• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya

2. Jalur Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang dikutip oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”33

Menurut Combs dan Ahmad pendidikan formal, nonformal dan informal adalah:

32

Andi Makkalau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Vol. 1 No , 1991., h. 22

33

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006., h. 13

a. Pendidikan Formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur, hierarkis, dilaksanakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, studi akademik, beragam program spesialis dan beragam isntitusi,

full time, berupa latihan teknis maupun profesional.

b. Pendidikan Informal adalah proses pendidikan sepanjang hayat, dimana setiap individu memperoleh sikap, nilai keterampilan dan pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari, dan dari pengaruh pendidikan dan sumber-sumber lingkungannya seperti dari keluarga, tetangga, pekerjaan dan ketika bermain, dari pasar dan jalan raya, dari perpustakaan dan media massa.

c. Pendidikan Nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi di luar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar, yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan tujuan belajar.34

3. Pendidikan Nonformal

Menurut M. Sudomo, pendidikan non formal adalah “Setiap kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil, baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar.”35

34

Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 145

35

Sismanto, Penddikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV Era Swasta, 1984), h. 7

Menurut Soelaiman Joesoef pendidikan non formal adalah “pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.”36

Menurut Combs dalam buku Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal (nonformal education) adalah setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasikan diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya.37

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.38

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal adalah suatu proses pendidikan yang dilaksanakan secara terbuka, terstruktur dan berjenjang yang tidak memiliki aturan-aturan yang baku serta dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat tertentu.

4. Fungsi Pendidikan Nonformal

Fungsi pendidikan nonformal adalah membelajarkan individu atau kelompok agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan/perkembangan

36

Soelaiman Joesoef, op.clt, h. 79

37

Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 19

38

Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal: Teori, Aplikasi dan Implikasi,

zaman, berdasarkan fungsi tersebut pendidikan nonformal menurut Soegimin Gitoasmoro dapat melayani kebutuhan sebagai berikut:

a. Pendidikan suplemen: kesempatan untuk menambah/meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu di luar pendidikan sekolah/formal.

b. Pendidikan komplemen: kesempatan untuk menambah/melengkapi pendidikan sekolah/formal.

c. Pendidikan kompensasi/pengganti: kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi yang tidak pernah mengalami pendidikan di sekolah.

d. Pendidikan substitusi: kesempatan untuk belajar pada jenjang pendidkan tertentu berhubung belum adanya pendidikan disekitar tempat tinggal.

e. Pendidikan alternatif: kesempatan untuk memilih jalur pendidikan nonformal sehubungan dengan peluang atau waktu yang dimiliki. f. Pendidikan pengayaan/penguatan: kesempatan untuk

memperkaya/memperluas/ meningkatkan kemampuan yang diperoleh dari pendidikan sekolah/formal.

g. Pendidikan pemutakhiran/updating: kesempatan untuk memutakhirkan atau meremajakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki.

h. Pendidikan pembentukan keterampilan: kesempatan untuk memperoleh keterampilan baru di samping keterampilan yang telah dimiliki.

i. Pendidikan penyesuaian: kesempatan untuk memperoleh pendidikan penyesuaian diri sehubungan adanya mobilitas territorial, pekerjaan, dan perubahan sosial.

j. Pendidikan pembibitan: kesempatan untuk memperoleh pendidikan atau latihan keterampilan tertentu melalui proses belajar bersama sambil mengadakan usaha bersama dalam kelompok belajar usaha bersama.

Selain itu Pendidikan nonformal berfungsi mengatasi berbagai kesenjangan yang ada di masyarakat. Menurut Hunter ada beberapa kesenjangan yang dapat diatasi melalui pendidikan nonformal, yaitu:

a) Kesenjangan pekerjaan (the job gap), yaitu adanya ketidak sesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja atau keterampilan kerja yang dinutuhkan.

b) Kesenjangan efisiensi (the efficiency gap), yaitu kurangnya pemanfaatan secara tepat sumber daya manusia dan sumber finansial.

c) Kesenjangan permintaan dan penyediaan (the demand and supply gap), yaitu meningkatnya permintaan pendidikan dan konsekuensi rendahnya mutu pendidikan.

d) Kesenjangan populasi (population gap), yaitu gagalnya sekolah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk usia sekolah.

e) Kesenjangan bayaran sebagai pendapatan (the wage gap), yaitu tingginya bayaran di sector perkotaan mengakibatkan migrasi dari desa ke kota.

f) Kesenjangan persamaan hak (the equity gap), yaitu ketidakmampuan sekolah memberikan kesempatan kepada semua orang; hanya bagi orang-orang yang punya kemampuan untuk membiayai karena semakin tinggi tingkatan pendidikannya semakin tinggi pula ongkosnya.

g) Kesenjangan beradaptasi (the adaptability gap), yaitu kekakuan atau ketidakluwesan sekolah yang menyebabkan sulitnya mereka merespons kebutuhan sosial dan ekonomi. h) Kesenjangan evaluasi (evaluation gap), kesenjangan ini timbul

karena sulitnya menilai kinerja individu dalam pekerjaan karena keterampilan pekerja lebih cepat daripada supervisornya.

i) Kesenjangan harapan (expectation gap) yang terlihat dari adanya migrasi dari desa ke kota dan mengejar pendidikan guna mencari kerja yang sering kali tidak tersedia.39

Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari pendidikan nonformal adalah memberikan kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat luas baik itu sebagai pelengkap atau pengganti, sesuai dengan yang masyarakat butuhkan serta pendidikan nonformal berfungsi untuk

39

Saleh Marzuki, Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal, (Malang: Rosindo, 2009), h. 147

menyelesaikan masalah-masalah kesenjangan di masyarakat baik itu kesenjangan pendidikan, sumber daya manusia atau kesenjangan lainnya.

5. Tujuan Pendidikan Nonformal

Pada dasarnya, pendidikan nonformal memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan formal pada umumnya. Seperti yang dimyatakan oleh Soedijarto bahwa:

Pendidikan nonformal mempunyai tujuan nasional yang sama dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, BAB II Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.40

Berdasarkan hal tersebut, bisa kita lihat bahwa tujuan dari pendidikan nonformal sama dengan tujuan pendidikan nasional yang pada intinya memberikan kecakapan dan pengetahuan bagi masyarakat agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab.

Sedangkan secara operasional, pendidikan nonformal mempunyai tujuan institusional yang memungkinkan warga masyarakat memiliki: a. Kesempatan mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan

diri;

b. Kemampuan menghadapi tantangan hidup baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat,

c. Kemampuan membina keluarga sejahtera untuk memajukan kesejahteraan;

40

Soedijarto, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 59

d. Kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara;

e. Kemampuan kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat;

f. Kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.41

6. Pengertian Sosial-Ekonomi

Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi dimana manusia itu harus hidup (Ahmad, 1992).

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993).

41

Kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Suharso,2005). Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya.

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.42

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990).

Menurut Melly G. Tan bahwa bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kedudukan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang

42

Wikipedia 2015, Ekonomi. Diakses pada 6 Juli 2015 dari: ,

didukung oleh pekerjaan yang layak. (Tan dalam Koentjaraningrat, 1981)

Pengertian Sosiologi Ekonomi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :43 1. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu kajian yang

mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi suatu interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan itu dapat kita lihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.

2. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena ekonomi.

Dalam sosiologi ekonomi, konsep masyarakat mempengaruhi ekonomi dapat kita lihat contohnya dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana memproduksinya dan dimana memproduksinya. Dari kegiatan yang dilakukan masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakatlah yang mempengaruhi ekonomi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya kelas sosial ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di masyarakat, di mana berdasarkan pada pembedaan masyarakat ke dalam kelas- kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang

43

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 57

tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut kekayaan.

7. Pengertian Budaya

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti

cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture,

dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).44

Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:45

a. Menurut E. B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hokum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. b. Menurut R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai

konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diterusan oleh anggota masyarakat lainnya.

44

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2008), h. 27

45

c. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. d. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa

kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. e. Sedangkan menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari

lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

Prestasi manusia sepanjang sejarahnya merupakan kebudayaan. Untuk memahami manusia, seyogyanya ia ditempatkan pada konteks kebudayaannya. Dalam kebudayaan tercermin segala kenyataan yang bernilai dan berharga dari prestasi manusia. Dalam kebudayaannya kita bertemu dengan segala gejala kehidupan yang telah diolah serta diatur menurut tata cara tertentu. Manusia bukan hidup liar, tetapi hidup dalam lingkungan yang serba budaya. Disinilah manusia “dibentuk dan dibesarkan.” Ini merupakan ciri khas manusia.

Kebudayaan merupakan kancah, dimana setiap orang seharusnya dapat berjuang dan mempergunakan segala kemampuannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Keadaan yang demikian berubah dan berkembang secara evolutif. Weston La Barre yang dikutip Parsudi Suparlan (1984:4) menjelaskan bahwa evolusi yang dialami oleh manusia bukanlah evolusi tubuh semata-mata, tetapi juga keseluruhan pemikiran-pemikiran dan hasil-hasil teknologinya.46

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai berbagai macam kebudayaan, yang berujud benda, perilaku, pengetahuan, dan

46

Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi (Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010), h. 9

tata nilai. Manusia bekerja untuk mencari nafkah; belajar untuk menuntut ilmu; menari untuk mengungkapkan kegembiraan. Bekerja, belajar, menari adalah tingkah laku manusia yang mempunyai nilai kultiral yaitu gabungan nilai sosial, estetis, dan nilai etis. Ketiga bentuk itu merupakan unsur hakiki dalam kebudayaan, di mana satu dengan yang lainnya saling berhubungan.47

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

edangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

8. Unsur-unsur Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:48

47

Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi (Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010), h. 9

48

Wikipedia 2015, Budaya, https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses pada 30 Juni 2015)

a. alat-alat teknologi b. sistem ekonomi c. keluarga

d. kekuasaan politik

Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:49

a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

b) Organisasi ekonomi

c) Alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

d) Organisasi kekuatan (politik)

Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:

1 Bahasa

2 Sistem pengetahuan

3 Sistem tekhnologi, dan peralatan 4 Sistem kesenian

5 Sistem mata pencarian hidup 6 Sistem religi

7 Sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan

49

Wikipedia 2015, Budaya, https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses pada 30 Juni 2015)

9. Wujud Budaya

Menurut J.J Hoenigman (dalam Koentjarningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. a. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas- aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam

masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

a) Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang- barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

b) Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

c) Lembaga Sosial

Lembaga social, dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan, dan berkomunikasi di alam

masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar, dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota, dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier

d) Sistem Kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup, dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

e) Estetika

Berhubungan dengan seni, dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama, dan tari –tarian, yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan, dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah, dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur

kuning, dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

f) Bahasa

Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian, dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik, dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan, dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari, dan dipahami agar komunikasi lebih baik, dan efektif dengan memperoleh nilai empati, dan simpati dari orang lain.

55

GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR

Dokumen terkait