• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survey karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Riau cenderung menurun dari tahun 1994-2007, walaupun dibandingkan dengan angka nasional masih lebih besar. Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup di Provinsi Riau Dibandingkan dengan AKB Nasional tahun 1994 s.d 2007

Sumber : SDKI 2002-2003, SDKI 2007

Karena Angka Kematian Bayi merupakan indikator akhir yang perlu diketahui perkembangan setiap tahunnya, untuk melihat pencapaian kinerja program Ibu dan Anak , maka dibawah ini akan digambarkan data kematian bayi berdasarkan laporan rutin dari fasilitas kesehatan.

Gambar 3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Riau tahun 2006 s.d 2011 (Laporan Rutin dari Fasilitas Kesehatan)

Dari gambar diatas menggambarkan bahwa berdasarkan laporan audit maternal Perinatal yang diterima dari kabupaten/Kota , angka kematian bayi dari tahun 2006 s.d 2011 fluktuatif dari 11,9 per 1000 kelahiran hidup menurun di tahun 2007 (11,7 per 1000 kelahiran hidup) dan tahun 2008 (10,5 per kelahiran 1000 kelahiran hidup), tetapi naik lagi di tahun 2009 menjadi 11,7 per 1000 kelahiran , menurun lagi cukup signifikan di tahun 2010 menjadi 7,9 per 1000 kelahiran hidup, naik lagi menjadi 11,4 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2011.Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka survey, namun angka ini belum bisa dikatakan Angka Kematian Bayi Propinsi Riau karena angka ini dihitung berdasarkan jumlah kasus yang dilaporkan di fasilitas kesehatan bukan berdasarkan hasil survey (masih ada kemungkinan belum semua kematian terlapor/under reported).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan.

Proporsi kasus perinatal yang terbesar tahun 2011 di Provinsi Riau yaitu kematian akibat asfiksia 31,46%, BBLR 29,79%, sebab lain 36,93% , tetanus 0,46% dan kematian karena kelainan kongenital 1,06%. Kematian perinatal karena penyebab lainnya secara prosentase cukup besar dikarenakan masih belum diketahuinya definisi operasional penyebab kematian oleh pemberi pelayanan kesehatan anak.

Tahun 2011 masih ditemukan kematian akibat kasus tetatus Neonatorum. Kasus Tetanus Neonatorum yang menyebabkan kematian di Propinsi Riau Tahun 2011 terdapat pada Kabupaten Indragiri Hilir, Kampar dan Bengkalis. Menurut informasi dari team investigasi Dinas Kesehatan Kabupaten kasus tetanus neonatorum yang ditemukan sebagian ada yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter) dan ada yang ditolong oleh dukun, tetapi yang ditolong oleh tenaga kesehatan semuanya tidak mendapatkan TT Bumil.

Berdasarkan data diatas menunjukkan Provinsi Riau belum bisa mengeliminir kasus tetanus neonatorum. Dengan masih adanya kasus tetanus neonatorum pada bayi ini diperlukan peningkatan kualitas pertolongan persalinan karena konsep PI (Pencegahan Infeksi) belum maksimal dan cakupan TT Bumil perlu ditingkatkan dengan meningkatkan akses bumil melalui pelayanan ante natal care (K1, K4). Jika dilihat dari tabel 28 dan 29 (terlampir) di Kab.Indragiri Hilir memang capaian TT2+ terendah (54%) dan capaian K4 juga terendah (72%).

2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun (bayi + anak balita). AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 Kelahiran Hidup Riau Dibandingkan dengan AKABA nasional Tahun 1997, 2002/2003dan 2007

Tahun AKABA Sumber Data

RIAU Indonesia

1997 59 58 SDKI 2002-2003

2002/2003 60 46 SDKI 2002-2003

2007 47 44 SDKI 2007

Dari hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 angka kematian balita tahun 2007 (47 per 1000 kelahiran hidup) terjadi penurunan dibandingkan hasil SDKI tahun 2002/2003(60 per 1000 kelahiran hidup). Jika dibandingkan dengan Angka Kematian Balita Indonesia (44 per 1000 kelahiran hidup) masih lebih besar di Provinsi Riau, tetapi tahun 2007 AKABA lebih mendekati angka nasional dibandingkan dengan tahun 2002-2003. Sedangkan hasil dari laporan rutin fasilitas kesehatan setiap tahun dari tahun 2006 s.d 2011 dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.4. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Provinsi Riau tahun 2006 s.d 2011 (Laporan Rutin dari Fasilitas Kesehatan)

Dari gambar diatas menggambarkan bahwa berdasarkan laporan rutin fasilitas kesehatan angka kematian balita dari tahun 2006 s.d 2011 fluktuatif dari 0,2 per 1000 kelahiran hidup meningkat menjadi di tahun 2007 (1,5 per 1000 kelahiran hidup) menurun lagi di tahun 2008 (0,8 per kelahiran 1000 kelahiran hidup), naik lagi secara signifikan di tahun 2009 menjadi 13,6 per 1000 kelahiran , menurun lagi cukup signifikan di tahun 2010 menjadi 5,6 per 1000 kelahiran hidup, naik lagi menjadi 8,4 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2011.Dan angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka survey karena hanya balita yang terlaporkan.

Proporsi penyebab kematian balita di Provinsi Riau tahun 2011 yang terbanyak adalah masalah neonatal (asfiksia, BBLR, infeksi) sebesar 36%, diare (17,2%), pneumonia (13,2%), tidak diketahui penyebabnya (5,5%), meningitis (5,1%), kelainan kongenital (4,9%), tetanus neonatorum (1,5%). Rincian Penyebab kematian balita dapat dilihat pada Grafik Pie di bawah ini :

Gambar 3.5. Penyebab Kematian Balita 0-59 Bulan

Kelainan Kongenital, 4.9 % Pneumonia, 13.2 % Masalah Neonatal 36 % Meningtis, 5.1 %

Tidak diketahui penyebabnya, 5.5 % Tetanus, 1.5 % Diare, 17.2 % Sumber : Riskesdas 2007 Masalah neonatal : -Asfiksia -BBLR -Infeksi, dll

Pelayanan kesehatan anak hendaknya tidak terlepas dari konsep continium of care (pelayanan kesehatan yang berkesinambungan) sehingga tidak mengakibatkan miss opportunity (hilangnya kesempatan). Harus terdapat intergrasi antara beberapa Program terkait seperti program ibu, imunisasi, gizi, dll. Sebagai ilustrasi, ketika capaian ante natal care (K1 dan K4) sudah cukup bagus hendaknya persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) juga bagus, keluarga berencana (KB) juga bagus, pemberian HB0 juga bagus, kunjungan neonatus juga bagus, capaian pemberian ASI eksklusif, vitamin, A, penemuan kasus pneumonia, imunisasi campak, dll juga bagus. Jika semua ini dilakukan dengan bagus besar peluang percepatan penurunan angka kematian bayi dan balita dapat tercapai. Gambaran integrasi Program dapat terlihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 3.6. Pencapaian Indikator Continuum of Care

3. ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (AKI)

Angka Kematian Ibu Maternal menggambarkan status gizi dan kesehatan, tingkat pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan dan masa nifas. AKI sampai saat ini baru diperoleh dari survei-survei terbatas. Angka yang di dapat dari berbagai survei tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Per 100.000 Kelahiran Hidup Indonesia

Data AKI SDKI 1994 390 SKRT 1995 373 SDKI 1997 334 SDKI 2002-2003 307 SDKI 2007 228

Bila dilihat dari tabel di atas, AKI mengalami penurunan dari tahun 1994-2007. Keadaan ini mencerminkan status gizi ibu hamil, cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil/ibu melahirkan oleh tenaga kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan serta sosial ekonomi ibu maternal terjadi peningkatan. Meningkatnya derajat kesehatan Ibu Maternal berdampak positif terhadap menurunnya angka kematian bayi. (lihat Gambar 3.1 AKB).

Dari gambar tersebut diatas angka kematian ibu di Provinsi Riau dari tahun 2006 s.d 2011 fluktuatif, dari tahun 2006 sebesar 167,8 per 1000 kelahiran hidup naik menjadi 193,4 di tahun 2007 , turun lagi menjadi 165,8 per 1000 kelahiran hidup tahun 2008, naik lagi cukup signifikan di tahun 2009 menjadi 195,4 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2010 menurun lagi secara signifikan menjadi 109,9 per 1000 kelahiran hidup dan naik lagi tahun 2011 menjadi 122,1 per 1000 kelahiran hidup.

Proporsi penyebab kematian maternal tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.8. Penyebab Kematian Ibu Maternal di Provinsi Riau tahun 2011

4. ANGKA KEMATIAN KASAR (AKK)

Estimasi Angka Kematian Kasar (AKK) berdasarkan Hasil Proyeksi Penduduk 2000-2025 menunjukkan AKK di Provinsi Riau secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Angka Kematian Kasar Per 1.000 Penduduk Provinsi Riau Hasil Proyeksi Penduduk 2000-2025 AKK Tahun 2,6 2000 2,4 2005 2,5 2010 2,7 2015 3,1 2020 4,1 2025

Sumber : Badan Pusat Statistik

5. UMUR HARAPAN HIDUP (Eo)

Derajat kesehatan masyarakat juga dapat diukur dengan melihat besarnya Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH). Selain itu, UHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai Indeks pembangunan Manusia (IPM). Umur harapan hidup di Provinsi Riau dari tahun 2005 s.d 2011 dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.4. Estimasi Umur Harapan Hidup (Eo) Provinsi Riau

Tahun Eo Sumber Data

2005 70,7 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2005,BPS Riau

2006 70,8 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2006,BPS Riau

2007 71,00 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2007,BPS Riau 2008 71,10 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2008,BPS Riau 2009 71,25 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2009,BPS Riau

2010 71,4 PembangunanManusia Berbasis Gender, 2011

2011 71,55 BPS Prov.Riau (data sementara)

Sedangkan umur harapan hidup (UHH) per Kab/Kota di Provinsi Riau tahun 2011 dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.9. Angka Harapan Hidup Provinsi Menurut Kab/Kota tahun 2011

Sumber : BPS Prov.Riau (data sementara)

6. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Gambaran IPM Provinsi Riau Tahun 1996 s.d 2010 adalah sebagai berikut :

Gambar di atas memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau sejak Tahun 1996 s.d 2002 mengalami penurunan mungkin disebabkan karena krisis moneter. Tetapi tahun 2004 s.d 2010 cenderung mengalami peningkatan dan angka IPM Provinsi Riau tahun 2007 (74,63) lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional (73,4) begitu juga tahun 2010 IPM Riau (76,07) lebih tinggi dari IPM nasional (72,27) Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau berdasarkan Kab/Kota bisa dilihat tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5. HDI/IPM MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (persen) Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran Per Kapita

Disesuaikan IPM PERINGKAT

RIAU 71.4 98.35 8.58 646.63 76.07 3 Kuansing 68.33 97.82 7.99 645.21 73.7 126 INHU 68.81 98.16 7.98 647.1 74.18 109 INHIL 71.39 99.06 7.62 643.16 75.24 77 Pelalawan 68.82 98.46 8.21 630.99 73.18 152 Siak 71.69 98.56 9.08 644.22 76.46 46 Kampar 68.52 98.48 8.49 646.68 74.43 101 Rokan Hulu 67.17 98.28 7.56 642.94 72.66 177 Bengkalis 70.35 98.09 9.12 637.23 75.11 82 Rokan Hilir 67.18 97.99 7.87 637.78 72.43 192 Kep. Meranti 68.73 90.18 7.32 630.86 70.62 283

Kota Pekan Baru 71.45 99.87 11.33 644.04 78.27 11

Kota Dumai 71.64 99.31 9.72 653 77.75 20

Sumber: Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2011

Gambar 3.11. Peringkat HDI/IPM Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau, 2010

Dokumen terkait