• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri periode tahun 2001-2004.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri periode tahun 2001-2004."

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

PERIODE TAHUN 2001-2004

Oleh: Kristitin Wahyuni NIM : 031314013

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan manganalisis: 1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia. 2) Kebijakan-kebijakan Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. 3) Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri terhadap Rakyat Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang meliputi : heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu suatu metode penulisan sejarah yang membutuhkan landasan teori atau kerangka konseptual untuk memecahkan masalah.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai presiden RI yang kelima antara lain: (a) keadaan politik, ekonomi, sosial dan hukum yang tidak stabil.(b) Pemerintahan Abdurrahman Wahid sudah tidak mendapat dukungan di Parlemen terkait dengan kasus Bulloggate dan

(2)

viii

ABSTRACT

PRESIDENTIAL ERA OF MEGAWATI SOEKARNOPUTRI IN

2001-2004 PERIOD

By: Kristitin Wahyuni 031314013

This research aims to describe and analyze: 1) the background of the appointment of Megawati Soekarnoputri as the president of the Republic of Indonesia, 2) Her policies while she was the president of the Republic of Indonesia, and 3) The influence of the government ruled by Megawati Soekarnoputri towards the Indonesian people.

The method used in this research was a historical method which includes: heuristic, verification, interpretation, and historiography, whereas the writing method used is a descriptive analysis, a method of history writing that needs theoretical base or conceptual framework to solve the problem.

(3)

MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

PERIODE TAHUN 2001-2004

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Kristitin Wahyuni

NIM : 031314013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO

“Sesungguhnya Allah t idak akan merubah keadaan

suat u kaum, sehingga mereka harus merubah keadaan

yang ada dalam diri mereka sendiri”

(Q S. 13: 11)

Tingkah laku adalah cermin

dimana set iap orang dapat melihat

wat ak dan kepribadiannya

(7)

v

PERSEM BAH AN

Karya kecil ini kupersembahkan teruntuk: Allah SW T, atas limpahan rahmat dan karunianya, Kedua orang tuaku (Bpk. Adisukarjo dan ibu Sunarti),

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Mei 2008 Penulis

(9)

vii

ABSTRAK

MASA KEPRESIDENAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

PERIODE TAHUN 2001-2004

Oleh: Kristitin Wahyuni NIM : 031314013

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan manganalisis: 1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia. 2) Kebijakan-kebijakan Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. 3) Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri terhadap Rakyat Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang meliputi : heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu suatu metode penulisan sejarah yang membutuhkan landasan teori atau kerangka konseptual untuk memecahkan masalah.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai presiden RI yang kelima antara lain: (a) keadaan politik, ekonomi, sosial dan hukum yang tidak stabil.(b) Pemerintahan Abdurrahman Wahid sudah tidak mendapat dukungan di Parlemen terkait dengan kasus Bulloggate dan

(10)

viii

ABSTRACT

PRESIDENTIAL ERA OF MEGAWATI SOEKARNOPUTRI IN

2001-2004 PERIOD

By: Kristitin Wahyuni 031314013

This research aims to describe and analyze: 1) the background of the appointment of Megawati Soekarnoputri as the president of the Republic of Indonesia, 2) Her policies while she was the president of the Republic of Indonesia, and 3) The influence of the government ruled by Megawati Soekarnoputri towards the Indonesian people.

The method used in this research was a historical method which includes: heuristic, verification, interpretation, and historiography, whereas the writing method used is a descriptive analysis, a method of history writing that needs theoretical base or conceptual framework to solve the problem.

(11)
(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Masa Kepresidenan Megawati Soekarnoputri Periode tahun 2001-2004”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan FKIP Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan ini. 3. Bapak Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H., selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian membimbing, serta memberi banyak saran, masukan, dan pemikiran.

4. Bapak. Drs. Sutarjo Adisus ilo, J.R., S.Th. selaku pembimbing II yang dengan kesabaran dan perhatian membimbing dan mengarahkan serta memberi banyak sara, masukan dan pemikiran.

(13)

x

6. Seluruh dosen Program Studi Sejarah dan pihak sekretariat Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dalam penulisan ini khususnya, dan dukungan serta bimbingan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan sumber sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Adi Sukarjo dan Ibu Sunarti, yang telah memberikan dorongan spiritual maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma, serta Mbak Krist, Mas Mul, Mas Pranto, Yudhi, Andi dan keponakanku Iyas, Amalia, Irfan tercinta terima kasih untuk dukungannya..

9. Semua teman-teman Pendidikan Sejarah Angkatan 2003, 2002, sahabatku, Nova, Yayuk, Tata, Dina, Yuditha, Kristien, Lusi, Siska, Icha, Ika, Budi, Feri, Githa,

Dwi, Ari, MasNjoo, atas curhat-curhatnya dan bantuannya.

(14)

xi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.

Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAM MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Manfaat Penulisan... 8

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Landasan Teori ... 12

G. Hipotesis ... 30

H. Metode dan Pendekatan ... 31

I. Sistematika Penulisan ... 38

BAB II LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DIANGKAT SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2004 A. Biografi Megawati Soekarnoputri ... 39

1. Masa Kecil Megawati Soekarnoputri ... 39

(16)

xiii

3. Megawati Soekarnoputri Sebagai Wakil Presiden

RI Periode Tahun 1999-2001 ... 48

B. Latar Belakang Megawati Soekarnoputri Diangkat Menjadi Presiden ... 52

1. Situasi Politik Indonesia ... 52

2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid Yang Dirundung Masalah ... 60

3. Jalannya Politik Sidang Istimewa MPR 2001 ... 64

BAB III KEBIJAKAN-KEBIJAKAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI SELAMA MENJABAT PRESIDEN ... 71

A. Kebijakan Dibidang Politik ... 71

1. Persatuan dan Kesatuan ... 75

2. Ideologi ... 83

3. Partai ... 85

4. Keamanan ... 88

B. Kebijakan Dibidang Ekonomi ... 92

C. Kebijakan Dibidang Sosial ... 103

D. Kebijakan Dibidang Pemberantasan Korupsi ... 110

E. Kebijakan Dibidang Hukum ... 113

BAB IV PENGARUH PEMERINTAHAN YANG DIJALANKAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI SELAMA MENJABAT PRESIDEN TERHADAP RAKYAT INDONESIA ... 119

A. Indonesia Awal Pemerintahan Megawati Soekarnoputri... 119

B. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Bagi Indonesia ... 124

(17)

xiv

2. Pengaruh Pemerintahan Megawati

Soekarnoputri Dibidang Ekonomi ... 131

3. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Dibidang Sosial ... 136

4. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekaroputri Dibidang Korupsi ... 138

5. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Dibidang Hukum ... 141

BAB V PENUTUP ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 150

LAMPIRAN ... 161

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Foto Megawati Soekarnoputri ... 161

Lampiran 2: Perjajian Damai Maluku di Malino ... 162

Lampiran 3: Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 163

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dyah Permata Megawati Setyowati Soekarnoputri merupakan nama lengkap Megawati Soekarnoputri atau lebih dikenal dengan nama Mbak Mega. Megawati dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 19471. Megawati Soekarnoputri merupakan anak kedua Bung Karno, Presiden pertama Indonesia sehingga tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia. Karier politiknya dimulai pada tahun 1987 sebagai seorang ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Kemudian namanya dipasang sebagai calon anggota DPR dari PDI, dan menjadi anggota DPR pada tahun 19882.

Dalam PDI, Megawati merupakan orang yang tergolong baru dan sebagai orang baru, karier politik Megawati perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya Megawati sebagai pemimpin PDI periode 1993-1998, sebagai wakil presiden Republik Indonesia periode tahun 1999-2001 dan akhirnya menjadi presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

Megawati Soekarnoputri juga ikiut terlibat dalam dialog nasional, yang mana terselenggaranya dialog nasional ini memberi pengaruh yang sangat besar bagi politik Indonesia. Dialog nasional tersebut dipelopori oleh Abdurrahman Wahid yang dikenal dengan sebutan Dialog Ciganjur, karena memang dialog

1 Sumarmo,2001, Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara, PT. Rumpun Dian Nugraha, Depok,hal.1.Baca juga Rusdi Muchtar, dkk.,2002, Megawati

Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia, PT Rumpun Dian Nugraha,Depok, hal. 2.

2

(20)

tersebut diselenggarakan di kediaman Abdurrahman Wahid di Ciganjur pada tanggal 10 November 1998. Bersama dengan para mahasiswa Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta, hadir pula empat tokoh reformis yaitu Amien Rais, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Abdurrahman Wahid dan Megawati sendiri. Tujuan diselenggarakan dialog nasional adalah sebagai upaya untuk menyamakan visi dan pola pikir dalam menyikapi berbagai persoalan yang muncul, selain itu dialog nasional juga dapat diteruskan sebagai upaya mengkaji semua permasalahan yang sedang berlangsung.

Pada dasarnya salah satu tujuan dari reformasi adalah mewujudkan negara yang demokratis. Tidak ada cara lain dalam mewujudkan demokrasi kecuali melalui perundingan yang menghasilkan kompromi atau perjanjian, pemilihan umum serta penyelesaian perbedaan tanpa kekerasan. Melalui dialog diharapkan dapat dihasilkan gagasan-gagasan besar yang bermanfaat untuk menyelesaikan krisis yang melanda bangsa dan negara ini. Kini satu-satunya jalur formal yang menjadi harapan bangsa untuk memperoleh suatu pemerintahan “legitimate” dalam usaha mengatasi krisis bertumpu pada pemilu 1999. Namun jika pemilu 1999 gagal, bencana mungkin saja akan kembali menimpa Indonesia, kecuali jika seluruh komponen bangsa sepakat untuk memilih dialog nasional sebagai cara untuk mengatasi konflik dan menentukan pilihan-pilihan terbaik bagi masa depan3.

Sebelum Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan Abdurrahman Wahid, beliau menjadi wakil presiden

3

(21)

dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid. Selama kekuasaannya Abdurrahman Wahid dinilai gagal dalam menjalankan pemerintahan persatuan nasionalnya. Abdurrahman Wahid dinilai gagal karena beberapa faktor antara lain Abdurrahman Wahid pada masa pemerintahannya melakukan pemecatan anggota kabinetnya secara sepihak tanpa sepengetahuan wakil presiden Megawati, terkuak kasus Bullogate dan Bruneigate yang secara tidak langsung melibatkan Abdurrahman Wahid. Kasus ini menimbulkan memorandum I dan II4 yang tidak diperhatikan oleh Abdurrahman Wahid akhirnya DPR meminta pertanggungjawaban Presiden5. Abdurrahman Wahid akhirnya kehilangan jabatannya sebagai Presiden keempat Republik Indonesia setelah dirinya menolak memberikan pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa MPR. SI MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Sebagai bentuk perlawanan terhadap DPR, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit, antara lain berisi: (1) membekukan MPR-RI dan DPR-RI; (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu satu tahun. Akan tetapi dekrit ini ditolak oleh MPR melalui voting, karena dinilai justru melanggar haluan negara. Fatwa MA juga menegaskan dekrit itu tidak konstitusional, dimana

4 Memorandum I disampaikan DPR kepada Presiden Wahid pada tanggal 1 Februari 2001 karen Presiden dinilai telah melanggar pasal 9 UUD 1945 dan ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam kaitannya dengan kasus dugaan keterlibatannya dalam pencairan dana Yanatera Bulog dan bantuan Sultan Brunei Darusalam yang dikenal dengan istilah “ Bullogate” dan “Bruneigate”. Memorandum II disampaikan 30 April 2001, dengan tanpa persetujuan Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi PDKB sedangkan Fraksi TNI-Polri abstain, DPR memutuskan meminta MPR untuk mengadakan Sidang Istimewa.

5

(22)

kedudukan DPR dan MPR sangat kuat dan tidak dapat dibubarkan oleh Presiden, pembentukan badan guna menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun adalah kewenangan MPR. Ini didasarkan pada Tap MPR No. XIV/MPR/1998 tentang Pemilihan Umum. Karena beberapa faktor tersebut maka Aburrahman Wahid diberhentikan dari jabatan Presiden melalui SI MPR, kemudian MPR mengangkat wakil presiden Megawati Soekarnoputri menjadi presiden Republik Indonesia kelima, masyarakat Indonesia banyak berharap kepemimpinan Megawati dapat memberikan perubahan bagi kondisi Indonesia.

Terpilihnya Megawati Soekarnoputri ini disambut kalangan luas terutama “wong cilik” yang sejak pemilu 1999 diharapkan memenangkan kursi kepresidenan, sebagai pemberi harapan bagi rakyat masa depan. Diangkatnya orang nomor satu PDI perjuangan ini juga memberi harapan banyak pihak untuk membela wong cilik dan menegakkan keadilan6, bahkan oleh para pendukungnya yang sebagian besar dari kalangan biasa atau “wong cilik” Megawati dimitoskan sebagai “Ratu Adil”.

Terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden memberikan suasana baru untuk tercapainya suatu reformasi Indonesia. Hal ini terbukti bahwa terbentuknya kabinet gotong royong di bawah duet kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dengan Hamzah Haz pada tanggal 9 Agustus 2001. Terselenggaranya Sidang Istimewa MPR adalah bukti kecilnya dukungan politik kepada Presiden, dan kega galannya mencari kompromi politik7. Di samping itu sejumlah perubahan mendasar dalam setting politik dan ketatanegaraan Indonesia

6

Ibid, hal. 161. 7

(23)

telah dihasilkan oleh Sidang Istimewa MPR 2001. Salah satunya yaitu penyempurnaan UUD 1945 dan Tap-Tap MPR hasil sidang tahunan bulan Agustus 2000. Penyempurnaan UUD 1945 ini berkaitan dengan kedudukan dan hubungan tata kerja antar lembaga penyelenggara negara secara seimbang sehingga dapat diwujudkan mekanisme cheks and balances secara benar8. Lembaga perwakilan rakyat (DPR) yang mempunyai peran penting dalam penyempurnaan tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga permusyawaratan rakyat (MPR), sebab selain MPR pembawa amanat dengan pengemban aspirasi rakyat, DPR sendiri merupakan bagian dari kekuatan lembaga legislatif sendiri. Gagasan penyempurnaan UUD 1945 ini muncul tidak jelas dan tegasnya aturan hukum yang diberlakukan untuk menilai kebijakan lembaga-lembaga penyelenggara negara, termasuk Presiden.

Namun demikian, Pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri tidak mendatangkan hasil yang optimal dan maksimal. Banyak sekali kecaman-kecaman yang datang dan dilontarkan kepada Megawati Soekarnoputri pada waktu itu. Hal ini disebabkan karena Megawati Soekarnoputri lebih banyak mengambil sikap tidak banyak bicara, dan sangat berhati- hati dalam proses stabilisasi politik sehingga berdampak terjadinya kelambanan politik9. Faktor kedua bahwa Rezim Megawati hanya pandai memproduksi kata-kata

8 M.Djadijono, “SI-MPR 2001 : Pemerintahan Baru, Program Kerja dan Prospeknya”, Analisa

CSIS, Tahun XXX/2001, No.3. 9

(24)

progresif, baik dalam pidato rezim atau bukan dan ditambah dengan peraturan yang dibuat bersama DPR, atau bahkan lewat Ketetapan MPR10.

Singkatnya dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri waktu itu kurang memiliki kepekaan terhadap persoalan masyarakat dan bangsa yang memerlukan penanganan serius. Megawati Soekarnoputri lebih mengambil sikap “diam” dan kurang inisiatif. Yang terjadi pada waktu itu membanjirnya kritik dari berbagai media terhadap kebijakan pemerintah dan juga “diamnya” Megawati Soekarnoputri. Secara tidak langsung media massa dapat menjadi alat komunikasi antara pemerintahan Megawati dengan masyarakat.

“Diamnya” Megawati bukan berarti beliau tidak bekerja. Beliau pasti mengkomunikasikan pelbagai program dengan para stafnya atas persoalan bangsa dan negara serta mengaplikasikan program tersebut dalam tindakan nyata. Tentunya kerja keras beliau beserta staf tidak hanya untuk memperbaiki kondisi masyarakat dan bangsa, tetapi juga unt uk meningkatkan citra pemerintahannya agar mendapat trust (kepercayaan) dari masyarakat. Tanpa adanya trust

kredibilitas pemerintahan akan merosot dimata masyarakat. Dan kondisi ini akan menghambat jalannya pemerintahan11. Dengan semakin menebalnya trust terhadap pemerintahannya bisa saja Mega mempunyai peluang besar untuk terpilih kembali sebagai Presiden tahun 2004.

10 Indra J.Piliang,2001,” Rezim Megawati : Progresif Dalam Aturan, Permisif Dalam Perbuatan”,

Analisa CSIS, Tahun XXX/2001, No.4.

11

(25)

B. Perumusan masalah

1. Apa yang melatarbelakangi Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Periode tahun 2001-2004 ?

2. Kebijakan-kebijakan apa yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang kelima terhadap rakyat Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan dari penulisan ini dapat dilihat melalui dua aspek yang berbeda yaitu tujuan secara khusus dan tujuan secara umum. Adapun tujuan secara khusus dan umum dari penulisan ini adalah :

1. Mendeskripsikan latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

2. Mendeskripsikan kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri periode tahun 2001-2004.

(26)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya karya ilmiah tentang studi sejarah politik, terutama Indonesia.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan.

Penulisan ini akan menambah pengetahuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan mengenai sejarah politik di Indonesia pada masa presiden Megawati Soekarnoputri.

E. Kajian Pustaka

Dalam penulisan sejarah ada dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber yang berasal dari kesaksian para saksi mata atau para pelaku peristiwa itu sendiri. Sumber sekunder adalah sumber yang berasal dari orang bukan saksi mata atau tidak secara langsung menyaksikan peristiwa itu sendiri tetapi merupakan hasil karya dan kesaksian dari orang lain12.

Penulisan ini lebih pada penulisan studi pustaka. Sumber-sumber yang digunakan untuk menunjang penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Sumber Primer

Bendera Sudah Saya Kibarkan : Pokok -Pokok Pikiran Megawati

Soekarnoputri, karya Megawati Soekarnoputri yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka Sinar Harapan Jakarta, tahun 1996. Buku ini berisi tentang pokok-pokok

12

Louis Gottchlak, 1969, Mengerti Sejarah, UII Press, Jakarta, hal.30. Lihat juga

(27)

pikiran Megawati Soekarnoputri yang membicarakan tentang kepentingan rakyat banyak dan demokratisasi. Buku ini dikategorikan sebagai sumber primer yang menunjang dalam penulisan skripsi ini, karena buku tersebut ditulis oleh Megawati Soekarnnooputri sendiri.

Pidato Presiden Republik Indonesia pada sidang tahunan Majelis

Permusyawaratan Rakyat RI, pada tanggal 1 November 2001 di Jakarta yang terdapat pada situs internet http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/sidth- ind.htm. Pidato ini berisi tentang serangkaian agenda kegiatan sepanjang tahun 2001 beserta implikasinya. Pidato presiden ini digunakan untuk membahas dan melengkapi pada bab II dan bab-bab selanjutnya.

Pidato Presiden Republik Indonesia pada Sidang tahunan Majelis

Permusyawaratan Rakyat RI, pada tanggal 1 Agustus 2003 di Jakarta yang terdapat pada situs internet http://www.google.co.id/search?q=pidato +presiden&hl=id&lr=&start=60&sa=N. Pidato ini berisi tentang serangkaian amandemen UUD 1945 terutama mengenai ketatanegaraan dan sistem pemerintahan negara.

Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dan Keterangan

Pemerintah atas RUU Tentang RAPBN tahun 2003 serta Nota Keuangannya di

(28)

Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dan Keterangan Pemerintah atas RUU Tentang RAPBN tahun 2004 serta Nota Keuangan di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat RI, pada tanggal 15 Agustus 2003 di Jakarta, yang terdapat pada situs internet http://www.Indonesia.nl/ articles . php ?rank = 3 & art_cat_id=8 Pidato ini berisi tentang Rancangan Undang- undang tentang RAPBN 2004 dan rencana penggunaan anggaran pembangunan di beberapa sektor antara lain pendidikan, kesehatan, pangan, pemukiman, sarana dan prasarana ekonomi dengan upaya untuk perbaikan peringkat indeks pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) serta pertahanan dan keamanan.

2. Sumber Sekunder

Biografi politik Megawati Soekarnoputri 1993-1996, Buku ini ditulis oleh Ahmad Bahar pada tahun 1996 yang diterbitkan oleh PT.Pena Cendekia Yogyakarta. Buku ini berisi tentang gambaran kehidupan politik Megawati Soekarnoputri, hambatan dan tantangan Megawati sebagai Ketua Umum PDI pada tahun 1993-1996.

Megawati dalam Babar Sejarah Pemimpin Perempuan Indonesia, Buku ini ditulis oleh Soedjono Dirdjosisworo pada tahun 1999 yang diterbitkan oleh CV. Mandar Maju Bandung. Buku ini berisi tentang babar sejarah pemimpin perempuan di Indonesia yaitu Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin sebuah partai politik besar yaitu PDI Perjuangan.

Megawati Soekarnoputri Harapan dan Tantangan di Kursi Wapres R.I.,

(29)

Rineka Cipta Jakarta. Buku ini berisi tentang harapan dan tantangan Mega dikursi wakil presiden pasca SU MPR 1999 dan masa depan karier politik Mega.

Saat terindah dalam Hidup Megawati Soekarnoputri, Buku ini ditulis oleh Ki Sukanyata yang diterbitkan oleh penerbit Totalitas Tangerang. Buku ini berisi tentang pemaparan watak politik Megawati Soekarnoputri yang tidak terlepas dari sifatnya yang selalu diam.

Megawati Membangun Negeri,yang diterbitkan oleh Komunitas Peduli Komunikasi Jakarta. Buku ini berisi tentang rekonstruksi yang telah dilakukan pemerintahan Megawati Soekarnoputri, selama tiga tahun pemerintahannya.

Megawati Soekarnoputri : Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara,

Buku ini ditulis oleh Sumarno pada tahun 2001yang diterbitkan oleh PT. Rumpun Dian Nugraha Depok. Buku ini berisi tentang perjalanan politik Megawati Soekarnoputri yang pada mulanya hanya lah seorang ibu rumah tangga biasa yang sepi dari publikasi dan hingar bbingar politik, kemudian terjun dalam dunia politik dan mengalami penindasan politik Rezim Orde Baru (Orba ). Atas kemenangan dalam pemilu 1999 telah menganntarkannya menjadi wakil presiden dan akhirnya menggantikan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) sebagai Presiden Republik Indonesia yang kelima.

(30)

F. Landasan Teori

1. Pengertian Pemerintahan

1). Pemerintahan dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang oleh konstitusi negara yang bersangkutan disebut sebagai pemegang

kekuasaan Pemerintahan. Misalnya : di Indonesia di bawah UUD 1945 kekuasaan Pemerintaha n meliputi fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif.

2). Pemerintah dalam arti sempit yaitu lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif saja. Sebagai contoh menurut UUD 1945, Pemerintah adalah Presiden dengan dibantu wakil Presiden dan Menteri-Menteri.13

2. Sistem Pemerintahan

Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan negara. Pemerintah adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum. Pemerintah dan Pemerintahan di sini memiliki suatu perbedaan yaitu pemerintahan lebih menyangkut tugas dan kewenangan sedangkan Pemerintah lebih mengarah pada aparat yang menyelengga rakan tugas dan kewenangan negara tersebut. 14

Yang dimaksud sistem pemerintahan adalah pola pengaturan hubungan antara lembaga negara yang satu dengan yang lainnya, atau

13

Umaruddin Masdar, dkk., 1999, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik, LKIS, Yogyakarta, Hal. 133.

(31)

secara sederhana adalah hubungan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif15.

3. Sistem Parlementer dan Sistem Presidensiil a. Sistem Parlementer

Esensi sistem parlementer adalah pertanggung jawaban badan eksekutif kepada badan legislatif. Pokok utama pembahasan sistem parlementer hanya terbatas pada hubungan badan legislatif dan eksekutif. Badan eksekutif bertanggung jawab kepada badan legislatif, karena eksekutif dibentuk atas persetujuan dan kepercayaan yang diberikan legislatif. Badan eksekutif dalam sistem pemerintahan parlementer merupakan mandataris Parlemen dan setiap waktu mandat yang diberikan dapat dicabut. Pencabutan mandat ini merupakan tindakan terakhir parlemen apabila badan eksekutif tidak dapat memberikan pertanggung jawaban atau pertanggung jawaban tersebut dinilai tidak memuaskan dalam Parlemen16. Ciri-ciri dasar dari sistem parlementer adalah :17

1). Kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dan Perdana Menteri dipilih oleh badan legislatif.

2). Perdana Menteri beserta anggotanya bertanggung jawab kepada Parlemen. Kepala Pemerintah ( Perdana Menteri) merupakan mandataris Parlemen.

15 Rusadi Kantaprawira,1983, Sistem Politik Indonesia Su atu Model Pengantar, Sinar Baru, Bandung, hal. 140.

16

Ibid, hal.141. 17

(32)

3). Kabinet dapat bertahan sejauh mendapat dukungan dari Parlemen. Artinya Parlemen menjatuhkan Kabinet apabila dari anggota tidak mendapat dukungan mayoritas dalam DPR.

4). Apabila kebijakannya tidak mendapat dukungan dari Parlemen, Perdana Menteri dapat meminta Presiden membubarkan Parlemen, dan selanjutnya menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk membentuk Parlemen baru.

b. Sistem Presidensiil

Esensi sistem ini adalah tidak me ngenal kewajiban pemegang kekuasaan eksekutif memberi pertanggung jawaban kepada Parlemen, dan masa jabatannya ditentukan secara konstitusi. Badan eksekutif tidak bertanggungjawab kepada Parlemen, karena dibentuk melalui Pemilihan Umum18. Ciri-ciri dasar dari sistem Presidensiil adalah :19

1) Kepala pemerintahan disebut Presiden, dan dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan oleh UUD dan dalam keadaan normal tidak dapat dipaksa untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif.

2) Kepala pemerintahan tidak bertanggungjawab kepada Parlemen karena dipilih melalui Pemilu secara langsung.

3) Memiliki eksekutif nonkolega l (1 orang), eksekutif bersifat tunggal, dimana para menteri hanya pembantu presiden yang setiap saat dapat diberhentikan.

18

Rusadi Kantaprawira, op.cit, hal.143. 19

(33)

Jadi yang dimaksud masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri dalam skripsi ini adalah bahwa Megawati Soekarnoputri sebagai Perdana Menteri (Kepala Pemerintahan) sekaligus Kepala Negara.

Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam UUD adalah :20 a. Indonesia

Adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan kekuasaan belaka.

b. Sistem Konstitusi

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan terbatas).

c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada ditangan Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR).

Di samping itu pokok-pokok pikiran dari sistem pemerintahan Indonesia adalah :21

1. Indonesia adalah negara hukum.

2. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh suatu badan yang diberi nama MPR.

3. Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah MPR.

4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

20

C.S.T.Kansil,1990, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta , hal.36. Lihat Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, hal.151.

21

(34)

5. Menteri negara adalah pembantu Presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Secara garis besar kekuasaan MPR, Presiden dan DPR berdasarkan UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :

a. MPR

MPR adalah lembaga tertinggi negara, pemegang dan penyelenggara kedaulatan rakyat yang mempunyai kekuasaan tidak terbatas. Majelis terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan golongan. Tugas dan wewenang MPR adalah menetapkan UUD dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sesuai dengan pasal 3 UUD 1945, MPR juga mengangkat dan memberhentikan Presiden dan Wapres sesuai dengan pasal 6 ayat (2) UUD 1945. Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Majelis menyelenggarakan sidang, sekurang-kurangnya satu kali dalam lima tahun. Apabila dipandang perlu, dalam lima tahun itu boleh diadakan sidang lebih dari satu kali yaitu Sidang Istimewa. Persidangan Majelis ada 2 (dua) macam, yaitu (a) Sidang Umum, yang diadakan pada permulaan masa jabatan Majelis, (b) Sidang Istimewa, yang diadakan di luar sidang umum22. Di Indonesia pada masa Presiden Abdurrahman Wahid periode tahun 1999-2004 telah diadakan dua kali sidang oleh Majelis, yaitu Sidang Umum tahun 1999 dan Sidang

22

(35)

Istimewa tahun 2001 dengan menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia.

b. Presiden

Presiden menurut UUD 1945 adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam negara sekaligus penyelenggara Pemerintahan negara yang tertinggi.23 Presiden dibantu oleh seorang Wapres dan Menteri-Menterinya. Seperti yang dijelaskan dalam UUD 1945 bahwa Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan, antara lain :24 1) Kekuatan eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan

Undang-undang.

2) Kekuatan administratif yaitu kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan Menteri-Menterinya.

3) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat Undang-undang bersama DPR, membuat Peraturan Pemerintah (PP) dan membuat Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu).

4) Kekuasaan militer yaitu kekuasaan Presiden sebagai Panglima tertinggi ABRI dan kekuasaan untuk menyatakan perang atas persetujuan DPR.

5) Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

6) Kekuasaan diplomatik yaitu kekuasaan untuk mengangkat duta dan konsul serta menerima duta dari negara lain.

(36)

Perlu diketahui bahwa kekuasaan Presiden dalam sistem parlementer berbeda dengan sistem presidensiil. Dalam sistem pemerintahan parlementer, Presiden berfungsinya sebagai kepala negara. Sedangkan sistem pemerintahan presidensiil, Presiden disamping sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Sistem Presidensiil ini merupakan sistem yang dianut oleh Indonesia25. Sedang kepresidenan merupakan lembaga pemerintahan yang diketuai oleh Presiden.

c. DPR

DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang anggotanya terdiri dari wakil partai yang dipilih melalui Pemilu dan anggota ABRI yang diangkat. Adapun tugas dan wewenang DPR antara lain : 1) Bersama-sama Presiden membuat Undang-undang. 2) Bersama-sama Presiden menetapkan APBN.

3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan Pemerintah.

4) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.

Sedangkan hak- hak yang dimiliki oleh DPR diantaranya :26 1) Mengajukan anggaran.

2) Mengajukan pernyataan pendapat. 3) Mengadakan perubahan atas RUU.

25Ibid,

hal. 148. 26Ibid,

(37)

4) Mengadakan penyelidikan. 5) Meminta keterangan Presiden 4. Bentuk Negara

a. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif pusat/nasional. Adapun ciri-ciri dari bentuk negara kesatuan antara lain :

1. Tidak ada negara dalam negara.

2. Pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh. 3. Hanya memiliki satu konstitusi.

Penyelenggara ne gara kesatuan ada dua sistemnya, yaitu : 1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

Dalam sistem ini Pemerintah Pusat menjalankan seluruh kekuasaan pemerintahan, sedang daerah-daerah hanya tinggal melaksanakan peraturan dan perintah dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengadakan peraturan sendiri.

2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

(38)

urusan yang bersifat umum dan penting. Daerah-daerah yang mengurus rumah tangganya sendiri disebut daerah otonom.

b. Negara Federal

Negara Federal merupakan gabungan dari beberapa negara bagian, dengan kedaulatan penuh ada pada gabungan dari negara-negara bagian itu. Adapun ciri-ciri dari negara federal adalah sebagai berikut : 1). Ada negara dalam negara.

2). Kedaulatan ekstern berada di tangan pemerintah federal. 3). Kedaulatan intern berada di pemerintah bagian.

4). Terdapat dua macam konstitusi yaitu konstitusi negara federal dan konstitusi negara bagian.

5. Bentuk pemerintahan

(39)

suatu masa jabatan ( contoh Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun). Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatannya.27 6. Partai Politik

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-cita yang sama28.

Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasa terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil29.

Menurut pendapat R.H.Soltau, partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertugas menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka30.

Menurut pendapat Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang mempunyai pandangan berbeda31.

27 C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 21.

28 Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta,hal.160. 29

Ibid

30Ibid . 31Ibid.

(40)

Secara garis besar fungsi partai politik adalah :32

a) Sosialisasi Politik yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.

b) Rekruitmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sis tem politik pada umumnya dan pemerintahan khusunya.

c) Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan pelaksanaan keputusan politik.

d) Pemadu Kepentingan yaitu kegiatan me nampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

e) Komunikasi Politik, ialah proses penya mpaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

f) Pengendalian konflik artinya menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

32

(41)

g) Kontrol Politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

Sedang fungsi partai politik dalam negara demokrasi antara lain :33 1) Sebagai sarana komunikasi politik.

Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara mereka yang memerintah dengan mereka yang diperintah.

2) Sebagai sarana sosialisasi politik.

Proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi dan nilai dari masyarakat dimana ia berada. Proses itu mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3) Sebagai sarana rekruitmen politik.

Rekruitmen politik adalah proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam partai politik.

4) Sebagai sarana Pengatur konflik.

Negara demokrasi masyarakatnya terbuka. Adanya perbedaan dan persaingan adalah hal yang wajar.

33

(42)

Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law adalah sebagai berikut :

a) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak- hak individu, harus menentukan pula cara prosedur untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang terjamin.

b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. c) Pemilihan umum yang bebas.

d) Kebebasan untuk menyatakan pendapat. e) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi. f) Pendidikan kewarganegaran.

Berdasarkan konsep di atas, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan republik dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih oleh rakyat.

Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dengan ciri-ciri tidak ada negara dalam negara, pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh secara intern maup un ekstern, dan hanya memiliki satu konstitusi yaitu UUD 1945.

(43)

adalah kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh Presiden sendiri. Para Menteri tidak bertanggung jawab langsung kepada DPR melainkan Presiden.

Pada masa reformasi, diharapkan dapat membawa perubahan dalam segala hal (politik). Akan tetapi pada era reformasi, Indonesia dihadapkan dalam berbagai macam cobaan, terutama sekali dalam kepemimpinan bangsa (Pemerintah). Hal ini terlihat jelas saat berakhirnya kekuasaan Soeharto, awal pemerintahan B.J.Habibie, Pemerintahan Abdurrahman wahid hingga pemerintahan Megawati soekarnoputri periode tahun 2001-2004. Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita meninjau kembali keadaan politik sebelum Megawati diangkat menjadi Presiden republik Indonesia.

(44)

Sidang istimewa MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Proses menuju Sidang istimewa MPR ini penuh dengan kontroversial, dimana terdapat 7 fraksi mendukung diselenggarakannya Sidang istimewa MPR, dua fraksi menolak dan satu fraksi abstain. Alasan diselenggarakannya Sidang istimewa MPR guna meminta pertanggung jawaban Presiden Abdurrahman Wahid, karena dalam waktu tiga bualan Presiden tidak mengindahkan memorandum I dan II. Sebagai bentuk perlawanan terhadap lawan politiknya Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001, yang intinya membekukan MPR-RI dan DPR-RI dan Golkar serta mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pelaksanaan pemilu. Akan tetapi dekrit ini dianggap tidak konstitusional dan tidak sah, karena kedudukan DPR adalah kuat. Presiden tidak bisa membubarkan DPR apalagi MPR. Langkah- langkah yang diambil oleh Presiden justru menambah rasa ketidak percayaan parlemen dan dianggap berbahaya dan melanggar haluan negara.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bahwa MPR adalah lembaga tertinggi negara pemegang kedaulatan rakyat yang kekuasaannya tidak terbatas. Maka Sidang istimewa MPR itu benar-benar digelar. Sidang istimewa MPR ini menghasilkan empat buah ketetapan yaitu sebagai berikut :34

34

(45)

1. Sikap MPR Republik Indonesia terhadap Maklumat Presiden Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001 dianggap tidak sah dan bertentangan dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum (Tap MPR No.I/MPR/2001).

2. MPR meminta pertanggung jawaban Presiden, dan penolakan Presiden memberikan pertanggung jawaban dalam Sidang istimewa MPR serta penerbitan Maklumat oleh Presiden tanggal 23 Juli 2001 dianggap melanggar haluan negara (Tap MPR No.II/MPR/2001).

3. Penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI menggantikan KH. Abdurrahman wahid sampai masa jabatan Presiden RI 1999-2004 (Tap MPR No.III/MPR/2001).

4. Pengangkatan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI (Tap MPR No.IV/MPR/2001).

(46)

Proses pengangkatan Presiden dan Wapres merupakan agenda Sidang Istimewa MPR 2001, terlihat menyajikan suasana baru bagi pengembangan kultur demokratis Indonesia.

Oleh karena itu, masa depan Indonesia bukan hanya tergantung pada bagaimana duet Megawati-Hamzah Haz menyelesaikan berbagai masalah krisis ekonomi, dan sosial-politik, tetapi juga bagaimana “rezim reformasi” yakni sinergi keseluruhan jajaran pemerintahan baru yang terdiri dari lembaga- lembaga MPR, DPR, Presiden dan Mahkamah Agung melanjutkan proses institusionalisasi reformasi selanjutnya secara optimal.

Untuk itu masalah pokok yang harus segera ditangani oleh duet Megawati-Hamzah Haz adalah mewujudkan proses reformasi politik dan hukum serta mengatasi masalah ekonomi. Indikasi pertama yang menunjukkan komitmen duet kepemimpinan atas masalah tersebut adalah pada profil kabinet yang dibentuk. Kabinet Mega dinilai telah memenuhi harapan publik. Megawati berhasil menyusun kabinet yang kompromistis, dimana kabinetnya mencerminkan adanya campuran antara koalisi partai-partai politik dan profesional maupun militer.

Selain itu terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI yang kelima juga disambut kalangan luas sebagai pemberi harapan bagi rakyat akan masa depan.

(47)

pertama penuntasan kasus dugaan penyelewengan dana non budgeter Bulog Akbar Tanjung dan masalah KKN lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Mega-Hamzah benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan suatu pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab. Kedua adalah menyelesaikan konflik-konflik sosial di Kalimantan Tengah sampai konflik Poso, Aceh, dan Papua (hubungan pusat-daerah), apalagi masalah teroris yang menghantui Indonesia pada saat itu. Hal ini untuk menunjukkan pemerintahan baru benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan hukum yang adil di Indonesia.

Rule of law menjadi bagian yang sangat signifikan bagi pertumbuhan demokrasi. Ketiga adalah penanganan dalam mengatasi krisis ekonomi. Kebijakan dalam penanganan masalah krisis ekonomi ini secara tidak langsung menambah kredibilitas Pemerintah, bahwa Pemerintah mampu menumbuhkan kesejahteraan bangsanya.

Meski demikian pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati dapat dikatakan tidak berhasil. Dalam pemerintahannya, Megawati banyak mendapat kecaman, Megawati dinilai lamban dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa, terutama dalam konflik Poso, Papua dan kasus terorisme di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan-kritikan yang dilontarkan kepadanya.

(48)

Megawati yang kharismatik tapi hemat bicara dan pendiam ini tidak bisa lolos dalam pemilihan Presiden secara langsung tahun 2004. Dan sebagai pemenang Pemilu 2004 sekaligus sebagai pemimpin bangsa ialah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla.

G. Hipotesis

Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang harus diuji kebenarannya. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalah itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan untuk tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan35.

Dalam penelitian, hipotesis merupakan pedoman bagi penelitian. Dengan adanya hipotesis, maka langkah pengujian hipotesis dapat dilakukan lebih terarah. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Kalau Presiden Abdurrahman Wahid dipecat oleh MPR karena terlibat kasus suap Bruneigate dan Bullogate, maka Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden diangkat menjadi presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

2. Kalau Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik Indonesia, maka Beliau akan melakukan kebijakan politik dan ekonomi yang sesuai dengan tujuan partainya, yaitu membangun

35

(49)

kekuatan politik PDI Perjuangan dan memperjuangkan kepentingan ekonomi rakyat Indonesia.

3. Kalau dalam menjalankan pemerintahan Megawati Soekarnoputri memberi perhatian kepada rakyat kecil, maka pengaruhnya dalam bidang politik dan ekonomi akan baik terhadap rakyat Indonesia.

H. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metodologi

Dalam mengkaji masa keprsidenan Megawati Soekarnoputri periode tahun 2001-2004 ini, penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah itu merupakan suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau secara imajinatif dari fakta- fakta yang diperoleh melalui proses historiografi. Dalam skripsi ini metodologi penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.

Deskriptif analitis merupakan pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek pemikiran pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak / sebagaimana adanya. Metode deskriptif analitis memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta- fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Tujuan dari penulisan deskriptif analitis ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki36.

36

(50)

Metode adalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Hal ini sangat bermanfaat bagi sejarawan untuk merekonstruksi masa lampau secara imajinatif berdasarkan fakta- fakta yang diperoleh melalui historiografi37.

Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam metode penelitian ini mencakup lima tahapan, yaitu :

1). Pemilihan Topik.

Pemilihan topik merupakan salah satu langkah kerja yang pertama yang harus dikerjakan oleh seorang penulis agar apa yang ingin diketengahkan dalam penulisannya menjadi jelas lebih- lebih dimata pembaca sendiri. Untuk itu diperlukan beberapa kriteria sebagai acuan, yaitu :

a) Topik harus memiliki nilai, yang artinya di sini harus berdasarkan pada pengalaman manusia yang dianggap paling penting terutama peristiwa-peristiwa yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat.

b). Topik harus orisinil yang berarti apa yang ditulis belum pernah ditulis orang lain.

c). Topik harus praktis yang berarti bahwa pemilihan topik di sini apabila dilanjutkan ke penelitian tidak memakan waktu.

37

(51)

d). Topik harus memiliki kesatuan tema dan topik di sini harus berangkat dari suatu permasalahan.

2) Pengumpulan Sumber (Heuristik).

Pengumpulan sumber atau heuristik adalah proses pengumpulan data-data dari sumber-sumber yang ada untuk kepentingan subyek yang akan diteliti. Menurut bentuknya, sumber sejarah dibedakan menjadi tiga, yaitu : sumber tertulis, sumber benda, dan sumber lisan. Menurut sifatnya, sumber sejarah dibedakan menjadi tiga juga, yaitu : sumber primer,sumber sekunder dan sumber tersier.

(52)

3) Kritik Sumber.

Kritik sumber merupakan tahap penelitian sejarah setelah pengumpulan data. Kritik sumber bertujuan untuk mengetahui kredibilitas dan otoritas sumber. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kritik sumber adalah uji terhadap data pada penelitian. Kritik sumber dalam penelitian sejarah merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menghindari adanya kepalsuan suatu sumber atau untuk mengetahui apakah data yang ada dapat dipertanggung jawabkan keasliannya atau tidak. Salah satu cara yang dilakukan adalah kritik intern dengan membandingkan sumber supaya diketahui kebenarannya. Kritik intern dilakukan dengan menilai apakah sumber yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau tidak. Penulis melakukan kritik sumber dengan cara melihat dan mengkaji apakah sumber tersebut dapat dipercaya kebenarannya dan bersifat obyektif, sehingga diperoleh data-data yang dapat dipercaya dan relevan. Hasil dari kritik sumber adalah fakta- fakta yang merupakan unsur rekonstruksi sejarah.

4) Interpretasi Data (Analisa Data).

(53)

mungkin diharapkan mampu mengurangi subyektifitas yang biasa muncul dalam historiografi. Sejarah dalam obyektif (peristiwa) yang diamati dan dimasukkan kepikiran subyek tidak akan murni tetapi akan murni apabila diberi warna sesuai kacamata subyek, artinya interpretasi merupakan penafsiran terhadap fakta-fakta telah diuji kebenarannya dan menganalisis sumber untuk menghasilkan suatu peristiwa.

5) Penulisan Sejarah (Historiografi).

Penulisan sejarah tidak lepas dari sumber-sumber yang terkait didalamnya, yang memberi suatu gambaran mengenai rangkaian suatu peristiwa. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis suatu peristiwa sangat penting, sehingga dengan mudah memberi suatu pengertian dasar kapan peristiwa itu terjadi.

Penulisan sejarah ini dilakukan setelah melalui beberapa kriteria yang telah tercantum dalam metode penulisan sejarah. Metode tersebut diantaranya : topik, latar belakang permasala han, permasalahan, tujuan dari penulisan ini, manfaat penulisan, landasan teori, kajian pustaka, metode penelitian, sistimatika penelitian, jadwal penelitian dan sumber yang terakhir yaitu daftar pustaka.

(54)

tahun 2001 sampai 2004, masalah kedua apa kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri, dan masalah ketiga bagaimana pengaruh pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri selama menjabat sebagai presiden RI yang kelima.

2. Pendekatan

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan politik dan pendekatan psikologi. Adapun yang akan dianalisis dalam pendekatan politik adalah bagaimana distribusi kekuasaan itu terjadi dalam suatu masyarakat atau suatu negara selanjutnya bagaimana kekuasaan itu dijalankan dan akhirnya bagaimana kekuasaan itu mengakhiri masa tugas Megawati Soekarnoputri.

(55)

rangsangan dari luar yang tidak sesua i dengan sifat dasar manusia tersebut maka sifat manusia yang semula halus akan mengalami perubahan38.

Dengan demikian pendekatan psikologis ini penulis gunakan untuk mengkaji biografi Megawati Soekarnoputri. Melalui pendekatan ini menguraikan sifat dasar Megawati Soekarnoputri yang dapat diketahui dari biografi Megawati Soekarnoputri . Dalam biografi tersebut penulis menguraikan sifat-sifat dasar beliau yang memang memiliki kepribadian pendiam, kalem, lemah lembut, tenang dan disiplin serta memiliki sifat sosial yang tinggi. Sehingga hal itu menjadi latar belakang ketertarikannya terjun dalam bidang politik yang kemudian hari membawanya menjadi presiden Republik Indonesia yang kelima. Selain itu juga ketertarikan dalam politik ini juga dipengaruhi oleh faktor keluarga, dimana Megawati Soekarnoputri ini berlatar belakang anak dari Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia.

38

(56)

I. Sistimatika Penulisan

Sistematika penulisan ini, penulis tunjukkan untuk memaparkan secara garis besar masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri periode tahun 2001-2004.

Adapun kerangka dari penulisan ini adalah : Bab I : Pendahuluan

Bab II : Latar belakang Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia yang kelima.

Bab III : Kebijakan-kebijakan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri Bab IV : Pengaruh pemerintahan yang dijalankan Megawati Soekarnoputri

(57)

39 BAB II

LATAR BELAKANG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DIANGKAT SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

TAHUN 2001-2004

A. Biografi Megawati Soekarnoputri 1. Masa Kecil Megawati Soekarnoputri

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri merupakan nama lengkap Megawati Soekarnoputri atau yang lebih dikenal dengan nama Mbak Mega (lihat Lampiran 1). Megawati dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 1947. Kelahirannya ditandai suara bedug yang bertalu-talu, mendung tebal dan hujan turun sangat deras disertai halilintar.39Saat itu suasana sangat tidak menyenangkan karena sebagai anak Presiden RI Mega harus lahir dalam situasi yang memprihatinkan.

Sejak lahir Megawati Soekarnoputri telah mengalami kehidupan dalam tempat pelarian dan persembunyian. Kelahiran Megawati itu berada dalam situasi revolusioner karena pada saat itu Belanda ingin kembali menguasai tanah air dengan menaklukkan Yogyakarta yang terkenal sebagai kota perjuangan dan bersejarah.40

Sejak kecil Megawati Soekarnoputri dikenal gadis kecil yang cerdas, pendiam, sedikit bicara dan banyak senyum. Kepribadiannya kalem, tenang dan

39

Sumarno,op.cit., hal. 1 40

(58)

tidak sentimental dalam mengungkapkan perasaannya.41Masa kanak-kanaknya hingga remaja, ia lalui di lingkungan istana negara, diisi dengan belajar menari dan membaca. Sesekali jika ada tamu negara yang berkunjung ke Istana, Bung Karno menampilkan putri kesayangannya untuk menari didepan tamunya dalam jamuan resmi kenegaraan.42Sebagai putri Presiden Megawati bersama saudara-saudaranya cukup dimanja para abdi dalem istana dalam situasi penuh privilege

(fasilitas khusus) yang dinikmati first family. Meskipun demikian Mega kecil sudah dibiasakan bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Yaitu pada saat mendapat pendidikan pra-sekolah, Mega dan Guntur kakaknya dididik dengan tegas untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak eksklusif. Mega dan kakaknya belajar bersama dengan anak-anak karyawan dan tukang kebun. Bercampurnya anak-anak tersebut membuat Mega mengetahui langsung kehidupan “wong cilik” dan bisa memahami betapa sulitnya menjadi “wong cilik”.

Pendidikan dasar Megawati hingga SMA dilaluinya di Perguruan Cikini Jakarta Pusat.43Selepas SMA, Megawati masuk Fakultas Pertanian di Universitas Pajajaran Bandung, tahun 1965. Semasa mahasiswa, Megawati aktif dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bandung, sebagai anggota biasa. Keaktifan Mega dalam GMNI ini telah membuktikan bahwa Mega pun sebagai seorang aktivis, namun pembawaan pribadinya sangat tenang dan cenderung pendiam.

Pada tahun 1967, situasi politik Indonesia telah membuka luka hati Megawati, dimana ia memilih untuk meninggalkan bangku kuliah untuk

41

Syahbuddin Managandaralam, 1986, Apa dan Siapa Bung Karno, Rosda, Jakarta, hal. 11. 42

Sumarno, op.cit., hal. 4. 43

(59)

mendampingi ayahnya, Bung Karno. Kesehatan Bung Karno semakin memburuk dan sedang dikenai karantina politik oleh Soeharto sebagai penguasa baru. Megawati merasakan betul kegoncangan jiwa yang dialami ayahnya akibat tekanan dan isolasi politik oleh rezim yang menamakan Orde Baru. Kesedihan dan kepedihan Megawati begitu mendalam ketika akhirnya Bung Karno wafat tanggal 21 Juni 1970, dalam status politik yang kurang menggembirakan bahkan memilukan.

Setelah situasi agak mencair, pada tahun 1970 Megawati berusaha untuk melanjutkan kuliahnya. Ia masuk Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Akan tetapi kuliah keduanya inipun tak terselesaikan. Tahun 1972, ia memutuskan untuk berhenti kuliah. Hal ini disebabkan karena faktor mengurus rumah tangga dan kegiatannya terjun dalam dunia politik.

Megawati mengakhiri masa lajangnya dengan dipersunting oleh seorang penerbang Letnan Satu Surindro Supjarso, yang biasa dipanggil dengan sebutan Mas Pacul. Akan tetapi kebahagiaan Mega tidak berlangsung lama, saat ia hamil, suaminya bersama tujuh awak pesawat Skyvan T.70 dikabarkan jatuh di Biak Irian Jaya tahun 1970, tak lama setelah Bung Karno wafat.44Pada tahun 1972, Mega mencoba untuk membangun rumah tangga untuk yang kedua kalinya. Mega berkenalan dengan seorang pemuda tampan Hassan Gamal Ahmad Hassan, diplomat Mesir yang bertugas di Jakarta. Keduanya menikah di Kantor Urusan Agama Sukabumi tahun 1972. Namun, pernikahan kedua ini tidak seperti yang diharapkan. Pernikahan Megawati dibatalkan oleh Pengadilan Agama Istimewa

44

(60)

Jakarta. Pengadilan menganggap nasib suaminya, Surindro belum jelas apakah sudah meninggal atau masih hidup. Oleh karena itu, Pengadilan Agama menilai pekawinan Mega-Gamal Ahmad Hasan tidak sah sehingga harus dibatalkan.45

Dalam perjalanan selanjutnya, wanita pendiam dan suka senyum itu bertemu dengan seorang aktivis GMNI. Pria asal Ogan Komering Ulu, Palembang yang menjadi tambatan hati Mega itu adalah Taufik Kiemas. Setelah mendapat kepastian bahwa suaminya telah meninggal dalam musibah di Biak itu, Mega akhirnya menikah dengan Taufik Kiemas hingga saat ini. Pasangan Mega-Taufik dalam banyak hal menemukan kecocokan. Taufik sena ntiasa memberikan “support” terhadap karier politik yang dirintis istrinya.

Saat ini Megawati dapat dikatakan sebagai salah seorang aktor politik yang cukup penting di pentas nasional, akan tetapi Mega tidak pernah menempuh pendidikan politik secara formal,seperti tokoh politik lainnya. Pendidikan politik Megawati diperoleh sejak kecil dari ayahnya, Bung Karno. Di lingkungan istana itulah Megawati mengalami proses sosialisasi politik yang intensif dari tokoh-tokoh politik yang menemui ayahnya dimana ia sering dilibatkan walaupun sekedar untuk menghidangkan minuman dan makanan atau menemani ayahnya dalam perbincangan santai tentang aneka persoalan negara.

Bahkan di meja makanpun Megawati dapat memperoleh pelajaran politik dari ayahnya, hal ini dikarenakan kesibukan Soekarno sebagai kepala negara. Peristiwa ini terjadi salah satunya diruangan makan Istana Merdeka tahun 1964. Diruangan ini Megawati mendapat dua jenis pelajaran yang berharga dari

(61)

ayahnya. Pertama, ayahnya memberi kiat-kiat menjadi seorang politikus yang baik. Soekarno menjelaskan bahwa seorang politikus yang baik harus menguasai psikologi massa (rakyat); mempunyai keteguhan dalam memegang asa dan taktik perjuangan organisasi. Organisasi yang dimaksud bisa berupa negara, partai, tentara, mahasiswa dan sebagainya.

Pelajaran kedua, yaitu mengenai bagaimana gaya berdiplomasi ketika berhadapan dengan pemimpin dan masyarakat Internasional, sehingga mereka memberi respon yang positif terhadap setiap gagasan yang dilontarkan. Respon yang positif ini juga yang dapat dijadikan barometer keberadaan Indonesia di forum Internasional.

Sebagai anak Presiden, Megawati tentu memahami pasang surut badai dan gelombang kehidupan politik yang juga dialami bapaknya. Sejak awal Megawati telah menyadari benar apa konsekuensi memasuki dunia politik yang sarat dengan konflik kepentingan (conflict of interest) dan perebutan kekuasaan (struggle for power). Merasakan pasang surut karier politik ayahnya, tampaknya membawa pemahaman yang dalam pada diri Megawati bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingannya.

2. Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua PDI Perjuangan

(62)

politik diawali dari tingkat DPC, kemudian menjadi pimpinan partai dan menjadi Presiden RI ke-5.

Tahun 1982, keluarga besar Bung Karno pernah membuat konsensus. Intinya diantara seluruh anggota keluarga Bung Karno tidak dibenarkan memihak salah satu kekuatan politik yang ada. Mereka sepakat akan berdiri diatas semua golongan. Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh trauma politik yang dialami pada akhir hayat Bung Karno dan dasawarsa awal rezim Orde Baru.

Namun, kesepakatan keluarga itu akhirnya “dilanggar” oleh Megawati dan Guruh Soekarnoputro. Pada tahun 1987, Mega dan Guruh berhasil dirayu Soerjadi, Ketua Umum DPP PDI untuk masuk PDI dan menjadi vote getter pada pemilu 1987. Kesediaan Megawati untuk masuk kedunia politik (PDI) karena semua partai politik, termasuk PDI sudah memiliki asas yang sama yaitu Pancasila.46

Karier politik Megawati diawali dengan menjadi Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Pada pemilu 1987, Megawati dimunculkan sebagai calon untuk daerah pemilihan Jawa Tengah. Megawati telah berhasil menarik massa dan mengatrol kursi PDI menjadi 40 kursi pada pemilu 1987 dibandingkan 24 kursi pada pemilu 1982. Keberhasilan Megawati itu tidak hanya berhenti disini saja, pada tahun 1988 Megawati dilantik menjadi anggota DPR bersama suaminya Taufik Kiemas. Megawati mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah, sedangkan suaminya mewakili daerah pemilihan Sumatra Selatan.47

46Ibid

, hal. 12 47

(63)

Sebagai anggota DPR yang masih relatif baru tidak banyak yang dilakukan oleh Megawati. Hal ini dikarenakan pengalaman politiknya yang relatif masih sedikit dan belum berpengalaman menjadi pengurus organisasi. Meskipun demikian, ia merasa tidak gamang bila PDI menghendakinya menjadi ketua umum. Megawati yakin bahwa naluri politiknya sudah ada, ia banyak belajar dari bapaknya, Bung Karno terutama wawasan politik dan kebangsaan.

Walaupun Megawati banyak disebut sebagai orang yang masih “bau kencur” dalam berpolitik, namun karier politiknya terus menanjak. Hal ini barangkali sebagai akibat adanya harapan dan kebutuhan warga PDI terhadap figur pembaharu, pemersatu dan tokoh yang bersih dari interes kelompok kepentingan tertentu. Banyak bukti yang menunjukkan adanya keinginan demikian, seperti terlihat melalui respon masyarakat yang selalu menyambut hangat setiap kehadirannya, mengelu-elukan dan berbagai bentuk simpati terhadap putri Bung Karno.

Dalam perjalanan karier politik Megawati selanjutnya, secara kebetulan namanya mencuat saat terjadi kongres di Medan yang mengalami kemacetan, dilanjutkan dengan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya. Seperti diketahui, KLB di Surabaya sebagai kelanjutan Kongres di Medan yang mengalami “dead lock” , juga mengalami hal yang sama sebagaimana terjadi di Medan. Artinya KLB di Surabaya tidak menelorkan hasil sebagai mana yang diharapkan. KLB ditutup tanpa membawa sebuah keputusan.

(64)

diselenggarakan pemandangan umum, 256 cabang dari 305 cabang mendukung Megawati. Sementara itu diakhir penyelenggaraan KLB itu Megawati mengumumkan dirinya bahwa secara “de facto” ia telah menjadi Ketua Umum PDI.

Meskipun demikian Megawati baru dianggap resmi menjadi Ketua Umum PDI setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta. Itupun setelah melalui proses yang panjang dan penuh liku- liku. Setelah itu, Megawati benar-benar diakui sebagai pucuk pimpinan PDI periode tahun 1993-1998.48

Secara terbuka Yusuf Meruks dan para pendukungnya menentang kepemimpinan Megawati. Banyak tuduhan-tuduhan ditujukan kepada Megawati. Hal ini telah menunjukkan betapa kuatnya arus untuk menyingkirkan Megawati baik berasal dari kalangan internal maupun eksternal partai. Meskipun ujian ini berhasil dilalui, persoalan tidak berhenti sampai disini saja. Aneka persoalan baru pun bermunculan baik dari internal maupun eksternal partai. Bahkan Intervensi pemerintah dalam setiap konflik internal PDI biasanya tidak bisa menguraikan kusutnya persoalan malah ikut memperkeruh suasana dan menyebabkan konsolidasi partai semakin rapuh.

Puncak penyingkiran Megawati terjadi ketika sejumlah koleganya di DPP PDI yang dikoordinir Fatimah Achmad menyelenggarakan “Kongres” PDI di Medan pada tanggal 20-23 Juni 1996. Kongres yang didukung pemerintah dan ABRI itu menetapkan duet Soerjadi dan Butu R Hutapea. Dengan diselenggarakannya kongres Medan tersebut, pemerintah membuat pernyataan

48

(65)

resmi bahwa kepemimpinan PDI yang diakui adalah yang memenuhi legalitas. Artinya pemerintah hanya mengakui kepemimpinan Soerjadi yang dianggap legal dan tidak mengakui kepemimpinan Megawati.49 Sejak saat itu terjadi dualisme kepemimpinan PDI, kepemimpinan Soerjadi yang menggantung keatas dan kepemimpinan Megawati yang tetap didukung arus bawah. Terjadinya dualisme kepemimpinan ini semakin meningkatkan eskalasi konflik dalam kandang banteng. Konflik tidak hanya terjadi ditataran elite partai tetapi juga merambah ke massa bawah antara kedua pendukung kubu tersebut.

Sebagai titik klimaks konflik PDI tersebut adalah terjadinya insiden Sabtu kelabu, tanggal 27 Juli 1996. Pada saat itu ratusan orang yang mengenakan atribut pendukung Kongres Medan menyerbu kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat yang dikuasai oleh kubu Megawati. Hingga akhirnya Megawati tergusur dari kepemimpinan legal PDI. Meskipun demikian, hal ini tidak meredupkan pamor politik wanita pendiam ini. Bahkan, insiden berdarah itu menjadi blessing in disguise (berkah) bagi karier politik Megawati.

Wanita pendiam dan lemah ini menjelma menjadi wanita yang tegar dan kokoh melawan kekuasaan represif. Sebagai bukti perlawanan terhadap pemerintah yaitu ketika pemerintah akan menggelar pemilu 1997, Megawati menyatakan tidak akan menggunakan hak politiknya alias golput dalam pemilu 1997.

Pernyataan Megawati itu memiliki implikasi politik yang luas, khususnya bagi PDI Soerjadi. Terjadi penggembosan besar-besaran terhadap PDI Soerjadi.

49

Referensi

Dokumen terkait

Struktur penulisan dalam tulisan Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dengan Filipina Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004 yaitu berisikan tentang gambaran

Sebagaimana sudah dideskripsikan pada bagian sebelumnya mengenai deskripsi proses perumusan kebijakan kenaikan harga BBM pada masa pemerintahan SBY-JK periode 2004-2009,

tindak tuturan yang berkaitan dengan pidato   presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode jabatan tahun 2004-2009. Memberi wawasan kepada masyarakat yang tertarik

Bab 1 mendeskripsikan beberapa pembahasan meliputi latar belakang masalah menjelaskan berbagai problem akademik yang akan diangkat dalam penelitian, kemudian disusun sebuah

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan (Neraca dan Laporan Rugi Laba tahun 2001-2004) dan laporan administrasi yang diperoleh dari pihak bank.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tren penelitian tentang akuntansi keuangan serta akuntansi keuangan dan pasar modal di Indonesia

Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang kehidupan Abdurrahman Wahid sebagai seorang tokoh Nahdlatul Ulama yang kemudian menjadi Presiden Indonesia ke-4,

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang peneliti akan bahas ialah “Bagaimana Badan Pengusahaan BP Batam melakukan Persiapan Pengembangan