• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI PERIODE TAHUN 2001-2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI PERIODE TAHUN 2001-2004"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

PERIODE TAHUN 2001-2004

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Kristitin Wahyuni

NIM : 031314013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

“Sesungguhnya Allah t idak akan merubah keadaan

suat u kaum, sehingga mereka harus merubah keadaan

yang ada dalam diri mereka sendiri”

(Q S. 13: 11)

Tingkah laku adalah cermin

dimana set iap orang dapat melihat

wat ak dan kepribadiannya

(5)

v

PERSEM BAH AN

Karya kecil ini kupersembahkan teruntuk: Allah SW T, atas limpahan rahmat dan karunianya, Kedua orang tuaku (Bpk. Adisukarjo dan ibu Sunarti),

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Mei 2008

Penulis

(7)

vii

ABSTRAK

MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

PERIODE TAHUN 2001-2004

Oleh: Kristitin Wahyuni NIM : 031314013

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan manganalisis: 1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia. 2) Kebijakan-kebijakan Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. 3) Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri terhadap Rakyat Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang meliputi : heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu suatu metode penulisan sejarah yang membutuhkan landasan teori atau kerangka konseptual untuk memecahkan masalah.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai presiden RI yang kelima antara lain: (a) keadaan politik, ekonomi, sosial dan hukum yang tidak stabil.(b) Pemerintahan Abdurrahman Wahid sudah tidak mendapat dukungan di Parlemen terkait dengan kasus Bulloggate dan

Brunneigate yang berakibat dikeluarkan Memorandum I, II dan Sidang Istimewa

(8)

viii

ABSTRACT

PRESIDENTIAL ERA OF MEGAWATI SOEKARNOPUTRI IN

2001-2004 PERIOD

By: Kristitin Wahyuni 031314013

This research aims to describe and analyze: 1) the background of the appointment of Megawati Soekarnoputri as the president of the Republic of Indonesia, 2) Her policies while she was the president of the Republic of Indonesia, and 3) The influence of the government ruled by Megawati Soekarnoputri towards the Indonesian people.

The method used in this research was a historical method which includes: heuristic, verification, interpretation, and historiography, whereas the writing method used is a descriptive analysis, a method of history writing that needs theoretical base or conceptual framework to solve the problem.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan

karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Masa Kepresidenan Megawati Soekarnoputri Periode tahun 2001-2004”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Dekan FKIP Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan kepada

penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.

3. Bapak Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H., selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian membimbing, serta memberi banyak saran, masukan, dan

pemikiran.

4. Bapak. Drs. Sutarjo Adisus ilo, J.R., S.Th. selaku pembimbing II yang dengan

kesabaran dan perhatian membimbing dan mengarahkan serta memberi banyak

sara, masukan dan pemikiran.

5. Ibu. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan

(11)

x

6. Seluruh dosen Program Studi Sejarah dan pihak sekretariat Pendidikan Sejarah

yang telah memberikan dukungan dalam penulisan ini khususnya, dan dukungan

serta bimbingan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas

Sanata Dharma.

7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan sumber sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Adi Sukarjo dan Ibu Sunarti, yang telah

memberikan dorongan spiritual maupun material sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma, serta Mbak Krist, Mas

Mul, Mas Pranto, Yudhi, Andi dan keponakanku Iyas, Amalia, Irfan tercinta

terima kasih untuk dukungannya..

9. Semua teman-teman Pendidikan Sejarah Angkatan 2003, 2002, sahabatku, Nova,

Yayuk, Tata, Dina, Yuditha, Kristien, Lusi, Siska, Icha, Ika, Budi, Feri, Githa,

Dwi, Ari, MasNjoo, atas curhat-curhatnya dan bantuannya.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu

(12)

xi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian

pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAM MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Manfaat Penulisan... 8

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Landasan Teori ... 12

G. Hipotesis ... 30

H. Metode dan Pendekatan ... 31

I. Sistematika Penulisan ... 38

BAB II LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DIANGKAT SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2004 A. Biografi Megawati Soekarnoputri ... 39

1. Masa Kecil Megawati Soekarnoputri ... 39

(14)

xiii

3. Megawati Soekarnoputri Sebagai Wakil Presiden

RI Periode Tahun 1999-2001 ... 48

B. Latar Belakang Megawati Soekarnoputri Diangkat Menjadi Presiden ... 52

1. Situasi Politik Indonesia ... 52

2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid Yang Dirundung Masalah ... 60

3. Jalannya Politik Sidang Istimewa MPR 2001 ... 64

BAB III KEBIJAKAN-KEBIJAKAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI SELAMA MENJABAT PRESIDEN ... 71

A. Kebijakan Dibidang Politik ... 71

1. Persatuan dan Kesatuan ... 75

2. Ideologi ... 83

3. Partai ... 85

4. Keamanan ... 88

B. Kebijakan Dibidang Ekonomi ... 92

C. Kebijakan Dibidang Sosial ... 103

D. Kebijakan Dibidang Pemberantasan Korupsi ... 110

E. Kebijakan Dibidang Hukum ... 113

BAB IV PENGARUH PEMERINTAHAN YANG DIJALANKAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI SELAMA MENJABAT PRESIDEN TERHADAP RAKYAT INDONESIA ... 119

A. Indonesia Awal Pemerintahan Megawati Soekarnoputri... 119

B. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Bagi Indonesia ... 124

(15)

xiv

2. Pengaruh Pemerintahan Megawati

Soekarnoputri Dibidang Ekonomi ... 131

3. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Dibidang Sosial ... 136

4. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekaroputri Dibidang Korupsi ... 138

5. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Dibidang Hukum ... 141

BAB V PENUTUP ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 150

LAMPIRAN ... 161

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Foto Megawati Soekarnoputri ... 161

Lampiran 2: Perjajian Damai Maluku di Malino ... 162

Lampiran 3: Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 163

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dyah Permata Megawati Setyowati Soekarnoputri merupakan nama lengkap

Megawati Soekarnoputri atau lebih dikenal dengan nama Mbak Mega. Megawati

dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 19471. Megawati Soekarnoputri

merupakan anak kedua Bung Karno, Presiden pertama Indonesia sehingga tidak

asing lagi bagi rakyat Indonesia. Karier politiknya dimulai pada tahun 1987

sebagai seorang ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Kemudian namanya dipasang

sebagai calon anggota DPR dari PDI, dan menjadi anggota DPR pada tahun

19882.

Dalam PDI, Megawati merupakan orang yang tergolong baru dan sebagai

orang baru, karier politik Megawati perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal

ini dibuktikan dengan terpilihnya Megawati sebagai pemimpin PDI periode

1993-1998, sebagai wakil presiden Republik Indonesia periode tahun 1999-2001 dan

akhirnya menjadi presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

Megawati Soekarnoputri juga ikiut terlibat dalam dialog nasional, yang

mana terselenggaranya dialog nasional ini memberi pengaruh yang sangat besar

bagi politik Indonesia. Dialog nasional tersebut dipelopori oleh Abdurrahman

Wahid yang dikenal dengan sebutan Dialog Ciganjur, karena memang dialog

1 Sumarmo,2001, Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara, PT. Rumpun Dian Nugraha, Depok,hal.1.Baca juga Rusdi Muchtar, dkk.,2002, Megawati

Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia, PT Rumpun Dian Nugraha,Depok, hal. 2. 2

(18)

tersebut diselenggarakan di kediaman Abdurrahman Wahid di Ciganjur pada

tanggal 10 November 1998. Bersama dengan para mahasiswa Forum Komunikasi

Senat Mahasiswa Jakarta, hadir pula empat tokoh reformis yaitu Amien Rais, Sri

Sultan Hamengkubuwono X, Abdurrahman Wahid dan Megawati sendiri. Tujuan

diselenggarakan dialog nasional adalah sebagai upaya untuk menyamakan visi dan

pola pikir dalam menyikapi berbagai persoalan yang muncul, selain itu dialog

nasional juga dapat diteruskan sebagai upaya mengkaji semua permasalahan yang

sedang berlangsung.

Pada dasarnya salah satu tujuan dari reformasi adalah mewujudkan negara

yang demokratis. Tidak ada cara lain dalam mewujudkan demokrasi kecuali

melalui perundingan yang menghasilkan kompromi atau perjanjian, pemilihan

umum serta penyelesaian perbedaan tanpa kekerasan. Melalui dialog diharapkan

dapat dihasilkan gagasan-gagasan besar yang bermanfaat untuk menyelesaikan

krisis yang melanda bangsa dan negara ini. Kini satu-satunya jalur formal yang

menjadi harapan bangsa untuk memperoleh suatu pemerintahan “legitimate

dalam usaha mengatasi krisis bertumpu pada pemilu 1999. Namun jika pemilu

1999 gagal, bencana mungkin saja akan kembali menimpa Indonesia, kecuali jika

seluruh komponen bangsa sepakat untuk memilih dialog nasional sebagai cara

untuk mengatasi konflik dan menentukan pilihan-pilihan terbaik bagi masa

depan3.

Sebelum Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden Republik

Indonesia menggantikan Abdurrahman Wahid, beliau menjadi wakil presiden

3

(19)

dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid. Selama kekuasaannya Abdurrahman

Wahid dinilai gagal dalam menjalankan pemerintahan persatuan nasionalnya.

Abdurrahman Wahid dinilai gagal karena beberapa faktor antara lain

Abdurrahman Wahid pada masa pemerintahannya melakukan pemecatan anggota

kabinetnya secara sepihak tanpa sepengetahuan wakil presiden Megawati, terkuak

kasus Bullogate dan Bruneigate yang secara tidak langsung melibatkan

Abdurrahman Wahid. Kasus ini menimbulkan memorandum I dan II4 yang tidak

diperhatikan oleh Abdurrahman Wahid akhirnya DPR meminta

pertanggungjawaban Presiden5. Abdurrahman Wahid akhirnya kehilangan

jabatannya sebagai Presiden keempat Republik Indonesia setelah dirinya menolak

memberikan pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa MPR. SI MPR yang

akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal

21-26 Juli 2001. Sebagai bentuk perlawanan terhadap DPR, Presiden

Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit, antara lain berisi: (1) membekukan

MPR-RI dan DPR-RI; (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan

mengambil tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu satu tahun. Akan tetapi dekrit

ini ditolak oleh MPR melalui voting, karena dinilai justru melanggar haluan

negara. Fatwa MA juga menegaskan dekrit itu tidak konstitusional, dimana

4 Memorandum I disampaikan DPR kepada Presiden Wahid pada tanggal 1 Februari 2001 karen Presiden dinilai telah melanggar pasal 9 UUD 1945 dan ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam kaitannya dengan kasus dugaan keterlibatannya dalam pencairan dana Yanatera Bulog dan bantuan Sultan Brunei Darusalam yang dikenal dengan istilah “ Bullogate” dan “Bruneigate”. Memorandum II disampaikan 30 April 2001, dengan tanpa persetujuan Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi PDKB sedangkan Fraksi TNI-Polri abstain, DPR memutuskan meminta MPR untuk mengadakan Sidang Istimewa.

5

(20)

kedudukan DPR dan MPR sangat kuat dan tidak dapat dibubarkan oleh Presiden,

pembentukan badan guna menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun

adalah kewenangan MPR. Ini didasarkan pada Tap MPR No. XIV/MPR/1998

tentang Pemilihan Umum. Karena beberapa faktor tersebut maka Aburrahman

Wahid diberhentikan dari jabatan Presiden melalui SI MPR, kemudian MPR

mengangkat wakil presiden Megawati Soekarnoputri menjadi presiden Republik

Indonesia kelima, masyarakat Indonesia banyak berharap kepemimpinan

Megawati dapat memberikan perubahan bagi kondisi Indonesia.

Terpilihnya Megawati Soekarnoputri ini disambut kalangan luas terutama

“wong cilik” yang sejak pemilu 1999 diharapkan memenangkan kursi

kepresidenan, sebagai pemberi harapan bagi rakyat masa depan. Diangkatnya

orang nomor satu PDI perjuangan ini juga memberi harapan banyak pihak untuk

membela wong cilik dan menegakkan keadilan6, bahkan oleh para pendukungnya

yang sebagian besar dari kalangan biasa atau “wong cilik” Megawati dimitoskan

sebagai “Ratu Adil”.

Terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden memberikan suasana

baru untuk tercapainya suatu reformasi Indonesia. Hal ini terbukti bahwa

terbentuknya kabinet gotong royong di bawah duet kepemimpinan Megawati

Soekarnoputri dengan Hamzah Haz pada tanggal 9 Agustus 2001.

Terselenggaranya Sidang Istimewa MPR adalah bukti kecilnya dukungan politik

kepada Presiden, dan kega galannya mencari kompromi politik7. Di samping itu

sejumlah perubahan mendasar dalam setting politik dan ketatanegaraan Indonesia

6

Ibid, hal. 161. 7

(21)

telah dihasilkan oleh Sidang Istimewa MPR 2001. Salah satunya yaitu

penyempurnaan UUD 1945 dan Tap-Tap MPR hasil sidang tahunan bulan

Agustus 2000. Penyempurnaan UUD 1945 ini berkaitan dengan kedudukan dan

hubungan tata kerja antar lembaga penyelenggara negara secara seimbang

sehingga dapat diwujudkan mekanisme cheks and balances secara benar8.

Lembaga perwakilan rakyat (DPR) yang mempunyai peran penting dalam

penyempurnaan tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga permusyawaratan rakyat

(MPR), sebab selain MPR pembawa amanat dengan pengemban aspirasi rakyat,

DPR sendiri merupakan bagian dari kekuatan lembaga legislatif sendiri. Gagasan

penyempurnaan UUD 1945 ini muncul tidak jelas dan tegasnya aturan hukum

yang diberlakukan untuk menilai kebijakan lembaga-lembaga penyelenggara

negara, termasuk Presiden.

Namun demikian, Pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati

Soekarnoputri tidak mendatangkan hasil yang optimal dan maksimal. Banyak

sekali kecaman-kecaman yang datang dan dilontarkan kepada Megawati

Soekarnoputri pada waktu itu. Hal ini disebabkan karena Megawati Soekarnoputri

lebih banyak mengambil sikap tidak banyak bicara, dan sangat berhati- hati dalam

proses stabilisasi politik sehingga berdampak terjadinya kelambanan politik9.

Faktor kedua bahwa Rezim Megawati hanya pandai memproduksi kata-kata

8 M.Djadijono, “SI-MPR 2001 : Pemerintahan Baru, Program Kerja dan Prospeknya”, Analisa

CSIS, Tahun XXX/2001, No.3. 9

(22)

progresif, baik dalam pidato rezim atau bukan dan ditambah dengan peraturan

yang dibuat bersama DPR, atau bahkan lewat Ketetapan MPR10.

Singkatnya dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

waktu itu kurang memiliki kepekaan terhadap persoalan masyarakat dan bangsa

yang memerlukan penanganan serius. Megawati Soekarnoputri lebih mengambil

sikap “diam” dan kurang inisiatif. Yang terjadi pada waktu itu membanjirnya

kritik dari berbagai media terhadap kebijakan pemerintah dan juga “diamnya”

Megawati Soekarnoputri. Secara tidak langsung media massa dapat menjadi alat

komunikasi antara pemerintahan Megawati dengan masyarakat.

“Diamnya” Megawati bukan berarti beliau tidak bekerja. Beliau pasti

mengkomunikasikan pelbagai program dengan para stafnya atas persoalan bangsa

dan negara serta mengaplikasikan program tersebut dalam tindakan nyata.

Tentunya kerja keras beliau beserta staf tidak hanya untuk memperbaiki kondisi

masyarakat dan bangsa, tetapi juga unt uk meningkatkan citra pemerintahannya

agar mendapat trust (kepercayaan) dari masyarakat. Tanpa adanya trust

kredibilitas pemerintahan akan merosot dimata masyarakat. Dan kondisi ini akan

menghambat jalannya pemerintahan11. Dengan semakin menebalnya trust

terhadap pemerintahannya bisa saja Mega mempunyai peluang besar untuk

terpilih kembali sebagai Presiden tahun 2004.

10 Indra J.Piliang,2001,” Rezim Megawati : Progresif Dalam Aturan, Permisif Dalam Perbuatan”,

Analisa CSIS, Tahun XXX/2001, No.4. 11

(23)

B. Perumusan masalah

1. Apa yang melatarbelakangi Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai

Presiden Republik Indonesia Periode tahun 2001-2004 ?

2. Kebijakan-kebijakan apa yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri

selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati

Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia

yang kelima terhadap rakyat Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan dari penulisan ini dapat dilihat

melalui dua aspek yang berbeda yaitu tujuan secara khusus dan tujuan secara

umum. Adapun tujuan secara khusus dan umum dari penulisan ini adalah :

1. Mendeskripsikan latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat

menjadi Presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

2. Mendeskripsikan kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh Megawati

Soekarnoputri periode tahun 2001-2004.

3. Mendeskripsikan pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati

Soekarnoputri selama menjabat sebagai presiden Republik Indonesia

(24)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya karya

ilmiah tentang studi sejarah politik, terutama Indonesia.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan.

Penulisan ini akan menambah pengetahuan baru dalam dunia ilmu

pengetahuan mengenai sejarah politik di Indonesia pada masa presiden

Megawati Soekarnoputri.

E. Kajian Pustaka

Dalam penulisan sejarah ada dua sumber yaitu sumber primer dan sumber

sekunder. Sumber primer merupakan sumber yang berasal dari kesaksian para

saksi mata atau para pelaku peristiwa itu sendiri. Sumber sekunder adalah sumber

yang berasal dari orang bukan saksi mata atau tidak secara langsung menyaksikan

peristiwa itu sendiri tetapi merupakan hasil karya dan kesaksian dari orang lain12.

Penulisan ini lebih pada penulisan studi pustaka. Sumber-sumber yang

digunakan untuk menunjang penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :

1. Sumber Primer

Bendera Sudah Saya Kibarkan : Pokok -Pokok Pikiran Megawati

Soekarnoputri, karya Megawati Soekarnoputri yang diterbitkan oleh penerbit

Pustaka Sinar Harapan Jakarta, tahun 1996. Buku ini berisi tentang pokok-pokok

12

Louis Gottchlak, 1969, Mengerti Sejarah, UII Press, Jakarta, hal.30. Lihat juga

(25)

pikiran Megawati Soekarnoputri yang membicarakan tentang kepentingan rakyat

banyak dan demokratisasi. Buku ini dikategorikan sebagai sumber primer yang

menunjang dalam penulisan skripsi ini, karena buku tersebut ditulis oleh

Megawati Soekarnnooputri sendiri.

Pidato Presiden Republik Indonesia pada sidang tahunan Majelis

Permusyawaratan Rakyat RI, pada tanggal 1 November 2001 di Jakarta yang

terdapat pada situs internet http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/sidth- ind.htm.

Pidato ini berisi tentang serangkaian agenda kegiatan sepanjang tahun 2001

beserta implikasinya. Pidato presiden ini digunakan untuk membahas dan

melengkapi pada bab II dan bab-bab selanjutnya.

Pidato Presiden Republik Indonesia pada Sidang tahunan Majelis

Permusyawaratan Rakyat RI, pada tanggal 1 Agustus 2003 di Jakarta yang

terdapat pada situs internet http://www.google.co.id/search?q=pidato

+presiden&hl=id&lr=&start=60&sa=N. Pidato ini berisi tentang serangkaian

amandemen UUD 1945 terutama mengenai ketatanegaraan dan sistem

pemerintahan negara.

Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dan Keterangan

Pemerintah atas RUU Tentang RAPBN tahun 2003 serta Nota Keuangannya di

depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat RI pada tanggal 16 Agustus 2002, yang

terdapat pada situs internet

http://www.setneg.ri.go.id/pidato/pid_Indonesia-1702.htm. Pidato ini dibuat untuk mengurangi hutang dalam negeri dan

mendorong kegiatan sektor riil dan membuka lapangan kerja setelah stabilitas

(26)

Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dan Keterangan Pemerintah

atas RUU Tentang RAPBN tahun 2004 serta Nota Keuangan di depan sidang

Dewan Perwakilan Rakyat RI, pada tanggal 15 Agustus 2003 di Jakarta, yang

terdapat pada situs internet http://www.Indonesia.nl/ articles . php ?rank = 3 &

art_cat_id=8 Pidato ini berisi tentang Rancangan Undang- undang tentang

RAPBN 2004 dan rencana penggunaan anggaran pembangunan di beberapa sektor

antara lain pendidikan, kesehatan, pangan, pemukiman, sarana dan prasarana

ekonomi dengan upaya untuk perbaikan peringkat indeks pembangunan Sumber

Daya Manusia (SDM) serta pertahanan dan keamanan.

2. Sumber Sekunder

Biografi politik Megawati Soekarnoputri 1993-1996, Buku ini ditulis oleh

Ahmad Bahar pada tahun 1996 yang diterbitkan oleh PT.Pena Cendekia

Yogyakarta. Buku ini berisi tentang gambaran kehidupan politik Megawati

Soekarnoputri, hambatan dan tantangan Megawati sebagai Ketua Umum PDI pada

tahun 1993-1996.

Megawati dalam Babar Sejarah Pemimpin Perempuan Indonesia, Buku ini

ditulis oleh Soedjono Dirdjosisworo pada tahun 1999 yang diterbitkan oleh CV.

Mandar Maju Bandung. Buku ini berisi tentang babar sejarah pemimpin

perempuan di Indonesia yaitu Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin sebuah

partai politik besar yaitu PDI Perjuangan.

Megawati Soekarnoputri Harapan dan Tantangan di Kursi Wapres R.I.,

(27)

Rineka Cipta Jakarta. Buku ini berisi tentang harapan dan tantangan Mega dikursi

wakil presiden pasca SU MPR 1999 dan masa depan karier politik Mega.

Saat terindah dalam Hidup Megawati Soekarnoputri, Buku ini ditulis oleh

Ki Sukanyata yang diterbitkan oleh penerbit Totalitas Tangerang. Buku ini berisi

tentang pemaparan watak politik Megawati Soekarnoputri yang tidak terlepas dari

sifatnya yang selalu diam.

Megawati Membangun Negeri,yang diterbitkan oleh Komunitas Peduli

Komunikasi Jakarta. Buku ini berisi tentang rekonstruksi yang telah dilakukan

pemerintahan Megawati Soekarnoputri, selama tiga tahun pemerintahannya.

Megawati Soekarnoputri : Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara,

Buku ini ditulis oleh Sumarno pada tahun 2001yang diterbitkan oleh PT. Rumpun

Dian Nugraha Depok. Buku ini berisi tentang perjalanan politik Megawati

Soekarnoputri yang pada mulanya hanya lah seorang ibu rumah tangga biasa yang

sepi dari publikasi dan hingar bbingar politik, kemudian terjun dalam dunia politik

dan mengalami penindasan politik Rezim Orde Baru (Orba ). Atas kemenangan

dalam pemilu 1999 telah menganntarkannya menjadi wakil presiden dan akhirnya

menggantikan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) sebagai Presiden Republik

Indonesia yang kelima.

Megawati Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia, karya Rusdi

Muchtar, dkk yang diterbitkan oleh PT. Rumpun Dian Nugraha Depok tahun

2002. Buku ini berisi tentang perjalanan Megawati Soekarnoputri dalam karier

(28)

F. Landasan Teori

1. Pengertian Pemerintahan

1). Pemerintahan dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang oleh

konstitusi negara yang bersangkutan disebut sebagai pemegang

kekuasaan Pemerintahan. Misalnya : di Indonesia di bawah UUD 1945

kekuasaan Pemerintaha n meliputi fungsi legislatif, eksekutif dan

yudikatif.

2). Pemerintah dalam arti sempit yaitu lembaga negara yang memegang

kekuasaan eksekutif saja. Sebagai contoh menurut UUD 1945,

Pemerintah adalah Presiden dengan dibantu wakil Presiden dan

Menteri-Menteri.13

2. Sistem Pemerintahan

Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas

menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan

negara. Pemerintah adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum.

Pemerintah dan Pemerintahan di sini memiliki suatu perbedaan yaitu

pemerintahan lebih menyangkut tugas dan kewenangan sedangkan

Pemerintah lebih mengarah pada aparat yang menyelengga rakan tugas dan

kewenangan negara tersebut. 14

Yang dimaksud sistem pemerintahan adalah pola pengaturan

hubungan antara lembaga negara yang satu dengan yang lainnya, atau

13

Umaruddin Masdar, dkk., 1999, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik, LKIS, Yogyakarta, Hal. 133.

(29)

secara sederhana adalah hubungan antara legislatif, eksekutif, dan

yudikatif15.

3. Sistem Parlementer dan Sistem Presidensiil

a. Sistem Parlementer

Esensi sistem parlementer adalah pertanggung jawaban badan

eksekutif kepada badan legislatif. Pokok utama pembahasan sistem

parlementer hanya terbatas pada hubungan badan legislatif dan eksekutif.

Badan eksekutif bertanggung jawab kepada badan legislatif, karena

eksekutif dibentuk atas persetujuan dan kepercayaan yang diberikan

legislatif. Badan eksekutif dalam sistem pemerintahan parlementer

merupakan mandataris Parlemen dan setiap waktu mandat yang diberikan

dapat dicabut. Pencabutan mandat ini merupakan tindakan terakhir

parlemen apabila badan eksekutif tidak dapat memberikan pertanggung

jawaban atau pertanggung jawaban tersebut dinilai tidak memuaskan

dalam Parlemen16. Ciri-ciri dasar dari sistem parlementer adalah :17

1). Kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dan Perdana

Menteri dipilih oleh badan legislatif.

2). Perdana Menteri beserta anggotanya bertanggung jawab kepada

Parlemen. Kepala Pemerintah ( Perdana Menteri) merupakan

mandataris Parlemen.

15 Rusadi Kantaprawira,1983, Sistem Politik Indonesia Su atu Model Pengantar, Sinar Baru, Bandung, hal. 140.

16

Ibid, hal.141. 17

(30)

3). Kabinet dapat bertahan sejauh mendapat dukungan dari Parlemen.

Artinya Parlemen menjatuhkan Kabinet apabila dari anggota tidak

mendapat dukungan mayoritas dalam DPR.

4). Apabila kebijakannya tidak mendapat dukungan dari Parlemen,

Perdana Menteri dapat meminta Presiden membubarkan Parlemen,

dan selanjutnya menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk

membentuk Parlemen baru.

b. Sistem Presidensiil

Esensi sistem ini adalah tidak me ngenal kewajiban pemegang

kekuasaan eksekutif memberi pertanggung jawaban kepada Parlemen, dan

masa jabatannya ditentukan secara konstitusi. Badan eksekutif tidak

bertanggungjawab kepada Parlemen, karena dibentuk melalui Pemilihan

Umum18. Ciri-ciri dasar dari sistem Presidensiil adalah :19

1) Kepala pemerintahan disebut Presiden, dan dipilih untuk masa

jabatan yang ditentukan oleh UUD dan dalam keadaan normal tidak

dapat dipaksa untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif.

2) Kepala pemerintahan tidak bertanggungjawab kepada Parlemen

karena dipilih melalui Pemilu secara langsung.

3) Memiliki eksekutif nonkolega l (1 orang), eksekutif bersifat tunggal,

dimana para menteri hanya pembantu presiden yang setiap saat dapat

diberhentikan.

18

Rusadi Kantaprawira, op.cit, hal.143. 19

(31)

Jadi yang dimaksud masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri

dalam skripsi ini adalah bahwa Megawati Soekarnoputri sebagai Perdana

Menteri (Kepala Pemerintahan) sekaligus Kepala Negara.

Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam UUD adalah :20

a. Indonesia

Adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), negara

Indonesia berdasarkan atas hukum bukan kekuasaan belaka.

b. Sistem Konstitusi

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar),

tidak bersifat absolutisme (kekuasaan terbatas).

c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada ditangan Majelis

Permusyawaratan rakyat (MPR).

Di samping itu pokok-pokok pikiran dari sistem pemerintahan

Indonesia adalah :21

1. Indonesia adalah negara hukum.

2. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh suatu badan

yang diberi nama MPR.

3. Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan negara yang

tertinggi di bawah MPR.

4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

20

C.S.T.Kansil,1990, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta , hal.36. Lihat Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, hal.151.

21

(32)

5. Menteri negara adalah pembantu Presiden dan tidak bertanggung

jawab kepada DPR.

6. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Secara garis besar kekuasaan MPR, Presiden dan DPR berdasarkan

UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :

a. MPR

MPR adalah lembaga tertinggi negara, pemegang dan

penyelenggara kedaulatan rakyat yang mempunyai kekuasaan tidak

terbatas. Majelis terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan

daerah dan golongan. Tugas dan wewenang MPR adalah menetapkan

UUD dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sesuai dengan

pasal 3 UUD 1945, MPR juga mengangkat dan memberhentikan

Presiden dan Wapres sesuai dengan pasal 6 ayat (2) UUD 1945.

Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Majelis

menyelenggarakan sidang, sekurang-kurangnya satu kali dalam lima

tahun. Apabila dipandang perlu, dalam lima tahun itu boleh diadakan

sidang lebih dari satu kali yaitu Sidang Istimewa. Persidangan

Majelis ada 2 (dua) macam, yaitu (a) Sidang Umum, yang diadakan

pada permulaan masa jabatan Majelis, (b) Sidang Istimewa, yang

diadakan di luar sidang umum22. Di Indonesia pada masa Presiden

Abdurrahman Wahid periode tahun 1999-2004 telah diadakan dua

kali sidang oleh Majelis, yaitu Sidang Umum tahun 1999 dan Sidang

22

(33)

Istimewa tahun 2001 dengan menetapkan Megawati Soekarnoputri

sebagai Presiden Indonesia.

b. Presiden

Presiden menurut UUD 1945 adalah kepala kekuasaan

eksekutif dalam negara sekaligus penyelenggara Pemerintahan

negara yang tertinggi.23 Presiden dibantu oleh seorang Wapres dan

Menteri-Menterinya. Seperti yang dijelaskan dalam UUD 1945

bahwa Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan, antara lain :24

1) Kekuatan eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan

Undang-undang.

2) Kekuatan administratif yaitu kekuasaan untuk mengangkat dan

memberhentikan Menteri-Menterinya.

3) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat

Undang-undang bersama DPR, membuat Peraturan Pemerintah (PP) dan

membuat Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu).

4) Kekuasaan militer yaitu kekuasaan Presiden sebagai Panglima

tertinggi ABRI dan kekuasaan untuk menyatakan perang atas

persetujuan DPR.

5) Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk memberikan grasi,

amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

6) Kekuasaan diplomatik yaitu kekuasaan untuk mengangkat duta

dan konsul serta menerima duta dari negara lain.

(34)

Perlu diketahui bahwa kekuasaan Presiden dalam sistem

parlementer berbeda dengan sistem presidensiil. Dalam sistem

pemerintahan parlementer, Presiden berfungsinya sebagai kepala

negara. Sedangkan sistem pemerintahan presidensiil, Presiden

disamping sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan.

Sistem Presidensiil ini merupakan sistem yang dianut oleh

Indonesia25. Sedang kepresidenan merupakan lembaga pemerintahan

yang diketuai oleh Presiden.

c. DPR

DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang anggotanya terdiri

dari wakil partai yang dipilih melalui Pemilu dan anggota ABRI

yang diangkat. Adapun tugas dan wewenang DPR antara lain :

1) Bersama-sama Presiden membuat Undang-undang.

2) Bersama-sama Presiden menetapkan APBN.

3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN,

dan kebijakan Pemerintah.

4) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan

masyarakat.

Sedangkan hak- hak yang dimiliki oleh DPR diantaranya :26

1) Mengajukan anggaran.

2) Mengajukan pernyataan pendapat.

3) Mengadakan perubahan atas RUU.

25Ibid,

hal. 148. 26Ibid,

(35)

4) Mengadakan penyelidikan.

5) Meminta keterangan Presiden

4. Bentuk Negara

a. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang legislatif

tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif pusat/nasional. Adapun

ciri-ciri dari bentuk negara kesatuan antara lain :

1. Tidak ada negara dalam negara.

2. Pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh.

3. Hanya memiliki satu konstitusi.

Penyelenggara ne gara kesatuan ada dua sistemnya, yaitu :

1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

Dalam sistem ini Pemerintah Pusat menjalankan seluruh

kekuasaan pemerintahan, sedang daerah-daerah hanya tinggal

melaksanakan peraturan dan perintah dari pemerintah pusat.

Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengadakan

peraturan sendiri.

2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

Penerapan sistem ini adalah Pemerintah Pusat menyerahkan

kekuasaannya kepada Pemerintah daerah, dengan tujuan daerah

dapat menentukan dan bertanggung jawab terhadap daerah

(36)

urusan yang bersifat umum dan penting. Daerah-daerah yang

mengurus rumah tangganya sendiri disebut daerah otonom.

b. Negara Federal

Negara Federal merupakan gabungan dari beberapa negara bagian,

dengan kedaulatan penuh ada pada gabungan dari negara-negara

bagian itu. Adapun ciri-ciri dari negara federal adalah sebagai berikut :

1). Ada negara dalam negara.

2). Kedaulatan ekstern berada di tangan pemerintah federal.

3). Kedaulatan intern berada di pemerintah bagian.

4). Terdapat dua macam konstitusi yaitu konstitusi negara federal dan

konstitusi negara bagian.

5. Bentuk pemerintahan

Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas

menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan

negara. Pemerintahan adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum.

Bentuk pemerintah yang terkenal adalah monarkhi (kerajaan) dan republik.

Kerajaan atau monarkhi adalah negara yang dikepalai oleh seorang Raja

dan bersifat turun menurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain Raja,

kepala negara suatu monarkhi dapat berupa kaisar atau syah. Republik

adalah negara dan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang

(37)

suatu masa jabatan ( contoh Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun).

Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatannya.27

6. Partai Politik

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-cita

yang sama28.

Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia

yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasa terhadap pemerintahan bagi pimpinan

partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil29.

Menurut pendapat R.H.Soltau, partai politik adalah sekelompok

warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai

suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya

untuk memilih bertugas menguasai pemerintahan dan melaksanakan

kebijaksanaan umum mereka30.

Menurut pendapat Sigmund Neumann, partai politik adalah

organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai

kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar

persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang mempunyai

pandangan berbeda31.

27 C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 21.

28 Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta,hal.160. 29

Ibid

30Ibid . 31Ibid.

(38)

Secara garis besar fungsi partai politik adalah :32

a) Sosialisasi Politik yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi

politik para anggota masyarakat.

b) Rekruitmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan

pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan

sejumlah peranan dalam sis tem politik pada umumnya dan

pemerintahan khusunya.

c) Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan

umum dan pelaksanaan keputusan politik.

d) Pemadu Kepentingan yaitu kegiatan me nampung, menganalisis dan

memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan

bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian

diperjuangkan dalam proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan

politik.

e) Komunikasi Politik, ialah proses penya mpaian informasi mengenai

politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat

kepada pemerintah.

f) Pengendalian konflik artinya menampung dan memadukan berbagai

aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan

membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan

rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

32

(39)

g) Kontrol Politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan,

kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam

pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh

pemerintah.

Sedang fungsi partai politik dalam negara demokrasi antara lain :33

1) Sebagai sarana komunikasi politik.

Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah artinya berjalan

dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam

arus ini adalah sebagai jembatan antara mereka yang memerintah

dengan mereka yang diperintah.

2) Sebagai sarana sosialisasi politik.

Proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi dan nilai

dari masyarakat dimana ia berada. Proses itu mencakup proses

dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

3) Sebagai sarana rekruitmen politik.

Rekruitmen politik adalah proses dimana partai mencari anggota

baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam

partai politik.

4) Sebagai sarana Pengatur konflik.

Negara demokrasi masyarakatnya terbuka. Adanya perbedaan dan

persaingan adalah hal yang wajar.

33

(40)

Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang

demokratis di bawah rule of law adalah sebagai berikut :

a) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain

menjamin hak- hak individu, harus menentukan pula cara prosedur

untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang terjamin.

b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c) Pemilihan umum yang bebas.

d) Kebebasan untuk menyatakan pendapat.

e) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi.

f) Pendidikan kewarganegaran.

Berdasarkan konsep di atas, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan

republik dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai

kepala negara yang dipilih oleh rakyat.

Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dengan ciri-ciri tidak ada

negara dalam negara, pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh secara

intern maup un ekstern, dan hanya memiliki satu konstitusi yaitu UUD

1945.

Sedangkan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia adalah sistem

pemerintahan presidensiil yaitu sistem pemerintahan dimana kepala

pemerintahan disebut Presiden dan dipilih untuk masa jabatan yang

ditentukan oleh UUD. Kepala pemerintahan (Presiden) dipilih oleh rakyat

baik secara langsung atau melalui badan pemilihan. Untuk kabinet yang

(41)

adalah kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah

dipegang oleh Presiden sendiri. Para Menteri tidak bertanggung jawab

langsung kepada DPR melainkan Presiden.

Pada masa reformasi, diharapkan dapat membawa perubahan dalam

segala hal (politik). Akan tetapi pada era reformasi, Indonesia dihadapkan

dalam berbagai macam cobaan, terutama sekali dalam kepemimpinan

bangsa (Pemerintah). Hal ini terlihat jelas saat berakhirnya kekuasaan

Soeharto, awal pemerintahan B.J.Habibie, Pemerintahan Abdurrahman

wahid hingga pemerintahan Megawati soekarnoputri periode tahun

2001-2004. Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita meninjau kembali

keadaan politik sebelum Megawati diangkat menjadi Presiden republik

Indonesia.

Kondisi politik di tanah air pada awal tahun 1999 hingga tahun 2001

belum juga menampakkan titik terang. Hal ini terlihat dari banyaknya

kontroversi-kontroversi yang berakibat hilangnya kredibilitas pemimpin

bangsa. Pemerintahan Abdurrahman Wahid ini sangat fenomenal dan

penuh dengan kontroversi. Hal ini disebabkan karena Abdurrahman Wahid

sering mengambil langkah soliter dan kurang memperdulikan para politisi

di DPR. Konflik antara elit politik telah mencapai titik kuliminasi. Hal ini

telah mendorong untuk diadakan Sidang Istimewa MPR (SI MPR) sebagai

upaya untuk menyelesaikan konflik elit politik tersebut, karena ini yang

konstitusional, dan sangat lebih baik dari pada cara pemaksaan atau

(42)

Sidang istimewa MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7

Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Proses menuju

Sidang istimewa MPR ini penuh dengan kontroversial, dimana terdapat 7

fraksi mendukung diselenggarakannya Sidang istimewa MPR, dua fraksi

menolak dan satu fraksi abstain. Alasan diselenggarakannya Sidang

istimewa MPR guna meminta pertanggung jawaban Presiden

Abdurrahman Wahid, karena dalam waktu tiga bualan Presiden tidak

mengindahkan memorandum I dan II. Sebagai bentuk perlawanan terhadap

lawan politiknya Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001,

yang intinya membekukan MPR-RI dan DPR-RI dan Golkar serta

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat

pelaksanaan pemilu. Akan tetapi dekrit ini dianggap tidak konstitusional

dan tidak sah, karena kedudukan DPR adalah kuat. Presiden tidak bisa

membubarkan DPR apalagi MPR. Langkah- langkah yang diambil oleh

Presiden justru menambah rasa ketidak percayaan parlemen dan dianggap

berbahaya dan melanggar haluan negara.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bahwa MPR adalah lembaga

tertinggi negara pemegang kedaulatan rakyat yang kekuasaannya tidak

terbatas. Maka Sidang istimewa MPR itu benar-benar digelar. Sidang

istimewa MPR ini menghasilkan empat buah ketetapan yaitu sebagai

berikut :34

34

(43)

1. Sikap MPR Republik Indonesia terhadap Maklumat Presiden

Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001 dianggap tidak sah dan

bertentangan dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan

hukum (Tap MPR No.I/MPR/2001).

2. MPR meminta pertanggung jawaban Presiden, dan penolakan

Presiden memberikan pertanggung jawaban dalam Sidang

istimewa MPR serta penerbitan Maklumat oleh Presiden tanggal

23 Juli 2001 dianggap melanggar haluan negara (Tap MPR

No.II/MPR/2001).

3. Penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai

Presiden RI menggantikan KH. Abdurrahman wahid sampai

masa jabatan Presiden RI 1999-2004 (Tap MPR

No.III/MPR/2001).

4. Pengangkatan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI (Tap

MPR No.IV/MPR/2001).

Selain Sidang Istimewa MPR wujud dari reformasi bagi bangsa

Indonesia, terbentuknya kabinet gotong royong dibawah duet

kepemimpinan Megawati Soekarnoputri–Hamzah Haz pada tanggal 9

Agustus 2001 pada dasarnya merupakan akhir dari rangkaian proses inisial

konstitusional politik di Indonesia. Sidang Istimewa MPR 2001

merupakan awal dari institusionalisasi ini telah berlangsung demokratis.

Demikian juga Sidang Istimewa MPR 2001 terlaksana secara demokratis

(44)

Proses pengangkatan Presiden dan Wapres merupakan agenda Sidang

Istimewa MPR 2001, terlihat menyajikan suasana baru bagi

pengembangan kultur demokratis Indonesia.

Oleh karena itu, masa depan Indonesia bukan hanya tergantung pada

bagaimana duet Megawati-Hamzah Haz menyelesaikan berbagai masalah

krisis ekonomi, dan sosial-politik, tetapi juga bagaimana “rezim

reformasi” yakni sinergi keseluruhan jajaran pemerintahan baru yang

terdiri dari lembaga- lembaga MPR, DPR, Presiden dan Mahkamah Agung

melanjutkan proses institusionalisasi reformasi selanjutnya secara optimal.

Untuk itu masalah pokok yang harus segera ditangani oleh duet

Megawati-Hamzah Haz adalah mewujudkan proses reformasi politik dan

hukum serta mengatasi masalah ekonomi. Indikasi pertama yang

menunjukkan komitmen duet kepemimpinan atas masalah tersebut adalah

pada profil kabinet yang dibentuk. Kabinet Mega dinilai telah memenuhi

harapan publik. Megawati berhasil menyusun kabinet yang kompromistis,

dimana kabinetnya mencerminkan adanya campuran antara koalisi

partai-partai politik dan profesional maupun militer.

Selain itu terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI

yang kelima juga disambut kalangan luas sebagai pemberi harapan bagi

rakyat akan masa depan.

Untuk itu ada tiga hal yang penting yang nampaknya harus segera

ditindak lanjuti oleh kabinet Megawati Soekarnoputri. Hal penting itu

(45)

pertama penuntasan kasus dugaan penyelewengan dana non budgeter

Bulog Akbar Tanjung dan masalah KKN lainnya. Hal ini menunjukkan

bahwa pemerintahan Mega-Hamzah benar-benar mempunyai komitmen

untuk menegakkan suatu pemerintahan yang bersih dan

bertanggungjawab. Kedua adalah menyelesaikan konflik-konflik sosial di

Kalimantan Tengah sampai konflik Poso, Aceh, dan Papua (hubungan

pusat-daerah), apalagi masalah teroris yang menghantui Indonesia pada

saat itu. Hal ini untuk menunjukkan pemerintahan baru benar-benar

mempunyai komitmen untuk menegakkan hukum yang adil di Indonesia.

Rule of law menjadi bagian yang sangat signifikan bagi pertumbuhan

demokrasi. Ketiga adalah penanganan dalam mengatasi krisis ekonomi.

Kebijakan dalam penanganan masalah krisis ekonomi ini secara tidak

langsung menambah kredibilitas Pemerintah, bahwa Pemerintah mampu

menumbuhkan kesejahteraan bangsanya.

Meski demikian pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati dapat

dikatakan tidak berhasil. Dalam pemerintahannya, Megawati banyak

mendapat kecaman, Megawati dinilai lamban dalam menyelesaikan segala

persoalan bangsa, terutama dalam konflik Poso, Papua dan kasus terorisme

di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan-kritikan yang

dilontarkan kepadanya.

Di sisi lain pemerintahan Megawati telah berhasil merencanakan

Pemilu 2004 secara langsung. Untuk periode ini Megawati pun

(46)

Megawati yang kharismatik tapi hemat bicara dan pendiam ini tidak bisa

lolos dalam pemilihan Presiden secara langsung tahun 2004. Dan sebagai

pemenang Pemilu 2004 sekaligus sebagai pemimpin bangsa ialah

pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla.

G. Hipotesis

Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

masalah yang harus diuji kebenarannya. Seringkali peneliti tidak dapat

memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalah itu akan

diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan untuk tiap

segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan35.

Dalam penelitian, hipotesis merupakan pedoman bagi penelitian. Dengan

adanya hipotesis, maka langkah pengujian hipotesis dapat dilakukan lebih

terarah. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Kalau Presiden Abdurrahman Wahid dipecat oleh MPR karena

terlibat kasus suap Bruneigate dan Bullogate, maka Megawati

Soekarnoputri sebagai wakil presiden diangkat menjadi presiden

Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

2. Kalau Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik

Indonesia, maka Beliau akan melakukan kebijakan politik dan

ekonomi yang sesuai dengan tujuan partainya, yaitu membangun

35

(47)

kekuatan politik PDI Perjuangan dan memperjuangkan

kepentingan ekonomi rakyat Indonesia.

3. Kalau dalam menjalankan pemerintahan Megawati Soekarnoputri

memberi perhatian kepada rakyat kecil, maka pengaruhnya dalam

bidang politik dan ekonomi akan baik terhadap rakyat Indonesia.

H. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metodologi

Dalam mengkaji masa keprsidenan Megawati Soekarnoputri periode

tahun 2001-2004 ini, penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah itu

merupakan suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau secara imajinatif dari fakta- fakta yang diperoleh

melalui proses historiografi. Dalam skripsi ini metodologi penulisan yang

digunakan adalah metode deskriptif analitis.

Deskriptif analitis merupakan pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek pemikiran pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak / sebagaimana adanya. Metode

deskriptif analitis memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta- fakta

sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Tujuan dari penulisan deskriptif

analitis ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki36.

36

(48)

Metode adalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian sejarah adalah suatu proses

menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.

Hal ini sangat bermanfaat bagi sejarawan untuk merekonstruksi masa lampau

secara imajinatif berdasarkan fakta- fakta yang diperoleh melalui

historiografi37.

Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam metode penelitian ini

mencakup lima tahapan, yaitu :

1). Pemilihan Topik.

Pemilihan topik merupakan salah satu langkah kerja yang pertama yang

harus dikerjakan oleh seorang penulis agar apa yang ingin diketengahkan

dalam penulisannya menjadi jelas lebih- lebih dimata pembaca sendiri.

Untuk itu diperlukan beberapa kriteria sebagai acuan, yaitu :

a) Topik harus memiliki nilai, yang artinya di sini harus berdasarkan

pada pengalaman manusia yang dianggap paling penting terutama

peristiwa-peristiwa yang dapat membawa perubahan dalam

masyarakat.

b). Topik harus orisinil yang berarti apa yang ditulis belum pernah ditulis

orang lain.

c). Topik harus praktis yang berarti bahwa pemilihan topik di sini

apabila dilanjutkan ke penelitian tidak memakan waktu.

37

(49)

d). Topik harus memiliki kesatuan tema dan topik di sini harus berangkat

dari suatu permasalahan.

2) Pengumpulan Sumber (Heuristik).

Pengumpulan sumber atau heuristik adalah proses pengumpulan

data-data dari sumber-sumber yang ada untuk kepentingan subyek yang

akan diteliti. Menurut bentuknya, sumber sejarah dibedakan menjadi

tiga, yaitu : sumber tertulis, sumber benda, dan sumber lisan. Menurut

sifatnya, sumber sejarah dibedakan menjadi tiga juga, yaitu : sumber

primer,sumber sekunder dan sumber tersier.

Dalam penelitian ini penulis banyak menggunakan sumber

tertulis, yaitu berupa buku-buku dan dokumen resmi kenegaraan,

majalah, dan internet. Sumber primer yang digunakan oleh penulis

adalah dokumen-dokumen kenegaraan, misalnya pidato Presiden RI

pada Sidang Tahunan MPR RI pada tanggal 1 November 2001, majalah

terbitan sejaman dengan peristiwa yang sedang berlangsung sebagai

contoh CSIS th XXX/2001. Sumber-sumber tersebut penulis peroleh

melalui buku-buku yang ditulis oleh orang yang tidak terlibat langsung

dalam suatu peristiwa dan berbagai sumber atau literatur yang ada di

perpustakaan Sanata Dharma, Perpustakaan Daerah Yogyakarta dan

berbagai tempat lainnya. Sumber-sumber itu berupa buku-buku pustaka

(50)

3) Kritik Sumber.

Kritik sumber merupakan tahap penelitian sejarah setelah

pengumpulan data. Kritik sumber bertujuan untuk mengetahui

kredibilitas dan otoritas sumber. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

kritik sumber adalah uji terhadap data pada penelitian. Kritik sumber

dalam penelitian sejarah merupakan langkah yang harus dilakukan untuk

menghindari adanya kepalsuan suatu sumber atau untuk mengetahui

apakah data yang ada dapat dipertanggung jawabkan keasliannya atau

tidak. Salah satu cara yang dilakukan adalah kritik intern dengan

membandingkan sumber supaya diketahui kebenarannya. Kritik intern

dilakukan dengan menilai apakah sumber yang digunakan tersebut dapat

dipercaya atau tidak. Penulis melakukan kritik sumber dengan cara

melihat dan mengkaji apakah sumber tersebut dapat dipercaya

kebenarannya dan bersifat obyektif, sehingga diperoleh data-data yang

dapat dipercaya dan relevan. Hasil dari kritik sumber adalah fakta- fakta

yang merupakan unsur rekonstruksi sejarah.

4) Interpretasi Data (Analisa Data).

Analisis sumber atau interpretasi dalam penelitian merupakan

tahap yang sangat penting, karena dalam interpretasi terhadap unsur

penafsiran terhadap sumber yang telah dinilai kebenarannya. Hasil

analisa akan menunjukkan tingkat keberhasilan suatu penelitian. Dalam

penelitian ini data akan ditempatkan secermat mungkin supaya penelitian

(51)

mungkin diharapkan mampu mengurangi subyektifitas yang biasa

muncul dalam historiografi. Sejarah dalam obyektif (peristiwa) yang

diamati dan dimasukkan kepikiran subyek tidak akan murni tetapi akan

murni apabila diberi warna sesuai kacamata subyek, artinya interpretasi

merupakan penafsiran terhadap fakta-fakta telah diuji kebenarannya dan

menganalisis sumber untuk menghasilkan suatu peristiwa.

5) Penulisan Sejarah (Historiografi).

Penulisan sejarah tidak lepas dari sumber-sumber yang terkait

didalamnya, yang memberi suatu gambaran mengenai rangkaian suatu

peristiwa. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis suatu peristiwa

sangat penting, sehingga dengan mudah memberi suatu pengertian dasar

kapan peristiwa itu terjadi.

Penulisan sejarah ini dilakukan setelah melalui beberapa kriteria

yang telah tercantum dalam metode penulisan sejarah. Metode tersebut

diantaranya : topik, latar belakang permasala han, permasalahan, tujuan

dari penulisan ini, manfaat penulisan, landasan teori, kajian pustaka,

metode penelitian, sistimatika penelitian, jadwal penelitian dan sumber

yang terakhir yaitu daftar pustaka.

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah metode deskriptif analitis, yakni model penulisan sejarah yang

membutuhkan landasan teoritis atau kerangka konseptual. Masalah

pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah apa yang melatar

(52)

tahun 2001 sampai 2004, masalah kedua apa kebijakan-kebijakan yang

dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri, dan masalah ketiga bagaimana

pengaruh pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri

selama menjabat sebagai presiden RI yang kelima.

2. Pendekatan

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

politik dan pendekatan psikologi. Adapun yang akan dianalisis dalam

pendekatan politik adalah bagaimana distribusi kekuasaan itu terjadi dalam

suatu masyarakat atau suatu negara selanjutnya bagaimana kekuasaan itu

dijalankan dan akhirnya bagaimana kekuasaan itu mengakhiri masa tugas

Megawati Soekarnoputri.

Sedang untuk pendekatan psikologi adalah pendekatan yang

berorientasikan pada tingkah laku manusia. Syarat utama dari pendekatan

ini adalah tingkah laku manusia yang berorientasi umum. Masalah dalam

pendekatan psikologi ini adalah pada tingkah laku manusia baik tingkah

laku dalam maupun tingkah laku luar. Penganalisa dari tingkah laku

tersebut pasti membuat ketentuan dengan hadirnya suatu organisme atau

sebagai penengah antara rangsangan dari luar dan kemungkinan adanya

tanggapan. Seperti yang yang diketahui pada dasarnya sifat dari manusia

(53)

rangsangan dari luar yang tidak sesua i dengan sifat dasar manusia tersebut

maka sifat manusia yang semula halus akan mengalami perubahan38.

Dengan demikian pendekatan psikologis ini penulis gunakan untuk

mengkaji biografi Megawati Soekarnoputri. Melalui pendekatan ini

menguraikan sifat dasar Megawati Soekarnoputri yang dapat diketahui

dari biografi Megawati Soekarnoputri . Dalam biografi tersebut penulis

menguraikan sifat-sifat dasar beliau yang memang memiliki kepribadian

pendiam, kalem, lemah lembut, tenang dan disiplin serta memiliki sifat

sosial yang tinggi. Sehingga hal itu menjadi latar belakang ketertarikannya

terjun dalam bidang politik yang kemudian hari membawanya menjadi

presiden Republik Indonesia yang kelima. Selain itu juga ketertarikan

dalam politik ini juga dipengaruhi oleh faktor keluarga, dimana Megawati

Soekarnoputri ini berlatar belakang anak dari Bung Karno, presiden

pertama Republik Indonesia.

38

(54)

I. Sistimatika Penulisan

Sistematika penulisan ini, penulis tunjukkan untuk memaparkan secara

garis besar masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri periode tahun

2001-2004.

Adapun kerangka dari penulisan ini adalah :

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai

Presiden Republik Indonesia yang kelima.

Bab III : Kebijakan-kebijakan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri

Bab IV : Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri

selama menj abat sebagai Presiden Republik Indonesia.

(55)

39

BAB II

LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DIANGKAT

SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

TAHUN 2001-2004

A. Biografi Megawati Soekarnoputri

1. Masa Kecil Megawati Soekarnoputri

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri merupakan nama

lengkap Megawati Soekarnoputri atau yang lebih dikenal dengan nama Mbak

Mega (lihat Lampiran 1). Megawati dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23

Januari 1947. Kelahirannya ditandai suara bedug yang bertalu-talu, mendung tebal

dan hujan turun sangat deras disertai halilintar.39Saat itu suasana sangat tidak

menyenangkan karena sebagai anak Presiden RI Mega harus lahir dalam situasi

yang memprihatinkan.

Sejak lahir Megawati Soekarnoputri telah mengalami kehidupan dalam

tempat pelarian dan persembunyian. Kelahiran Megawati itu berada dalam situasi

revolusioner karena pada saat itu Belanda ingin kembali menguasai tanah air

dengan menaklukkan Yogyakarta yang terkenal sebagai kota perjuangan dan

bersejarah.40

Sejak kecil Megawati Soekarnoputri dikenal gadis kecil yang cerdas,

pendiam, sedikit bicara dan banyak senyum. Kepribadiannya kalem, tenang dan

39

Sumarno,op.cit., hal. 1 40

(56)

tidak sentimental dalam mengungkapkan perasaannya.41Masa kanak-kanaknya

hingga remaja, ia lalui di lingkungan istana negara, diisi dengan belajar menari

dan membaca. Sesekali jika ada tamu negara yang berkunjung ke Istana, Bung

Karno menampilkan putri kesayangannya untuk menari didepan tamunya dalam

jamuan resmi kenegaraan.42Sebagai putri Presiden Megawati bersama

saudara-saudaranya cukup dimanja para abdi dalem istana dalam situasi penuh privilege

(fasilitas khusus) yang dinikmati first family. Meskipun demikian Mega kecil

sudah dibiasakan bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Yaitu pada saat

mendapat pendidikan pra-sekolah, Mega dan Guntur kakaknya dididik dengan

tegas untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak eksklusif. Mega dan kakaknya

belajar bersama dengan anak-anak karyawan dan tukang kebun. Bercampurnya

anak-anak tersebut membuat Mega mengetahui langsung kehidupan “wong cilik”

dan bisa memahami betapa sulitnya menjadi “wong cilik”.

Pendidikan dasar Megawati hingga SMA dilaluinya di Perguruan Cikini

Jakarta Pusat.43Selepas SMA, Megawati masuk Fakultas Pertanian di Universitas

Pajajaran Bandung, tahun 1965. Semasa mahasiswa, Megawati aktif dalam

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bandung, sebagai

anggota biasa. Keaktifan Mega dalam GMNI ini telah membuktikan bahwa Mega

pun sebagai seorang aktivis, namun pembawaan pribadinya sangat tenang dan

cenderung pendiam.

Pada tahun 1967, situasi politik Indonesia telah membuka luka hati

Megawati, dimana ia memilih untuk meninggalkan bangku kuliah untuk

41

Syahbuddin Managandaralam, 1986, Apa dan Siapa Bung Karno, Rosda, Jakarta, hal. 11. 42

Sumarno, op.cit., hal. 4. 43

(57)

mendampingi ayahnya, Bung Karno. Kesehatan Bung Karno semakin memburuk

dan sedang dikenai karantina politik oleh Soeharto sebagai penguasa baru.

Megawati merasakan betul kegoncangan jiwa yang dialami ayahnya akibat

tekanan dan isolasi politik oleh rezim yang menamakan Orde Baru. Kesedihan

dan kepedihan Megawati begitu mendalam ketika akhirnya Bung Karno wafat

tanggal 21 Juni 1970, dalam status politik yang kurang menggembirakan bahkan

memilukan.

Setelah situasi agak mencair, pada tahun 1970 Megawati berusaha untuk

melanjutkan kuliahnya. Ia masuk Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Akan

tetapi kuliah keduanya inipun tak terselesaikan. Tahun 1972, ia memutuskan

untuk berhenti kuliah. Hal ini disebabkan karena faktor mengurus rumah tangga

dan kegiatannya terjun dalam dunia politik.

Megawati mengakhiri masa lajangnya dengan dipersunting oleh seorang

penerbang Letnan Satu Surindro Supjarso, yang biasa dipanggil dengan sebutan

Mas Pacul. Akan tetapi kebahagiaan Mega tidak berlangsung lama, saat ia hamil,

suaminya bersama tujuh awak pesawat Skyvan T.70 dikabarkan jatuh di Biak

Irian Jaya tahun 1970, tak lama setelah Bung Karno wafat.44Pada tahun 1972,

Mega mencoba untuk membangun rumah tangga untuk yang kedua kalinya. Mega

berkenalan dengan seorang pemuda tampan Hassan Gamal Ahmad Hassan,

diplomat Mesir yang bertugas di Jakarta. Keduanya menikah di Kantor Urusan

Agama Sukabumi tahun 1972. Namun, pernikahan kedua ini tidak seperti yang

diharapkan. Pernikahan Megawati dibatalkan oleh Pengadilan Agama Istimewa

44

(58)

Jakarta. Pengadilan menganggap nasib suaminya, Surindro belum jelas apakah

sudah meninggal atau masih hidup. Oleh karena itu, Pengadilan Agama menilai

pekawinan Mega-Gamal Ahmad Hasan tidak sah sehingga harus dibatalkan.45

Dalam perjalanan selanjutnya, wanita pendiam dan suka senyum itu

bertemu dengan seorang aktivis GMNI. Pria asal Ogan Komering Ulu, Palembang

yang menjadi tambatan hati Mega itu adalah Taufik Kiemas. Setelah mendapat

kepastian bahwa suaminya telah meninggal dalam musibah di Biak itu, Mega

akhirnya menikah dengan Taufik Kiemas hingga saat ini. Pasangan Mega-Taufik

dalam banyak hal menemukan kecocokan. Taufik sena ntiasa memberikan

“support” terhadap karier politik yang dirintis istrinya.

Saat ini Megawati dapat dikatakan sebagai salah seorang aktor politik

yang cukup penting di pentas nasional, akan tetapi Mega tidak pernah menempuh

pendidikan politik secara formal,seperti tokoh politik lainnya. Pendidikan politik

Megawati diperoleh sejak kecil dari ayahnya, Bung Karno. Di lingkungan istana

itulah Megawati mengalami proses sosialisasi politik yang intensif dari

tokoh-tokoh politik yang menemui ayahnya dimana ia sering dilibatkan walaupun

sekedar untuk menghidangkan minuman dan makanan atau menemani ayahnya

dalam perbincangan santai tentang aneka persoalan negara.

Bahkan di meja makanpun Megawati dapat memperoleh pelajaran politik

dari ayahnya, hal ini dikarenakan kesibukan Soekarno sebagai kepala negara.

Peristiwa ini terjadi salah satunya diruangan makan Istana Merdeka tahun 1964.

Diruangan ini Megawati mendapat dua jenis pelajaran yang berharga dari

Referensi

Dokumen terkait

Struktur penulisan dalam tulisan Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dengan Filipina Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004 yaitu berisikan tentang gambaran

Sebagaimana sudah dideskripsikan pada bagian sebelumnya mengenai deskripsi proses perumusan kebijakan kenaikan harga BBM pada masa pemerintahan SBY-JK periode 2004-2009,

tindak tuturan yang berkaitan dengan pidato   presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode jabatan tahun 2004-2009. Memberi wawasan kepada masyarakat yang tertarik

Bab 1 mendeskripsikan beberapa pembahasan meliputi latar belakang masalah menjelaskan berbagai problem akademik yang akan diangkat dalam penelitian, kemudian disusun sebuah

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan (Neraca dan Laporan Rugi Laba tahun 2001-2004) dan laporan administrasi yang diperoleh dari pihak bank.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tren penelitian tentang akuntansi keuangan serta akuntansi keuangan dan pasar modal di Indonesia

Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang kehidupan Abdurrahman Wahid sebagai seorang tokoh Nahdlatul Ulama yang kemudian menjadi Presiden Indonesia ke-4,

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang peneliti akan bahas ialah “Bagaimana Badan Pengusahaan BP Batam melakukan Persiapan Pengembangan