• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalannya Politik Sidang Istimewa MPR 2001

BAB II LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

B. Latar Belakang Megawati Soekarnoputri

3. Jalannya Politik Sidang Istimewa MPR 2001

a. Sidang Istimewa MPR

Sidang Istimewa dipilih untuk menyelesaikan konflik politik, karena ini yang konstitusiona l dan lebih baik dibandingkan dengan cara pemaksaan atau kekerasan. Sidang Istimewa MPR dapat diselenggarakan dengan alasan, yaitu:

1. Atas permintaan Presiden dan atau DPR untuk memilih wakil presiden apabila wakil presiden berhalangan tetap68.

2. Bila presiden dan wakil presiden berhalangan tetap maka MPR dalam waktu selambat- lambatnya satu bulan setelah presiden dan wakil presiden berhalangan tetap sudah menyelenggarakan SI-MPR untuk memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden yang masa

68 Ketatapan MPR No. VII/MPR/1973 tentang Keadaan presiden dan/atau wakil presiden Republik Indonesia berhalangan, Pasal 4 ayat (1). Ketetapan MPR No.III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/ atau Antar Lembaga-lembaga Tinggi Negara,pasal 6.

jabatannya berakhir sesuai dengan masa jabatan presiden dan wakil presiden yang digantikan.69

3. Atas permintaan DPR untuk meminta pertanggungjawaban Presiden apabila DPR mengangggap presiden telah melanggar UUD 1945 dan Haluan Negara. Disini, DPR hanya dapat meminta SI MPR setelah memberikan dua kali memorandum.70

Memorandum DPR tidak harus berakhir dengan sidang istimewa MPR, hal ini tergantung dari respon Presiden. Jika respon presiden tidak memuaskan DPR, maka Memorandum pertama DPR akan disusul dengan memorandum kedua DPR. Bila memorandum kedua DPR juga tidak me ndapat perhatian dari presiden maka DPR meminta MPR menyelenggarakan SI MPR untuk meminta pertanggungjawaban Presiden.

DPR menyampaikan memorandum kepada presiden apabila DPR mengganggap Presiden talah melanggar UUD 1945 dan Haluan Negara. Dikatakan melanggar UUD 1945 apabila presiden dalam menjalankan pemerintahan dan kebijakannya tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUD 1945. Sementara yang dimaksud dengan melanggar haluan negara adalah menjalankan kebijakan-kebijakan tetapi menyimpang dari haluan negara atau tidak menjalankan haluan negara. Yang dimaksud haluan negara adalah seluruh ketetapan-ketetapan MPR, baik

69

Ketetapan MPR No. VII/MPR/1973,pasal 5 ayat (1) 70

ketetapan MPR secara khusus mengatur Garis-garis Besar Haluan Negara maupun ketetapan-ketetapan MPR lainnya.71

Keterlibatan Presiden Abdurrahman Wahid dalam percairan dana Yanatera bulog dan dana bantuan dari sultan Brunnei membuat DPR untuk mengeluarkan Memorandum kepada Presiden untuk mengingatkan Presiden. Akan tetapi memorandum yang dikeluarkan DPR ini diabaikan oleh Presiden, sehingga DPR mengeluarkan memorandum untuk yang kedua kalinya untuk meminta pertanggungjawaban presiden kepada MPR. Kedua memorandum inipun tidak diindahkan oleh presiden karena dianggap tidak konstitusional. Bahkan presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan dekrit sebagai bentuk perlawanan terhadap DPR. Atas dasar inilah, DPR meminta MPR untuk menyelenggarakan Sidang Istimewa dan meminta pertanggujawaban presiden. Seluruh fraksi di MPR sepakat menggelar Sidang Istimewa MPR untuk mengatasi persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Setidaknya ada lima fraksi yang mendukung diselenggarakannya Sidang Istimewa, mereka menyatakan bahwa tidak adanya perubahan sikap dan kinerja presiden Abdurrahman Wahid sejak dikeluarkannya Memorandum I dan II. Presiden dianggap melanggar sumpah jabatan dan meremehkan parlemen. Di samping itu, presiden dinilai tidak serius dalam memberantas KKN bahkan cenderung melawan DPR.72 Atas desakan dari beberapa fraksi, diantaranya F. PDIP, F.

71 Kusnardi, Moh, dan Bintan R. Saragih, 1978, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem Undang-Undang Dasar 1945, PT. Gramedia, Jakarta, hal 20.

72

……”Dari Senayan: Tiada Kompromi, tiada maaf lagi” Tempo, Vol.XXX, No. 9., Edisi 30 April-6 Mei 2001, hal. 22., lihat, “Presiden akan Jawab Memorandum I 29 Maret” dalam, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0103/23/utama/pres01htm.23 Maret 2001.

PG, F. PPP, F. Reformasi, F. PBB, maka Sidang Istimewa MPR untuk dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001.

b. Agenda Utama Sidang Istimewa MPR

Sidang Istimewa yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001, hal ini dilakukan atas desakan beberapa fraksi, seperti F. PDI-P, F. PPP, F. Reformasi dan F, Partai Bulan Bintang. SI MPR dipercepat dengan alasan hari- hari menjelang diselenggarakannya SI MPR Presiden Abdurrahman Wahid masih mengambil langkah-langkah berbahaya yang mengancam keamanan dan keselamatan bangsa serta melanggar haluan negara. Misalnya, tindakan Gus Dur selama ini banyak nyeleneh, masalah pemilihan ketua MA dan kegagalannya menjalankan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertikaian diberbagai daerah seperti di Ambon, Aceh dan Sampit.73

Dipercepatnya Sidang Istimewa ini dengan alasan bahwa apabila kinerja presiden sebelum Sidang Istimewa justru menunjukkan situasi ekonomi dan politik yang memburuk. Dengan asumsi bahwa menjaga keutuhan bangsa dan negara berlandaskan konstitusi lebih utama jika dibandingkan dengan menjaga kepentingan orang per orang atau golongan.74

Berdasarkan hasil votting rapat paripurna DPR menunjukkan mayoritas anggota DPR menginginkan pelaksanaan sidang istimewa. Dari 408 anggota dewan yang mengikuti votting, 365 diantaranya setuju meminta MPR

73

………, “Riskan Desak Gus Dur Mundur”, Suara Karya, edisi. 19 Maret 2001. 74

melaksanakan sidang istimewa setelah presiden dianggap tidak mengindahkan peringatan DPR melalui memorandum.

Langkah MPR menggelar Sidang Istimewa ini dibalas oleh presiden dengan memberlakukan dekrit, tanggal 23 Juli dini hari, tetapi dekrit ini ditolak oleh MPR melalui voting, karena dinilai melanggar haluan negara. Demikian pula fatwa MA menegaskan dekrit itu tidak konstitusional.75Dekrit itu sendiri merupakan tindakan yang kontroversial karena disamping tidak ada dasar konstitusinya, juga tidak efektif sama sekali karena tidak mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan politik yang ada, termasuk TNI dan Polri. Ini berbeda dengan Dekrit 5 Juli 1959 yang mendapat dukungan dari TNI dan Partai politik. 76

Diawali dengan penolakan Presiden atas Memorandum I dan II DPR, SI MPR akhirnya diselenggarakan, untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid. Alasan kedua melakukan percepatan sidang istimewa ini , didasarkan pada kebijakan presiden mengeluarkan Maklumat. Sebelumnya, Presiden telah melakukan langkah- langkah politik untuk melawan lawan- lawan politiknya yaitu dengan mengeluarkan maklumat 28 Mei 2001. Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan maklumat 28 Mei 2001 menimbulkan kemarahan MPR. Sebab menurut UUD 1945, Presiden harus tunduk kepada MPR dan karena itu tidak selayaknyalah presiden membekukan MPR yang merupakan atasannya. Disamping itu, dikeluarkannya maklumat tersebut ada maksud tertentu yang mendasarinya.

75

M. Taufiq “Fatwa MA tentang Dekrit”, Koran Tempo,edisi 24 Juli 2001. 76

Salah satu hal yang melatarbelakangi kebijakan tersebut adalah munculnya anggapan dari presiden bahwa telah terjadi kekacauan pelaksanaan konstitusi. Dalam hal ini terjadi ketidakselarasan antara praktek pelaksanaan ketatanegaraan dengan tatanan politik, masing- masing berjalan sendiri-sendiri.77 Didasarkan pada kedua alasan tersebut akhirnya MPR mempercepat Sidang Istimewa. Terselenggaranya SI MPR ini berarti pula usai sudah kepemimpinan Aburrahman Wahid yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Inti dari bab II, latar belakang Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden Republik Indonesia yang ke- lima, yang pertama ia merupakan tokoh yang memiliki kharisma dan seorang demokrat yang mempunyai banyak pendukung terutama ”wong cilik”. Hal ini tampak pada pemilu 1999 dimana Megawati Soekarnoputri memperoleh suara terbanyak. Selain itu Megawati Soekarnoputri merupakan anak dari Presiden pertama yaitu Soekarno, maka oleh sebagian masyarakat Indonesia percaya bahwa beliau dapat mewarisi mendiang ayahnya sebagai pemimpin bangsa. Latar belakang kedua adalah kondisi dan situasi politik Indonesia yang tidak stabil. Latar belakang kedua adalah pemerintahan Abdurrahman Wahid sudah tidak mendapat dukungan di parlemen terkait kasus Buloggate dan Bruneigate yang berakibat dikeluarkan Memorandum I, II dan Sidang Istimewa sehingga Abdurrahman Wahid di berhentikan sebagai presiden yang keempat dan digantikan oleh wakil presiden Megawati Soekarnoputri.

77

72