• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apabila Tuhan membukakan bagimu jalan menuju makrifat (Mengenal Allah), maka jangan engkau hiraukan amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu melainkan Dia akan memperkenalkan diri-Nya kepadamu. Tidakkah engkau ketahui bahwa

makrifat itu semata-mata pemberian Allah kepadamu sedangkan amal adalah hidayah daripadamu, maka dimanakah letak perbandingannya antara hidayahmu dengan pemberian

kurnia Allah kepadamu.

Petuah Ibnu Atha dari mulai pont 1 sampai 7 mengajak manusia untuk merenung dan memahami bahwasannya betapa kecil apa yang diperbuat manusia dan betapa besar yang telah dianugerahkan Allah swt. Hati yang telah mencapai tahapan ini senantiasa beramal jauh dari tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi oleh Allah dan memandang amal sebagai anugerah Allah yang semestinya disyukuri setiap manusia. Keterbukaan hati ini mengantarkannya pada hati yang telah siap menerima hidayah dari Alllah swt.

Cahaya rahasia akan terpancar bagi mereka yang telah suci hatinya, sebagimana telah dijelaskan di atas bahwa ini merupakan potensi untuk mengenal dan menyentuh nilai-nilai Ketuhanan, dan perlu difahami Tuhan tidak akan dapat diraih dengan amal dan ilmu kecuali Allah sendiri berkenan untuk diketahui dan dikenali, ilmu dan amal yang didalamnya akal hanya dapat mengantarkan pada gerbang kemakrifatan sebagaimana Rumi berpendapat, “ Bahwa akal dan indera (ilmu) hanya dapat mengantarkan sampai gerbang istana, adapun diterima atau tidaknya oleh Sang

Raja itu tergantung kehendak dan kemurahan Sang Raja sendiri”.

Bagi manusia yang telah sampai pada pengetahuan bahwa tidak ada jalan dan mi‟raj melalui amal dan ilmu untuk menuju Haribaan Tuhan, maka mereka tidak akan bersandar lagi pada amal dan ilmu apalagi terhadap amal dan ilmu diluar dirinya, kecuali segalanya hanya menyandarkan kepada Allah semata.

Tidak sedikit manusia berusaha menyerahkan diri dengan sepenuh hati mengetuk pintu makrifat dengan amal dan doanya, andai pintu tersebut tak kunjung dibuka maka semangatnya akan menurun dan bisa mengantarkannya pada lembah putus asa. Disamping orang yang bersandar pada amalnya dalam meraih makrifat ada pula orang yang datang mengetuk pintu Haribaan Tuhan dengan memegang janji-Nya, maka orang tersebut akan menemukan kekecewaan dan keraguan andai pintu tidak terbuka baginya.

Oleh karena itu hanya Kuasa Allah yang memiliki kemutlakan dalam memilih diantara makhluk-Nya yang dapat mengenal-Nya, ilmu dan amal hanya sarana pembelajaran dalam menata hati untuk dapat berserah diri kepada Allah swt. Penataan hati dengan ilmu dan amal yang disebut pentasliman hati hanya sampai di gerbang istana makrifat, bagi mereka yang sudah sampai digerbang ini mungkin akan mendapat anugerah Allah swt berlayar dilautan makrifat dan meraih maqam Aslim yang berhampiran dengan Allah swt. Bagi mereka yang sampai dimaqam ini mesti terus membenamkan diri di samudera kepasrahan tanpa menghiraukan sedikit atau banyak ilmu dan amal yang dimilikinya, Seandainya Allah berkenan dan berkehendak maka mulai maqam ini hamba diangkat di Haribaan-Nya.

Jalan yang ditempuh para pendaki jalan Ilahi menuju gerbang istana makrifat terbagi dalam dua jalan, pertama jalan yang ditempuh oleh orang yang mencari, mereka menempuh jalan dengan proses manusiawi, mereka berjuang dengan gigih dapat bermujahadah, memerangi nafsu, selalu meningkatkan amal ibadahnya dan senang menuntut ilmu. Secara syariat mereka sibuk dengan memenuhi tuntutan agama dan secara bathin mereka memperkuat imannya. Diselaminya dunia thariqah dan tashauf membuang jauh-jauh sifat tercela dan menggantikannya dengan sifat- mahmudah (terpuji), dipelajarinya perjalanan nafsu dan berusaha mensucikannya sampai tahap yang dikehendaki Allah, sabagaimana yang diterangkan dalam Al-qur‟an



















Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang- orang yang berbuat baik. (Q.S Al-Ankabut : 69)

Mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh bermujahadah dalam jalan Allah melalui mempertinggi volume ibadah malam, menuntut ilmu dan mengamalkannya, berusaha membersihkan diri, mengganti sifat-sifat tidak baik dengan sifat yang baik, berdzikir dan berusaha membersihkan hati, maka Allah dalam ayat di atas akan menunjukkan jalan melalui taufiq dan hidayah-Nya, sampai tebuka mata hatinya berserah diri kepada Allah, maka sampailah mereka digerbang istana makrifat dan Kuasa Allah yang menentukan mereka terpilih atau tidaknya untuk berlabuh dilautan makrifat.

Kedua orang yang dicari, mereka berbeda dengan orang yang mencari dan meniti jalan Ilahi, dalam kehidupan yang dijalaninya mereka berjalan sepertia kebanyakan orang menjalaninya, tidak khusuk dalam menjalani satu thariqah atau melalui jalan kehidupannya dengan menjauhkan diri dari keramaian atau meninggalkan duniawi, tetapi Allah menjatiuhkan dan menetapkan pilihannya kepadanya maka taqdir akan mengiringnya sampai pada titik yang dikehendaki oleh Allah. Dalam menjalani prosesnya orang-orang yang seperti ini biasanya sebelumnya dihadapkan dengan kejadian-kejadian tertentu sehingga terjadi perubahan pola hidupnya dengan drastis, sementara kejadian tersebut biasanya adalah dalam bentuk ujian dalam sesuatu hal sehingga dia harus meninggalkannya seperti kisah Ibrahim Adham yang telah meninggalkan singgasananya untuk memenuhi hasrat yang bergelora dalam dirinya merupakan sebuah kesadaran yang tinggi sehingga bisa merubah kehidupannya dari kebiasaannya selama ini. Ujian tersebut pula yang bisa mencabut dari semua yang dimilikinya, bisa berupa dicabut kedudukannnya, hartanya atau pun yang lainnya yang sekiranya berarti baginya, sehingga tidak ada yang mampu mengatasi permasalahannya kecuali dia menyerahkan segala urusannya kepada Allah swt, maka tak ada tempat kemabali yang pantas baginya kecuali di Haribaan Allah. Kondisi penyerahan hati yang penuh atau taslim menghiasi hari-harinya, dengan demikian ia telah dihantarkan pada gerbang istana makrifat dengan super cepat dan kilat meski dalam ilmu dan amal mereka masih sangat sedikit. Perbandingan

kecepatan sampai pintu gerbang makrifat antara orang yang mencari dan orang yang dicari sangat jauh, bagi orang yag dicari dengan segudang bala bencana mampu meraih gerbang tersebut cukup satu atau dua bulan tetapi bagi orang yang mencari mungkin bisa sampai dua sampai beberapa tahun.

Dengan demikian tidak ada amal atau ilmu yang dapat mengantarkan menuju makrifat kepada Allah kecuali hanya sampai pintu gerbangnya dan itu pun bisa berjalan samapai tahunan dan mungkin bisa belasan atau puluhan tahun, tetapi Allah apabila sudah berkehendak maka hanya dengan satu kurnia-Nya melalui kemasan bencana dan musibah dapat menghantarkan makhluk-Nya sampai gerbang istana hanya dengan hitungan hari. Itu lah Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menyayangi.

Dokumen terkait