MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
PERIODE TAHUN 2001-2004
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Kristitin Wahyuni
NIM : 031314013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO
“Sesungguhnya Allah t idak akan merubah keadaan
suat u kaum, sehingga mereka harus merubah keadaan
yang ada dalam diri mereka sendiri”
(Q S. 13: 11)
Tingkah laku adalah cermin
dimana set iap orang dapat melihat
wat ak dan kepribadiannya
v
PERSEM BAH AN
Karya kecil ini kupersembahkan teruntuk: Allah SW T, atas limpahan rahmat dan karunianya, Kedua orang tuaku (Bpk. Adisukarjo dan ibu Sunarti),
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Mei 2008
Penulis
vii
ABSTRAK
MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
PERIODE TAHUN 2001-2004
Oleh: Kristitin Wahyuni NIM : 031314013
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan manganalisis: 1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia. 2) Kebijakan-kebijakan Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. 3) Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri terhadap Rakyat Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang meliputi : heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu suatu metode penulisan sejarah yang membutuhkan landasan teori atau kerangka konseptual untuk memecahkan masalah.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai presiden RI yang kelima antara lain: (a) keadaan politik, ekonomi, sosial dan hukum yang tidak stabil.(b) Pemerintahan Abdurrahman Wahid sudah tidak mendapat dukungan di Parlemen terkait dengan kasus Bulloggate dan
Brunneigate yang berakibat dikeluarkan Memorandum I, II dan Sidang Istimewa
viii
ABSTRACT
PRESIDENTIAL ERA OF MEGAWATI SOEKARNOPUTRI IN
2001-2004 PERIOD
By: Kristitin Wahyuni 031314013
This research aims to describe and analyze: 1) the background of the appointment of Megawati Soekarnoputri as the president of the Republic of Indonesia, 2) Her policies while she was the president of the Republic of Indonesia, and 3) The influence of the government ruled by Megawati Soekarnoputri towards the Indonesian people.
The method used in this research was a historical method which includes: heuristic, verification, interpretation, and historiography, whereas the writing method used is a descriptive analysis, a method of history writing that needs theoretical base or conceptual framework to solve the problem.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Masa Kepresidenan Megawati Soekarnoputri Periode tahun 2001-2004”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dekan FKIP Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan kepada
penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.
3. Bapak Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H., selaku pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran dan perhatian membimbing, serta memberi banyak saran, masukan, dan
pemikiran.
4. Bapak. Drs. Sutarjo Adisus ilo, J.R., S.Th. selaku pembimbing II yang dengan
kesabaran dan perhatian membimbing dan mengarahkan serta memberi banyak
sara, masukan dan pemikiran.
5. Ibu. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan
x
6. Seluruh dosen Program Studi Sejarah dan pihak sekretariat Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan dukungan dalam penulisan ini khususnya, dan dukungan
serta bimbingan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas
Sanata Dharma.
7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan sumber sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua penulis Bapak Adi Sukarjo dan Ibu Sunarti, yang telah
memberikan dorongan spiritual maupun material sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma, serta Mbak Krist, Mas
Mul, Mas Pranto, Yudhi, Andi dan keponakanku Iyas, Amalia, Irfan tercinta
terima kasih untuk dukungannya..
9. Semua teman-teman Pendidikan Sejarah Angkatan 2003, 2002, sahabatku, Nova,
Yayuk, Tata, Dina, Yuditha, Kristien, Lusi, Siska, Icha, Ika, Budi, Feri, Githa,
Dwi, Ari, MasNjoo, atas curhat-curhatnya dan bantuannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian
pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAM MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penulisan... 7
D. Manfaat Penulisan... 8
E. Kajian Pustaka ... 8
F. Landasan Teori ... 12
G. Hipotesis ... 30
H. Metode dan Pendekatan ... 31
I. Sistematika Penulisan ... 38
BAB II LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DIANGKAT SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2004 A. Biografi Megawati Soekarnoputri ... 39
1. Masa Kecil Megawati Soekarnoputri ... 39
xiii
3. Megawati Soekarnoputri Sebagai Wakil Presiden
RI Periode Tahun 1999-2001 ... 48
B. Latar Belakang Megawati Soekarnoputri Diangkat Menjadi Presiden ... 52
1. Situasi Politik Indonesia ... 52
2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid Yang Dirundung Masalah ... 60
3. Jalannya Politik Sidang Istimewa MPR 2001 ... 64
BAB III KEBIJAKAN-KEBIJAKAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI SELAMA MENJABAT PRESIDEN ... 71
A. Kebijakan Dibidang Politik ... 71
1. Persatuan dan Kesatuan ... 75
2. Ideologi ... 83
3. Partai ... 85
4. Keamanan ... 88
B. Kebijakan Dibidang Ekonomi ... 92
C. Kebijakan Dibidang Sosial ... 103
D. Kebijakan Dibidang Pemberantasan Korupsi ... 110
E. Kebijakan Dibidang Hukum ... 113
BAB IV PENGARUH PEMERINTAHAN YANG DIJALANKAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI SELAMA MENJABAT PRESIDEN TERHADAP RAKYAT INDONESIA ... 119
A. Indonesia Awal Pemerintahan Megawati Soekarnoputri... 119
B. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Bagi Indonesia ... 124
xiv
2. Pengaruh Pemerintahan Megawati
Soekarnoputri Dibidang Ekonomi ... 131
3. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Dibidang Sosial ... 136
4. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekaroputri Dibidang Korupsi ... 138
5. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Dibidang Hukum ... 141
BAB V PENUTUP ... 146
DAFTAR PUSTAKA ... 150
LAMPIRAN ... 161
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Foto Megawati Soekarnoputri ... 161
Lampiran 2: Perjajian Damai Maluku di Malino ... 162
Lampiran 3: Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 163
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dyah Permata Megawati Setyowati Soekarnoputri merupakan nama lengkap
Megawati Soekarnoputri atau lebih dikenal dengan nama Mbak Mega. Megawati
dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 19471. Megawati Soekarnoputri
merupakan anak kedua Bung Karno, Presiden pertama Indonesia sehingga tidak
asing lagi bagi rakyat Indonesia. Karier politiknya dimulai pada tahun 1987
sebagai seorang ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Kemudian namanya dipasang
sebagai calon anggota DPR dari PDI, dan menjadi anggota DPR pada tahun
19882.
Dalam PDI, Megawati merupakan orang yang tergolong baru dan sebagai
orang baru, karier politik Megawati perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal
ini dibuktikan dengan terpilihnya Megawati sebagai pemimpin PDI periode
1993-1998, sebagai wakil presiden Republik Indonesia periode tahun 1999-2001 dan
akhirnya menjadi presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.
Megawati Soekarnoputri juga ikiut terlibat dalam dialog nasional, yang
mana terselenggaranya dialog nasional ini memberi pengaruh yang sangat besar
bagi politik Indonesia. Dialog nasional tersebut dipelopori oleh Abdurrahman
Wahid yang dikenal dengan sebutan Dialog Ciganjur, karena memang dialog
1 Sumarmo,2001, Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara, PT. Rumpun Dian Nugraha, Depok,hal.1.Baca juga Rusdi Muchtar, dkk.,2002, Megawati
Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia, PT Rumpun Dian Nugraha,Depok, hal. 2. 2
tersebut diselenggarakan di kediaman Abdurrahman Wahid di Ciganjur pada
tanggal 10 November 1998. Bersama dengan para mahasiswa Forum Komunikasi
Senat Mahasiswa Jakarta, hadir pula empat tokoh reformis yaitu Amien Rais, Sri
Sultan Hamengkubuwono X, Abdurrahman Wahid dan Megawati sendiri. Tujuan
diselenggarakan dialog nasional adalah sebagai upaya untuk menyamakan visi dan
pola pikir dalam menyikapi berbagai persoalan yang muncul, selain itu dialog
nasional juga dapat diteruskan sebagai upaya mengkaji semua permasalahan yang
sedang berlangsung.
Pada dasarnya salah satu tujuan dari reformasi adalah mewujudkan negara
yang demokratis. Tidak ada cara lain dalam mewujudkan demokrasi kecuali
melalui perundingan yang menghasilkan kompromi atau perjanjian, pemilihan
umum serta penyelesaian perbedaan tanpa kekerasan. Melalui dialog diharapkan
dapat dihasilkan gagasan-gagasan besar yang bermanfaat untuk menyelesaikan
krisis yang melanda bangsa dan negara ini. Kini satu-satunya jalur formal yang
menjadi harapan bangsa untuk memperoleh suatu pemerintahan “legitimate”
dalam usaha mengatasi krisis bertumpu pada pemilu 1999. Namun jika pemilu
1999 gagal, bencana mungkin saja akan kembali menimpa Indonesia, kecuali jika
seluruh komponen bangsa sepakat untuk memilih dialog nasional sebagai cara
untuk mengatasi konflik dan menentukan pilihan-pilihan terbaik bagi masa
depan3.
Sebelum Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden Republik
Indonesia menggantikan Abdurrahman Wahid, beliau menjadi wakil presiden
3
dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid. Selama kekuasaannya Abdurrahman
Wahid dinilai gagal dalam menjalankan pemerintahan persatuan nasionalnya.
Abdurrahman Wahid dinilai gagal karena beberapa faktor antara lain
Abdurrahman Wahid pada masa pemerintahannya melakukan pemecatan anggota
kabinetnya secara sepihak tanpa sepengetahuan wakil presiden Megawati, terkuak
kasus Bullogate dan Bruneigate yang secara tidak langsung melibatkan
Abdurrahman Wahid. Kasus ini menimbulkan memorandum I dan II4 yang tidak
diperhatikan oleh Abdurrahman Wahid akhirnya DPR meminta
pertanggungjawaban Presiden5. Abdurrahman Wahid akhirnya kehilangan
jabatannya sebagai Presiden keempat Republik Indonesia setelah dirinya menolak
memberikan pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa MPR. SI MPR yang
akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal
21-26 Juli 2001. Sebagai bentuk perlawanan terhadap DPR, Presiden
Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit, antara lain berisi: (1) membekukan
MPR-RI dan DPR-RI; (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan
mengambil tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu satu tahun. Akan tetapi dekrit
ini ditolak oleh MPR melalui voting, karena dinilai justru melanggar haluan
negara. Fatwa MA juga menegaskan dekrit itu tidak konstitusional, dimana
4 Memorandum I disampaikan DPR kepada Presiden Wahid pada tanggal 1 Februari 2001 karen Presiden dinilai telah melanggar pasal 9 UUD 1945 dan ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam kaitannya dengan kasus dugaan keterlibatannya dalam pencairan dana Yanatera Bulog dan bantuan Sultan Brunei Darusalam yang dikenal dengan istilah “ Bullogate” dan “Bruneigate”. Memorandum II disampaikan 30 April 2001, dengan tanpa persetujuan Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi PDKB sedangkan Fraksi TNI-Polri abstain, DPR memutuskan meminta MPR untuk mengadakan Sidang Istimewa.
5
kedudukan DPR dan MPR sangat kuat dan tidak dapat dibubarkan oleh Presiden,
pembentukan badan guna menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun
adalah kewenangan MPR. Ini didasarkan pada Tap MPR No. XIV/MPR/1998
tentang Pemilihan Umum. Karena beberapa faktor tersebut maka Aburrahman
Wahid diberhentikan dari jabatan Presiden melalui SI MPR, kemudian MPR
mengangkat wakil presiden Megawati Soekarnoputri menjadi presiden Republik
Indonesia kelima, masyarakat Indonesia banyak berharap kepemimpinan
Megawati dapat memberikan perubahan bagi kondisi Indonesia.
Terpilihnya Megawati Soekarnoputri ini disambut kalangan luas terutama
“wong cilik” yang sejak pemilu 1999 diharapkan memenangkan kursi
kepresidenan, sebagai pemberi harapan bagi rakyat masa depan. Diangkatnya
orang nomor satu PDI perjuangan ini juga memberi harapan banyak pihak untuk
membela wong cilik dan menegakkan keadilan6, bahkan oleh para pendukungnya
yang sebagian besar dari kalangan biasa atau “wong cilik” Megawati dimitoskan
sebagai “Ratu Adil”.
Terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden memberikan suasana
baru untuk tercapainya suatu reformasi Indonesia. Hal ini terbukti bahwa
terbentuknya kabinet gotong royong di bawah duet kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri dengan Hamzah Haz pada tanggal 9 Agustus 2001.
Terselenggaranya Sidang Istimewa MPR adalah bukti kecilnya dukungan politik
kepada Presiden, dan kega galannya mencari kompromi politik7. Di samping itu
sejumlah perubahan mendasar dalam setting politik dan ketatanegaraan Indonesia
6
Ibid, hal. 161. 7
telah dihasilkan oleh Sidang Istimewa MPR 2001. Salah satunya yaitu
penyempurnaan UUD 1945 dan Tap-Tap MPR hasil sidang tahunan bulan
Agustus 2000. Penyempurnaan UUD 1945 ini berkaitan dengan kedudukan dan
hubungan tata kerja antar lembaga penyelenggara negara secara seimbang
sehingga dapat diwujudkan mekanisme cheks and balances secara benar8.
Lembaga perwakilan rakyat (DPR) yang mempunyai peran penting dalam
penyempurnaan tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga permusyawaratan rakyat
(MPR), sebab selain MPR pembawa amanat dengan pengemban aspirasi rakyat,
DPR sendiri merupakan bagian dari kekuatan lembaga legislatif sendiri. Gagasan
penyempurnaan UUD 1945 ini muncul tidak jelas dan tegasnya aturan hukum
yang diberlakukan untuk menilai kebijakan lembaga-lembaga penyelenggara
negara, termasuk Presiden.
Namun demikian, Pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati
Soekarnoputri tidak mendatangkan hasil yang optimal dan maksimal. Banyak
sekali kecaman-kecaman yang datang dan dilontarkan kepada Megawati
Soekarnoputri pada waktu itu. Hal ini disebabkan karena Megawati Soekarnoputri
lebih banyak mengambil sikap tidak banyak bicara, dan sangat berhati- hati dalam
proses stabilisasi politik sehingga berdampak terjadinya kelambanan politik9.
Faktor kedua bahwa Rezim Megawati hanya pandai memproduksi kata-kata
8 M.Djadijono, “SI-MPR 2001 : Pemerintahan Baru, Program Kerja dan Prospeknya”, Analisa
CSIS, Tahun XXX/2001, No.3. 9
progresif, baik dalam pidato rezim atau bukan dan ditambah dengan peraturan
yang dibuat bersama DPR, atau bahkan lewat Ketetapan MPR10.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
waktu itu kurang memiliki kepekaan terhadap persoalan masyarakat dan bangsa
yang memerlukan penanganan serius. Megawati Soekarnoputri lebih mengambil
sikap “diam” dan kurang inisiatif. Yang terjadi pada waktu itu membanjirnya
kritik dari berbagai media terhadap kebijakan pemerintah dan juga “diamnya”
Megawati Soekarnoputri. Secara tidak langsung media massa dapat menjadi alat
komunikasi antara pemerintahan Megawati dengan masyarakat.
“Diamnya” Megawati bukan berarti beliau tidak bekerja. Beliau pasti
mengkomunikasikan pelbagai program dengan para stafnya atas persoalan bangsa
dan negara serta mengaplikasikan program tersebut dalam tindakan nyata.
Tentunya kerja keras beliau beserta staf tidak hanya untuk memperbaiki kondisi
masyarakat dan bangsa, tetapi juga unt uk meningkatkan citra pemerintahannya
agar mendapat trust (kepercayaan) dari masyarakat. Tanpa adanya trust
kredibilitas pemerintahan akan merosot dimata masyarakat. Dan kondisi ini akan
menghambat jalannya pemerintahan11. Dengan semakin menebalnya trust
terhadap pemerintahannya bisa saja Mega mempunyai peluang besar untuk
terpilih kembali sebagai Presiden tahun 2004.
10 Indra J.Piliang,2001,” Rezim Megawati : Progresif Dalam Aturan, Permisif Dalam Perbuatan”,
Analisa CSIS, Tahun XXX/2001, No.4. 11
B. Perumusan masalah
1. Apa yang melatarbelakangi Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai
Presiden Republik Indonesia Periode tahun 2001-2004 ?
2. Kebijakan-kebijakan apa yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri
selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati
Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia
yang kelima terhadap rakyat Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan dari penulisan ini dapat dilihat
melalui dua aspek yang berbeda yaitu tujuan secara khusus dan tujuan secara
umum. Adapun tujuan secara khusus dan umum dari penulisan ini adalah :
1. Mendeskripsikan latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat
menjadi Presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.
2. Mendeskripsikan kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh Megawati
Soekarnoputri periode tahun 2001-2004.
3. Mendeskripsikan pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati
Soekarnoputri selama menjabat sebagai presiden Republik Indonesia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya karya
ilmiah tentang studi sejarah politik, terutama Indonesia.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan.
Penulisan ini akan menambah pengetahuan baru dalam dunia ilmu
pengetahuan mengenai sejarah politik di Indonesia pada masa presiden
Megawati Soekarnoputri.
E. Kajian Pustaka
Dalam penulisan sejarah ada dua sumber yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer merupakan sumber yang berasal dari kesaksian para
saksi mata atau para pelaku peristiwa itu sendiri. Sumber sekunder adalah sumber
yang berasal dari orang bukan saksi mata atau tidak secara langsung menyaksikan
peristiwa itu sendiri tetapi merupakan hasil karya dan kesaksian dari orang lain12.
Penulisan ini lebih pada penulisan studi pustaka. Sumber-sumber yang
digunakan untuk menunjang penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :
1. Sumber Primer
Bendera Sudah Saya Kibarkan : Pokok -Pokok Pikiran Megawati
Soekarnoputri, karya Megawati Soekarnoputri yang diterbitkan oleh penerbit
Pustaka Sinar Harapan Jakarta, tahun 1996. Buku ini berisi tentang pokok-pokok
12
Louis Gottchlak, 1969, Mengerti Sejarah, UII Press, Jakarta, hal.30. Lihat juga
pikiran Megawati Soekarnoputri yang membicarakan tentang kepentingan rakyat
banyak dan demokratisasi. Buku ini dikategorikan sebagai sumber primer yang
menunjang dalam penulisan skripsi ini, karena buku tersebut ditulis oleh
Megawati Soekarnnooputri sendiri.
Pidato Presiden Republik Indonesia pada sidang tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat RI, pada tanggal 1 November 2001 di Jakarta yang
terdapat pada situs internet http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/sidth- ind.htm.
Pidato ini berisi tentang serangkaian agenda kegiatan sepanjang tahun 2001
beserta implikasinya. Pidato presiden ini digunakan untuk membahas dan
melengkapi pada bab II dan bab-bab selanjutnya.
Pidato Presiden Republik Indonesia pada Sidang tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat RI, pada tanggal 1 Agustus 2003 di Jakarta yang
terdapat pada situs internet http://www.google.co.id/search?q=pidato
+presiden&hl=id&lr=&start=60&sa=N. Pidato ini berisi tentang serangkaian
amandemen UUD 1945 terutama mengenai ketatanegaraan dan sistem
pemerintahan negara.
Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dan Keterangan
Pemerintah atas RUU Tentang RAPBN tahun 2003 serta Nota Keuangannya di
depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat RI pada tanggal 16 Agustus 2002, yang
terdapat pada situs internet
http://www.setneg.ri.go.id/pidato/pid_Indonesia-1702.htm. Pidato ini dibuat untuk mengurangi hutang dalam negeri dan
mendorong kegiatan sektor riil dan membuka lapangan kerja setelah stabilitas
Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dan Keterangan Pemerintah
atas RUU Tentang RAPBN tahun 2004 serta Nota Keuangan di depan sidang
Dewan Perwakilan Rakyat RI, pada tanggal 15 Agustus 2003 di Jakarta, yang
terdapat pada situs internet http://www.Indonesia.nl/ articles . php ?rank = 3 &
art_cat_id=8 Pidato ini berisi tentang Rancangan Undang- undang tentang
RAPBN 2004 dan rencana penggunaan anggaran pembangunan di beberapa sektor
antara lain pendidikan, kesehatan, pangan, pemukiman, sarana dan prasarana
ekonomi dengan upaya untuk perbaikan peringkat indeks pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) serta pertahanan dan keamanan.
2. Sumber Sekunder
Biografi politik Megawati Soekarnoputri 1993-1996, Buku ini ditulis oleh
Ahmad Bahar pada tahun 1996 yang diterbitkan oleh PT.Pena Cendekia
Yogyakarta. Buku ini berisi tentang gambaran kehidupan politik Megawati
Soekarnoputri, hambatan dan tantangan Megawati sebagai Ketua Umum PDI pada
tahun 1993-1996.
Megawati dalam Babar Sejarah Pemimpin Perempuan Indonesia, Buku ini
ditulis oleh Soedjono Dirdjosisworo pada tahun 1999 yang diterbitkan oleh CV.
Mandar Maju Bandung. Buku ini berisi tentang babar sejarah pemimpin
perempuan di Indonesia yaitu Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin sebuah
partai politik besar yaitu PDI Perjuangan.
Megawati Soekarnoputri Harapan dan Tantangan di Kursi Wapres R.I.,
Rineka Cipta Jakarta. Buku ini berisi tentang harapan dan tantangan Mega dikursi
wakil presiden pasca SU MPR 1999 dan masa depan karier politik Mega.
Saat terindah dalam Hidup Megawati Soekarnoputri, Buku ini ditulis oleh
Ki Sukanyata yang diterbitkan oleh penerbit Totalitas Tangerang. Buku ini berisi
tentang pemaparan watak politik Megawati Soekarnoputri yang tidak terlepas dari
sifatnya yang selalu diam.
Megawati Membangun Negeri,yang diterbitkan oleh Komunitas Peduli
Komunikasi Jakarta. Buku ini berisi tentang rekonstruksi yang telah dilakukan
pemerintahan Megawati Soekarnoputri, selama tiga tahun pemerintahannya.
Megawati Soekarnoputri : Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara,
Buku ini ditulis oleh Sumarno pada tahun 2001yang diterbitkan oleh PT. Rumpun
Dian Nugraha Depok. Buku ini berisi tentang perjalanan politik Megawati
Soekarnoputri yang pada mulanya hanya lah seorang ibu rumah tangga biasa yang
sepi dari publikasi dan hingar bbingar politik, kemudian terjun dalam dunia politik
dan mengalami penindasan politik Rezim Orde Baru (Orba ). Atas kemenangan
dalam pemilu 1999 telah menganntarkannya menjadi wakil presiden dan akhirnya
menggantikan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) sebagai Presiden Republik
Indonesia yang kelima.
Megawati Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia, karya Rusdi
Muchtar, dkk yang diterbitkan oleh PT. Rumpun Dian Nugraha Depok tahun
2002. Buku ini berisi tentang perjalanan Megawati Soekarnoputri dalam karier
F. Landasan Teori
1. Pengertian Pemerintahan
1). Pemerintahan dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang oleh
konstitusi negara yang bersangkutan disebut sebagai pemegang
kekuasaan Pemerintahan. Misalnya : di Indonesia di bawah UUD 1945
kekuasaan Pemerintaha n meliputi fungsi legislatif, eksekutif dan
yudikatif.
2). Pemerintah dalam arti sempit yaitu lembaga negara yang memegang
kekuasaan eksekutif saja. Sebagai contoh menurut UUD 1945,
Pemerintah adalah Presiden dengan dibantu wakil Presiden dan
Menteri-Menteri.13
2. Sistem Pemerintahan
Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas
menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan
negara. Pemerintah adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum.
Pemerintah dan Pemerintahan di sini memiliki suatu perbedaan yaitu
pemerintahan lebih menyangkut tugas dan kewenangan sedangkan
Pemerintah lebih mengarah pada aparat yang menyelengga rakan tugas dan
kewenangan negara tersebut. 14
Yang dimaksud sistem pemerintahan adalah pola pengaturan
hubungan antara lembaga negara yang satu dengan yang lainnya, atau
13
Umaruddin Masdar, dkk., 1999, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik, LKIS, Yogyakarta, Hal. 133.
secara sederhana adalah hubungan antara legislatif, eksekutif, dan
yudikatif15.
3. Sistem Parlementer dan Sistem Presidensiil
a. Sistem Parlementer
Esensi sistem parlementer adalah pertanggung jawaban badan
eksekutif kepada badan legislatif. Pokok utama pembahasan sistem
parlementer hanya terbatas pada hubungan badan legislatif dan eksekutif.
Badan eksekutif bertanggung jawab kepada badan legislatif, karena
eksekutif dibentuk atas persetujuan dan kepercayaan yang diberikan
legislatif. Badan eksekutif dalam sistem pemerintahan parlementer
merupakan mandataris Parlemen dan setiap waktu mandat yang diberikan
dapat dicabut. Pencabutan mandat ini merupakan tindakan terakhir
parlemen apabila badan eksekutif tidak dapat memberikan pertanggung
jawaban atau pertanggung jawaban tersebut dinilai tidak memuaskan
dalam Parlemen16. Ciri-ciri dasar dari sistem parlementer adalah :17
1). Kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dan Perdana
Menteri dipilih oleh badan legislatif.
2). Perdana Menteri beserta anggotanya bertanggung jawab kepada
Parlemen. Kepala Pemerintah ( Perdana Menteri) merupakan
mandataris Parlemen.
15 Rusadi Kantaprawira,1983, Sistem Politik Indonesia Su atu Model Pengantar, Sinar Baru, Bandung, hal. 140.
16
Ibid, hal.141. 17
3). Kabinet dapat bertahan sejauh mendapat dukungan dari Parlemen.
Artinya Parlemen menjatuhkan Kabinet apabila dari anggota tidak
mendapat dukungan mayoritas dalam DPR.
4). Apabila kebijakannya tidak mendapat dukungan dari Parlemen,
Perdana Menteri dapat meminta Presiden membubarkan Parlemen,
dan selanjutnya menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk
membentuk Parlemen baru.
b. Sistem Presidensiil
Esensi sistem ini adalah tidak me ngenal kewajiban pemegang
kekuasaan eksekutif memberi pertanggung jawaban kepada Parlemen, dan
masa jabatannya ditentukan secara konstitusi. Badan eksekutif tidak
bertanggungjawab kepada Parlemen, karena dibentuk melalui Pemilihan
Umum18. Ciri-ciri dasar dari sistem Presidensiil adalah :19
1) Kepala pemerintahan disebut Presiden, dan dipilih untuk masa
jabatan yang ditentukan oleh UUD dan dalam keadaan normal tidak
dapat dipaksa untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif.
2) Kepala pemerintahan tidak bertanggungjawab kepada Parlemen
karena dipilih melalui Pemilu secara langsung.
3) Memiliki eksekutif nonkolega l (1 orang), eksekutif bersifat tunggal,
dimana para menteri hanya pembantu presiden yang setiap saat dapat
diberhentikan.
18
Rusadi Kantaprawira, op.cit, hal.143. 19
Jadi yang dimaksud masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri
dalam skripsi ini adalah bahwa Megawati Soekarnoputri sebagai Perdana
Menteri (Kepala Pemerintahan) sekaligus Kepala Negara.
Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam UUD adalah :20
a. Indonesia
Adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), negara
Indonesia berdasarkan atas hukum bukan kekuasaan belaka.
b. Sistem Konstitusi
Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan terbatas).
c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada ditangan Majelis
Permusyawaratan rakyat (MPR).
Di samping itu pokok-pokok pikiran dari sistem pemerintahan
Indonesia adalah :21
1. Indonesia adalah negara hukum.
2. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh suatu badan
yang diberi nama MPR.
3. Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan negara yang
tertinggi di bawah MPR.
4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
20
C.S.T.Kansil,1990, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta , hal.36. Lihat Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, hal.151.
21
5. Menteri negara adalah pembantu Presiden dan tidak bertanggung
jawab kepada DPR.
6. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Secara garis besar kekuasaan MPR, Presiden dan DPR berdasarkan
UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :
a. MPR
MPR adalah lembaga tertinggi negara, pemegang dan
penyelenggara kedaulatan rakyat yang mempunyai kekuasaan tidak
terbatas. Majelis terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan
daerah dan golongan. Tugas dan wewenang MPR adalah menetapkan
UUD dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sesuai dengan
pasal 3 UUD 1945, MPR juga mengangkat dan memberhentikan
Presiden dan Wapres sesuai dengan pasal 6 ayat (2) UUD 1945.
Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Majelis
menyelenggarakan sidang, sekurang-kurangnya satu kali dalam lima
tahun. Apabila dipandang perlu, dalam lima tahun itu boleh diadakan
sidang lebih dari satu kali yaitu Sidang Istimewa. Persidangan
Majelis ada 2 (dua) macam, yaitu (a) Sidang Umum, yang diadakan
pada permulaan masa jabatan Majelis, (b) Sidang Istimewa, yang
diadakan di luar sidang umum22. Di Indonesia pada masa Presiden
Abdurrahman Wahid periode tahun 1999-2004 telah diadakan dua
kali sidang oleh Majelis, yaitu Sidang Umum tahun 1999 dan Sidang
22
Istimewa tahun 2001 dengan menetapkan Megawati Soekarnoputri
sebagai Presiden Indonesia.
b. Presiden
Presiden menurut UUD 1945 adalah kepala kekuasaan
eksekutif dalam negara sekaligus penyelenggara Pemerintahan
negara yang tertinggi.23 Presiden dibantu oleh seorang Wapres dan
Menteri-Menterinya. Seperti yang dijelaskan dalam UUD 1945
bahwa Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan, antara lain :24
1) Kekuatan eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan
Undang-undang.
2) Kekuatan administratif yaitu kekuasaan untuk mengangkat dan
memberhentikan Menteri-Menterinya.
3) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat
Undang-undang bersama DPR, membuat Peraturan Pemerintah (PP) dan
membuat Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu).
4) Kekuasaan militer yaitu kekuasaan Presiden sebagai Panglima
tertinggi ABRI dan kekuasaan untuk menyatakan perang atas
persetujuan DPR.
5) Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk memberikan grasi,
amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
6) Kekuasaan diplomatik yaitu kekuasaan untuk mengangkat duta
dan konsul serta menerima duta dari negara lain.
Perlu diketahui bahwa kekuasaan Presiden dalam sistem
parlementer berbeda dengan sistem presidensiil. Dalam sistem
pemerintahan parlementer, Presiden berfungsinya sebagai kepala
negara. Sedangkan sistem pemerintahan presidensiil, Presiden
disamping sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan.
Sistem Presidensiil ini merupakan sistem yang dianut oleh
Indonesia25. Sedang kepresidenan merupakan lembaga pemerintahan
yang diketuai oleh Presiden.
c. DPR
DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang anggotanya terdiri
dari wakil partai yang dipilih melalui Pemilu dan anggota ABRI
yang diangkat. Adapun tugas dan wewenang DPR antara lain :
1) Bersama-sama Presiden membuat Undang-undang.
2) Bersama-sama Presiden menetapkan APBN.
3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN,
dan kebijakan Pemerintah.
4) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat.
Sedangkan hak- hak yang dimiliki oleh DPR diantaranya :26
1) Mengajukan anggaran.
2) Mengajukan pernyataan pendapat.
3) Mengadakan perubahan atas RUU.
25Ibid,
hal. 148. 26Ibid,
4) Mengadakan penyelidikan.
5) Meminta keterangan Presiden
4. Bentuk Negara
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang legislatif
tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif pusat/nasional. Adapun
ciri-ciri dari bentuk negara kesatuan antara lain :
1. Tidak ada negara dalam negara.
2. Pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh.
3. Hanya memiliki satu konstitusi.
Penyelenggara ne gara kesatuan ada dua sistemnya, yaitu :
1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam sistem ini Pemerintah Pusat menjalankan seluruh
kekuasaan pemerintahan, sedang daerah-daerah hanya tinggal
melaksanakan peraturan dan perintah dari pemerintah pusat.
Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengadakan
peraturan sendiri.
2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Penerapan sistem ini adalah Pemerintah Pusat menyerahkan
kekuasaannya kepada Pemerintah daerah, dengan tujuan daerah
dapat menentukan dan bertanggung jawab terhadap daerah
urusan yang bersifat umum dan penting. Daerah-daerah yang
mengurus rumah tangganya sendiri disebut daerah otonom.
b. Negara Federal
Negara Federal merupakan gabungan dari beberapa negara bagian,
dengan kedaulatan penuh ada pada gabungan dari negara-negara
bagian itu. Adapun ciri-ciri dari negara federal adalah sebagai berikut :
1). Ada negara dalam negara.
2). Kedaulatan ekstern berada di tangan pemerintah federal.
3). Kedaulatan intern berada di pemerintah bagian.
4). Terdapat dua macam konstitusi yaitu konstitusi negara federal dan
konstitusi negara bagian.
5. Bentuk pemerintahan
Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas
menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan
negara. Pemerintahan adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum.
Bentuk pemerintah yang terkenal adalah monarkhi (kerajaan) dan republik.
Kerajaan atau monarkhi adalah negara yang dikepalai oleh seorang Raja
dan bersifat turun menurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain Raja,
kepala negara suatu monarkhi dapat berupa kaisar atau syah. Republik
adalah negara dan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang
suatu masa jabatan ( contoh Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun).
Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatannya.27
6. Partai Politik
Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir
yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-cita
yang sama28.
Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia
yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasa terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil29.
Menurut pendapat R.H.Soltau, partai politik adalah sekelompok
warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai
suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih bertugas menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka30.
Menurut pendapat Sigmund Neumann, partai politik adalah
organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang mempunyai
pandangan berbeda31.
27 C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 21.
28 Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta,hal.160. 29
Ibid
30Ibid . 31Ibid.
Secara garis besar fungsi partai politik adalah :32
a) Sosialisasi Politik yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi
politik para anggota masyarakat.
b) Rekruitmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sis tem politik pada umumnya dan
pemerintahan khusunya.
c) Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan
umum dan pelaksanaan keputusan politik.
d) Pemadu Kepentingan yaitu kegiatan me nampung, menganalisis dan
memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan
bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian
diperjuangkan dalam proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan
politik.
e) Komunikasi Politik, ialah proses penya mpaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat
kepada pemerintah.
f) Pengendalian konflik artinya menampung dan memadukan berbagai
aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan
membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan
rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.
32
g) Kontrol Politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan,
kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam
pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah.
Sedang fungsi partai politik dalam negara demokrasi antara lain :33
1) Sebagai sarana komunikasi politik.
Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah artinya berjalan
dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam
arus ini adalah sebagai jembatan antara mereka yang memerintah
dengan mereka yang diperintah.
2) Sebagai sarana sosialisasi politik.
Proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi dan nilai
dari masyarakat dimana ia berada. Proses itu mencakup proses
dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
3) Sebagai sarana rekruitmen politik.
Rekruitmen politik adalah proses dimana partai mencari anggota
baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam
partai politik.
4) Sebagai sarana Pengatur konflik.
Negara demokrasi masyarakatnya terbuka. Adanya perbedaan dan
persaingan adalah hal yang wajar.
33
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang
demokratis di bawah rule of law adalah sebagai berikut :
a) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain
menjamin hak- hak individu, harus menentukan pula cara prosedur
untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang terjamin.
b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c) Pemilihan umum yang bebas.
d) Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
e) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi.
f) Pendidikan kewarganegaran.
Berdasarkan konsep di atas, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan
republik dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai
kepala negara yang dipilih oleh rakyat.
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dengan ciri-ciri tidak ada
negara dalam negara, pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh secara
intern maup un ekstern, dan hanya memiliki satu konstitusi yaitu UUD
1945.
Sedangkan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia adalah sistem
pemerintahan presidensiil yaitu sistem pemerintahan dimana kepala
pemerintahan disebut Presiden dan dipilih untuk masa jabatan yang
ditentukan oleh UUD. Kepala pemerintahan (Presiden) dipilih oleh rakyat
baik secara langsung atau melalui badan pemilihan. Untuk kabinet yang
adalah kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah
dipegang oleh Presiden sendiri. Para Menteri tidak bertanggung jawab
langsung kepada DPR melainkan Presiden.
Pada masa reformasi, diharapkan dapat membawa perubahan dalam
segala hal (politik). Akan tetapi pada era reformasi, Indonesia dihadapkan
dalam berbagai macam cobaan, terutama sekali dalam kepemimpinan
bangsa (Pemerintah). Hal ini terlihat jelas saat berakhirnya kekuasaan
Soeharto, awal pemerintahan B.J.Habibie, Pemerintahan Abdurrahman
wahid hingga pemerintahan Megawati soekarnoputri periode tahun
2001-2004. Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita meninjau kembali
keadaan politik sebelum Megawati diangkat menjadi Presiden republik
Indonesia.
Kondisi politik di tanah air pada awal tahun 1999 hingga tahun 2001
belum juga menampakkan titik terang. Hal ini terlihat dari banyaknya
kontroversi-kontroversi yang berakibat hilangnya kredibilitas pemimpin
bangsa. Pemerintahan Abdurrahman Wahid ini sangat fenomenal dan
penuh dengan kontroversi. Hal ini disebabkan karena Abdurrahman Wahid
sering mengambil langkah soliter dan kurang memperdulikan para politisi
di DPR. Konflik antara elit politik telah mencapai titik kuliminasi. Hal ini
telah mendorong untuk diadakan Sidang Istimewa MPR (SI MPR) sebagai
upaya untuk menyelesaikan konflik elit politik tersebut, karena ini yang
konstitusional, dan sangat lebih baik dari pada cara pemaksaan atau
Sidang istimewa MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7
Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Proses menuju
Sidang istimewa MPR ini penuh dengan kontroversial, dimana terdapat 7
fraksi mendukung diselenggarakannya Sidang istimewa MPR, dua fraksi
menolak dan satu fraksi abstain. Alasan diselenggarakannya Sidang
istimewa MPR guna meminta pertanggung jawaban Presiden
Abdurrahman Wahid, karena dalam waktu tiga bualan Presiden tidak
mengindahkan memorandum I dan II. Sebagai bentuk perlawanan terhadap
lawan politiknya Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001,
yang intinya membekukan MPR-RI dan DPR-RI dan Golkar serta
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat
pelaksanaan pemilu. Akan tetapi dekrit ini dianggap tidak konstitusional
dan tidak sah, karena kedudukan DPR adalah kuat. Presiden tidak bisa
membubarkan DPR apalagi MPR. Langkah- langkah yang diambil oleh
Presiden justru menambah rasa ketidak percayaan parlemen dan dianggap
berbahaya dan melanggar haluan negara.
Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bahwa MPR adalah lembaga
tertinggi negara pemegang kedaulatan rakyat yang kekuasaannya tidak
terbatas. Maka Sidang istimewa MPR itu benar-benar digelar. Sidang
istimewa MPR ini menghasilkan empat buah ketetapan yaitu sebagai
berikut :34
34
1. Sikap MPR Republik Indonesia terhadap Maklumat Presiden
Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001 dianggap tidak sah dan
bertentangan dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan
hukum (Tap MPR No.I/MPR/2001).
2. MPR meminta pertanggung jawaban Presiden, dan penolakan
Presiden memberikan pertanggung jawaban dalam Sidang
istimewa MPR serta penerbitan Maklumat oleh Presiden tanggal
23 Juli 2001 dianggap melanggar haluan negara (Tap MPR
No.II/MPR/2001).
3. Penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai
Presiden RI menggantikan KH. Abdurrahman wahid sampai
masa jabatan Presiden RI 1999-2004 (Tap MPR
No.III/MPR/2001).
4. Pengangkatan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI (Tap
MPR No.IV/MPR/2001).
Selain Sidang Istimewa MPR wujud dari reformasi bagi bangsa
Indonesia, terbentuknya kabinet gotong royong dibawah duet
kepemimpinan Megawati Soekarnoputri–Hamzah Haz pada tanggal 9
Agustus 2001 pada dasarnya merupakan akhir dari rangkaian proses inisial
konstitusional politik di Indonesia. Sidang Istimewa MPR 2001
merupakan awal dari institusionalisasi ini telah berlangsung demokratis.
Demikian juga Sidang Istimewa MPR 2001 terlaksana secara demokratis
Proses pengangkatan Presiden dan Wapres merupakan agenda Sidang
Istimewa MPR 2001, terlihat menyajikan suasana baru bagi
pengembangan kultur demokratis Indonesia.
Oleh karena itu, masa depan Indonesia bukan hanya tergantung pada
bagaimana duet Megawati-Hamzah Haz menyelesaikan berbagai masalah
krisis ekonomi, dan sosial-politik, tetapi juga bagaimana “rezim
reformasi” yakni sinergi keseluruhan jajaran pemerintahan baru yang
terdiri dari lembaga- lembaga MPR, DPR, Presiden dan Mahkamah Agung
melanjutkan proses institusionalisasi reformasi selanjutnya secara optimal.
Untuk itu masalah pokok yang harus segera ditangani oleh duet
Megawati-Hamzah Haz adalah mewujudkan proses reformasi politik dan
hukum serta mengatasi masalah ekonomi. Indikasi pertama yang
menunjukkan komitmen duet kepemimpinan atas masalah tersebut adalah
pada profil kabinet yang dibentuk. Kabinet Mega dinilai telah memenuhi
harapan publik. Megawati berhasil menyusun kabinet yang kompromistis,
dimana kabinetnya mencerminkan adanya campuran antara koalisi
partai-partai politik dan profesional maupun militer.
Selain itu terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI
yang kelima juga disambut kalangan luas sebagai pemberi harapan bagi
rakyat akan masa depan.
Untuk itu ada tiga hal yang penting yang nampaknya harus segera
ditindak lanjuti oleh kabinet Megawati Soekarnoputri. Hal penting itu
pertama penuntasan kasus dugaan penyelewengan dana non budgeter
Bulog Akbar Tanjung dan masalah KKN lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pemerintahan Mega-Hamzah benar-benar mempunyai komitmen
untuk menegakkan suatu pemerintahan yang bersih dan
bertanggungjawab. Kedua adalah menyelesaikan konflik-konflik sosial di
Kalimantan Tengah sampai konflik Poso, Aceh, dan Papua (hubungan
pusat-daerah), apalagi masalah teroris yang menghantui Indonesia pada
saat itu. Hal ini untuk menunjukkan pemerintahan baru benar-benar
mempunyai komitmen untuk menegakkan hukum yang adil di Indonesia.
Rule of law menjadi bagian yang sangat signifikan bagi pertumbuhan
demokrasi. Ketiga adalah penanganan dalam mengatasi krisis ekonomi.
Kebijakan dalam penanganan masalah krisis ekonomi ini secara tidak
langsung menambah kredibilitas Pemerintah, bahwa Pemerintah mampu
menumbuhkan kesejahteraan bangsanya.
Meski demikian pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati dapat
dikatakan tidak berhasil. Dalam pemerintahannya, Megawati banyak
mendapat kecaman, Megawati dinilai lamban dalam menyelesaikan segala
persoalan bangsa, terutama dalam konflik Poso, Papua dan kasus terorisme
di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan-kritikan yang
dilontarkan kepadanya.
Di sisi lain pemerintahan Megawati telah berhasil merencanakan
Pemilu 2004 secara langsung. Untuk periode ini Megawati pun
Megawati yang kharismatik tapi hemat bicara dan pendiam ini tidak bisa
lolos dalam pemilihan Presiden secara langsung tahun 2004. Dan sebagai
pemenang Pemilu 2004 sekaligus sebagai pemimpin bangsa ialah
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla.
G. Hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
masalah yang harus diuji kebenarannya. Seringkali peneliti tidak dapat
memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalah itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan untuk tiap
segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan35.
Dalam penelitian, hipotesis merupakan pedoman bagi penelitian. Dengan
adanya hipotesis, maka langkah pengujian hipotesis dapat dilakukan lebih
terarah. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Kalau Presiden Abdurrahman Wahid dipecat oleh MPR karena
terlibat kasus suap Bruneigate dan Bullogate, maka Megawati
Soekarnoputri sebagai wakil presiden diangkat menjadi presiden
Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.
2. Kalau Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik
Indonesia, maka Beliau akan melakukan kebijakan politik dan
ekonomi yang sesuai dengan tujuan partainya, yaitu membangun
35
kekuatan politik PDI Perjuangan dan memperjuangkan
kepentingan ekonomi rakyat Indonesia.
3. Kalau dalam menjalankan pemerintahan Megawati Soekarnoputri
memberi perhatian kepada rakyat kecil, maka pengaruhnya dalam
bidang politik dan ekonomi akan baik terhadap rakyat Indonesia.
H. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metodologi
Dalam mengkaji masa keprsidenan Megawati Soekarnoputri periode
tahun 2001-2004 ini, penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah itu
merupakan suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau secara imajinatif dari fakta- fakta yang diperoleh
melalui proses historiografi. Dalam skripsi ini metodologi penulisan yang
digunakan adalah metode deskriptif analitis.
Deskriptif analitis merupakan pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek pemikiran pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak / sebagaimana adanya. Metode
deskriptif analitis memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta- fakta
sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Tujuan dari penulisan deskriptif
analitis ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki36.
36
Metode adalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian sejarah adalah suatu proses
menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Hal ini sangat bermanfaat bagi sejarawan untuk merekonstruksi masa lampau
secara imajinatif berdasarkan fakta- fakta yang diperoleh melalui
historiografi37.
Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam metode penelitian ini
mencakup lima tahapan, yaitu :
1). Pemilihan Topik.
Pemilihan topik merupakan salah satu langkah kerja yang pertama yang
harus dikerjakan oleh seorang penulis agar apa yang ingin diketengahkan
dalam penulisannya menjadi jelas lebih- lebih dimata pembaca sendiri.
Untuk itu diperlukan beberapa kriteria sebagai acuan, yaitu :
a) Topik harus memiliki nilai, yang artinya di sini harus berdasarkan
pada pengalaman manusia yang dianggap paling penting terutama
peristiwa-peristiwa yang dapat membawa perubahan dalam
masyarakat.
b). Topik harus orisinil yang berarti apa yang ditulis belum pernah ditulis
orang lain.
c). Topik harus praktis yang berarti bahwa pemilihan topik di sini
apabila dilanjutkan ke penelitian tidak memakan waktu.
37
d). Topik harus memiliki kesatuan tema dan topik di sini harus berangkat
dari suatu permasalahan.
2) Pengumpulan Sumber (Heuristik).
Pengumpulan sumber atau heuristik adalah proses pengumpulan
data-data dari sumber-sumber yang ada untuk kepentingan subyek yang
akan diteliti. Menurut bentuknya, sumber sejarah dibedakan menjadi
tiga, yaitu : sumber tertulis, sumber benda, dan sumber lisan. Menurut
sifatnya, sumber sejarah dibedakan menjadi tiga juga, yaitu : sumber
primer,sumber sekunder dan sumber tersier.
Dalam penelitian ini penulis banyak menggunakan sumber
tertulis, yaitu berupa buku-buku dan dokumen resmi kenegaraan,
majalah, dan internet. Sumber primer yang digunakan oleh penulis
adalah dokumen-dokumen kenegaraan, misalnya pidato Presiden RI
pada Sidang Tahunan MPR RI pada tanggal 1 November 2001, majalah
terbitan sejaman dengan peristiwa yang sedang berlangsung sebagai
contoh CSIS th XXX/2001. Sumber-sumber tersebut penulis peroleh
melalui buku-buku yang ditulis oleh orang yang tidak terlibat langsung
dalam suatu peristiwa dan berbagai sumber atau literatur yang ada di
perpustakaan Sanata Dharma, Perpustakaan Daerah Yogyakarta dan
berbagai tempat lainnya. Sumber-sumber itu berupa buku-buku pustaka
3) Kritik Sumber.
Kritik sumber merupakan tahap penelitian sejarah setelah
pengumpulan data. Kritik sumber bertujuan untuk mengetahui
kredibilitas dan otoritas sumber. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kritik sumber adalah uji terhadap data pada penelitian. Kritik sumber
dalam penelitian sejarah merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari adanya kepalsuan suatu sumber atau untuk mengetahui
apakah data yang ada dapat dipertanggung jawabkan keasliannya atau
tidak. Salah satu cara yang dilakukan adalah kritik intern dengan
membandingkan sumber supaya diketahui kebenarannya. Kritik intern
dilakukan dengan menilai apakah sumber yang digunakan tersebut dapat
dipercaya atau tidak. Penulis melakukan kritik sumber dengan cara
melihat dan mengkaji apakah sumber tersebut dapat dipercaya
kebenarannya dan bersifat obyektif, sehingga diperoleh data-data yang
dapat dipercaya dan relevan. Hasil dari kritik sumber adalah fakta- fakta
yang merupakan unsur rekonstruksi sejarah.
4) Interpretasi Data (Analisa Data).
Analisis sumber atau interpretasi dalam penelitian merupakan
tahap yang sangat penting, karena dalam interpretasi terhadap unsur
penafsiran terhadap sumber yang telah dinilai kebenarannya. Hasil
analisa akan menunjukkan tingkat keberhasilan suatu penelitian. Dalam
penelitian ini data akan ditempatkan secermat mungkin supaya penelitian
mungkin diharapkan mampu mengurangi subyektifitas yang biasa
muncul dalam historiografi. Sejarah dalam obyektif (peristiwa) yang
diamati dan dimasukkan kepikiran subyek tidak akan murni tetapi akan
murni apabila diberi warna sesuai kacamata subyek, artinya interpretasi
merupakan penafsiran terhadap fakta-fakta telah diuji kebenarannya dan
menganalisis sumber untuk menghasilkan suatu peristiwa.
5) Penulisan Sejarah (Historiografi).
Penulisan sejarah tidak lepas dari sumber-sumber yang terkait
didalamnya, yang memberi suatu gambaran mengenai rangkaian suatu
peristiwa. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis suatu peristiwa
sangat penting, sehingga dengan mudah memberi suatu pengertian dasar
kapan peristiwa itu terjadi.
Penulisan sejarah ini dilakukan setelah melalui beberapa kriteria
yang telah tercantum dalam metode penulisan sejarah. Metode tersebut
diantaranya : topik, latar belakang permasala han, permasalahan, tujuan
dari penulisan ini, manfaat penulisan, landasan teori, kajian pustaka,
metode penelitian, sistimatika penelitian, jadwal penelitian dan sumber
yang terakhir yaitu daftar pustaka.
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah metode deskriptif analitis, yakni model penulisan sejarah yang
membutuhkan landasan teoritis atau kerangka konseptual. Masalah
pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah apa yang melatar
tahun 2001 sampai 2004, masalah kedua apa kebijakan-kebijakan yang
dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri, dan masalah ketiga bagaimana
pengaruh pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri
selama menjabat sebagai presiden RI yang kelima.
2. Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan
politik dan pendekatan psikologi. Adapun yang akan dianalisis dalam
pendekatan politik adalah bagaimana distribusi kekuasaan itu terjadi dalam
suatu masyarakat atau suatu negara selanjutnya bagaimana kekuasaan itu
dijalankan dan akhirnya bagaimana kekuasaan itu mengakhiri masa tugas
Megawati Soekarnoputri.
Sedang untuk pendekatan psikologi adalah pendekatan yang
berorientasikan pada tingkah laku manusia. Syarat utama dari pendekatan
ini adalah tingkah laku manusia yang berorientasi umum. Masalah dalam
pendekatan psikologi ini adalah pada tingkah laku manusia baik tingkah
laku dalam maupun tingkah laku luar. Penganalisa dari tingkah laku
tersebut pasti membuat ketentuan dengan hadirnya suatu organisme atau
sebagai penengah antara rangsangan dari luar dan kemungkinan adanya
tanggapan. Seperti yang yang diketahui pada dasarnya sifat dari manusia
rangsangan dari luar yang tidak sesua i dengan sifat dasar manusia tersebut
maka sifat manusia yang semula halus akan mengalami perubahan38.
Dengan demikian pendekatan psikologis ini penulis gunakan untuk
mengkaji biografi Megawati Soekarnoputri. Melalui pendekatan ini
menguraikan sifat dasar Megawati Soekarnoputri yang dapat diketahui
dari biografi Megawati Soekarnoputri . Dalam biografi tersebut penulis
menguraikan sifat-sifat dasar beliau yang memang memiliki kepribadian
pendiam, kalem, lemah lembut, tenang dan disiplin serta memiliki sifat
sosial yang tinggi. Sehingga hal itu menjadi latar belakang ketertarikannya
terjun dalam bidang politik yang kemudian hari membawanya menjadi
presiden Republik Indonesia yang kelima. Selain itu juga ketertarikan
dalam politik ini juga dipengaruhi oleh faktor keluarga, dimana Megawati
Soekarnoputri ini berlatar belakang anak dari Bung Karno, presiden
pertama Republik Indonesia.
38
I. Sistimatika Penulisan
Sistematika penulisan ini, penulis tunjukkan untuk memaparkan secara
garis besar masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri periode tahun
2001-2004.
Adapun kerangka dari penulisan ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai
Presiden Republik Indonesia yang kelima.
Bab III : Kebijakan-kebijakan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri
Bab IV : Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri
selama menj abat sebagai Presiden Republik Indonesia.
39
BAB II
LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DIANGKAT
SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2001-2004
A. Biografi Megawati Soekarnoputri
1. Masa Kecil Megawati Soekarnoputri
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri merupakan nama
lengkap Megawati Soekarnoputri atau yang lebih dikenal dengan nama Mbak
Mega (lihat Lampiran 1). Megawati dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23
Januari 1947. Kelahirannya ditandai suara bedug yang bertalu-talu, mendung tebal
dan hujan turun sangat deras disertai halilintar.39Saat itu suasana sangat tidak
menyenangkan karena sebagai anak Presiden RI Mega harus lahir dalam situasi
yang memprihatinkan.
Sejak lahir Megawati Soekarnoputri telah mengalami kehidupan dalam
tempat pelarian dan persembunyian. Kelahiran Megawati itu berada dalam situasi
revolusioner karena pada saat itu Belanda ingin kembali menguasai tanah air
dengan menaklukkan Yogyakarta yang terkenal sebagai kota perjuangan dan
bersejarah.40
Sejak kecil Megawati Soekarnoputri dikenal gadis kecil yang cerdas,
pendiam, sedikit bicara dan banyak senyum. Kepribadiannya kalem, tenang dan
39
Sumarno,op.cit., hal. 1 40
tidak sentimental dalam mengungkapkan perasaannya.41Masa kanak-kanaknya
hingga remaja, ia lalui di lingkungan istana negara, diisi dengan belajar menari
dan membaca. Sesekali jika ada tamu negara yang berkunjung ke Istana, Bung
Karno menampilkan putri kesayangannya untuk menari didepan tamunya dalam
jamuan resmi kenegaraan.42Sebagai putri Presiden Megawati bersama
saudara-saudaranya cukup dimanja para abdi dalem istana dalam situasi penuh privilege
(fasilitas khusus) yang dinikmati first family. Meskipun demikian Mega kecil
sudah dibiasakan bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Yaitu pada saat
mendapat pendidikan pra-sekolah, Mega dan Guntur kakaknya dididik dengan
tegas untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak eksklusif. Mega dan kakaknya
belajar bersama dengan anak-anak karyawan dan tukang kebun. Bercampurnya
anak-anak tersebut membuat Mega mengetahui langsung kehidupan “wong cilik”
dan bisa memahami betapa sulitnya menjadi “wong cilik”.
Pendidikan dasar Megawati hingga SMA dilaluinya di Perguruan Cikini
Jakarta Pusat.43Selepas SMA, Megawati masuk Fakultas Pertanian di Universitas
Pajajaran Bandung, tahun 1965. Semasa mahasiswa, Megawati aktif dalam
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bandung, sebagai
anggota biasa. Keaktifan Mega dalam GMNI ini telah membuktikan bahwa Mega
pun sebagai seorang aktivis, namun pembawaan pribadinya sangat tenang dan
cenderung pendiam.
Pada tahun 1967, situasi politik Indonesia telah membuka luka hati
Megawati, dimana ia memilih untuk meninggalkan bangku kuliah untuk
41
Syahbuddin Managandaralam, 1986, Apa dan Siapa Bung Karno, Rosda, Jakarta, hal. 11. 42
Sumarno, op.cit., hal. 4. 43
mendampingi ayahnya, Bung Karno. Kesehatan Bung Karno semakin memburuk
dan sedang dikenai karantina politik oleh Soeharto sebagai penguasa baru.
Megawati merasakan betul kegoncangan jiwa yang dialami ayahnya akibat
tekanan dan isolasi politik oleh rezim yang menamakan Orde Baru. Kesedihan
dan kepedihan Megawati begitu mendalam ketika akhirnya Bung Karno wafat
tanggal 21 Juni 1970, dalam status politik yang kurang menggembirakan bahkan
memilukan.
Setelah situasi agak mencair, pada tahun 1970 Megawati berusaha untuk
melanjutkan kuliahnya. Ia masuk Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Akan
tetapi kuliah keduanya inipun tak terselesaikan. Tahun 1972, ia memutuskan
untuk berhenti kuliah. Hal ini disebabkan karena faktor mengurus rumah tangga
dan kegiatannya terjun dalam dunia politik.
Megawati mengakhiri masa lajangnya dengan dipersunting oleh seorang
penerbang Letnan Satu Surindro Supjarso, yang biasa dipanggil dengan sebutan
Mas Pacul. Akan tetapi kebahagiaan Mega tidak berlangsung lama, saat ia hamil,
suaminya bersama tujuh awak pesawat Skyvan T.70 dikabarkan jatuh di Biak
Irian Jaya tahun 1970, tak lama setelah Bung Karno wafat.44Pada tahun 1972,
Mega mencoba untuk membangun rumah tangga untuk yang kedua kalinya. Mega
berkenalan dengan seorang pemuda tampan Hassan Gamal Ahmad Hassan,
diplomat Mesir yang bertugas di Jakarta. Keduanya menikah di Kantor Urusan
Agama Sukabumi tahun 1972. Namun, pernikahan kedua ini tidak seperti yang
diharapkan. Pernikahan Megawati dibatalkan oleh Pengadilan Agama Istimewa
44
Jakarta. Pengadilan menganggap nasib suaminya, Surindro belum jelas apakah
sudah meninggal atau masih hidup. Oleh karena itu, Pengadilan Agama menilai
pekawinan Mega-Gamal Ahmad Hasan tidak sah sehingga harus dibatalkan.45
Dalam perjalanan selanjutnya, wanita pendiam dan suka senyum itu
bertemu dengan seorang aktivis GMNI. Pria asal Ogan Komering Ulu, Palembang
yang menjadi tambatan hati Mega itu adalah Taufik Kiemas. Setelah mendapat
kepastian bahwa suaminya telah meninggal dalam musibah di Biak itu, Mega
akhirnya menikah dengan Taufik Kiemas hingga saat ini. Pasangan Mega-Taufik
dalam banyak hal menemukan kecocokan. Taufik sena ntiasa memberikan
“support” terhadap karier politik yang dirintis istrinya.
Saat ini Megawati dapat dikatakan sebagai salah seorang aktor politik
yang cukup penting di pentas nasional, akan tetapi Mega tidak pernah menempuh
pendidikan politik secara formal,seperti tokoh politik lainnya. Pendidikan politik
Megawati diperoleh sejak kecil dari ayahnya, Bung Karno. Di lingkungan istana
itulah Megawati mengalami proses sosialisasi politik yang intensif dari
tokoh-tokoh politik yang menemui ayahnya dimana ia sering dilibatkan walaupun
sekedar untuk menghidangkan minuman dan makanan atau menemani ayahnya
dalam perbincangan santai tentang aneka persoalan negara.
Bahkan di meja makanpun Megawati dapat memperoleh pelajaran politik
dari ayahnya, hal ini dikarenakan kesibukan Soekarno sebagai kepala negara.
Peristiwa ini terjadi salah satunya diruangan makan Istana Merdeka tahun 1964.
Diruangan ini Megawati mendapat dua jenis pelajaran yang berharga dari