• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Landasan Teori

1. Pengertian Pemerintahan

1). Pemerintahan dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang oleh konstitusi negara yang bersangkutan disebut sebagai pemegang

kekuasaan Pemerintahan. Misalnya : di Indonesia di bawah UUD 1945 kekuasaan Pemerintaha n meliputi fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif.

2). Pemerintah dalam arti sempit yaitu lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif saja. Sebagai contoh menurut UUD 1945, Pemerintah adalah Presiden dengan dibantu wakil Presiden dan Menteri-Menteri.13

2. Sistem Pemerintahan

Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan negara. Pemerintah adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum. Pemerintah dan Pemerintahan di sini memiliki suatu perbedaan yaitu pemerintahan lebih menyangkut tugas dan kewenangan sedangkan Pemerintah lebih mengarah pada aparat yang menyelengga rakan tugas dan kewenangan negara tersebut. 14

Yang dimaksud sistem pemerintahan adalah pola pengaturan hubungan antara lembaga negara yang satu dengan yang lainnya, atau

13

Umaruddin Masdar, dkk., 1999, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik, LKIS, Yogyakarta, Hal. 133.

secara sederhana adalah hubungan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif15.

3. Sistem Parlementer dan Sistem Presidensiil

a. Sistem Parlementer

Esensi sistem parlementer adalah pertanggung jawaban badan eksekutif kepada badan legislatif. Pokok utama pembahasan sistem parlementer hanya terbatas pada hubungan badan legislatif dan eksekutif. Badan eksekutif bertanggung jawab kepada badan legislatif, karena eksekutif dibentuk atas persetujuan dan kepercayaan yang diberikan legislatif. Badan eksekutif dalam sistem pemerintahan parlementer merupakan mandataris Parlemen dan setiap waktu mandat yang diberikan dapat dicabut. Pencabutan mandat ini merupakan tindakan terakhir parlemen apabila badan eksekutif tidak dapat memberikan pertanggung jawaban atau pertanggung jawaban tersebut dinilai tidak memuaskan dalam Parlemen16. Ciri-ciri dasar dari sistem parlementer adalah :17

1). Kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dan Perdana Menteri dipilih oleh badan legislatif.

2). Perdana Menteri beserta anggotanya bertanggung jawab kepada Parlemen. Kepala Pemerintah ( Perdana Menteri) merupakan mandataris Parlemen.

15 Rusadi Kantaprawira,1983, Sistem Politik Indonesia Su atu Model Pengantar, Sinar Baru, Bandung, hal. 140.

16

Ibid, hal.141. 17

Arend Liphart,1995, Sistem Pemerintahan Parlemen dan Presidensiil Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta , hal.5.

3). Kabinet dapat bertahan sejauh mendapat dukungan dari Parlemen. Artinya Parlemen menjatuhkan Kabinet apabila dari anggota tidak mendapat dukungan mayoritas dalam DPR.

4). Apabila kebijakannya tidak mendapat dukungan dari Parlemen, Perdana Menteri dapat meminta Presiden membubarkan Parlemen, dan selanjutnya menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk membentuk Parlemen baru.

b. Sistem Presidensiil

Esensi sistem ini adalah tidak me ngenal kewajiban pemegang kekuasaan eksekutif memberi pertanggung jawaban kepada Parlemen, dan masa jabatannya ditentukan secara konstitusi. Badan eksekutif tidak bertanggungjawab kepada Parlemen, karena dibentuk melalui Pemilihan Umum18. Ciri-ciri dasar dari sistem Presidensiil adalah :19

1) Kepala pemerintahan disebut Presiden, dan dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan oleh UUD dan dalam keadaan normal tidak dapat dipaksa untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif.

2) Kepala pemerintahan tidak bertanggungjawab kepada Parlemen karena dipilih melalui Pemilu secara langsung.

3) Memiliki eksekutif nonkolega l (1 orang), eksekutif bersifat tunggal, dimana para menteri hanya pembantu presiden yang setiap saat dapat diberhentikan.

18

Rusadi Kantaprawira, op.cit, hal.143. 19

Jadi yang dimaksud masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri dalam skripsi ini adalah bahwa Megawati Soekarnoputri sebagai Perdana Menteri (Kepala Pemerintahan) sekaligus Kepala Negara.

Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam UUD adalah :20 a. Indonesia

Adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan kekuasaan belaka.

b. Sistem Konstitusi

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan terbatas).

c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada ditangan Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR).

Di samping itu pokok-pokok pikiran dari sistem pemerintahan Indonesia adalah :21

1. Indonesia adalah negara hukum.

2. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh suatu badan yang diberi nama MPR.

3. Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah MPR.

4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

20

C.S.T.Kansil,1990, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta , hal.36. Lihat Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, hal.151.

21

5. Menteri negara adalah pembantu Presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Secara garis besar kekuasaan MPR, Presiden dan DPR berdasarkan UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :

a. MPR

MPR adalah lembaga tertinggi negara, pemegang dan penyelenggara kedaulatan rakyat yang mempunyai kekuasaan tidak terbatas. Majelis terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan golongan. Tugas dan wewenang MPR adalah menetapkan UUD dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sesuai dengan pasal 3 UUD 1945, MPR juga mengangkat dan memberhentikan Presiden dan Wapres sesuai dengan pasal 6 ayat (2) UUD 1945. Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Majelis menyelenggarakan sidang, sekurang-kurangnya satu kali dalam lima tahun. Apabila dipandang perlu, dalam lima tahun itu boleh diadakan sidang lebih dari satu kali yaitu Sidang Istimewa. Persidangan Majelis ada 2 (dua) macam, yaitu (a) Sidang Umum, yang diadakan pada permulaan masa jabatan Majelis, (b) Sidang Istimewa, yang diadakan di luar sidang umum22. Di Indonesia pada masa Presiden Abdurrahman Wahid periode tahun 1999-2004 telah diadakan dua kali sidang oleh Majelis, yaitu Sidang Umum tahun 1999 dan Sidang

22

Istimewa tahun 2001 dengan menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia.

b. Presiden

Presiden menurut UUD 1945 adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam negara sekaligus penyelenggara Pemerintahan negara yang tertinggi.23 Presiden dibantu oleh seorang Wapres dan Menteri-Menterinya. Seperti yang dijelaskan dalam UUD 1945 bahwa Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan, antara lain :24 1) Kekuatan eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan

Undang-undang.

2) Kekuatan administratif yaitu kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan Menteri-Menterinya.

3) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat Undang-undang bersama DPR, membuat Peraturan Pemerintah (PP) dan membuat Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu).

4) Kekuasaan militer yaitu kekuasaan Presiden sebagai Panglima tertinggi ABRI dan kekuasaan untuk menyatakan perang atas persetujuan DPR.

5) Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

6) Kekuasaan diplomatik yaitu kekuasaan untuk mengangkat duta dan konsul serta menerima duta dari negara lain.

23Ibid, Hal. 147.

Perlu diketahui bahwa kekuasaan Presiden dalam sistem parlementer berbeda dengan sistem presidensiil. Dalam sistem pemerintahan parlementer, Presiden berfungsinya sebagai kepala negara. Sedangkan sistem pemerintahan presidensiil, Presiden disamping sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Sistem Presidensiil ini merupakan sistem yang dianut oleh Indonesia25. Sedang kepresidenan merupakan lembaga pemerintahan yang diketuai oleh Presiden.

c. DPR

DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang anggotanya terdiri dari wakil partai yang dipilih melalui Pemilu dan anggota ABRI yang diangkat. Adapun tugas dan wewenang DPR antara lain : 1) Bersama-sama Presiden membuat Undang-undang. 2) Bersama-sama Presiden menetapkan APBN.

3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan Pemerintah.

4) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.

Sedangkan hak- hak yang dimiliki oleh DPR diantaranya :26 1) Mengajukan anggaran.

2) Mengajukan pernyataan pendapat. 3) Mengadakan perubahan atas RUU.

25Ibid, hal. 148. 26Ibid, hal. 149.

4) Mengadakan penyelidikan. 5) Meminta keterangan Presiden

4. Bentuk Negara

a. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif pusat/nasional. Adapun ciri-ciri dari bentuk negara kesatuan antara lain :

1. Tidak ada negara dalam negara.

2. Pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh. 3. Hanya memiliki satu konstitusi.

Penyelenggara ne gara kesatuan ada dua sistemnya, yaitu : 1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

Dalam sistem ini Pemerintah Pusat menjalankan seluruh kekuasaan pemerintahan, sedang daerah-daerah hanya tinggal melaksanakan peraturan dan perintah dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengadakan peraturan sendiri.

2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

Penerapan sistem ini adalah Pemerintah Pusat menyerahkan kekuasaannya kepada Pemerintah daerah, dengan tujuan daerah dapat menentukan dan bertanggung jawab terhadap daerah sendiri, dengan demikian Pemerintah Pusat hanya menentukan

urusan yang bersifat umum dan penting. Daerah-daerah yang mengurus rumah tangganya sendiri disebut daerah otonom.

b. Negara Federal

Negara Federal merupakan gabungan dari beberapa negara bagian, dengan kedaulatan penuh ada pada gabungan dari negara-negara bagian itu. Adapun ciri-ciri dari negara federal adalah sebagai berikut : 1). Ada negara dalam negara.

2). Kedaulatan ekstern berada di tangan pemerintah federal. 3). Kedaulatan intern berada di pemerintah bagian.

4). Terdapat dua macam konstitusi yaitu konstitusi negara federal dan konstitusi negara bagian.

5. Bentuk pemerintahan

Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum. Bentuk pemerintah yang terkenal adalah monarkhi (kerajaan) dan republik. Kerajaan atau monarkhi adalah negara yang dikepalai oleh seorang Raja dan bersifat turun menurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain Raja, kepala negara suatu monarkhi dapat berupa kaisar atau syah. Republik adalah negara dan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk

suatu masa jabatan ( contoh Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun). Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatannya.27

6. Partai Politik

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-cita yang sama28.

Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasa terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil29.

Menurut pendapat R.H.Soltau, partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertugas menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka30.

Menurut pendapat Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang mempunyai pandangan berbeda31.

27 C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 21.

28 Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta,hal.160. 29

Ibid

30Ibid.

Secara garis besar fungsi partai politik adalah :32

a) Sosialisasi Politik yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.

b) Rekruitmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sis tem politik pada umumnya dan pemerintahan khusunya.

c) Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan pelaksanaan keputusan politik.

d) Pemadu Kepentingan yaitu kegiatan me nampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

e) Komunikasi Politik, ialah proses penya mpaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

f) Pengendalian konflik artinya menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

32

g) Kontrol Politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

Sedang fungsi partai politik dalam negara demokrasi antara lain :33 1) Sebagai sarana komunikasi politik.

Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara mereka yang memerintah dengan mereka yang diperintah.

2) Sebagai sarana sosialisasi politik.

Proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi dan nilai dari masyarakat dimana ia berada. Proses itu mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3) Sebagai sarana rekruitmen politik.

Rekruitmen politik adalah proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam partai politik.

4) Sebagai sarana Pengatur konflik.

Negara demokrasi masyarakatnya terbuka. Adanya perbedaan dan persaingan adalah hal yang wajar.

33

Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law adalah sebagai berikut :

a) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak- hak individu, harus menentukan pula cara prosedur untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang terjamin.

b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. c) Pemilihan umum yang bebas.

d) Kebebasan untuk menyatakan pendapat. e) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi. f) Pendidikan kewarganegaran.

Berdasarkan konsep di atas, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan republik dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih oleh rakyat.

Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dengan ciri-ciri tidak ada negara dalam negara, pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh secara intern maup un ekstern, dan hanya memiliki satu konstitusi yaitu UUD 1945.

Sedangkan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensiil yaitu sistem pemerintahan dimana kepala pemerintahan disebut Presiden dan dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan oleh UUD. Kepala pemerintahan (Presiden) dipilih oleh rakyat baik secara langsung atau melalui badan pemilihan. Untuk kabinet yang dijalankan oleh Indonesia adalah kabinet presidensiil. Kabinet presidensiil

adalah kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh Presiden sendiri. Para Menteri tidak bertanggung jawab langsung kepada DPR melainkan Presiden.

Pada masa reformasi, diharapkan dapat membawa perubahan dalam segala hal (politik). Akan tetapi pada era reformasi, Indonesia dihadapkan dalam berbagai macam cobaan, terutama sekali dalam kepemimpinan bangsa (Pemerintah). Hal ini terlihat jelas saat berakhirnya kekuasaan Soeharto, awal pemerintahan B.J.Habibie, Pemerintahan Abdurrahman wahid hingga pemerintahan Megawati soekarnoputri periode tahun 2001-2004. Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita meninjau kembali keadaan politik sebelum Megawati diangkat menjadi Presiden republik Indonesia.

Kondisi politik di tanah air pada awal tahun 1999 hingga tahun 2001 belum juga menampakkan titik terang. Hal ini terlihat dari banyaknya kontroversi-kontroversi yang berakibat hilangnya kredibilitas pemimpin bangsa. Pemerintahan Abdurrahman Wahid ini sangat fenomenal dan penuh dengan kontroversi. Hal ini disebabkan karena Abdurrahman Wahid sering mengambil langkah soliter dan kurang memperdulikan para politisi di DPR. Konflik antara elit politik telah mencapai titik kuliminasi. Hal ini telah mendorong untuk diadakan Sidang Istimewa MPR (SI MPR) sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik elit politik tersebut, karena ini yang konstitusional, dan sangat lebih baik dari pada cara pemaksaan atau dengan kekerasan.

Sidang istimewa MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Proses menuju Sidang istimewa MPR ini penuh dengan kontroversial, dimana terdapat 7 fraksi mendukung diselenggarakannya Sidang istimewa MPR, dua fraksi menolak dan satu fraksi abstain. Alasan diselenggarakannya Sidang istimewa MPR guna meminta pertanggung jawaban Presiden Abdurrahman Wahid, karena dalam waktu tiga bualan Presiden tidak mengindahkan memorandum I dan II. Sebagai bentuk perlawanan terhadap lawan politiknya Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001, yang intinya membekukan MPR-RI dan DPR-RI dan Golkar serta mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pelaksanaan pemilu. Akan tetapi dekrit ini dianggap tidak konstitusional dan tidak sah, karena kedudukan DPR adalah kuat. Presiden tidak bisa membubarkan DPR apalagi MPR. Langkah- langkah yang diambil oleh Presiden justru menambah rasa ketidak percayaan parlemen dan dianggap berbahaya dan melanggar haluan negara.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bahwa MPR adalah lembaga tertinggi negara pemegang kedaulatan rakyat yang kekuasaannya tidak terbatas. Maka Sidang istimewa MPR itu benar-benar digelar. Sidang istimewa MPR ini menghasilkan empat buah ketetapan yaitu sebagai berikut :34

34

1. Sikap MPR Republik Indonesia terhadap Maklumat Presiden Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001 dianggap tidak sah dan bertentangan dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum (Tap MPR No.I/MPR/2001).

2. MPR meminta pertanggung jawaban Presiden, dan penolakan Presiden memberikan pertanggung jawaban dalam Sidang istimewa MPR serta penerbitan Maklumat oleh Presiden tanggal 23 Juli 2001 dianggap melanggar haluan negara (Tap MPR No.II/MPR/2001).

3. Penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI menggantikan KH. Abdurrahman wahid sampai masa jabatan Presiden RI 1999-2004 (Tap MPR No.III/MPR/2001).

4. Pengangkatan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI (Tap MPR No.IV/MPR/2001).

Selain Sidang Istimewa MPR wujud dari reformasi bagi bangsa Indonesia, terbentuknya kabinet gotong royong dibawah duet kepemimpinan Megawati Soekarnoputri–Hamzah Haz pada tanggal 9 Agustus 2001 pada dasarnya merupakan akhir dari rangkaian proses inisial konstitusional politik di Indonesia. Sidang Istimewa MPR 2001 merupakan awal dari institusionalisasi ini telah berlangsung demokratis. Demikian juga Sidang Istimewa MPR 2001 terlaksana secara demokratis dan terbuka sehingga membawa nuansa akuntabilitas yang memadai.

Proses pengangkatan Presiden dan Wapres merupakan agenda Sidang Istimewa MPR 2001, terlihat menyajikan suasana baru bagi pengembangan kultur demokratis Indonesia.

Oleh karena itu, masa depan Indonesia bukan hanya tergantung pada bagaimana duet Megawati-Hamzah Haz menyelesaikan berbagai masalah krisis ekonomi, dan sosial-politik, tetapi juga bagaimana “rezim reformasi” yakni sinergi keseluruhan jajaran pemerintahan baru yang terdiri dari lembaga- lembaga MPR, DPR, Presiden dan Mahkamah Agung melanjutkan proses institusionalisasi reformasi selanjutnya secara optimal.

Untuk itu masalah pokok yang harus segera ditangani oleh duet Megawati-Hamzah Haz adalah mewujudkan proses reformasi politik dan hukum serta mengatasi masalah ekonomi. Indikasi pertama yang menunjukkan komitmen duet kepemimpinan atas masalah tersebut adalah pada profil kabinet yang dibentuk. Kabinet Mega dinilai telah memenuhi harapan publik. Megawati berhasil menyusun kabinet yang kompromistis, dimana kabinetnya mencerminkan adanya campuran antara koalisi partai-partai politik dan profesional maupun militer.

Selain itu terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI yang kelima juga disambut kalangan luas sebagai pemberi harapan bagi rakyat akan masa depan.

Untuk itu ada tiga hal yang penting yang nampaknya harus segera ditindak lanjuti oleh kabinet Megawati Soekarnoputri. Hal penting itu adalah harapan dari rakyat Indonesia. Tiga hal penting tersebut antara lain,

pertama penuntasan kasus dugaan penyelewengan dana non budgeter Bulog Akbar Tanjung dan masalah KKN lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Mega-Hamzah benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan suatu pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab. Kedua adalah menyelesaikan konflik-konflik sosial di Kalimantan Tengah sampai konflik Poso, Aceh, dan Papua (hubungan pusat-daerah), apalagi masalah teroris yang menghantui Indonesia pada saat itu. Hal ini untuk menunjukkan pemerintahan baru benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan hukum yang adil di Indonesia.

Rule of law menjadi bagian yang sangat signifikan bagi pertumbuhan

demokrasi. Ketiga adalah penanganan dalam mengatasi krisis ekonomi. Kebijakan dalam penanganan masalah krisis ekonomi ini secara tidak langsung menambah kredibilitas Pemerintah, bahwa Pemerintah mampu menumbuhkan kesejahteraan bangsanya.

Meski demikian pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati dapat dikatakan tidak berhasil. Dalam pemerintahannya, Megawati banyak mendapat kecaman, Megawati dinilai lamban dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa, terutama dalam konflik Poso, Papua dan kasus terorisme di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan-kritikan yang dilontarkan kepadanya.

Di sisi lain pemerintahan Megawati telah berhasil merencanakan Pemilu 2004 secara langsung. Untuk periode ini Megawati pun mencalonkan diri untuk menjadi Presiden periode 2004-2009. Akan tetapi

Megawati yang kharismatik tapi hemat bicara dan pendiam ini tidak bisa lolos dalam pemilihan Presiden secara langsung tahun 2004. Dan sebagai pemenang Pemilu 2004 sekaligus sebagai pemimpin bangsa ialah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla.