• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Landasan Teori

5. Bentuk pemerintahan

Yang dimaksud dengan pemerintahan adalah lembaga yang bertugas menentukan kebijakan dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan adalah pelaksana (eksekutif) kebijakan umum. Bentuk pemerintah yang terkenal adalah monarkhi (kerajaan) dan republik. Kerajaan atau monarkhi adalah negara yang dikepalai oleh seorang Raja dan bersifat turun menurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain Raja, kepala negara suatu monarkhi dapat berupa kaisar atau syah. Republik adalah negara dan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk

suatu masa jabatan ( contoh Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun). Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatannya.27 6. Partai Politik

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-cita yang sama28.

Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasa terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil29.

Menurut pendapat R.H.Soltau, partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertugas menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka30.

Menurut pendapat Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang mempunyai pandangan berbeda31.

27 C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 21.

28 Miriam Budiarjo,1982, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta,hal.160. 29

Ibid

30Ibid.

Secara garis besar fungsi partai politik adalah :32

a) Sosialisasi Politik yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.

b) Rekruitmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sis tem politik pada umumnya dan pemerintahan khusunya.

c) Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan pelaksanaan keputusan politik.

d) Pemadu Kepentingan yaitu kegiatan me nampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

e) Komunikasi Politik, ialah proses penya mpaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

f) Pengendalian konflik artinya menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

32

g) Kontrol Politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

Sedang fungsi partai politik dalam negara demokrasi antara lain :33 1) Sebagai sarana komunikasi politik.

Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara mereka yang memerintah dengan mereka yang diperintah.

2) Sebagai sarana sosialisasi politik.

Proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi dan nilai dari masyarakat dimana ia berada. Proses itu mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3) Sebagai sarana rekruitmen politik.

Rekruitmen politik adalah proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam partai politik.

4) Sebagai sarana Pengatur konflik.

Negara demokrasi masyarakatnya terbuka. Adanya perbedaan dan persaingan adalah hal yang wajar.

33

Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law adalah sebagai berikut :

a) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak- hak individu, harus menentukan pula cara prosedur untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang terjamin.

b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. c) Pemilihan umum yang bebas.

d) Kebebasan untuk menyatakan pendapat. e) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi. f) Pendidikan kewarganegaran.

Berdasarkan konsep di atas, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan republik dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih oleh rakyat.

Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dengan ciri-ciri tidak ada negara dalam negara, pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh secara intern maup un ekstern, dan hanya memiliki satu konstitusi yaitu UUD 1945.

Sedangkan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensiil yaitu sistem pemerintahan dimana kepala pemerintahan disebut Presiden dan dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan oleh UUD. Kepala pemerintahan (Presiden) dipilih oleh rakyat baik secara langsung atau melalui badan pemilihan. Untuk kabinet yang dijalankan oleh Indonesia adalah kabinet presidensiil. Kabinet presidensiil

adalah kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh Presiden sendiri. Para Menteri tidak bertanggung jawab langsung kepada DPR melainkan Presiden.

Pada masa reformasi, diharapkan dapat membawa perubahan dalam segala hal (politik). Akan tetapi pada era reformasi, Indonesia dihadapkan dalam berbagai macam cobaan, terutama sekali dalam kepemimpinan bangsa (Pemerintah). Hal ini terlihat jelas saat berakhirnya kekuasaan Soeharto, awal pemerintahan B.J.Habibie, Pemerintahan Abdurrahman wahid hingga pemerintahan Megawati soekarnoputri periode tahun 2001-2004. Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita meninjau kembali keadaan politik sebelum Megawati diangkat menjadi Presiden republik Indonesia.

Kondisi politik di tanah air pada awal tahun 1999 hingga tahun 2001 belum juga menampakkan titik terang. Hal ini terlihat dari banyaknya kontroversi-kontroversi yang berakibat hilangnya kredibilitas pemimpin bangsa. Pemerintahan Abdurrahman Wahid ini sangat fenomenal dan penuh dengan kontroversi. Hal ini disebabkan karena Abdurrahman Wahid sering mengambil langkah soliter dan kurang memperdulikan para politisi di DPR. Konflik antara elit politik telah mencapai titik kuliminasi. Hal ini telah mendorong untuk diadakan Sidang Istimewa MPR (SI MPR) sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik elit politik tersebut, karena ini yang konstitusional, dan sangat lebih baik dari pada cara pemaksaan atau dengan kekerasan.

Sidang istimewa MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Proses menuju Sidang istimewa MPR ini penuh dengan kontroversial, dimana terdapat 7 fraksi mendukung diselenggarakannya Sidang istimewa MPR, dua fraksi menolak dan satu fraksi abstain. Alasan diselenggarakannya Sidang istimewa MPR guna meminta pertanggung jawaban Presiden Abdurrahman Wahid, karena dalam waktu tiga bualan Presiden tidak mengindahkan memorandum I dan II. Sebagai bentuk perlawanan terhadap lawan politiknya Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001, yang intinya membekukan MPR-RI dan DPR-RI dan Golkar serta mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pelaksanaan pemilu. Akan tetapi dekrit ini dianggap tidak konstitusional dan tidak sah, karena kedudukan DPR adalah kuat. Presiden tidak bisa membubarkan DPR apalagi MPR. Langkah- langkah yang diambil oleh Presiden justru menambah rasa ketidak percayaan parlemen dan dianggap berbahaya dan melanggar haluan negara.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bahwa MPR adalah lembaga tertinggi negara pemegang kedaulatan rakyat yang kekuasaannya tidak terbatas. Maka Sidang istimewa MPR itu benar-benar digelar. Sidang istimewa MPR ini menghasilkan empat buah ketetapan yaitu sebagai berikut :34

34

1. Sikap MPR Republik Indonesia terhadap Maklumat Presiden Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001 dianggap tidak sah dan bertentangan dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum (Tap MPR No.I/MPR/2001).

2. MPR meminta pertanggung jawaban Presiden, dan penolakan Presiden memberikan pertanggung jawaban dalam Sidang istimewa MPR serta penerbitan Maklumat oleh Presiden tanggal 23 Juli 2001 dianggap melanggar haluan negara (Tap MPR No.II/MPR/2001).

3. Penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI menggantikan KH. Abdurrahman wahid sampai masa jabatan Presiden RI 1999-2004 (Tap MPR No.III/MPR/2001).

4. Pengangkatan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI (Tap MPR No.IV/MPR/2001).

Selain Sidang Istimewa MPR wujud dari reformasi bagi bangsa Indonesia, terbentuknya kabinet gotong royong dibawah duet kepemimpinan Megawati Soekarnoputri–Hamzah Haz pada tanggal 9 Agustus 2001 pada dasarnya merupakan akhir dari rangkaian proses inisial konstitusional politik di Indonesia. Sidang Istimewa MPR 2001 merupakan awal dari institusionalisasi ini telah berlangsung demokratis. Demikian juga Sidang Istimewa MPR 2001 terlaksana secara demokratis dan terbuka sehingga membawa nuansa akuntabilitas yang memadai.

Proses pengangkatan Presiden dan Wapres merupakan agenda Sidang Istimewa MPR 2001, terlihat menyajikan suasana baru bagi pengembangan kultur demokratis Indonesia.

Oleh karena itu, masa depan Indonesia bukan hanya tergantung pada bagaimana duet Megawati-Hamzah Haz menyelesaikan berbagai masalah krisis ekonomi, dan sosial-politik, tetapi juga bagaimana “rezim reformasi” yakni sinergi keseluruhan jajaran pemerintahan baru yang terdiri dari lembaga- lembaga MPR, DPR, Presiden dan Mahkamah Agung melanjutkan proses institusionalisasi reformasi selanjutnya secara optimal.

Untuk itu masalah pokok yang harus segera ditangani oleh duet Megawati-Hamzah Haz adalah mewujudkan proses reformasi politik dan hukum serta mengatasi masalah ekonomi. Indikasi pertama yang menunjukkan komitmen duet kepemimpinan atas masalah tersebut adalah pada profil kabinet yang dibentuk. Kabinet Mega dinilai telah memenuhi harapan publik. Megawati berhasil menyusun kabinet yang kompromistis, dimana kabinetnya mencerminkan adanya campuran antara koalisi partai-partai politik dan profesional maupun militer.

Selain itu terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI yang kelima juga disambut kalangan luas sebagai pemberi harapan bagi rakyat akan masa depan.

Untuk itu ada tiga hal yang penting yang nampaknya harus segera ditindak lanjuti oleh kabinet Megawati Soekarnoputri. Hal penting itu adalah harapan dari rakyat Indonesia. Tiga hal penting tersebut antara lain,

pertama penuntasan kasus dugaan penyelewengan dana non budgeter Bulog Akbar Tanjung dan masalah KKN lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Mega-Hamzah benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan suatu pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab. Kedua adalah menyelesaikan konflik-konflik sosial di Kalimantan Tengah sampai konflik Poso, Aceh, dan Papua (hubungan pusat-daerah), apalagi masalah teroris yang menghantui Indonesia pada saat itu. Hal ini untuk menunjukkan pemerintahan baru benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan hukum yang adil di Indonesia.

Rule of law menjadi bagian yang sangat signifikan bagi pertumbuhan demokrasi. Ketiga adalah penanganan dalam mengatasi krisis ekonomi. Kebijakan dalam penanganan masalah krisis ekonomi ini secara tidak langsung menambah kredibilitas Pemerintah, bahwa Pemerintah mampu menumbuhkan kesejahteraan bangsanya.

Meski demikian pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati dapat dikatakan tidak berhasil. Dalam pemerintahannya, Megawati banyak mendapat kecaman, Megawati dinilai lamban dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa, terutama dalam konflik Poso, Papua dan kasus terorisme di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan-kritikan yang dilontarkan kepadanya.

Di sisi lain pemerintahan Megawati telah berhasil merencanakan Pemilu 2004 secara langsung. Untuk periode ini Megawati pun mencalonkan diri untuk menjadi Presiden periode 2004-2009. Akan tetapi

Megawati yang kharismatik tapi hemat bicara dan pendiam ini tidak bisa lolos dalam pemilihan Presiden secara langsung tahun 2004. Dan sebagai pemenang Pemilu 2004 sekaligus sebagai pemimpin bangsa ialah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla.

G. Hipotesis

Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang harus diuji kebenarannya. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalah itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan untuk tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan35.

Dalam penelitian, hipotesis merupakan pedoman bagi penelitian. Dengan adanya hipotesis, maka langkah pengujian hipotesis dapat dilakukan lebih terarah. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Kalau Presiden Abdurrahman Wahid dipecat oleh MPR karena terlibat kasus suap Bruneigate dan Bullogate, maka Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden diangkat menjadi presiden Republik Indonesia periode tahun 2001-2004.

2. Kalau Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik Indonesia, maka Beliau akan melakukan kebijakan politik dan ekonomi yang sesuai dengan tujuan partainya, yaitu membangun

35

kekuatan politik PDI Perjuangan dan memperjuangkan kepentingan ekonomi rakyat Indonesia.

3. Kalau dalam menjalankan pemerintahan Megawati Soekarnoputri memberi perhatian kepada rakyat kecil, maka pengaruhnya dalam bidang politik dan ekonomi akan baik terhadap rakyat Indonesia.

H. Metode dan Pendekatan Penelitian