• Tidak ada hasil yang ditemukan

('strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya pada Masyarakat Kota Bogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "('strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya pada Masyarakat Kota Bogo"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

EKONOI\{I

DAIY

BUDAYA PAI}A

MASYARAI(AT

KOTA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Mernenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.kom.f)

Oleh:

Maulana Fitvan Aunilah NIM: 1110051000129

Di ba'*,ah bimbingan :

Wq

Ade Rina Farida. M.Si

itilP: 19770513 200701 2 OtB

JI'RUSAN

KOI\{TTNIKASI

DAN PENYIARAN

ISLAM

FAKT'LT.,\S

IL}{U

DAK\\'AH

DAN

ILMU KOMUNIKASI

LINIVERSITAS ISLANI

NEGERI

S\ ARIF

HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi ),ang berjudul

('strategi

Komunikasi Paguyuban

Bogor Dalam

Menjalankan Program Pendidikan, Sosial

- Ekonomi

Dan Budaya pada

Masyarakat Kota Bogor". Telah diujikan daliim sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Unuversitas Islam Negeri

Or$

Syarif Hidayatullah Jakarta pada Septernber 20i5. Skripsi

ini

telah diterima sebagai

syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Iakarta, 9 September 2015

Sidang N{unaqosyah,

Sekertaris Merangkap Anggo ta,

NIP: 19670906 199403

I

002

Anggota,

Pengu.fi

il

Noor Bekti Negoro. iVI.Si l{IP:19650301 199903 1 001

Pembimbing

W

Ade Rina Farida M.Si Penguji

1,,fu

t'

1021 200801 1 009

(4)

2.

a J.

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Sikripsi ini adalah hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan meraih gelar Strata Satu di Unuversitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Semua sumber ysng saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketnentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya

ini

bukan hasil karya saya atau merupakan hasil duplikasi dari karya orang

lain,

maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 28 Agustus 2015

(5)

i

Maulana Fityan Aunilah, NIM. 1110051000129, Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor, di bawah bimbingan Ade Rina Farida, M. Si

Kota Bogor dihadapkan pada sekian banyak permasalahan dalam berbagai bidang, baik dari sisi pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, moral, kemiskinan, ketidakarifan budaya lokal dan sikap apatis terhadap usaha pembangunan Kota Bogor baik sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini pemuda tentunya ikut bertanggung jawab untuk menanggulangi hal-hal tersebut sesuai dengan kapasitasnya sebagai generasi, penggerak atau inisiator. Untuk itulah paguyuban Kota Bogor didirikan.

Paguyuban Bogor sebagai wadah kemasyarakatan Kota Bogor turut andil membangun potensi, karakter, kreativitas, integritas, kearifan budaya lokal, ekonomi kreatif dan kesadaran masyarakat Kota Bogor dengan merangkul pemuda, pelajar ataupun mahasiswa melalui program-program yang telah dikemas sebaik dan semenarik mungkin. Untuk mencapai keberhasilan programnya Paguyuban Bogor memiliki Strategi Komunikasi yang baik. Terbukti dengan partisipasi aktif dan massif masyarakat Kota Bogor dalam mengikuti program Paguyuban Bogor. Oleh karena itu penulisan Skripsi ini untuk mengetahui strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan sosial-ekonomi dan budaya pada masyarakat Kota Bogor.

Adapun perumusan masalah meliputi strategi komunikasi apa yang dilakukan Paguyuban Bogor? Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apakah upaya yang dilakukan Paguyuban Bogor berhasil atau tidak?

Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, di mana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau buku-buku yang mendukung sesuai subjek penelitian, terutama hasil wawancara dengan Mantan Ketua Paguyuban Bogor, Ketua Paguyuban Bogor yang baru dan anggota Paguyuban Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan model kualitatif.

Dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor menggunakan strategi komunikasi yang komprehensif, meliputi rumusan strategi yang menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah itu melakukan implementasi dan diakhiri dengan evaluasi. Dalam upayanya tersebut, Paguyuban Bogor telah berhasil menjalankan banyak program-program yang mampu menarik perhatian banyak khalayak. Sebagai contoh program B-next, penataan kota, pelatihan usaha kreatif dan penampilan-penampilan seni budaya, dimana program tersebut disosialisaikan melaui media massa cetak maupun elektronik dan media online.

(6)

ii

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin, Puji dan syukur peneliti ucapkan

kehadirat Allah subhanahuwata’ala, atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya

sehingga peneliti selalu diberikan kekuatan, kesehatan dan semangat hingga dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul ”Strategi Komunikasi

Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi

dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor” dengan baik. Shalawat serta salam

semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu

‘alaihiwasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya

sampai akhir zaman, aamiin.

Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti banyak mengalami kesulitan, akan

tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

Skipsi ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil

Dekan Bidang Akademik, Suparto M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, MA, Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Masran, MA dan

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Fita Fathurokhmah,

M.Si, yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti

(7)

iii

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Murodi, MA selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan

nasehat selama saya berada di kampus ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan pengalaman serta ilmu kepada peneliti.

6. Keluarga, terutama kedua orang tua tercinta, mamah Itoh dan bapak Sugandi

yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan keikhlasan selalu memberikan

semangat dan dukungan serta do’a selama peneliti menjalani pendidikan

sarjana ini. Juga kepada adik-adik tercinta, Siti Fahridhatul Adawiyah,

Muhammad Ramdhani dan Siti Rahma Aliah yang selalu nanya kapan

peneliti wisuda.

7. Pimpinan Paguyuban Bogor Dr. Bima Arya dan Kang Iwan Setiawan, juga

segenap keluarga besar Paguyuban Bogor khususnya Kang Riadul Muslim,

S.Sos,i yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam

penulisan skripsi ini.

8. Kekasih, Lidia JN, S.Tr.Keb yang senantiasa mejadi sandaran, memberikan

semangat, dukungan dan selalu setia menemani peneliti dalam suka dan duka

sampai skripsi ini selesai.

9. Sahabat-sahabat terbaik, Ahmad Azis Hidayat, Isnandi Hakim, Muis Alya

Ardhi, SE, Asep Ramdhani (Epot), Muhammad Ikbal (Oge), Sonson Laksana

Putra, Putri Ellyana Sari, yang selalu memberikan kesan dan pesan yang luar

biasa di saat peneliti pusing dengan proses skripsi ini. Tidak lupa buat

sahabat-sahabat peneliti yang begitu banyak dan tidak bisa disebutkan satu

(8)

iv

Agung Sulistiono. Juga sahabat diskusi yang militant dan progres, Achdan

Mubarak, Aditia Purnomo, Fadhil Arrosyad, Arifin Ilham (Kak Ipin), Boim

Gerakan Mahasiswa Indonesia, Bang Tope dan Bang Cuplay.

11. Keluarga besar KM. UIN Jakarta, Himpunan Mahasiswa Bogor, Lembaga

Pers Mahasiswa UIN Jakarta, Dewan Perwakilan Mahasiswa UIN Jakarta,

kawan-kawan seperjuangan dan sepertarungan yang pernah memberikan

banyak ilmu dan pengalaman di luar kelas kuliah.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu peneliti

mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun

kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti

khususnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.

Jakarta, 28 Agustus 2015

(9)

v

ABSTRAK ...………...

KATA PENGANTAR …...……….

DAFTAR ISI ………...

DAFTAR LAMPIRAN………...

i

ii

v

viii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………..…………

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .………...

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...

D. Metodologi Penelitian ………...

E. Tinjauan Pustaka ...

F. Sistematika Penulisan... 1 7 8 9 12 13

BAB II LANDASAN TEORI ……...………... 15

A. Strategi Komunikasi...………...

1. Pengertian Strategi...

2. Pengertian Strategi Komunikasi...

3. Tahapan-tahapan Strategi...

B. Komunikasi ...

1. Pengertian Komunikasi...

2. Komponen Komunikasi...

3. Media Komunikasi...

C. Pengertian Paguyuban……...

D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya...

1. Pengertian dan Peran Pendidikan...

2. Jalur Pendidikan...

(10)

vi

6. Pengertian Sosial-Ekonomi...

7. Pengertian Budaya...

8. Unsur-unsur Budaya...

9. Wujud Budaya... 44

47

49

51

BAB III GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR...……….. 55

A. Sejarah Paguyuban Bogor………...

B. Prinsip Dasar Paguyuban Bogor...

C. Program Kerja Paguyuban Bogor...

1. Pendidikan...

2. Sosial-Ekonomi...

3. Budaya...

D. Struktur Organisasi paguyuban bogor ………...

E. Visi dan misi Paguyuban Bogor... 55 56 56 57 60 60 61 62

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ... 63

A. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor...

B. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor dalam Praktek

Menjalankan Program...

1. Perumusan Strategi...

2. Implementasi Strategi...

3. Evaluasi Strategi...

[image:10.595.115.538.75.638.2]
(11)

vii

B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA

(12)

viii Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Form Wawancara

Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini nilai sosial dan budaya yang sudah

tertanam dalam diri masyarakat mulai bergeser dengan perkembangan

kebudayaan yang berakibat adanya penyerapan budaya asing. Hal ini

membuat nilai, norma atau aturan bersama dalam lingkungan suatu daerah

semakin hilang dan semakin tidak dikenal oleh masyarakat itu sendiri

berikut generasi-generasi selanjutnya.

Sosial dan budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling

dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak

pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sebab sebagian besar dari

kegiatan manusia dilakukan secara berkelompok, berinteraksi dan

menganut nilai-nilai sosial budaya yang ada pada lingkungannya.

Semakin berkembangnya permasalahan yang harus dihadapi

manusia, seperti banyaknya populasi manusia, makin berkurangnya

sumber daya alam, berkembangnya teknologi modern dan semakin

menguatnya persaingan membuat manusia lebih individualistik untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri ketimbang hidup berkelompok untuk

memenuhi kebutuhan bersama.

Di Kota Bogor misalnya, banyak generasi muda di kalangan siswa,

mahasiswa maupun pekerja, tidak sedikit yang acuh terhadap nilai-nilai

sosial, kearifan budaya lokal serta kepedulian terhadap lingkungannya.

(14)

terkesan hedonis, individualis dan westernis. Padahal, Kota Bogor

memiliki banyak peninggalan budaya dari nenek moyang yang sejatinya

harus dijaga sebagai cipta, rasa, karsa dan karya yang khas. Jika tidak di

jaga, maka generasi muda di Kota Bogor akan kehilangan jati dirinya

sebagai Orang Sunda.

Manusia memiliki unsur-unsur budaya yaitu pikiran (cipta), rasa

dan kehendak (karsa), dan karya. Hasil keempat potensi budaya itulah

yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta,

rasa, karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam yang

menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan

panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian.

Dengan karsa manusia mengkhendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan

dan kebahagiaan sehingga berkembang kehidupan beragama. Dengan

karya manusia menghasilkan berbagai sarana untuk membantu kemudahan

dalam hidupnya.1

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Kebudayaan adalah buah budi

manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut

Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik diri manusia”.

Oleh karena itu manusia sering disebut makhluk sosial budaya,

artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam

1

(15)

satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat atau lingkungan sosial. Di

samping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dan

menggunakannya sebagai acuan dalam bermasyarakat. Dengan budaya

itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya akan nilai-nilai

sebagai acuan. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, sehingga di

mana ada manusia, disitulah ada pula kebudayaan.2

Setiap lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan

adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu oleh warga masyarakat

penghuninya. Melalui suatu proses belajar atau dalam pendidikan secara

berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang

diperoleh dari lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian

diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan” ialah pola sikap dari

perilaku sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam

berinteraksi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

diperoleh dari lingkungan sosial budayanya.3

Untuk membangun potensi, kreatifitas, kemampuan, kearifan

budaya lokal, nilai, norma, maupun ekonomi masyarakat dalam suatu

daerah, diperlukan wadah yang mampu memberikan ruang secara

langsung pada masyarakat. Wadah yang mampu berinteraksi secara

langsung dengan masyarakat adalah organisasi. Dimana organisasi

merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.

Paguyuban Bogor sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, terus

berupaya meningkatkan peran sentralnya di tengah-tengah masyarakat

2

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.22

3

(16)

Bogor. Berangkat dari kecintaan dan kepedulian pada kampung halaman,

Paguyuban Bogor terlahir, tumbuh, dan lambat laun mengukir namanya di

hati masyarakat Bogor tak kurang selama tiga tahun terakhir. Paguyuban

Bogor bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam denyut nadi

aktivitas masyarakat di Kota Hujan pada khususnya. Bergerak di bidang

pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor terus berupaya

melakukan sinergi yang positif dengan instansi terkait.4

Hadirnya Paguyuban Bogor tentu sangat diperlukan dan menjadi

harapan baru bagi masyarakat Kota Bogor sebagai suatu wadah yang

dapat menghimpun atau mempermudah masyarakat Kota Bogor dalam

bersosialisasi dan bekerjasama. Dengan berkumpulnya warga Bogor dalam

satu wadah, akan semakin mudah menyamakan persepsi dan merapatkan

barisan demi terwujudnya Bogor yang lebih baik. Organisasi merupakan

suatu sarana yang beranggotakan orang-orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama. Menurut Robbins, organisasi merupakan

“..Consclously coordinated social entity with a relatively identifiable

boundary, that functions on a relatively continuous basis to acnieve a

common goals or a set of goals”, Robbins mengemukakan bahwa

organisasi merupakan entitas sosial. Unit-unit dari organisasi terdiri atas

orang atau sekelompok orang yang saling berinteraksi. Iteraksi tersebut

terkoordinasi secara sadar artinya dikelola dalam upaya mencapai

tujuannya.

4

Muhammad Khozaini, Paguyuban Bogor; Regenerasi dan Konstribusi, (Hei Bogor,

Edisi 14 Desember 2014),

(17)

Namun dalam sebuah organisasi memerlukan komunikasi yang

baik dan terus menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi

suatu lembaga atau organisasi adalah seberapa baiknya komunikasi

dilakukan. Komunikasi ini dapat memberikan informasi dengan baik dan

diterima oleh personal maupun kelompok menghasilkan suatu perubahan

sikap dan tindakan dalam melakukan pekerjaan.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan

dan politik sudah didasari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang

hidup ratusan tahun sebelum masehi, fungsi komunikasi tidak hanya

sebegai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu

dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Maka dunia

pendidikan komunikasi berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan

sehinga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak atau

akhlak, keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang

kehidupan.5

A, B. Susanto, dalam bukunya Manajemen Aktual, komunikasi

merupakan sarana untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu permasalahan untuk pengambilan keputusan.

Komunikasi juga berfungsi untuk menyatakan ekspresi emosional.6

Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota

Paguyuban Bogor memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari

manajemen puncak. Oleh sebab itu, perlu adanya pengelolaan informasi

5

H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan, (Jakarta Bumi Aksara 1997), h.11

6

(18)

yang baik dengan strategi komunikasi yang tepat sebagai langkah

mencapai tujuan Paguyuban Bogor menjalankan program Pendidikan,

Sosial-Ekonomi dan Budaya.

Pentingnya strategi untuk Paguyuban Bogor khususnya pada aspek

komunikasi membentuk eksistensi Paguyuban Bogor di mata anggota dan

masyarakat Bogor, karena semua rencana atau program dilakukan dengan

baik mengacu pada langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk

kemajuan organisasi. Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik

biasanya dimiliki organisasi yang ingin terus berkembang. Oleh karena itu,

perlu adanya perencanaan yang matang dan siap mengendalikan tantangan

yang dihadapi Paguyuban Bogor.

Dalam hal ini, strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam

menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya di Kota

Bogor menjadi menarik untuk disorot. Setidaknya, sejak berdirinya

Paguyuban Bogor, terdapat beberapa program yang mampu menarik

banyak perhatian masyarakat Kota Bogor dan selalu dirindukan oleh

masyarakat dan pelajar dilihat dari pemberitaan berbagai media lokal di

Kota Bogor. Sehingga penulis mempertanyakan bagaimana strategi yang

digunakan Paguyuban Bogor dalam menjalankan Program Pendidikan,

Sosial-Ekonomi dan Budaya?

Strategi komunikasi Paguyuban Bogor sangatlah diperlukan dalam

proses menjalankan program-programnya, karena berhasil atau tidaknya

kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi

(19)

memiliki kelayakan lebih luas dan beragam, maka Paguyuban Bogor

seharusnya menyiapkan perencanaan yang matang dalam menyampaikan

pesan yang ingin disosialisasikan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak melebar dari tema yang

dibahas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada

“Strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan

program-program kerja pada periode 2011-2015, yakni tahun sejak didirikannya

Paguyuban Bogor. Adapun pembatasan lokasi penelitian di fokuskan

di wilayah Kota Bogor.

2. Perumusan Masalah

Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut :

1. Bagaimana strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam

menjalankan program-program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan

Budaya kepada masyarakat Kota Bogor?

2. Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam

Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penulisan Skripsi ini selain bertujuan sebagai tugas akhir

kuliah, juga bertujuan untuk:

a) Memahami strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam

menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya

kepada masyarakat Kota Bogor

b) Mengetahui program-program apa saja yang telah dicapai oleh

Paguyuban Bogor

c) Mengetahui dukungan dan hambatan-hambatan yang dihadapi

Paguyuban Bogor dalam menjalankan program tersebut

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a) Manfaat Akademis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan wacana keilmuan komunikasi khususnya dalam

ilmu komunikasi organisasi.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat mengetahui kekurangan dan

kelebihan Paguyuban Bogor sebagai Organisasi Masyarakat

yang ikut berkonstribusi membangun Kota Bogor melalui

Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya. Juga dapat berguna

bagi Paguyuban Bogor dalam mengembangkan komunikasi

(21)

D. Metodologi Penelitian

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan pendekatan deskriptif

analitis, dimana penulis berupaya memberikan penjelasan secara

komperhensif mengenai strategi Paguyuban Bogor dalam menjalankan

program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya kepada masyarakat

Kota Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan pendekatan

model kualitatif, sehingga yang menjadi objek penelitian adalah

Paguyuban Bogor.

Penelitian ini melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur.

Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif,7 di mana

peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau

buku-buku yang mendukung sesuai dengan subjek penelitian dan hasil

wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya peneliti bertindak

sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang

dikonstruksi subjek penelitian.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan secara bertahap sampai peneliti mendapatkan

data yang diperlukan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian

adalah Kantor Paguyuban Bogor, tepatnya di Jl. Pandu Raya, Bogor Utara,

Kota Bogor.

7

(22)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga,

yakni dimulai dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks

berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran

utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna

mempertajam analisis data primer, sekaligus dapat dijadikan bahan

pelengkap ataupun pembanding. Dalam hal ini peneliti menggunakan

data primer dan sekunder dalam mengumpulkan data-data.

1) Data Primer (Primary-Sources), yaitu hasil wawancara yang

mendalam dengan Ketua Umum Paguyuban Bogor.

2) Data sekunder (Secondary-Sources), yaitu berupa buku-buku dan

tulisan berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini.

a) Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian

yang dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk

mempermudah penelitian di lapangan perlu ditentukan teknik

pengumpulan data agar yang dihimpun dapat efektif dan

efisien.

b) Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara

mempelajari dan mengumpulkan berbagai bacaan atau literatur,

dokumen, serta media massa yang ada hubungannya dengan

(23)

b. Wawancara

Wawancara terstruktur, wawancara yang telah dipersiapkan oleh

peneliti sebagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis

mewawancarai dua narasumber dari Paguyuban Bogor, yakni Bima

Arya (Walikota Bogor) selaku pendiri serta mantan Ketua Umum dan

Iwan Setiawan, selaku Ketua Umum Paguyuban Bogor yang baru.

c. Dokumentasi

Dokumentasi biasa berupa dokumen publik ataupun privat. Dokumen

public contohnya adalah media cetak maupun media online. Adapun

dokumen privat adalah dokumen yang merupakan arsip instansi

ataupun perorangan.8

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam pendekatan kualitatif-konstruktif didahului

oleh upaya mengungkap trustworthiness dari para subjek penelitian. Yaitu

menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap

realitas. Trustworthiness ini diuji melalui pengujian: credibility subjek,

dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan

pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah

menguji authenticity, yaitu penulis memberi kesempatan dan memfasilitasi

pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail.

Setelah melakukan dialog dan menguji keabsahan sumber, maka

penulis melakukan analisis SWOT (Streengt, Weakness, Opportunity,

8

(24)

Treathment), menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

untuk mensosialisasikan program pendidikan, sosial dan budaya. Kekuatan

apa saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, baik itu media, ataupun jaringan

pemerintah, kelemahan apa saja yang menghambat sosialisasi, peluang apa

saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, dan ancaman apa saja yang

menghambat sosialisasi program.

Adapun dalam teknik penulisan, peneliti berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, ceQda

(Center For Quality Development and Assurance) UIN Jakarta pada

Tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi

komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi diantaranya:

1. Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam

Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam

Indonesia (Skripsi Indra Gunawan, UIN Jakarta 2010). Skripsi ini

menjelaskan strategi MUI dalam mensosialisasikan fatwa haram

korupsi kepada umat islam di Indonesia. Objek penelitian ini berbeda

dengan penulis. Objek penelitian dalam judul ini yaitu strategi

komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa bukan strategi

(25)

2. Strategi Komunikasi Marketing Radio Dakta 107 FM Dalam

Meningkatkan Eksistensi Di Kalangan Pendengar (Skripsi Arini

Rosdiana, UIN Jakarta 2011). Objek dalam skripsi ini menjelaskan

strategi marketing radio.

3. Strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan

Pemuda Diwilayah Rawa Belong Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Rifqi,

UIN Jakarta 2011) skripsi ini membahas tentang budaya namun lebih

kepada pendekatan Strategi Dakwah.

4. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam

pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren

Al-Hidayah Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Mursyidi, UIN Jakarta

2011). Skripsi ini membahas tentang Strategi komunikasi terhadap

pembinaan akhlak pada Ponpes Al-Hidayah Jakarta Barat. Subjek

dalam penelitian ini berbeda dengan penulis. Subjek penelitian ini

adalah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani bukan organisasi

kemasyarakatan.

Skripsi yang di garap penulis berisi tentang strategi komunikasi

paguyuban yang merupakan organisasi kemasyarakatan dalam

menjalankan Program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan membahas latar belakang masalah,

(26)

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis membahas strategi, komunikasi,

setrategi komunikasi, pengertian paguyuban, pendidikan,

sosial-ekonomi dan budaya

BAB III Gambaran Umum Paguyuban Bogor Menjelaskan

sejarah berdirinya Paguyuban Bogor, visi dan misinya, apa

saja yang melatar belakangi berdirinya Paguyuban Bogor,

struktur Paguyuban Bogor, serta respon warga Kota Bogor

dalam menanggapi program-program yang di jalankannya.

BAB IV Analisis Penelitian Bab ini merupakan inti dari penelitian.

Dimana penulis menjelaskan strategi komunikasi

Paguyuban Bogor berdasarkan penjelasan pengurus

Paguyuban Bogor, serta dijelaskan kekuatan dan kelemahan

strategi Paguyuban Bogor.

[image:26.595.131.514.228.617.2]
(27)

15

LANDASAN TEORI

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Strategi secara etimilogi berasal dari kata majemuk bahasa.

Yunani, yakni Stratos yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti

memimpin. Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu

strategi adalah ilmu tentang memimpin pasukan.1 Konteks awalnya,

strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh

para jendral dengan membuat rencana untuk menaklukan musuh dan

menaklukan peperangan.2 Sehingga konsep strategi kerap melekat pada

lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang.

Pengertian strategi mengalami perluasan. Perang sebagai gejala

kenegaraan, perang sebagai gejala kemasyarakatan, perang sebagai

gejala sejarah dan kemanusiaan, merupakan kenyataan yang sangat

kompleks yang paling berkaitan satu sama lain di mana terdapat

interelasi antara berbagai faktor, baik yang berkenaan dengan tujuan

yang akan dicapai, sasaran-sasaran, batas waktu dan konsekuensi

lainnya.

Kompleksitas ini membawa perang menjadi semakin bersifat total,

dan bahkan batas antara perang dan damai pun menjadi sukar untuk

1

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978). H.7

2

(28)

ditegaskan. Kompleksitas ini membuat manusia meluaskan paham dan

pengertiannya mengenai apa yang dinamakan strategi. Orang mulai

dengan membedakan antara strategi dan direk indirek. Orang mulai

berbicara tentang strategi militer, strategi politik, strategi ekonomi,

strategi sosial, strategi budaya, strategi komunikasi dan lain sebagainya.

Semuanya membahas strategi dalam arti luas dan sempit. Strategi pada

hakikatnya menjadi berarti. Hal-hal yang berkaitan dengan cara pakai

dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu

masyarakat, suatu bangsa untuk mencapai tujuannya. Sudah jelas bahwa

di Indonesia mengikuti paham strategi yang luas.3

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan adalah ilmu dan seni

menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan

kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atau rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus.4

Sedangkan dalam manajemen suatu organisasi, strategi diartikan

sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang sebagai sistematik

dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan

strategi organisasi.5

Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah

penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam

meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan

3

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), h. 8

4

Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092

5

(29)

dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan implementasinya

secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.6

Dengan demikian strategi merupakan suatu rumusan rencana

terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan

dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumberdaya yang

ada. Strategi pada umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam

menjalankan kegiatannya, namun strategi juga dapat dilakukan oleh

individu-individu dalam mencapai maksud yang diinginkan.

Menurut Ali Mustopo, Strategi mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Dalam pendekatan strategis,

kekuatan bagaikan fokus pokok.

b. Memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak dan

analisa aksi.

c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai

serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (masa lalu, masa

kini dan terutama masa depan) serta faktor lingkungan.

e. Strategi berusaha menemukan masalah - masalah yang terjadi dari

peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian

mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta

6

(30)

memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat

diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.7

Adapun pengambilan keputusan strategi (strategic decision)

meliputi tiga aspek, yakni:

a) Penentuan Tujuan

b) Macam-macam perumusan kebijaksanaan

c) Pelaksanaan (operasional)8

Berdasarkan pengertian di atas, strategi merupakan hal yang sangat

penting di gunakan untuk mencapai tujuan, sasaran-sasaran, batas

waktu dan konsekuensi yang akan dihadapi. Dari situlah orang-orang

meluaskan paham mengenai strategi, baik tentang strategi militer,

strategi pilitik, strategi ekonomi, strategi sosial, strategi budaya, strategi

komunikasi dan lain sebagainya. Kemudian, dalam organisasi strategi

diartikan sebagai kiat, cara dan tektik utama yang dirancang sebagai

sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada

tujuan organisasi.

2. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komuniaksi adalah paduan antara perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi

(communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus mampu

7

Ali Mustopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Centre For Strategic and International Studies-CSIS, 1978), h. 8

8

(31)

menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan.

Dalam arti pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi

dan kondisi.

Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan

perencanaan taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan

komunikasi dengan memperlihatkan keseluruhan aspek yang ada pada

proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.9 Berbeda

dengan pengertian strategi secara umum, strategi komunikasi terletak

pada perancangan dari komunikator untuk menyampaikan pesan atau

tujuan agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Barbara O’Keefe mengajukan dua pendekatan mengenai teori

produksi pesan yang disebutyna sebagai model pilihan strategi (strategy

choice) dan disain pesan (message disain). Model pilihan strategi

melihat bagaimana komunikator memilih diantara berbagai strategi

pesan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan model disain pesan

memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator membangun

pesan untuk mencapai tujuan.

Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan

tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan.

Mendapatkan kepatuhan (gaining compliance) adalah upaya yang kita

lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan

atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai.

Pesan-pesan yang dibuat agar orang memiliki kepatuhan (compliance gaining

9

(32)

messages) merupakan salah satu topic yang paling banyak diteliti dalam

ilmu komunikasi. Banyak riset mengenai strategi memperoleh

kepatuhan ini terutama didorong oleh terbitnya hasil penelitian dari

Gerald Marwell dan David Schmitt.

Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran.

Menurut mereka, kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal

lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan. Jika anda mengerjakan apa

yang saya inginkan, maka saya memberikan anda sesuatu sebagai

imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan

kewajiaban, perasaan yang menyenangkan dan sebagainya. Pendekatan

berdasarkan pertukaran, yang sering digunakan dalam teori sosial,

disusun berdasarkan asumsi bahwa orang bertindak untuk mendapatkan

sesuatu dari orang lain sebagai pertukaran bagi hal lainnya. Model ini

memiliki orientasi pada kekuasaan. Dengan kata lain, anda akan

memperoleh kepatuhan mereka jika anda memiliki sumber daya yang

cukup untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu yang mereka

inginkan.10

3. Tahapan-tahapan Strategi

Menurut Fred. R. David, proses strategi tidak hanya sebatas

merumuskan konsep hingga implementasi , melainkan juga harus

disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.

10

(33)

Secara garis besar teori manajemen strategi Fred R. David melalui tiga

tahapan, yaitu:11

a. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi, konseptor harus

mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal,

menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative

dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah

yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks

kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai

kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan

langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada

tujuan itu.12

b. Implementasi Strategi

Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang

ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan, strategi yang

dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam

pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi

hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan

pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui

11

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3

12

(34)

penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang

dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.13

c. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dari strategi adalah mengevaluasi implementasi.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai

dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya.

Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan

kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk

memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.

Setidaknya ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi

strategi, yaitu :

a) Meninjau factor-faktor eksternal dan internal

b) Mengukur prestasi dengan membandingkan hasil yang

diharapkan dengan kenyataan

c) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa

prestasi sesuai dengan rencana.

B. Komunikasi

1. Pengertian

Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin

communication.” Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang

artinya „sama’, sama disini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi

13

(35)

komunikasi terjadi jika terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan

yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.14

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang

dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaa seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam bahasa komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (message),

orang yang menyatakan pesan disebut komunikator (communicator),

sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan

(communicant).

Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan Astrid S

Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare

yang dalam bahasa latin memiliki arti „berpartisipasi’ atau

„memberitahukan’. Kata communis berarti „milik bersama’ atau

„berlaku dimana-mana.’15 Para ahli komunikasi juga mempunyai

pendapat yang berbeda satu sama lain dalam menafsirkan makna

komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi,

keterampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar,

angka, grafis, dan lain-lain. Kemudian Shammon dan Weaver

mengartikan komunikasi sebagai mencakup prosedur melalui makna

pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.16

Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa

manusia melakukan komunikasi, yaitu untuk:

14

Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 3

15

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), h. 10

16

(36)

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini, pendapat, pandangan (to change opinion).

c. Mengubah perilaku (to change behaviour)

d. Mengubah masyarakat (to change the society)

2. Komponen Komunikasi

Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai

berikut:

a. Sumber (Source)

Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian

pesan yang digunukan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.

Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.17

b. Penyampai Pesan (Commnicator)

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,

menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat

kabar, radio, televise, film dan sebagainya. Komunikator dalam

penyampaian pesannya bisa juga sebagai komunikan, begitu juga

sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang

komunikator di antaranya adalah:

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya

2) Keterampilan berkomunikasi

3) Mempunyai pengetahuan yang luas

4) Sikap

5) Memiliki daya tarik

17

(37)

c. Pesan (Message)

Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan si komunikator.

Pesan dapat berupa informative, memberi keterangan-keterangan

yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

Persuasif bujukan, yakni membangkitkan kesadaran seseorang

bahwa apa yang kita sampaikan akan berupa pendapat atau sikap,

sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan

sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, instruksi.

d. Saluran (Channel)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat

diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada

dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung

menurut dua saluran, yaitu:

1) Saluran formal atau bersifat resmi

2) Saluran informal atau bersifat tidak resmi

e. Penerima Pesan (Communicant)

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan menjadi

tiga jenis, yaitu: personal, kelompok, dan massa.

f. Hasil (Effect)

Efek adalah hasil akhir proses komunikasi, yakni sikap dan

tingkah laku orang, baik sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita

inginkan.18

18

(38)

2. Media Komunikasi

Media massa saat ini telah merasuk (pervasive) ke dalam

kehidupan modern. Melalui media, orang mampu membentuk opini dari

informasi dan interpretasi atas informasi yang mereka terima. Ini berarti

bahwa bahkan liputan berita setajam sekalipun, mengandung unsur

persuasi. Akan tetapi upaya media untuk melakukan persuasi biasanya

dilakukan melalui editoral (tajuk rencana) dan alasan atau komentar

yang jelas-jelas bertujuan persuasi. Hampir semua media memisahkan

antara materi yang didesain untuk membujuk dengan materi berita.

Koran mengemas artikel opininya dalam bagian editoral. Ulasan di

televise biasanya berupa opini.

Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan

persuasi adalah advertisement (iklan). Iklan mengajak audiens atau

pembaca untuk menuruti apa yang dikehendaki iklan, contohnya

membeli pasta gigi, makanan ataupun lainnya. Public relations adalah

persuasi yang lebih halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak

mengajak untuk melakukan tindakan langsung. Public relations

berusaha membentuk sikap, biasanya dengan mengajak audiens media

massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut

pandang tertentu. John Vivian menyebutkan ada tujuh media

komunikasi, yakni buku, majalah, Koran, radio, advertising, internet,

dan televisi.19

19

(39)

Adapun jenis-jenis media massa yang bersifat “komunikasi massa”

telah berkembang pesat dari segi kuantitas maupun kualitas, antara lain

adalah:

a) Buku

Produksi buku secara massal pertama kali dilakukan pada

pertengahan 1400-an, telah mengubah sejarah manusia dengan

mempercepat pertukaran ide dan informasi antar manusia. Buku

merupakan gudang penyimpan kebudayaan. Nuku adalah wahana

utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru

dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran

dari generasi lama.

b) Koran

Koran adalah medium massa utama bagi orang untuk

memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tidak ada sumber berita

uang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran.

Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Banyaknya para

pembaca membuat koran menjadi media efektif dalam

menyampaikan pesan.

c) Majalah

Saat ini majalah-majalah besar merupakan medium massa

yang mempengaruhi kultur Negara-negara maju, termasuk

(40)

format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh

hamper semua orang.

Periklanan memanfaatkan majalah diantaranya membangun

pasar nasional untuk produk-produk mereka. Karena orang

mempunyai selera yang sangat luar biasa pada majalah. Singkatnya

majalah adalah medium pervasive. Keluasan audiens majalah

membuat majalah menjadi medium yang amat kompetitif.20

d) Advertising

Advertising adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa

iklan, orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa

yang tersedia. Advertising juga merupakan basis finansial dari

media massa yang kontemporer. Walaupun demikian, advertising

bukan medium massa, tetapi mengandalkan pada media untuk

menyampaikan pesannya.

e) Radio

Radio telah menjadi medium massa yang sangat luas, ada di

berbagai tempat dan di sepanjang waktu. Tetapi sebagai sebuah

industry, ada tanda-tanda yang menggelisahkan. Acara utama

radio, yakni music, telah tersedia dalam bentuk perangkat lain dan

banyak yang tanpa iklan. Audiens utama radio, yakni kelompok

usia 18 sampai 24 tahun telah banyak berkurang.

20

(41)

f) Televisi

Banyaknya audiens televisi menjadikannya sebagai medium

dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhdap

media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk

hiburan dan berita. Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia hampir

setiap rumah tangga memiliki satu televisi. Jelas bahwa televise

mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat.

g) Internet

Internet muncul sebagai medium massa besar yang melalui

media tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media

massa besar menempatkan produknya di internet. Tekhnologi ini

sangat langsung dan akses murah, sehingga jutaan individu bisa

membuat situs milik sendiri.21

C. Pengertian Paguyuban

Dalam bahasa Sunda, Paguyuban memiliki arti serikat atau

perkumpulan. Sedangkan dari kata dasarnya “guyub” mempunyai arti

sehati atau setujuan. Dalam bahasa Inggris Paguyuban disebut community

dan dalam bahasa Jerman disebut Gemeinschaft.

Konsep paguyuban (Gemeinschaft) di kemukakan oleh Ferdinand

Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di

mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan

bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta

21

(42)

dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan

tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis,22 sebagaimana dapat

diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk

paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok

kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya.

Oleh Tonnies dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft)

mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:23

1. Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra.

2. Private, artinya hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus

untuk beberapa orang saja.

3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan

tidak untuk orang-orang lain di luar “kita”.

Di dalam kehidupan setiap masyarakat akan selalu dapat kita

jumpai paguyuban. Tipe paguyuban antara lain:24

a. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood), yaitu

paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan

darah atau keturunan. Paguyuban ini dapat disebut sebagai

kelompok genelogis yaitu kelompok yang terbentuk berdasarkan

hubungan sedarah. Kelompok genelogis memiliki tingkat

solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan

nenek moyang, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.

22Ferdinand Tonnies and Charles P. Loomis: “Gemeinschaft and Gesellschaft”

dalam

Reading in Sociology, editor Alfred Mc Clung Lee, cetakan ke-5, Barnes & Noble College Outline Series, 1960, hlm. 82 dan seterusnya.

23

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar/Soerjono Soekanto, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 118

24

(43)

b. Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of place), yaitu suatu

paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat

itnggal sehingga dapat saling tolong menolong. Contoh: Rukun

Tetangga, Rukun Warga.

c. Paguyuban Karena jiwa-pikiran (Gemeinschaft of Mind), yaitu

merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang

walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat

tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan

pikiran sama, ideology yang sama. Paguyuban semacam ini

biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau

keturunan.

Paguyuban diartikan sebagai persekutuan atau kebersamaan

aneka ragam orang dalam batas teritori dan kategori tertentu,

dengan nilai-nilai umum sebagai berikut:

a) Disemangati kebersamaan, keterlibatan, komunikasi, relasi

yang terjadi terus-menerus, sehati dan sejiwa dalam suka dan

duka, untuk menghidupi dan menghayati tugas, karya, dan

panggilan hidup dalam mewujudkan visi-misi paguyuban

tersebut.

b) Kebersamaan setiap anggotanya yang se-detak jantung, yang

hidup dalam kebersamaan, memiliki kepekaan dan bertindak

saling mengasihi sehingga terbentuk suatu komunitas yang

(44)

c) Bentuk kehidupan bersama yang menghayati solidaritas,

toleransi dan prisnsip subsidiaritas dalam memanfaatkan segala

perbedaan untuk mencapai tujuan bersama.

d) Kebutuhan utnuk hidup berkelompok yang berlandaskan pada

kepercayaan yang satu.25

Dapat dikatakan bahwa semua paguyuban adalah sebuah

organisasi, akan tetapi tidak semua organisasi merupakan

puguyuban. Alasannya bahwa dasar dari sebuah organisasi belum

tentu cinta kasih atau persaudaraan, bisa jadi hanya berdasarkan

pada kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu atau hanya atas

dasar kepentingan saja. Tetapi dasar paguyuban adalah rasa

persaudaraan, toleransi dan prinsip saling membantu dengan

memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama

dimana para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni,

alamiah, serta sehati-sejiwa.

Paguyuban adalah pola masyarakat yang ditandai dengan

hubungan anggota-anggotanya bersifat pribadi, sehingga

menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah. Misalnya

pola kehidupan masyarakat pertanian, umumnya bersifat komunal

yang ditandai dengan ciri-ciri masyarakat yang homogeny,

hubungan sosialnya bersifat personal, saling mengenal, serta

memperhitungkan untung rugi.

25

Blogspot Paguyuban Sekar Saluyu 12 April 2009, Pokok-pokok penting Paguyuban Mekar Saluyu. Diakses pada 7 Mei 2015 dari:

(45)

D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya

1. Pengertian dan Peran Pendidikan

Dunia pendidikan merupakan bangunan atas dari suatu sistem

ekonomi. Ia merupakan cermin dari sistem ekonomi. Sebagai bangunan

atas, pendidikan menjadi suatu keyakinan dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup. Oleh sebab itu pendidikan menjadi salah satu

tujuan yang harus di capai, namun untuk mencapainya membutuhkan

cara dan alat. Cara dan alat itu di realisasikan dalam bentuk ukuran

satuan uang dari pendapatan masyarakat.

Dalam sistem sosial kapitalisme, masyarakat yang memiliki

pendapatan rendah, sulit untuk mengikuti pendidikan; pendidikan hanya

bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki cukup pendapatan.

Pendidikan dalam sistem sosial yang demikian menjadi barang

dagangan, siapa yang punya daya beli dapat menikmati pendidikan.

Peran negara dalam pendidikan kurang optimal, karena negara

cenderung melayani kepentingan para pemilik modal.26

Dalam falsafah pendidikan islam menurut Ibnu Taimiyah adalah

ilmu yang bermanfaat merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan

unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu dapat menjamin

kelestarian dan kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan

terjerumus ke dalam kehidupan yang sesat. Ilmu yang bermanfaat

artinya adalah mengajak pada kehidupan yang benar yang diarahkan

26

(46)

pada hubungan dengan Tuhan serta dihubungkan dengan

kenyataan-kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusiaan.27

Tujuan pendidikan islam yang harus dicapai menurut Ibnu

Taimiyah, yakni:

a. Tujuan Individual

Tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang

baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai

lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang ada

pada Al Qur’an dan As Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya

adalah pribadi yang sempurna kepribadiannya yaitu mereka yang

lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat

jiwanya serta sanggup menjalankan perintah Allah Swt

b. Tujuan Sosial

Bahwa Pendidikan Islam harus diarahkan pada terciptanya

masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan Al Qur’an dan

As Sunnah dimana manusia bisa hidup bersama dengan orang lain,

saling membantu, saling menasehati serta membantu mengatasi

masalah orang lain dan lain sebagainya.

c. Tujuan Dakwah Islamiyah

Tujuan pendidikan harus bisa mengarahkan ummat agar siap dan

mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia. Hal ini

didasarkan bahwa Allah mengutus para Rasulnya untuk memberi

27

(47)

kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia

mau menerima dan mengikuti ajaran-Nya.28

Sedangkan jika kita membicarakan dunia pendidikan menurut John

Comenius (Jan Komensky, 1592-1670), seorang uskup Moravian

Brethren, yang menulis buku cetakan berilustrasi untuk yang pertama

kali yang digunakan selama 250 tahun. Dalam karyanya yang berjudul

Didactica Magna (Seni Pengajaran yang Agung), Comenius

menjabarkan berbagai prinsip pendidikan saat ini.

Prinsip paling penting dari seni pengajaran yang agung tersebut

adalah “pendidikan untuk semua” (education for everyone). Comenius

berprinsip bahwa tidak hanya anak orang kaya atau yang punya

kekuasaan saja yang bisa menikmati pendidikan. Tapi, semua anak

laki-laki dan perempuan, anak orang terhormat atau tidak terhormat, anak

orang kaya atau miskin, maupun yang berasal dari kota atau desa,

semua harus bisa menikmati pendidikan.

Selain itu, Comenius juga berprinsip bahwa pendidikan itu harus

berlangsung sepanjang masa (long life education), yang berarti bahwa

setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan di sepanjang

kehidupannya, tanpa ada batasan, kungkungan, dan berbagai

tetek-bengek birokratisme pendidikan. Itu berarti, setiap anak bangsa harus

mendapatkan pendidikan, baik itu secara formal, non formal maupun

informal; dan tidak boleh ada sekat bahwa karena seorang anak itu

miskin, maka tidak boleh sekolah; dan bahwa karena anak itu cacat,

28

Nana Ronawan Rambe Blogspot, Pendidikan Islam Menurut Beberapa Tokoh, 29 Agustus 2013. Diakses pada 22 September 2015 dari:

(48)

maka tidak boleh memperoleh pendidikan. Mereka semua berhak

mendapatkan pendidikan sepanjang kehidupannya.29

Pengertian pendidikan menurut Ki. Hajar Dewantara, pendidikan

umumnya berarti “Daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter,

kekuatan batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak selaras

dengan alam dan masyarakatnya.”30

Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.31

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan berlaku untuk semua manusia secara merata yang hidup

dalam masyarakat tanpa memandang kedudukan atau harta kekayaan.

Pendidikan juga merupakan suatu usaha yang terencana untuk

meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan, kepribadian

sehingga bisa menjadi manusia yang berkualitas dan mampu

mewujudkan tujuan-tujuan dalam hidupnya serta mampu menjalankan

tugasnya dalam masyarakat.

Pendidikan tidak hanya dilakukan tanpa peranan yang jelas.

Tentunya pendidikan dilaksanakan karena adanya peranan yang begitu

29

Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis: Antara Teori dan Praktik

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 5-9

30

Dedy Mulyasana, op.cit., h. 3

31

(49)

penting dari pendidikan itu sendiri untuk masyarakat. Menurut Andi

Makkulau peranan pendidikan adalah “Untuk mengembangkan

sumberdaya insaniyah agar manusia menyadari dan mampu

melaksanakan fungsi kekhalifahannya, maka sasaran pengembangan

adalah meningkatkan daya pikir, daya fisik, dan daya pertimbangan

nilai. Ketiga daya tersebut perlu dikembangkan secara optimal, serasi

dan sedini mungkin.”32

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan

itu memiliki peranan untuk meningkatkan daya pikir, daya fisik dan

daya pertimbangan manusia, agar manusia itu mampu melaksanakan

tugasnya sebagai khilafah di muka bumi, yang tentunya pengembangan

itu harus dilaksanakan secara serasi dan sedini mungkin maka daya

pikir, daya fisik dan daya pertimbangan manusia tidak bisa berjalan

secara optimal.

2. Jalur Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang

dikutip oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama

bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan

informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”33

Menurut Combs dan Ahmad pendidikan formal, nonformal dan

informal adalah:

32

Andi Makkalau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Vol. 1 No , 1991., h. 22

33

(50)

a. Pendidikan Formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur,

hierarkis, dilaksanakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi,

studi akademik, beragam program spesialis dan beragam isntitusi,

full time, berupa latihan teknis maupun profesional.

b. Pendidikan Informal adalah proses pendidikan sepanjang hayat,

dimana setiap individu memperoleh sikap, nilai keterampilan dan

pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari, dan dari pengaruh

pendidikan dan sumber-sumber lingkungannya seperti dari

keluarga, tetangga, pekerjaan dan ketika bermain, dari pasar dan

jalan raya, dari perpustakaan dan media massa.

c. Pendidikan Nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang

terorganisasi di luar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan

tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih

besar, yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan

tujuan belajar.34

3. Pendidikan Nonformal

Menurut M. Sudomo, pendidikan non formal adalah “Setiap

kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil,

baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi

kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar.”35

34

Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 145

35

(51)

Menurut Soelaiman Joesoef pendidikan non formal adalah

“pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu

mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.”36

Menurut Combs dalam buku Penelitian Tindakan Dalam

Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal

(nonformal education) adalah setiap kegiatan pendidikan yang

diorganisasikan diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan

secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai

tujuan belajarnya.37

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan

nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.38

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan nonformal adalah suatu proses pendidikan yang

dilaksanakan secara terbuka, terstruktur dan berjenjang yang tidak

memiliki aturan-aturan yang baku serta dilaksanakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat tertentu.

4. Fungsi Pendidikan Nonformal

Fungsi pendidikan nonformal adalah membelajarkan individu atau

kelompok agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya

sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan/perkembangan

36

Soelaiman Joesoef, op.clt, h. 79

37

Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 19

38

Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal: Teori, Aplikasi dan Implikasi,

(52)

zaman, berdasarkan fungsi tersebut pendidikan nonformal menurut

Soegimin Gitoasmoro dapat melayani kebutuhan sebagai berikut:

a. Pendidikan suplemen: kesempatan untuk menambah/meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan tertentu di luar pendidikan

sekolah/formal.

b. Pendidikan komplemen: kesempatan untuk menambah/melengkapi

pendidikan sekolah/formal.

c. Pendidikan kompensasi/pengganti: kesempatan untuk memperoleh

pendidikan bagi yang tidak pernah mengalami pendidikan di

sekolah.

d. Pendidikan substitusi: kesempatan untuk belajar pada jenjang

pendidkan

Gambar

GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR...………………..
Gambaran Umum Paguyuban Bogor Menjelaskan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat strategi komunikasi guru SMA Negeri 6 Pandeglang Dalam Program pendidikan Budaya dan Karater Bangsa itu sendiri

penulisan skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi PT.Aseli Dagadu Djokdja.. Dalam kebertahanan Eksistensisnya Di Kota

Untuk mengetahui bagaimana situasi dalam menjalankan strategi komunikasi melalui media sosial dapat dijelaskan pada analisis SWOT, dengan mengenali kekuatan dan

Dilihat dari konteks sosial, perilaku komunikasi Lintas budaya yang terjadi di Pon- dok Pesantren Darut Tafsir Cibanteng Ciam- pea Bogor menunjukkan tidak banyak adanya

menyusun sebuah skripsi dengan judul “Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Bab I menjelaskan ketertarikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi taman kota, menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan taman kota dan strategi meningkatkan

Sintesis penelitian adaptasi terhadap perubahan iklim berisi berbagai informasi penting hasil penelitian ‘Adaptasi Bioekologi dan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Terhadap

Dinas Sosial Kota Bogor dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bogor, harus memiliki strategi komunikasi yang tepat dan bertujuan untuk kepentingan bersama dalam