• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Disamping itu itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi , upaya pengurangan faktor resiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini :

1. PENGENDALIAN PENYAKIT POLIO

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui imunisasi polio dan ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.

AFP rate merupakan salah satu indikator kinerja Surveilans AFP. Jumlah kasus AFP yang ditemukan selama periode tahun 2011 (Januari–Desember) sebanyak 71 kasus sehingga jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk berusia <15 tahun maka diperoleh AFP rate sebesar 4,3 per 100.000. Dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu, angka AFP sedikit mengalami peningkatan. AFP rate tertinggi yaitu Kota Pekanbaru (7,2/100.000) dan Kampar (6,0/100.000), sedangkan AFP rate terendah yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi yaitu masing-masing sebesar 2,0/100.000. AFP rate untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. AFP Rate Di Provinsi Riau Per Kabupaten/Kota Tahun 2011

Kab/Kota Target Realisasi AFP Rate

Pekanbaru 5 18 7,2 Kampar 4 12 6,0 Indragiri Hulu 2 2 2,0 Indragiri Hilir 4 7 3,5 Bengkalis 3 5 3,3 Rokan hulu 3 6 4,0 Rokan hilir 3 4 2,7 Siak 2 4 4,0 Dumai 2 5 5,0 Kuansing 2 2 2,0 Pelalawan 2 4 4,0 Meranti 1 2 4,0 Provinsi 33 71 4,3

1.1. Ketepatan dan Kelengkapan Pelaporan

Ketepatan dan Kelengkapan pelaporan (zero reporting) merupakan indikator sensitive dalam surveilans AFP. Gambaran ketepatan pelaporan kegiatan surveilans AFP tahun 2011 dapat dilihat seperti

Gambar 4.33. Persentase Target dan Realisasi Kelengkapan laporan Zero report 2011

1.2. Spesimen Adekuat

Dari 142 spesimen AFP (71 kasus) yang dikirimkan ke Laboratorium Nasional > 80% merupakan specimen adekuat. Namun ada beberapa specimen yang tidak adekuat dikarenakan pot bocor. Adekuasi specimen AFP tahun 2012 dapat dilihat pada grafik :

Gambar 4.34. Persentase Spesimen Adekuat per Kab/Kota tahun 2011

1.3. Kunjungan Ulang 60 hari

Kunjungan ulang 60 hari merupakan kegiatan tindak lanjut terhadap penderita dengan specimen tidak adekuat dengan tujuan untuk mengetahui adanya sisa kelumpuhan setelah 60 hari sejak terjadi kelumpuhan. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan ulang yang telah dilaksanakan sebanyak 3 Kasus (4,2%). Hasil yang diperoleh pada saat dilakukan kunjungan ulang adalah negative. Tidak ditemukan adanya sisa kelumpuhan (residual paralysis), hal ini menunjukan bahwa penderita tersebut adalah non polio.

1.4. Spesimen tiba di Laboratorium < 3 hr

Kecepatan pengiriman specimen dari Kabupaten/Kota atau Provinsi sampai di Laboratorium merupakan salah satu ukuran terhadap kualitas specimen. Pada tahun

2012, specimen AFP yang dikirimkan dari Provinsi ke Laboratorium Penyakit Menular dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini.

Gambar 4.35. Spesimen AFP Tiba di Labor < 3 hari

2. PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA

Penanggulangan malaria dilakukan dengan upaya kuratif dan preventif dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah kejadian luar biasa (KLB). Untuk mencapai hasil yang optimal upaya kuratif dan preventif tersebut harus dilakukan secara komprehensif. Beberapa upaya preventif yang dilakukan antara lain :

a. Pelatihan manajemen Malaria dan DBD

Untuk tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Riau telah dilaksanakan pelatihan manajemen malaria bagi petugas dinkes Kabupaten/Kota kecuali Pekanbaru, sebanyak 11 orang peserta. Kegiatan dilaksanakan di Bapelkes Provinsi Riau pada tanggal 27 s.d 30 November 2011.

b. Bimbingan dan Pengendalian Program

Kegiatan bimbingan/supervisi oleh Pengelola Program P2 Malaria kepada petugas atau Pengelola Program P2 Malaria yang bertugas pada Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagai salah satu upaya koordinasi, monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada tahun 2010.

c. Pengadaan Logistik

Pada tahun 2011, diadakan RDT sebanyak 6.300 test dan Giemsa sebanyak 125 botol/100 mL

3. PENGENDALIAN PENYAKIT DBD

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Propinsi Riau yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Dimana hampir semua Kab/Kota di Propinsi Riau merupakan daerah endemis DBD dan kejadian Luar Biasa (KLB) DBD masih terjadi setiap tahun.

Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk (Aeides aegypti) melalui kegiatan Pemberantsan Sarang Nyamuk (PSN) dan gerak 3 M (Menutup, Menguras dan Mengubur) untuk jentik nyamuk serta pengasapan untuk nyamuk dewasa dan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB DBD.

Di Provinsi Riau, berdasarkan data rata-rata lima tahunan kasus DBD maka Bulan yang seharusnya diwaspadai akan terjadinya puncak kasus DBD yaitu bulan Maret dan Oktober, justru tidak menunjukkan peningkatan jumlah kasus yang tinggi. Namun, Dinas Kesehatan tetap meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus DBD sepanjang tahun 2011 terutama pada bulan “Kewaspadaan” dan bulan-bulan dengan tingkat curah hujan tinggi.

4. PENGENDALIAN PENYAKIT TB-PARU

Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS

(Directly Observed Trestment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB – Paru

dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Strategi DOTS di Propinsi Riau telah dimulai pada tahun 1996 dan seluruh Puskesmas telah melaksanakannya. Permasalahan utama adalah masih rendahnya angka penemuan kasus baru BTA positif dari perkiraan kasus yang ada dan angka kesalahan Laboratorium (error

rate) yang masih tinggi.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Riau untuk dapat mencapai penemuan penderita kasus baru (CDR) yang ditargetkan misal : meningkatkan frekwensi penyuluhan kepada masyarakat terutama di pedesaan, meningkatkan motivasi kepada petugas di puskesmas untuk meningkatkan kegiatan penjaringan kasus tersangka TB (Suspek).

Sehingga diperlukan kiat-kiat untuk dapat mencapai penemuan penderita kasus baru (CDR) yang ditargetkan misal :

• Meningkatkan frekwensi penyuluhan kepada masyarakat terutama di pedesaan, Meningkatkan motivasi kepada petugas di puskesmas untuk meningkatkan kegiatan penjaringan kasus tersangka TB (Suspek).

• Pengembangan Rumah sakit pemerintah/swasta dalam program DOTS • Meningkatkan komitmen dari pengambil keputusan Kolaborasi TB-HIV

5. PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Dinkes Propinsi Riau terhadap Penaggulangan Kusta adalah :

• Pelatihan kusta bagi petugas UPK di Rohil dan Dumai • Survey Kusta

• Bimbingan Tekhnik program kusta bagi petugas kusta kabupaten (wasor)

Dokumen terkait