• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

3. Jamkesda

3.1. Cakupan Pelayanan

Pelayanan kesehatan pada program Jamkesda Provinsi Riau adalah mencakup pelayanan dasar di puskesmas dan jaringannya, pelayanan rujukan di Pemberi

Pelayanan Kesehatan 2 (PPK 2) dan pelayanan rujukan lanjutan di Pemberi Pelayanan Kesehatan 3 (PPK 3). Pada PPK 2 pelayanan pasien Jamkesda dilakukan di RSUD Arifin Achmad dan RS Jiwa Tampan dan PPK 3 dilaksanakan di RS Cipto Mangunkusumo, RS Jantung Harapan Kita dan RS Anak Bunda Harapan Kita (RSAB Harkit).

3.2.1. Pemberi Pelayanan Kesehatan 2 (PPK 2) a. RSUD Arifin Achmad

Pelayanan pasien Jamkesda di RSUD Arifin Achmad adalah pasien rujukan dari rumah sakit pemerintah dan swasta Kabupaten/Kota yang merupakan pasien Jamkesda Kabupaten/Kota dengan menggunakan kartu Jamkesda atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang disahkan oleh Bupati/Walikota atau yang diberi mandat.

Jumlah kunjungan pasien Jamkesda di RSUD Arifin Achmad pada tahun 2011 adalah 18.971 orang Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan 6.433 orang Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Distribusi kunjungan per bulan dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.29. Jumlah Pelayanan Rujukan Pasien Jamkesda ke RSUD Arifin Achmad Tahun 2011

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES RITL 585 315 417 490 457 506 589 592 553 682 601 646 RJTL 589 228 1.312 1.608 1.806 1.891 1.970 1.491 1.797 2.203 2.004 2.072 -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 1174 543 1729 2098 2263 2397 2559 2083 2350 2885 1605 2718

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan Jamkesda yang rendah adalah bulan Januari (1174 orang) dan Februari (543 orang). Hal ini dikarenakan tahun 2011 merupakan tahun pertama pelaksanaan program Jamkesda dan bulan Januari dan Februari awal tahun kegiatan Jamkesda. Sehingga masih beradaptasi dengan aturan yang berlaku pada program Jamkesda yaitu dari pola tarif Pergub yang digunakan RSUD Arifin Achmad ke pola tarif Grouper Kementerian Kesehatan (Ina-CBGs) sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang disepakati.

Dari hasil diagnosa tenaga medis untuk pasien Jamkesda provinsi Riau yang mendapat pelayanan di RSUD Arifin Achmad cukup bervariasi. Berikut ini adalah 10 (sepuluh) diagnosa penyakit terbanyak untuk RJTL dan RITL di RSUD Arifin Achmad:

Gambar 4.30. 10 (sepuluh) Penyakit Terbanyak RJTL Pasien Jamkesda di RSUD Arifin Achmad Tahun 2011

Grafik di atas menunjuk bahwa penyakit pasien Rawat Jalan yang terbanyak di RSUD Arifin Achmad adalah penyakit payudara (36.3%), diikuti dengan penyakit paru (13.4%), epilepsi (13.0%), ginekologi (11,7%), mata (7,1%), fraktur (4,2%), dugaan penyakit (4,1%), tumor jinak tiroid (4,0%), Jantung (3,8%) dan Kelainan Congenital (2,4%). Penyakit terbanyak untuk pasien Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad dapat dilihat pada Gambar 4.31.

Gambar 4.31. 10 (sepuluh) Penyakit Terbanyak RITL Pasien Jamkesda di RSUD Arifin Achmad Tahun 2011

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa penyakit terbanyak pada pasien yang rawat inap adalah pasien dengan penyakit kanker yang akan dilakukan radioterapi (25%) dan diikuti dengan penyakit gangguan pencernaan (14%).

3.2.2. RS Jiwa Tampan

Rumah Sakit Jiwa Tampan merupakan rumah sakit khusus gangguan jiwa yang juga melayani pasien Jamkesda Provinsi Riau. Pasien yang dilayani dalam program Jamkesda adalah pasien yang tidak dijaminan oleh Jamkesmas, termasuk pasien Jamkesmas yang dirawat pada hari ke 104 – 180 (pembayaran setengah ditanggung Jamkesmas dan setengahnya ditanggung Jamkesda) yang disebut pasien pelimpahan dan peserta Jamkesmas yang dirawat pada hari ke 181 ke atas yang mempunyai indikasi medis (ditanggung sepenuhnya oleh Jamkesda) disebut pasien inventaris.

Pelayanan pasien Jamkesda dengan gangguan jiwa yang dilayani di RS Jiwa Tampan mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2011. Jumlah kunjungan pasien Jamkesda di RS Jiwa Tampan pada tahun 2011 adalah Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) 2.724 orang dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) 562 orang. Distribusi kunjungan per bulan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.32. Kunjungan Pelayanan Pasien Jamkesda ke RS Jiwa Tampan Tahun 2011

3.3.2. Pemberi Pelayanan Kesehatan 3 (PPK 3) a. RS Cipto Mangunkusumo (RSCM)

Tim Pengelola Jamkesda Provinsi Riau bekerja sama dengan RSCM untuk pelayanan tingkat lanjut rujukan dari RSUD Arifin Achmad. Disamping pasien Jamkesda, pasien Jamkesmas juga dibantu oleh program Jamkesda untuk transportasi dan akomodasi (penginapan dan konsumsi maksimal 1 (satu) bulan) ke PPK 3. Jumlah pasien rujukan ke RSCM sebanyak 69 orang (71%) yang terdiri dari 61 orang pasien Jamkesda dan 8 orang pasien Jamkesmas. Distribusi asal pasien yang dirujuk ke RSCM dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Jumlah Pasien yang Dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo Tahun 2011

JAMKESMAS JAMKESDA 1 Pekanbaru 1 30 2 Kuansing 2 2 3 Kampar - 9 4 Inhil 1 3 5 Inhu - 3 6 Bengkalis - 2 7 Dumai 1 4 8 Pelalawan 1 1 9 Rohul 1 6 10 Rohil 1 1 8 61 JUMLAH PASIEN ASAL KABUPATEN/KOTA NO TOTAL

Pasien yang dirujuk di RSCM merupakan pasien dengan penyakit yang tidak dapat ditangani oleh PPK 2 serta memerlukan penanganan dan peralatan yang lebih khusus. Penyakit yang banyak di rujuk ke RSCM adalah penyakit Jantung

yang berjumlah 19 orang dan penyakit berkenaan dengan mata sejumlah 17 orang. Pasien yang dirujuk sebagian besar berasal dari Kota Pekanbaru yaitu 31 orang. Diagnosa penyakit yang dirujuk ke RSCM terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.6. Diagnosa Penyakit yang Dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo Tahun 2011

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH

1 Jantung 19 2 Mata 17 3 Tulang 10 4 Ginekologi 7 5 Ca Mamae 3 6 Endokrin 3 7 Ca Mulut 2 8 Bedah Vaskuler 2 9 Bedah Onkologi 2 10 Ca Paru 1 11 Cranio Facialis 1 12 Hematologi/Leukemia 1 13 Urologi 1 Jumlah 69

b. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Disamping RSCM, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita juga merupakan pelayanan rujukan tingkat lanjut dari RSUD Arifin Achmad untuk pasien Jamkesda. Pasien yang dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita berjumlah 26 orang (27,1%) dari seluruh pasien yang dirujuk ke PPK 3 yang terdiri dari pasien Jamkesda 22 orang dan pasien Jamkesmas 4 orang (Tabel 4.7). Pasien dirujuk dengan diagnosa penyakit Jantung.

Tabel 4.7. Jumlah Pasien yang Dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita Tahun 2011 JAMKESMAS JAMKESDA 1 Pekanbaru 1 9 2 Kuansing - 2 3 Kampar - 2 4 Bengkalis 2 4 5 Dumai - 4 6 Rohul 1 1 4 22 TOTAL NO ASAL KABUPATEN/KOTA JUMLAH PASIEN

c. RS Anak Bunda Harapan Kita

Pasien yang dirujuk di RS Anak Bunda Harapan Kita pada tahun 2011 hanya 1 (satu) orang yang berasal dari Kabupaten Bengkalis. Pasien tersebut dirujuk karena lahir dengan jantung diluar. Diagnosa utama adalah eptopic cordis. Pasien tersebut bernama Siti Rahma akhirnya meninggal dunia pada umur 45 hari dengan beberapa kali tindakan operasi dan terjadi komplikasi (22 diagnosa sekunder).

3.3.3. Puskesmas

Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya di Kabupaten/Kota dapat ditanggung oleh Jamkesda Provinsi Riau, tetapi tidak tumpang tindih (overlaping) dengan Jamkesda Kabupaten/Kota. Untuk klaim dari Puskesmas Kabupaten/Kota pada Jamkesda tahun 2011 ada beberapa Kabupaten Kota yang mengklaim pelayanan di puskesmas, namun setelah diverifikasi oleh verifikator Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan memenuhi persyaratan pencairan dana (rekening bank Dinkes Kab/Kota dan referensi bank), hanya 1 (satu) Kabupaten yang dapat dibayarkan klaim pelayanan dasar di Puskesmas dan Jaringannya yaitu Kabupaten Indragiri Hilir.

Pemantauan Kasus Penyalahgunaan Obat & NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya) di Rumah Sakit

Narkotika dan Psikotropika adalah salah satu obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan, bidang penelitian dan ilmu pengetahuan. Namun bila disalahgunakan dan salah menggunakan akan berakibat luas karena menimbulkan ketergantungan yang mengakibatkan gangguan social, kamtibnas dan ketahanan nasional.

Dampak arus globalisasi disegala bidang dapat berpengaruh terhadap kehidupan, termasuk juga terhadap perilaku penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain di Indonesia. Masalah tersebut cenderung meningkat terutama di kalangan generasi muda dan merupakan masalah yang dirasakan oleh berbagai Negara termasuk Indonesia. Namun data yang absah dan mampu mengungkapkan keadaan atau masalah penyalahgunaan tersebut merupakan kendala yang belum terpecahkan.

Data penyalahgunaan tetap diperlukan untuk menetapkan tingkat kewaspadaan, tetapi belum ada metoda yang tepat untuk mendapatkan data tersebut. Untuk itu telah ditempuh berbagai pendekatan diantaranya melalui studi kasus. Banyak kasus yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan, kasus kesehatan, kasus kejahatan (kriminal) yang dapat digunakan sebagai gambaran tentang masalah tersebut. Untuk mendapatkan data penyalahgunaan dari kasus kesehatan masih kurang berarti karena dari kasus kesehatan sangat kecil kemungkinannya korban penyalahgunaan secara sadar melakukan pengobatan medis. Tetapi bagi korban yang sudah bermasalah dengan kesehatannya secara langsung ataupun tidak langsung akan terkait dengan pelayanan kesehatan.

Penyalahgunaan/ketergantungan napza dari tahun ke tahun semakin meningkat, sementara fenomena napza itu sendiri bagaikan gunung es (ice berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak dipermukaan laut.

Tahun 2011 monitoring/survey terhadap Korban kasus penyalahgunaan NAPZA di 32 Rumah Sakit se Propinsi Riau yang pada tahun 2011 jumlah korban kasus sebesar 592 kasus dari 22 (68%) Rumah Sakit laporan yang diterima.

Dokumen terkait