panen dan Lama Penyulingan terhadap Hasil Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus L.).

BIOFARM 14(2).

Kim, D. Cell-Wall Disruption and Lipid/Astaxanthin Extraction from Microalgae:

Kim, D. Cell-Wall Disruption and Lipid/Astaxanthin Extraction from Microalgae: