EKONOI\{I
DAIYBUDAYA PAI}A
MASYARAI(AT
KOTA BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Mernenuhi persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.kom.f)
Oleh:
Maulana Fitvan Aunilah NIM: 1110051000129
Di ba'*,ah bimbingan :
Wq
Ade Rina Farida. M.Si
itilP: 19770513 200701 2 OtB
JI'RUSAN
KOI\{TTNIKASI
DAN PENYIARAN
ISLAM
FAKT'LT.,\S
IL}{U
DAK\\'AH
DAN
ILMU KOMUNIKASI
LINIVERSITAS ISLANI
NEGERI
S\ ARIF
HIDAYATULLAH
Skripsi ),ang berjudul
('strategi
Komunikasi PaguyubanBogor Dalam
Menjalankan Program Pendidikan, Sosial
- Ekonomi
Dan Budaya padaMasyarakat Kota Bogor". Telah diujikan daliim sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Unuversitas Islam Negeri
Or$
Syarif Hidayatullah Jakarta pada Septernber 20i5. Skripsiini
telah diterima sebagaisyarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Iakarta, 9 September 2015
Sidang N{unaqosyah,
Sekertaris Merangkap Anggo ta,
NIP: 19670906 199403
I
002Anggota,
Pengu.fi
il
Noor Bekti Negoro. iVI.Si l{IP:19650301 199903 1 001
Pembimbing
W
Ade Rina Farida M.Si Penguji1,,fu
t'
1021 200801 1 009
2.
a J.
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Sikripsi ini adalah hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan meraih gelar Strata Satu di Unuversitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Semua sumber ysng saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketnentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya
ini
bukan hasil karya saya atau merupakan hasil duplikasi dari karya oranglain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlakudi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaJakarta, 28 Agustus 2015
i
Maulana Fityan Aunilah, NIM. 1110051000129, Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor, di bawah bimbingan Ade Rina Farida, M. Si
Kota Bogor dihadapkan pada sekian banyak permasalahan dalam berbagai bidang, baik dari sisi pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, moral, kemiskinan, ketidakarifan budaya lokal dan sikap apatis terhadap usaha pembangunan Kota Bogor baik sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini pemuda tentunya ikut bertanggung jawab untuk menanggulangi hal-hal tersebut sesuai dengan kapasitasnya sebagai generasi, penggerak atau inisiator. Untuk itulah paguyuban Kota Bogor didirikan.
Paguyuban Bogor sebagai wadah kemasyarakatan Kota Bogor turut andil membangun potensi, karakter, kreativitas, integritas, kearifan budaya lokal, ekonomi kreatif dan kesadaran masyarakat Kota Bogor dengan merangkul pemuda, pelajar ataupun mahasiswa melalui program-program yang telah dikemas sebaik dan semenarik mungkin. Untuk mencapai keberhasilan programnya Paguyuban Bogor memiliki Strategi Komunikasi yang baik. Terbukti dengan partisipasi aktif dan massif masyarakat Kota Bogor dalam mengikuti program Paguyuban Bogor. Oleh karena itu penulisan Skripsi ini untuk mengetahui strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan sosial-ekonomi dan budaya pada masyarakat Kota Bogor.
Adapun perumusan masalah meliputi strategi komunikasi apa yang dilakukan Paguyuban Bogor? Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apakah upaya yang dilakukan Paguyuban Bogor berhasil atau tidak?
Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, di mana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau buku-buku yang mendukung sesuai subjek penelitian, terutama hasil wawancara dengan Mantan Ketua Paguyuban Bogor, Ketua Paguyuban Bogor yang baru dan anggota Paguyuban Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan model kualitatif.
Dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor menggunakan strategi komunikasi yang komprehensif, meliputi rumusan strategi yang menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah itu melakukan implementasi dan diakhiri dengan evaluasi. Dalam upayanya tersebut, Paguyuban Bogor telah berhasil menjalankan banyak program-program yang mampu menarik perhatian banyak khalayak. Sebagai contoh program B-next, penataan kota, pelatihan usaha kreatif dan penampilan-penampilan seni budaya, dimana program tersebut disosialisaikan melaui media massa cetak maupun elektronik dan media online.
ii
Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin, Puji dan syukur peneliti ucapkan
kehadirat Allah subhanahuwata’ala, atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti selalu diberikan kekuatan, kesehatan dan semangat hingga dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul ”Strategi Komunikasi
Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi
dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor” dengan baik. Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihiwasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya
sampai akhir zaman, aamiin.
Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti banyak mengalami kesulitan, akan
tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
Skipsi ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil
Dekan Bidang Akademik, Suparto M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, MA, Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Masran, MA dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Fita Fathurokhmah,
M.Si, yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti
iii
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Murodi, MA selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan
nasehat selama saya berada di kampus ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pengalaman serta ilmu kepada peneliti.
6. Keluarga, terutama kedua orang tua tercinta, mamah Itoh dan bapak Sugandi
yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan keikhlasan selalu memberikan
semangat dan dukungan serta do’a selama peneliti menjalani pendidikan
sarjana ini. Juga kepada adik-adik tercinta, Siti Fahridhatul Adawiyah,
Muhammad Ramdhani dan Siti Rahma Aliah yang selalu nanya kapan
peneliti wisuda.
7. Pimpinan Paguyuban Bogor Dr. Bima Arya dan Kang Iwan Setiawan, juga
segenap keluarga besar Paguyuban Bogor khususnya Kang Riadul Muslim,
S.Sos,i yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
8. Kekasih, Lidia JN, S.Tr.Keb yang senantiasa mejadi sandaran, memberikan
semangat, dukungan dan selalu setia menemani peneliti dalam suka dan duka
sampai skripsi ini selesai.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Ahmad Azis Hidayat, Isnandi Hakim, Muis Alya
Ardhi, SE, Asep Ramdhani (Epot), Muhammad Ikbal (Oge), Sonson Laksana
Putra, Putri Ellyana Sari, yang selalu memberikan kesan dan pesan yang luar
biasa di saat peneliti pusing dengan proses skripsi ini. Tidak lupa buat
sahabat-sahabat peneliti yang begitu banyak dan tidak bisa disebutkan satu
iv
Agung Sulistiono. Juga sahabat diskusi yang militant dan progres, Achdan
Mubarak, Aditia Purnomo, Fadhil Arrosyad, Arifin Ilham (Kak Ipin), Boim
Gerakan Mahasiswa Indonesia, Bang Tope dan Bang Cuplay.
11. Keluarga besar KM. UIN Jakarta, Himpunan Mahasiswa Bogor, Lembaga
Pers Mahasiswa UIN Jakarta, Dewan Perwakilan Mahasiswa UIN Jakarta,
kawan-kawan seperjuangan dan sepertarungan yang pernah memberikan
banyak ilmu dan pengalaman di luar kelas kuliah.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu peneliti
mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun
kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti
khususnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.
Jakarta, 28 Agustus 2015
v
ABSTRAK ...………...
KATA PENGANTAR …...……….
DAFTAR ISI ………...
DAFTAR LAMPIRAN………...
i
ii
v
viii
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………..…………
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .………...
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...
D. Metodologi Penelitian ………...
E. Tinjauan Pustaka ...
F. Sistematika Penulisan... 1 7 8 9 12 13
BAB II LANDASAN TEORI ……...………... 15
A. Strategi Komunikasi...………...
1. Pengertian Strategi...
2. Pengertian Strategi Komunikasi...
3. Tahapan-tahapan Strategi...
B. Komunikasi ...
1. Pengertian Komunikasi...
2. Komponen Komunikasi...
3. Media Komunikasi...
C. Pengertian Paguyuban……...
D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya...
1. Pengertian dan Peran Pendidikan...
2. Jalur Pendidikan...
vi
6. Pengertian Sosial-Ekonomi...
7. Pengertian Budaya...
8. Unsur-unsur Budaya...
9. Wujud Budaya... 44
47
49
51
BAB III GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR...……….. 55
A. Sejarah Paguyuban Bogor………...
B. Prinsip Dasar Paguyuban Bogor...
C. Program Kerja Paguyuban Bogor...
1. Pendidikan...
2. Sosial-Ekonomi...
3. Budaya...
D. Struktur Organisasi paguyuban bogor ………...
E. Visi dan misi Paguyuban Bogor... 55 56 56 57 60 60 61 62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ... 63
A. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor...
B. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor dalam Praktek
Menjalankan Program...
1. Perumusan Strategi...
2. Implementasi Strategi...
3. Evaluasi Strategi...
[image:10.595.115.538.75.638.2]vii
B. Saran... 84
DAFTAR PUSTAKA
viii Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Form Wawancara
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini nilai sosial dan budaya yang sudah
tertanam dalam diri masyarakat mulai bergeser dengan perkembangan
kebudayaan yang berakibat adanya penyerapan budaya asing. Hal ini
membuat nilai, norma atau aturan bersama dalam lingkungan suatu daerah
semakin hilang dan semakin tidak dikenal oleh masyarakat itu sendiri
berikut generasi-generasi selanjutnya.
Sosial dan budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak
pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sebab sebagian besar dari
kegiatan manusia dilakukan secara berkelompok, berinteraksi dan
menganut nilai-nilai sosial budaya yang ada pada lingkungannya.
Semakin berkembangnya permasalahan yang harus dihadapi
manusia, seperti banyaknya populasi manusia, makin berkurangnya
sumber daya alam, berkembangnya teknologi modern dan semakin
menguatnya persaingan membuat manusia lebih individualistik untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri ketimbang hidup berkelompok untuk
memenuhi kebutuhan bersama.
Di Kota Bogor misalnya, banyak generasi muda di kalangan siswa,
mahasiswa maupun pekerja, tidak sedikit yang acuh terhadap nilai-nilai
sosial, kearifan budaya lokal serta kepedulian terhadap lingkungannya.
terkesan hedonis, individualis dan westernis. Padahal, Kota Bogor
memiliki banyak peninggalan budaya dari nenek moyang yang sejatinya
harus dijaga sebagai cipta, rasa, karsa dan karya yang khas. Jika tidak di
jaga, maka generasi muda di Kota Bogor akan kehilangan jati dirinya
sebagai Orang Sunda.
Manusia memiliki unsur-unsur budaya yaitu pikiran (cipta), rasa
dan kehendak (karsa), dan karya. Hasil keempat potensi budaya itulah
yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta,
rasa, karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam yang
menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan
panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian.
Dengan karsa manusia mengkhendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan
dan kebahagiaan sehingga berkembang kehidupan beragama. Dengan
karya manusia menghasilkan berbagai sarana untuk membantu kemudahan
dalam hidupnya.1
Menurut Ki Hajar Dewantara, “Kebudayaan adalah buah budi
manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut
Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia”.
Oleh karena itu manusia sering disebut makhluk sosial budaya,
artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam
1
satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat atau lingkungan sosial. Di
samping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dan
menggunakannya sebagai acuan dalam bermasyarakat. Dengan budaya
itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya akan nilai-nilai
sebagai acuan. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, sehingga di
mana ada manusia, disitulah ada pula kebudayaan.2
Setiap lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan
adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu oleh warga masyarakat
penghuninya. Melalui suatu proses belajar atau dalam pendidikan secara
berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang
diperoleh dari lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian
diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan” ialah pola sikap dari
perilaku sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
diperoleh dari lingkungan sosial budayanya.3
Untuk membangun potensi, kreatifitas, kemampuan, kearifan
budaya lokal, nilai, norma, maupun ekonomi masyarakat dalam suatu
daerah, diperlukan wadah yang mampu memberikan ruang secara
langsung pada masyarakat. Wadah yang mampu berinteraksi secara
langsung dengan masyarakat adalah organisasi. Dimana organisasi
merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.
Paguyuban Bogor sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, terus
berupaya meningkatkan peran sentralnya di tengah-tengah masyarakat
2
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.22
3
Bogor. Berangkat dari kecintaan dan kepedulian pada kampung halaman,
Paguyuban Bogor terlahir, tumbuh, dan lambat laun mengukir namanya di
hati masyarakat Bogor tak kurang selama tiga tahun terakhir. Paguyuban
Bogor bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam denyut nadi
aktivitas masyarakat di Kota Hujan pada khususnya. Bergerak di bidang
pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor terus berupaya
melakukan sinergi yang positif dengan instansi terkait.4
Hadirnya Paguyuban Bogor tentu sangat diperlukan dan menjadi
harapan baru bagi masyarakat Kota Bogor sebagai suatu wadah yang
dapat menghimpun atau mempermudah masyarakat Kota Bogor dalam
bersosialisasi dan bekerjasama. Dengan berkumpulnya warga Bogor dalam
satu wadah, akan semakin mudah menyamakan persepsi dan merapatkan
barisan demi terwujudnya Bogor yang lebih baik. Organisasi merupakan
suatu sarana yang beranggotakan orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Menurut Robbins, organisasi merupakan
“..Consclously coordinated social entity with a relatively identifiable
boundary, that functions on a relatively continuous basis to acnieve a
common goals or a set of goals”, Robbins mengemukakan bahwa
organisasi merupakan entitas sosial. Unit-unit dari organisasi terdiri atas
orang atau sekelompok orang yang saling berinteraksi. Iteraksi tersebut
terkoordinasi secara sadar artinya dikelola dalam upaya mencapai
tujuannya.
4
Muhammad Khozaini, Paguyuban Bogor; Regenerasi dan Konstribusi, (Hei Bogor,
Edisi 14 Desember 2014),
Namun dalam sebuah organisasi memerlukan komunikasi yang
baik dan terus menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi
suatu lembaga atau organisasi adalah seberapa baiknya komunikasi
dilakukan. Komunikasi ini dapat memberikan informasi dengan baik dan
diterima oleh personal maupun kelompok menghasilkan suatu perubahan
sikap dan tindakan dalam melakukan pekerjaan.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan
dan politik sudah didasari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang
hidup ratusan tahun sebelum masehi, fungsi komunikasi tidak hanya
sebegai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu
dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Maka dunia
pendidikan komunikasi berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan
sehinga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak atau
akhlak, keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.5
A, B. Susanto, dalam bukunya Manajemen Aktual, komunikasi
merupakan sarana untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan untuk pengambilan keputusan.
Komunikasi juga berfungsi untuk menyatakan ekspresi emosional.6
Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota
Paguyuban Bogor memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari
manajemen puncak. Oleh sebab itu, perlu adanya pengelolaan informasi
5
H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan, (Jakarta Bumi Aksara 1997), h.11
6
yang baik dengan strategi komunikasi yang tepat sebagai langkah
mencapai tujuan Paguyuban Bogor menjalankan program Pendidikan,
Sosial-Ekonomi dan Budaya.
Pentingnya strategi untuk Paguyuban Bogor khususnya pada aspek
komunikasi membentuk eksistensi Paguyuban Bogor di mata anggota dan
masyarakat Bogor, karena semua rencana atau program dilakukan dengan
baik mengacu pada langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk
kemajuan organisasi. Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik
biasanya dimiliki organisasi yang ingin terus berkembang. Oleh karena itu,
perlu adanya perencanaan yang matang dan siap mengendalikan tantangan
yang dihadapi Paguyuban Bogor.
Dalam hal ini, strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya di Kota
Bogor menjadi menarik untuk disorot. Setidaknya, sejak berdirinya
Paguyuban Bogor, terdapat beberapa program yang mampu menarik
banyak perhatian masyarakat Kota Bogor dan selalu dirindukan oleh
masyarakat dan pelajar dilihat dari pemberitaan berbagai media lokal di
Kota Bogor. Sehingga penulis mempertanyakan bagaimana strategi yang
digunakan Paguyuban Bogor dalam menjalankan Program Pendidikan,
Sosial-Ekonomi dan Budaya?
Strategi komunikasi Paguyuban Bogor sangatlah diperlukan dalam
proses menjalankan program-programnya, karena berhasil atau tidaknya
kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi
memiliki kelayakan lebih luas dan beragam, maka Paguyuban Bogor
seharusnya menyiapkan perencanaan yang matang dalam menyampaikan
pesan yang ingin disosialisasikan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini tidak melebar dari tema yang
dibahas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada
“Strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan
program-program kerja pada periode 2011-2015, yakni tahun sejak didirikannya
Paguyuban Bogor. Adapun pembatasan lokasi penelitian di fokuskan
di wilayah Kota Bogor.
2. Perumusan Masalah
Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut :
1. Bagaimana strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program-program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan
Budaya kepada masyarakat Kota Bogor?
2. Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam
Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penulisan Skripsi ini selain bertujuan sebagai tugas akhir
kuliah, juga bertujuan untuk:
a) Memahami strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya
kepada masyarakat Kota Bogor
b) Mengetahui program-program apa saja yang telah dicapai oleh
Paguyuban Bogor
c) Mengetahui dukungan dan hambatan-hambatan yang dihadapi
Paguyuban Bogor dalam menjalankan program tersebut
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a) Manfaat Akademis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan wacana keilmuan komunikasi khususnya dalam
ilmu komunikasi organisasi.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan Paguyuban Bogor sebagai Organisasi Masyarakat
yang ikut berkonstribusi membangun Kota Bogor melalui
Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya. Juga dapat berguna
bagi Paguyuban Bogor dalam mengembangkan komunikasi
D. Metodologi Penelitian
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan pendekatan deskriptif
analitis, dimana penulis berupaya memberikan penjelasan secara
komperhensif mengenai strategi Paguyuban Bogor dalam menjalankan
program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya kepada masyarakat
Kota Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan pendekatan
model kualitatif, sehingga yang menjadi objek penelitian adalah
Paguyuban Bogor.
Penelitian ini melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur.
Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif,7 di mana
peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau
buku-buku yang mendukung sesuai dengan subjek penelitian dan hasil
wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya peneliti bertindak
sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang
dikonstruksi subjek penelitian.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara bertahap sampai peneliti mendapatkan
data yang diperlukan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian
adalah Kantor Paguyuban Bogor, tepatnya di Jl. Pandu Raya, Bogor Utara,
Kota Bogor.
7
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga,
yakni dimulai dari observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks
berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran
utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna
mempertajam analisis data primer, sekaligus dapat dijadikan bahan
pelengkap ataupun pembanding. Dalam hal ini peneliti menggunakan
data primer dan sekunder dalam mengumpulkan data-data.
1) Data Primer (Primary-Sources), yaitu hasil wawancara yang
mendalam dengan Ketua Umum Paguyuban Bogor.
2) Data sekunder (Secondary-Sources), yaitu berupa buku-buku dan
tulisan berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini.
a) Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian
yang dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk
mempermudah penelitian di lapangan perlu ditentukan teknik
pengumpulan data agar yang dihimpun dapat efektif dan
efisien.
b) Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan berbagai bacaan atau literatur,
dokumen, serta media massa yang ada hubungannya dengan
b. Wawancara
Wawancara terstruktur, wawancara yang telah dipersiapkan oleh
peneliti sebagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis
mewawancarai dua narasumber dari Paguyuban Bogor, yakni Bima
Arya (Walikota Bogor) selaku pendiri serta mantan Ketua Umum dan
Iwan Setiawan, selaku Ketua Umum Paguyuban Bogor yang baru.
c. Dokumentasi
Dokumentasi biasa berupa dokumen publik ataupun privat. Dokumen
public contohnya adalah media cetak maupun media online. Adapun
dokumen privat adalah dokumen yang merupakan arsip instansi
ataupun perorangan.8
3. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pendekatan kualitatif-konstruktif didahului
oleh upaya mengungkap trustworthiness dari para subjek penelitian. Yaitu
menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap
realitas. Trustworthiness ini diuji melalui pengujian: credibility subjek,
dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan
pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah
menguji authenticity, yaitu penulis memberi kesempatan dan memfasilitasi
pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail.
Setelah melakukan dialog dan menguji keabsahan sumber, maka
penulis melakukan analisis SWOT (Streengt, Weakness, Opportunity,
8
Treathment), menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
untuk mensosialisasikan program pendidikan, sosial dan budaya. Kekuatan
apa saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, baik itu media, ataupun jaringan
pemerintah, kelemahan apa saja yang menghambat sosialisasi, peluang apa
saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, dan ancaman apa saja yang
menghambat sosialisasi program.
Adapun dalam teknik penulisan, peneliti berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, ceQda
(Center For Quality Development and Assurance) UIN Jakarta pada
Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi
komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi diantaranya:
1. Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam
Indonesia (Skripsi Indra Gunawan, UIN Jakarta 2010). Skripsi ini
menjelaskan strategi MUI dalam mensosialisasikan fatwa haram
korupsi kepada umat islam di Indonesia. Objek penelitian ini berbeda
dengan penulis. Objek penelitian dalam judul ini yaitu strategi
komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa bukan strategi
2. Strategi Komunikasi Marketing Radio Dakta 107 FM Dalam
Meningkatkan Eksistensi Di Kalangan Pendengar (Skripsi Arini
Rosdiana, UIN Jakarta 2011). Objek dalam skripsi ini menjelaskan
strategi marketing radio.
3. Strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan
Pemuda Diwilayah Rawa Belong Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Rifqi,
UIN Jakarta 2011) skripsi ini membahas tentang budaya namun lebih
kepada pendekatan Strategi Dakwah.
4. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam
pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren
Al-Hidayah Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Mursyidi, UIN Jakarta
2011). Skripsi ini membahas tentang Strategi komunikasi terhadap
pembinaan akhlak pada Ponpes Al-Hidayah Jakarta Barat. Subjek
dalam penelitian ini berbeda dengan penulis. Subjek penelitian ini
adalah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani bukan organisasi
kemasyarakatan.
Skripsi yang di garap penulis berisi tentang strategi komunikasi
paguyuban yang merupakan organisasi kemasyarakatan dalam
menjalankan Program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan membahas latar belakang masalah,
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis membahas strategi, komunikasi,
setrategi komunikasi, pengertian paguyuban, pendidikan,
sosial-ekonomi dan budaya
BAB III Gambaran Umum Paguyuban Bogor Menjelaskan
sejarah berdirinya Paguyuban Bogor, visi dan misinya, apa
saja yang melatar belakangi berdirinya Paguyuban Bogor,
struktur Paguyuban Bogor, serta respon warga Kota Bogor
dalam menanggapi program-program yang di jalankannya.
BAB IV Analisis Penelitian Bab ini merupakan inti dari penelitian.
Dimana penulis menjelaskan strategi komunikasi
Paguyuban Bogor berdasarkan penjelasan pengurus
Paguyuban Bogor, serta dijelaskan kekuatan dan kelemahan
strategi Paguyuban Bogor.
[image:26.595.131.514.228.617.2]15
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Strategi secara etimilogi berasal dari kata majemuk bahasa.
Yunani, yakni Stratos yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti
memimpin. Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu
strategi adalah ilmu tentang memimpin pasukan.1 Konteks awalnya,
strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh
para jendral dengan membuat rencana untuk menaklukan musuh dan
menaklukan peperangan.2 Sehingga konsep strategi kerap melekat pada
lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang.
Pengertian strategi mengalami perluasan. Perang sebagai gejala
kenegaraan, perang sebagai gejala kemasyarakatan, perang sebagai
gejala sejarah dan kemanusiaan, merupakan kenyataan yang sangat
kompleks yang paling berkaitan satu sama lain di mana terdapat
interelasi antara berbagai faktor, baik yang berkenaan dengan tujuan
yang akan dicapai, sasaran-sasaran, batas waktu dan konsekuensi
lainnya.
Kompleksitas ini membawa perang menjadi semakin bersifat total,
dan bahkan batas antara perang dan damai pun menjadi sukar untuk
1
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978). H.7
2
ditegaskan. Kompleksitas ini membuat manusia meluaskan paham dan
pengertiannya mengenai apa yang dinamakan strategi. Orang mulai
dengan membedakan antara strategi dan direk indirek. Orang mulai
berbicara tentang strategi militer, strategi politik, strategi ekonomi,
strategi sosial, strategi budaya, strategi komunikasi dan lain sebagainya.
Semuanya membahas strategi dalam arti luas dan sempit. Strategi pada
hakikatnya menjadi berarti. Hal-hal yang berkaitan dengan cara pakai
dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu
masyarakat, suatu bangsa untuk mencapai tujuannya. Sudah jelas bahwa
di Indonesia mengikuti paham strategi yang luas.3
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan adalah ilmu dan seni
menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atau rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus.4
Sedangkan dalam manajemen suatu organisasi, strategi diartikan
sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang sebagai sistematik
dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan
strategi organisasi.5
Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam
meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan
3
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), h. 8
4
Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092
5
dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan implementasinya
secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.6
Dengan demikian strategi merupakan suatu rumusan rencana
terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan
dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumberdaya yang
ada. Strategi pada umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam
menjalankan kegiatannya, namun strategi juga dapat dilakukan oleh
individu-individu dalam mencapai maksud yang diinginkan.
Menurut Ali Mustopo, Strategi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Dalam pendekatan strategis,
kekuatan bagaikan fokus pokok.
b. Memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak dan
analisa aksi.
c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai
serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (masa lalu, masa
kini dan terutama masa depan) serta faktor lingkungan.
e. Strategi berusaha menemukan masalah - masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian
mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta
6
memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.7
Adapun pengambilan keputusan strategi (strategic decision)
meliputi tiga aspek, yakni:
a) Penentuan Tujuan
b) Macam-macam perumusan kebijaksanaan
c) Pelaksanaan (operasional)8
Berdasarkan pengertian di atas, strategi merupakan hal yang sangat
penting di gunakan untuk mencapai tujuan, sasaran-sasaran, batas
waktu dan konsekuensi yang akan dihadapi. Dari situlah orang-orang
meluaskan paham mengenai strategi, baik tentang strategi militer,
strategi pilitik, strategi ekonomi, strategi sosial, strategi budaya, strategi
komunikasi dan lain sebagainya. Kemudian, dalam organisasi strategi
diartikan sebagai kiat, cara dan tektik utama yang dirancang sebagai
sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada
tujuan organisasi.
2. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komuniaksi adalah paduan antara perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus mampu
7
Ali Mustopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Centre For Strategic and International Studies-CSIS, 1978), h. 8
8
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan.
Dalam arti pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi
dan kondisi.
Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan
perencanaan taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan
komunikasi dengan memperlihatkan keseluruhan aspek yang ada pada
proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.9 Berbeda
dengan pengertian strategi secara umum, strategi komunikasi terletak
pada perancangan dari komunikator untuk menyampaikan pesan atau
tujuan agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
Barbara O’Keefe mengajukan dua pendekatan mengenai teori
produksi pesan yang disebutyna sebagai model pilihan strategi (strategy
choice) dan disain pesan (message disain). Model pilihan strategi
melihat bagaimana komunikator memilih diantara berbagai strategi
pesan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan model disain pesan
memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator membangun
pesan untuk mencapai tujuan.
Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan
tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan.
Mendapatkan kepatuhan (gaining compliance) adalah upaya yang kita
lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan
atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai.
Pesan-pesan yang dibuat agar orang memiliki kepatuhan (compliance gaining
9
messages) merupakan salah satu topic yang paling banyak diteliti dalam
ilmu komunikasi. Banyak riset mengenai strategi memperoleh
kepatuhan ini terutama didorong oleh terbitnya hasil penelitian dari
Gerald Marwell dan David Schmitt.
Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran.
Menurut mereka, kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal
lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan. Jika anda mengerjakan apa
yang saya inginkan, maka saya memberikan anda sesuatu sebagai
imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan
kewajiaban, perasaan yang menyenangkan dan sebagainya. Pendekatan
berdasarkan pertukaran, yang sering digunakan dalam teori sosial,
disusun berdasarkan asumsi bahwa orang bertindak untuk mendapatkan
sesuatu dari orang lain sebagai pertukaran bagi hal lainnya. Model ini
memiliki orientasi pada kekuasaan. Dengan kata lain, anda akan
memperoleh kepatuhan mereka jika anda memiliki sumber daya yang
cukup untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu yang mereka
inginkan.10
3. Tahapan-tahapan Strategi
Menurut Fred. R. David, proses strategi tidak hanya sebatas
merumuskan konsep hingga implementasi , melainkan juga harus
disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.
10
Secara garis besar teori manajemen strategi Fred R. David melalui tiga
tahapan, yaitu:11
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi, konseptor harus
mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative
dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah
yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks
kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai
kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan
langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada
tujuan itu.12
b. Implementasi Strategi
Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang
ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan, strategi yang
dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam
pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi
hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui
11
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3
12
penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang
dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.13
c. Evaluasi Strategi
Tahap terakhir dari strategi adalah mengevaluasi implementasi.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai
dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya.
Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan
kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk
memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.
Setidaknya ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi
strategi, yaitu :
a) Meninjau factor-faktor eksternal dan internal
b) Mengukur prestasi dengan membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan
c) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa
prestasi sesuai dengan rencana.
B. Komunikasi
1. Pengertian
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin
“communication.” Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang
artinya „sama’, sama disini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi
13
komunikasi terjadi jika terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan
yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.14
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaa seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam bahasa komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyatakan pesan disebut komunikator (communicator),
sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan
(communicant).
Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan Astrid S
Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare
yang dalam bahasa latin memiliki arti „berpartisipasi’ atau
„memberitahukan’. Kata communis berarti „milik bersama’ atau
„berlaku dimana-mana.’15 Para ahli komunikasi juga mempunyai
pendapat yang berbeda satu sama lain dalam menafsirkan makna
komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi,
keterampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar,
angka, grafis, dan lain-lain. Kemudian Shammon dan Weaver
mengartikan komunikasi sebagai mencakup prosedur melalui makna
pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.16
Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa
manusia melakukan komunikasi, yaitu untuk:
14
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 3
15
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), h. 10
16
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini, pendapat, pandangan (to change opinion).
c. Mengubah perilaku (to change behaviour)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
2. Komponen Komunikasi
Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai
berikut:
a. Sumber (Source)
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian
pesan yang digunukan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.17
b. Penyampai Pesan (Commnicator)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat
kabar, radio, televise, film dan sebagainya. Komunikator dalam
penyampaian pesannya bisa juga sebagai komunikan, begitu juga
sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang
komunikator di antaranya adalah:
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya
2) Keterampilan berkomunikasi
3) Mempunyai pengetahuan yang luas
4) Sikap
5) Memiliki daya tarik
17
c. Pesan (Message)
Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan si komunikator.
Pesan dapat berupa informative, memberi keterangan-keterangan
yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
Persuasif bujukan, yakni membangkitkan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan akan berupa pendapat atau sikap,
sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, instruksi.
d. Saluran (Channel)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat
diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada
dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung
menurut dua saluran, yaitu:
1) Saluran formal atau bersifat resmi
2) Saluran informal atau bersifat tidak resmi
e. Penerima Pesan (Communicant)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan menjadi
tiga jenis, yaitu: personal, kelompok, dan massa.
f. Hasil (Effect)
Efek adalah hasil akhir proses komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, baik sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita
inginkan.18
18
2. Media Komunikasi
Media massa saat ini telah merasuk (pervasive) ke dalam
kehidupan modern. Melalui media, orang mampu membentuk opini dari
informasi dan interpretasi atas informasi yang mereka terima. Ini berarti
bahwa bahkan liputan berita setajam sekalipun, mengandung unsur
persuasi. Akan tetapi upaya media untuk melakukan persuasi biasanya
dilakukan melalui editoral (tajuk rencana) dan alasan atau komentar
yang jelas-jelas bertujuan persuasi. Hampir semua media memisahkan
antara materi yang didesain untuk membujuk dengan materi berita.
Koran mengemas artikel opininya dalam bagian editoral. Ulasan di
televise biasanya berupa opini.
Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan
persuasi adalah advertisement (iklan). Iklan mengajak audiens atau
pembaca untuk menuruti apa yang dikehendaki iklan, contohnya
membeli pasta gigi, makanan ataupun lainnya. Public relations adalah
persuasi yang lebih halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak
mengajak untuk melakukan tindakan langsung. Public relations
berusaha membentuk sikap, biasanya dengan mengajak audiens media
massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut
pandang tertentu. John Vivian menyebutkan ada tujuh media
komunikasi, yakni buku, majalah, Koran, radio, advertising, internet,
dan televisi.19
19
Adapun jenis-jenis media massa yang bersifat “komunikasi massa”
telah berkembang pesat dari segi kuantitas maupun kualitas, antara lain
adalah:
a) Buku
Produksi buku secara massal pertama kali dilakukan pada
pertengahan 1400-an, telah mengubah sejarah manusia dengan
mempercepat pertukaran ide dan informasi antar manusia. Buku
merupakan gudang penyimpan kebudayaan. Nuku adalah wahana
utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru
dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran
dari generasi lama.
b) Koran
Koran adalah medium massa utama bagi orang untuk
memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tidak ada sumber berita
uang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran.
Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Banyaknya para
pembaca membuat koran menjadi media efektif dalam
menyampaikan pesan.
c) Majalah
Saat ini majalah-majalah besar merupakan medium massa
yang mempengaruhi kultur Negara-negara maju, termasuk
format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh
hamper semua orang.
Periklanan memanfaatkan majalah diantaranya membangun
pasar nasional untuk produk-produk mereka. Karena orang
mempunyai selera yang sangat luar biasa pada majalah. Singkatnya
majalah adalah medium pervasive. Keluasan audiens majalah
membuat majalah menjadi medium yang amat kompetitif.20
d) Advertising
Advertising adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa
iklan, orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa
yang tersedia. Advertising juga merupakan basis finansial dari
media massa yang kontemporer. Walaupun demikian, advertising
bukan medium massa, tetapi mengandalkan pada media untuk
menyampaikan pesannya.
e) Radio
Radio telah menjadi medium massa yang sangat luas, ada di
berbagai tempat dan di sepanjang waktu. Tetapi sebagai sebuah
industry, ada tanda-tanda yang menggelisahkan. Acara utama
radio, yakni music, telah tersedia dalam bentuk perangkat lain dan
banyak yang tanpa iklan. Audiens utama radio, yakni kelompok
usia 18 sampai 24 tahun telah banyak berkurang.
20
f) Televisi
Banyaknya audiens televisi menjadikannya sebagai medium
dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhdap
media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk
hiburan dan berita. Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia hampir
setiap rumah tangga memiliki satu televisi. Jelas bahwa televise
mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat.
g) Internet
Internet muncul sebagai medium massa besar yang melalui
media tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media
massa besar menempatkan produknya di internet. Tekhnologi ini
sangat langsung dan akses murah, sehingga jutaan individu bisa
membuat situs milik sendiri.21
C. Pengertian Paguyuban
Dalam bahasa Sunda, Paguyuban memiliki arti serikat atau
perkumpulan. Sedangkan dari kata dasarnya “guyub” mempunyai arti
sehati atau setujuan. Dalam bahasa Inggris Paguyuban disebut community
dan dalam bahasa Jerman disebut Gemeinschaft.
Konsep paguyuban (Gemeinschaft) di kemukakan oleh Ferdinand
Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di
mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta
21
dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan
tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis,22 sebagaimana dapat
diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk
paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok
kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya.
Oleh Tonnies dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft)
mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:23
1. Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra.
2. Private, artinya hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus
untuk beberapa orang saja.
3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan
tidak untuk orang-orang lain di luar “kita”.
Di dalam kehidupan setiap masyarakat akan selalu dapat kita
jumpai paguyuban. Tipe paguyuban antara lain:24
a. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood), yaitu
paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan
darah atau keturunan. Paguyuban ini dapat disebut sebagai
kelompok genelogis yaitu kelompok yang terbentuk berdasarkan
hubungan sedarah. Kelompok genelogis memiliki tingkat
solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan
nenek moyang, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
22Ferdinand Tonnies and Charles P. Loomis: “Gemeinschaft and Gesellschaft”
dalam
Reading in Sociology, editor Alfred Mc Clung Lee, cetakan ke-5, Barnes & Noble College Outline Series, 1960, hlm. 82 dan seterusnya.
23
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar/Soerjono Soekanto, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 118
24
b. Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of place), yaitu suatu
paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat
itnggal sehingga dapat saling tolong menolong. Contoh: Rukun
Tetangga, Rukun Warga.
c. Paguyuban Karena jiwa-pikiran (Gemeinschaft of Mind), yaitu
merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang
walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat
tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan
pikiran sama, ideology yang sama. Paguyuban semacam ini
biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau
keturunan.
Paguyuban diartikan sebagai persekutuan atau kebersamaan
aneka ragam orang dalam batas teritori dan kategori tertentu,
dengan nilai-nilai umum sebagai berikut:
a) Disemangati kebersamaan, keterlibatan, komunikasi, relasi
yang terjadi terus-menerus, sehati dan sejiwa dalam suka dan
duka, untuk menghidupi dan menghayati tugas, karya, dan
panggilan hidup dalam mewujudkan visi-misi paguyuban
tersebut.
b) Kebersamaan setiap anggotanya yang se-detak jantung, yang
hidup dalam kebersamaan, memiliki kepekaan dan bertindak
saling mengasihi sehingga terbentuk suatu komunitas yang
c) Bentuk kehidupan bersama yang menghayati solidaritas,
toleransi dan prisnsip subsidiaritas dalam memanfaatkan segala
perbedaan untuk mencapai tujuan bersama.
d) Kebutuhan utnuk hidup berkelompok yang berlandaskan pada
kepercayaan yang satu.25
Dapat dikatakan bahwa semua paguyuban adalah sebuah
organisasi, akan tetapi tidak semua organisasi merupakan
puguyuban. Alasannya bahwa dasar dari sebuah organisasi belum
tentu cinta kasih atau persaudaraan, bisa jadi hanya berdasarkan
pada kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu atau hanya atas
dasar kepentingan saja. Tetapi dasar paguyuban adalah rasa
persaudaraan, toleransi dan prinsip saling membantu dengan
memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama
dimana para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni,
alamiah, serta sehati-sejiwa.
Paguyuban adalah pola masyarakat yang ditandai dengan
hubungan anggota-anggotanya bersifat pribadi, sehingga
menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah. Misalnya
pola kehidupan masyarakat pertanian, umumnya bersifat komunal
yang ditandai dengan ciri-ciri masyarakat yang homogeny,
hubungan sosialnya bersifat personal, saling mengenal, serta
memperhitungkan untung rugi.
25
Blogspot Paguyuban Sekar Saluyu 12 April 2009, Pokok-pokok penting Paguyuban Mekar Saluyu. Diakses pada 7 Mei 2015 dari:
D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya
1. Pengertian dan Peran Pendidikan
Dunia pendidikan merupakan bangunan atas dari suatu sistem
ekonomi. Ia merupakan cermin dari sistem ekonomi. Sebagai bangunan
atas, pendidikan menjadi suatu keyakinan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup. Oleh sebab itu pendidikan menjadi salah satu
tujuan yang harus di capai, namun untuk mencapainya membutuhkan
cara dan alat. Cara dan alat itu di realisasikan dalam bentuk ukuran
satuan uang dari pendapatan masyarakat.
Dalam sistem sosial kapitalisme, masyarakat yang memiliki
pendapatan rendah, sulit untuk mengikuti pendidikan; pendidikan hanya
bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki cukup pendapatan.
Pendidikan dalam sistem sosial yang demikian menjadi barang
dagangan, siapa yang punya daya beli dapat menikmati pendidikan.
Peran negara dalam pendidikan kurang optimal, karena negara
cenderung melayani kepentingan para pemilik modal.26
Dalam falsafah pendidikan islam menurut Ibnu Taimiyah adalah
ilmu yang bermanfaat merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan
unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu dapat menjamin
kelestarian dan kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan
terjerumus ke dalam kehidupan yang sesat. Ilmu yang bermanfaat
artinya adalah mengajak pada kehidupan yang benar yang diarahkan
26
pada hubungan dengan Tuhan serta dihubungkan dengan
kenyataan-kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusiaan.27
Tujuan pendidikan islam yang harus dicapai menurut Ibnu
Taimiyah, yakni:
a. Tujuan Individual
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang
baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai
lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang ada
pada Al Qur’an dan As Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya
adalah pribadi yang sempurna kepribadiannya yaitu mereka yang
lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat
jiwanya serta sanggup menjalankan perintah Allah Swt
b. Tujuan Sosial
Bahwa Pendidikan Islam harus diarahkan pada terciptanya
masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan Al Qur’an dan
As Sunnah dimana manusia bisa hidup bersama dengan orang lain,
saling membantu, saling menasehati serta membantu mengatasi
masalah orang lain dan lain sebagainya.
c. Tujuan Dakwah Islamiyah
Tujuan pendidikan harus bisa mengarahkan ummat agar siap dan
mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia. Hal ini
didasarkan bahwa Allah mengutus para Rasulnya untuk memberi
27
kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia
mau menerima dan mengikuti ajaran-Nya.28
Sedangkan jika kita membicarakan dunia pendidikan menurut John
Comenius (Jan Komensky, 1592-1670), seorang uskup Moravian
Brethren, yang menulis buku cetakan berilustrasi untuk yang pertama
kali yang digunakan selama 250 tahun. Dalam karyanya yang berjudul
Didactica Magna (Seni Pengajaran yang Agung), Comenius
menjabarkan berbagai prinsip pendidikan saat ini.
Prinsip paling penting dari seni pengajaran yang agung tersebut
adalah “pendidikan untuk semua” (education for everyone). Comenius
berprinsip bahwa tidak hanya anak orang kaya atau yang punya
kekuasaan saja yang bisa menikmati pendidikan. Tapi, semua anak
laki-laki dan perempuan, anak orang terhormat atau tidak terhormat, anak
orang kaya atau miskin, maupun yang berasal dari kota atau desa,
semua harus bisa menikmati pendidikan.
Selain itu, Comenius juga berprinsip bahwa pendidikan itu harus
berlangsung sepanjang masa (long life education), yang berarti bahwa
setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan di sepanjang
kehidupannya, tanpa ada batasan, kungkungan, dan berbagai
tetek-bengek birokratisme pendidikan. Itu berarti, setiap anak bangsa harus
mendapatkan pendidikan, baik itu secara formal, non formal maupun
informal; dan tidak boleh ada sekat bahwa karena seorang anak itu
miskin, maka tidak boleh sekolah; dan bahwa karena anak itu cacat,
28
Nana Ronawan Rambe Blogspot, Pendidikan Islam Menurut Beberapa Tokoh, 29 Agustus 2013. Diakses pada 22 September 2015 dari:
maka tidak boleh memperoleh pendidikan. Mereka semua berhak
mendapatkan pendidikan sepanjang kehidupannya.29
Pengertian pendidikan menurut Ki. Hajar Dewantara, pendidikan
umumnya berarti “Daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter,
kekuatan batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak selaras
dengan alam dan masyarakatnya.”30
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.31
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan berlaku untuk semua manusia secara merata yang hidup
dalam masyarakat tanpa memandang kedudukan atau harta kekayaan.
Pendidikan juga merupakan suatu usaha yang terencana untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan, kepribadian
sehingga bisa menjadi manusia yang berkualitas dan mampu
mewujudkan tujuan-tujuan dalam hidupnya serta mampu menjalankan
tugasnya dalam masyarakat.
Pendidikan tidak hanya dilakukan tanpa peranan yang jelas.
Tentunya pendidikan dilaksanakan karena adanya peranan yang begitu
29
Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis: Antara Teori dan Praktik
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 5-9
30
Dedy Mulyasana, op.cit., h. 3
31
penting dari pendidikan itu sendiri untuk masyarakat. Menurut Andi
Makkulau peranan pendidikan adalah “Untuk mengembangkan
sumberdaya insaniyah agar manusia menyadari dan mampu
melaksanakan fungsi kekhalifahannya, maka sasaran pengembangan
adalah meningkatkan daya pikir, daya fisik, dan daya pertimbangan
nilai. Ketiga daya tersebut perlu dikembangkan secara optimal, serasi
dan sedini mungkin.”32
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan
itu memiliki peranan untuk meningkatkan daya pikir, daya fisik dan
daya pertimbangan manusia, agar manusia itu mampu melaksanakan
tugasnya sebagai khilafah di muka bumi, yang tentunya pengembangan
itu harus dilaksanakan secara serasi dan sedini mungkin maka daya
pikir, daya fisik dan daya pertimbangan manusia tidak bisa berjalan
secara optimal.
2. Jalur Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
dikutip oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama
bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”33
Menurut Combs dan Ahmad pendidikan formal, nonformal dan
informal adalah:
32
Andi Makkalau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Vol. 1 No , 1991., h. 22
33
a. Pendidikan Formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur,
hierarkis, dilaksanakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi,
studi akademik, beragam program spesialis dan beragam isntitusi,
full time, berupa latihan teknis maupun profesional.
b. Pendidikan Informal adalah proses pendidikan sepanjang hayat,
dimana setiap individu memperoleh sikap, nilai keterampilan dan
pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari, dan dari pengaruh
pendidikan dan sumber-sumber lingkungannya seperti dari
keluarga, tetangga, pekerjaan dan ketika bermain, dari pasar dan
jalan raya, dari perpustakaan dan media massa.
c. Pendidikan Nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang
terorganisasi di luar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan
tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih
besar, yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan
tujuan belajar.34
3. Pendidikan Nonformal
Menurut M. Sudomo, pendidikan non formal adalah “Setiap
kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil,
baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi
kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar.”35
34
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 145
35
Menurut Soelaiman Joesoef pendidikan non formal adalah
“pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.”36
Menurut Combs dalam buku Penelitian Tindakan Dalam
Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal
(nonformal education) adalah setiap kegiatan pendidikan yang
diorganisasikan diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai
tujuan belajarnya.37
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.38
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nonformal adalah suatu proses pendidikan yang
dilaksanakan secara terbuka, terstruktur dan berjenjang yang tidak
memiliki aturan-aturan yang baku serta dilaksanakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat tertentu.
4. Fungsi Pendidikan Nonformal
Fungsi pendidikan nonformal adalah membelajarkan individu atau
kelompok agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya
sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan/perkembangan
36
Soelaiman Joesoef, op.clt, h. 79
37
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 19
38
Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal: Teori, Aplikasi dan Implikasi,
zaman, berdasarkan fungsi tersebut pendidikan nonformal menurut
Soegimin Gitoasmoro dapat melayani kebutuhan sebagai berikut:
a. Pendidikan suplemen: kesempatan untuk menambah/meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tertentu di luar pendidikan
sekolah/formal.
b. Pendidikan komplemen: kesempatan untuk menambah/melengkapi
pendidikan sekolah/formal.
c. Pendidikan kompensasi/pengganti: kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi yang tidak pernah mengalami pendidikan di
sekolah.
d. Pendidikan substitusi: kesempatan untuk belajar pada jenjang
pendidkan