• Tidak ada hasil yang ditemukan

jang sedang berlaku sekarang. Jang diterima

Dalam dokumen K e m e r d e k a a n (Halaman 126-134)

Tak ada sedikit djuga pekerdjaan sosial jang telan

bungan 2 jang sedang berlaku sekarang. Jang diterima

mendadi anggota ialah sekalian orang Indonesia, j ang

telah berumur 18 tahun, sedang sekalian bangsa Timur Asing hanja boleh mendjadi donateur. Jang mendjadi ketua ialah Ir. Soekarno, penulis Mr. Ishaq.

seketik™ ^ a,k melalaikan kewadjibannja. Dengan Dikota. D dilakukan aksi jang hebat,

dilakukan n

«*1

Haa» dan Leideu> dinegeri Belanda, telah tempat ki%-nSgeledahan tanggal 10 Djuni 1927 ditempat-

Indonesia. P™ pin Perhimpunan

Dioio a riVii ' ltu Moh- Hatta, R. M. Abdul Madjid Nazir D atu t1^ ^ ’ ^ r' Sastroamidjojo dan Moh. pendjara p ^ ,% amuntjak, ditangkap, dan ditahan dalam iane- melah^i dl BandunS mengadakan rapat terbuka, lajid itu

11

Protes atas tindakan Justitie di

Neder-k a n ^ u i f r a ^ a ? at e r b u ]Neder-k dan ditem pat-tem Pa t la h l' d ia d a '

,P^ i '1' J’anS pertama, diadakan di S u ra b a ja , d a n tanggal 27 sampai 30 Mei 1928. Soekarno mengurai- ^ , bih dahulu haruslah ditjapai kemerdekaan 5 ° . > set3elum pembangunan Negara nasional hendak diKira-iura Perserikatan Nasional Indonesia diganti men- djadi „ir’artai Nasional Indonesia” , dan ditetapkan u n tu k mengeluarkan madjalah, Persatuan Indonesia namanja, dibawah pimpinan Ir. Soekarno dan Mr. Soenarjo.

Inilati aksi dan persekutuan, jang diharap-harap oleh pimpman P.I. di Nederland. Didalam madjalahnja, „Per­

himpunan Indonesia” , ada tertulis sebagai berikut : „Semendjak petjah pemberontakan, Pemerintah telah bertindak hendak menghapuskan komunisme dari Indo­ nesia. Pemerintah telah dapat membasmi P.K.I. Tapi dengan djalan itu, ia meluangkan djalan untuk masuknja suatu gerakan nasional baru jang murni, dan berdasar radikal. Gerakan nasional itu telah membentuk bangunan- nja atas dasar non-'koperasi dan ;bekerdja sendiri, jaitu menurut resep jang telah diberikan oleh Perhimpunan Indonesia. Jang menjelenggarakan tjita

2

baru itu ialah Partai Nasional Indonesia, jang didirikan setahun dimuka. Dengan segala senang hati ia mendjawat pusaka, pening­ galan almarhum P.K.I., berupa chalajak umum, jang telah masak berorganisasi” .

Pemerintah tetap membedakan antara aksi jang di­ katakan gerakan nasional jang „revolusioner” , dan „jang boleh dibiarkan” . Dan tidaklah Pemerintah hendak insjaf, bahwa pada hakekatnja segala gerakan nasional itu

achirnja menudju djua kelapang perdjuangan untuk ke­ merdekaan.

Didalam pidato .pada pembukaan sidang

2

Volksraad tanggal 15 Mei 1928, Gubernur Djenderal berkata, adalah berarti menipu namanja, djika orang berkata, ibahwa bukannja perbedaan maksud, melainkan perbedaan pen­ dapat tentang tj_ara2nja bekerdja, jang hendak diambil mendjadi batas antara nasionalis jang „evolusioner” dan „revolusioner”. Pemerintah menjatakan tidak hendak merintangi djalannja segala perkumpulan nasional, jang „memberi kenjataan, bahwa segala pekerdjaannja jang lahir, tinggal terlingkung didalam batas

2

keamanan” .

Itulah pendirian G.G. Idenburg dahulu, ketika gerakan masih muda, sedang pokok maksud belum djelas nam- paknja. Tapi hidupnja keinsjafan rakjat, dengan sendiri- nja akan membawa mereka kepada tjita

2

hendak merdeka, sebagai jang galib berlaku pada segala gerakan nasional, jang timbul disegala tanah djadjahan, jang tertindas oleh kekuasaan bangsa asing. Orang jang ada diputjuk pim­ pinan pemerintahan tanah djadjahan itu, jang berkeja- kinan bahwa pemerintahannja adalah bersifat adil dan berdasar kepada hak, tidaklah hendak insjaf atau hendak mengaku akan kegaliban itu. Sekiranja G.G. Jhr. de Graeff menginsjafkan dan suka pula mengakuinja, maka sebagai orang jang mempunjai kejakinan dan berbudi, pastilah ia akan meletakkan djabatannja. Pertempuran sudah tak dapat dielakkan lagi. Pertentangan telah me- runtjing. • Seadil-adilnja G.G. jang disuruh menanggung djawab didalam sesuatu pemerintahan kolonial, semurah- murah hatinja, tapi didalam hal jang serupa itu tak ada lagi d jalan lain baginja, luar dari pada bertindak setjara jang dikehendaki oleh pemerintahan kolonial itu.

P.N.I. meluaskan lapangannja dengan tjepat, berkat giatnja Soekarno berpropaganda, dan patjak serta bi-

djaksananja b ertu tu r. Pada awal tahun 1929 djumlah

anggota telah ada 6000 orang, di Djakarta sahadja 1500

dan di Bandung pun 1500 pula. Tanggal 22 Maret 1928

pemimpin2 P.I. i anS ditangkap di Den Haag, telah di­

bebaskan oleh pengadilan disana. Dua hari sesudah itu,

P .N .I. mengadakan rapat di Bandung.

Dari tanggal

8

sampai 20 Mei 1929, diadakannja kon­ gres jang kedua di Djakarta. Disanalah mula

2

dinjanjikan

lagu „Indonesia Raya” , tjiptaan seorang mahasiswa, W . R . Soepratman. Lagu itu disediakan untuk kongres pemuda, jang diadakan tanggal 28 Oktober.

Kongres P.N.I. jang tersebut diatas itu memperkatakan hal membuat propaganda dinegeri-negeri luar, tentang organisasi sarekat

2

sekerdja, 'koperasi, perkara pemba­ tasan hak bersidang, ragu2nja pengertian tentang „peri kemanusiaan, dan ketertiban umum” , perkara tjurangnja pers Belanda, jang mengotjeh sekehendak hatinja, se­ hingga penduduk bangsa Eropah senantiasa hidup ge­ lisah karena hasutannja.

Hari peringatan dua tahun berdirinja P.N.I. dirajakan di Bandung dan Djakarta dengan mengadakan rapat

2

terbuka pada tanggal 7 Djuli 1929. Diambil pula kepu- tusan melakukan partij-diseipline, jaitu melarang ang­ gota

2

P.N.I. turut mendjadi anggota pada partai jang lain. Antara P.N.I. dengan Studieclub Surabaja telah timbul pertalian erat. Atjapkali Soekarno datang ber­ pidato ke Surabaja.

Pemerintah mengambil sikap politik jang boleh dise­ butkan ,,menanti dengan waspada” . Tapi sementara itu Justisi dan Polisi terus-menerus melakukan provokasi; dan mengambil rupa

2

tindakan sedemikian rupa, sehingga timbullah kekuatiran, kalau

2

terdjadi perusuhan. Mr. Iwa Koesoema Soemantri, jang mendjadi advokat di Medan, ditang'kap, lalu ditahan dalam pendjara. Dirumah-rumah para pemimpin „Sarekat Kaum Buruh” di Surabaja, di­ adakan penggeledahan, sedang tudjuh orang diantara mereka itu ditangkap dan ditahan pula. Gubernur Djawa B arat melarang pegawai

2

polisi turut mendjadi anggota pjST.I., demikian pula dilakukan oleh Panglima Perang, terhadap segala pegawai, jang bekerdja pada Kantor

S u a r a 2 jang terdengar di dalam segala rapat P.N.I. nia- v j n t a d ja m , m a k in b e rse m a n g a t. P em erin tah m enernna

b e b e r a p a r a p o r, ja n g b e rk a ta , b a h w a m a k su d - henaa*.

b e r o n t a k , s e d a n g dip ad u . . Mungkin niat hendak berontak itu ada terdengar dan ,iiut beberapa orang ekstremis, tapi maksud itu nanja- f 1!! ada pada perseorangan sahadja. Tidak masuk pada bahwa P.N.I. akan mengambil tindakan kekerasan atu i i anja seseoranS pegawai polisi atau bestuur jang

telah diperdajakan oleh mata2, atau orang

Belanda

jang dihasut oleh surat

2

kabarnja sahadja, jang akan

mem-

pertjajanja.

Berhubung dengan rapor

2

jang menggemparkan itu, Pokrol Djenderal mengeluarkan perintah tanggal 24 De­ sember, buat menggeledah tempat kediaman beberapa orang pemimpin. Tanggal 29 Desember penggeledahan itu dilakukan, terutama dirumah pemimpin

2

P.N.I. Di Djakarta sedjumlah 50 rumah jang diperiksa, di Bandung 41, di Djokja 35. Djumlahnja lebih kurang ada 400 ru­ mah. Berpedati-pedati surat

2

diangkut dari segala rumah itu, lalu diperiksa dengan saksama.

Delapan orang pemimpin P.N.I. ditangkap, dan empat orang diantaranja dituntut, lalu dihadapkan kemuka pengadilan. Jang berempat itu ialah : Ir. Soekarno, Gatot Mangkoepradja, Maskoen dan Soepriadinata.

Pimpinan P.N.I. mengambil keputusan buat memper- hentikan propaganda P.N.I. untuk sementara waktu.

Tuntutan kepada keempat pemimpin itu berdasar^ ke­ pada dua buah pasal dari Undang

2

Hukum Pidana, jaitu : pasal 169, tentang melarang orang turut serta didalam sesuatu kumpulan jang bermaksud hendak melakukan kedjahatan, dan pasal 153 bis, jang mengantjam dengan hukuman kepada barang siapa jang menghasut orang lain supaja merusak keamanan dan ketertiban umum, atau supaja mendjatuhkan atau melanggar kekuasaan pemerintahan, jang berlaku di Nederland atau di Hindia

Belanda. „ . ,

Pemeriksaan perkara Soekarno dan kawan^nja berla&u dimuka Landraad luar biasa di Bandung, jang memulai bersidang pada tanggal 18 Agustus 1930

Soekarno, jang telah ditentukan akan ditjeraikan dari

aksi politik untuk beberapa tahun, dengan djalan meng- hukumnja, telah mempertahankan din dengan sebuah (pidato, jang amat penting lsinja )

T ak ada seoran g ja n g dapat m engharap-harap bah w a ia akan dibebaskan. Landraad mendjatuhkan hukum an • S oekarno 4 tahun pendjara, Gatot 2 tahun 8 bulan, M asl koen dan S o e p r i a d i n a t a m asm g 1 tahun 3 bulan.

i ) D i s i a r k a n s e b a g a i b r o s u r , d e n g a n a l a m a t :

>Jndonp»-z,

T ^ S c h e p p e r telah membanding vonis ndraaci itu didalam suatu brosur. Ia mengakui, bahwa pokok maksud dari pada penuntutan itu, ialah hendak memasukkan P.N.I. kedalam golongan perkumpulan

2

jang terlarang. Tapi ia berpendapat, bahwa vonis itu tidak pada tempatnja, oleh karena tidak ada satu hal dapat membuktikan, bahwa perbuatan mereka itu adalah me­ ngandung maksud hendak menimbulkan pemberontakan dengan menggunakan sendjata untuk melawan kekuasa­ an. Profesor itu menjesali, bahwa orang telah buta tuli mempertjajai segala keterangan jang diberikan oleh par- ket Pokrol Djenderal. Pada hal parket itu tidak sepatut- nja disuruh mengamat-amati perkumpulan

2

politik dan segala aksi jang dilakukan oleh gerakan itu. Pekerdjaan- nja hendaklah dibatasi pada menjelidiki segala kesalahan jang diperbuat sahadja, atas petundjuk

2

Pemerintah.

Sesudah vonis itu didjatuhkan, P.N.I. dibubarkanlah. Tapi didalam tahun 1930 itu djuga Mr. Sartono telah mendirikan partai nasionalis baru, „Partai Indonesia” , jang meneruskan pekerdjaan untuk tjita

2

kemerdekaan itu.

Ichtiar hendak mempersatukan kaum nasionalis telah dilaksanakan dengan pembangunan suatu gabungan, „Permufakatan Perhimpunan

2

Politik Kebangsaan Indo­ nesia” (P.P.P.K.I.) namanja. Dibulan Agustus 1926 ga­ bungan setjara itu telah diusahakan mendirikannja oleh Mr. R. M. Sartono, dahulu mendjadi salah seorang pe­ mimpin P.I. di Nederland dan oleh R. P. Mr. Singgih,

dahulu telah mendirikan suatu panitia „Persatuan Kebangsaan” di Surabaja. Jang dimaksud ialah hendak mengikat sekalian partai dan perhimpunan

2

kaum na­ sionalis didalam pimpinan jang satu, agar mereka dapat bekerdja sama untuk merebut kemerdekaan nusa dan bangsa. Hanja usaha itu terpaksa dihentikan, berhubung dengan tindakan

2

keras, jang dilakukan oleh Pemerintah, sehabisnja pemberontakan bulan Nopember.

Pertengahan tahun 1927 didirikan pula suatu panitia, dibontuk oleh Ir. Soekarno dan Dr. Soekiman Wirjosan- djojo. Tanggal 17 dan 18 Desember sesudah itu, baharu­ lah dapat diadakan rapat di Bandung, untuk menetapkan berdirinja gabungan itu. Selainnja dari P.K.I. adalah serta didalam gabungan itu : P.S.I., Budi Utomo,

sundan, Sumatranenbond, Kaum Betawi (jang dipimpin oleh Moh. Husni Thamrin), Indonesische Studieelub Sura­ baja dan Algemene Studieelub Bandung.

Dua hari setelah berdirinja P.P.P.K.I., dimusjawarat- kanlah ia 'kepada raikjat Indonesia dengan manifest. Guna mendjaga, djangan sampai ada pertikaian pikiran didalam gabungan, diambil keputusan tidak hendak mempersoal­ kan beberapa pokok maksud, jang berhubung dengan tjara dan siasat bekerdja. Umpamanja : hal non-koperasi, jang memangnja belum mendapat mufakat, tentang soal- agama, dan sebagainja.

Pimpinan diserahkan ketangan suatu Madjelis Pertim­ bangan (Raad van Advies), jang mengangkat Mr. Ishaq Tjokrohadisoerjo mendjadi ketua, dan Dr. Samsi Sastro- widagdo sebagai penulis.

Dalam kongres pertama, jang diadakan di Surabaja dari 30 Agustus sampai

2

September 1928, diterima baik suatu mosi, jang menetapkan, bahwa .bersatu-padunja

seluruh gerakan rakjat, adalah sangat perlu. Selain dari pada itu diminta kepada para anggota P.P.P.K.I., djika berpropaganda dikalangan 'perhimpunaimja masing2, dja- nganlah ia hendaknja tjela-mentjela anggaran dasar dan haluan kumpulan

2

lain, jang menggabungkan diri kepada P-P.P.K.I., clan djangan pula ia mengeluarkan kata2, jang mungkin akan menjaikitkan hati anggota

2

jang lain dida­ lam gabungan. Sekalian perselisihan antara anggota de­ ngan anggota, akan diselesaikan dengan damai dan tertib. Berhubung dengan kepindahan kedudukan gabungan ke Surabaja, diangkatlah Dr. Soetomo mendjadi ketua Madjelis Pertimbangan, dan Ir. Anwari mendjadi penulis.

Pada achir bulan Desember 1929 diadakan pertemuan para pemimpin dikota Bandung. Diwaktu itu diambil ke- putusan akan melakukan aksi jang keras untuk menan­

tang poenale sanetie, membantah adanja pasal

2

161 bis dan 153 bis dan ter dari Undang

2

Hukum Pidana; untuk penuntut pembebasan orang

2

jang dibuang ke Digul, karena orang itu tidak bersalah; untuk menuntut dibuka sekolah

2

jang berdasar nasional, dan untuk menghapus­ kan monopoli Gubernemen dalam perkara perniagaan garam. Keputusan

2

itu dikuatkan pula didalam kongres, Jang diadakan di Djokja tanggal 29 dan 30 Maret 1930.

Perhimpunan Indonesia diakui resmi sebagai wakilnja P .P-P .K .I. di Eropah.

Didalam kongres ja n g diadakan di Solo dari tanggal 25 sampai 27 Desember 1929, dan dihadiri djuga oleh „Perkumpulan Politik Katholiek D jaw i” , dan oleh Ga­ bungan kumpulan

2

Katholiek, diambil keputusan untuk meluaskan sajap serikat

2

sekerdja, dan hendak melakukan aksi menentang laku sewenang-wenang didalam perkara menahan orang dalam pendjara.

Segala rupa peladjaran, jan g diperoleh dari sekalian pengalaman, selama Fock memerintah sebagai W ali N e­ gara, digantikan oleh Jhr. de Graeff, diperhatikan dengan sungguh2. Persatuan segala gerakan

2

nasional makin hidup, makin njata. Didalam Madjelis Volksraad persa­ tuan nampak pula dari pada berdirinja Fraksi Nasional pada tanggal 27 Djanuari 1930, jan g diketuai oleh Moh. Hoesni Thamrin, dan mempunjai anggota

2

sebagai ber­ ikut : Oetojo, Dwidjosewojo, Datoek Kajo, Mochtar, N ja A rif, Soeankoepon, Pangeran A li, Soeradi dan Soeroso. Fraksi itu mendjadi musuh politik dari pada federasi „Vaderlandse Club” , suatu gabungan orang

2

Belanda kolonial.

Berachimja politik asosiasi.

Setelah selesai perang dunia 'kesatu, maka segala per­ usahaan bangsa Eropah dinegeri ini telah mendapat kemadjuan dengan pesatnja. Hasil tanah dari sebahu- bahunja lebih dari biasa, jang diperoleh sehari-hari djauh tambahnja dari ukuran, upah sangat turun, sedang dja- lan pekerdjaan dapat pula diatur sebaik-baiknja. Djika diketahui, bahwa negeri

2

luar sangat haus akan segala hasil itu, sedang harga pendjualannja memuntjak pula, maka dapatlah dikira-kira, berapa besarnja keuntungan jang telah diterima oleh segala perusahaan besar itu.

Hal itu membawa akibat buruk didalam pergaulan hi­ dup dinegeri ini. Djurang jang membatasi perusahaan

3

Barat dengan Timur, mendjadi semakin lebar. Demikian pulalah keadaannja dengan kedua bangsa, jang berke­ pentingan didalam segala perusahaan itu. Didunia politik ia dirasai pula. Suatu gerakan dari pihak bangsa Barat, jang menganut „politik-asosiasi” (politik menjatukan Timur dengan Barat), telah padam, bagai pelita keha­ bisan minjak.

Pada hakekatnja politik asosiasi itu hanja berpaedah, djika ia dipandang sepintas lalu sahadja. Mereka ber­ kata hendak mempersatukan Timur dengan Barat, dengan tali perikatan jang murni dan teguh. Tapi, djika dilihat kepada bukti, njatalah, bahwa hanja beberapa orang sahadja dari masjarakat ketimuran, jang telah disisihkan dari lingkungannja, lalu diberi tempat didalam pergaulan hidup kekolonialan. Dengan djalan demikian, orang itu tertjerailah dari masjaraikatnja, dan tidaklah ia dapat mengerahkan tenaga guna keuntungan masjarakatnja itu.

Perkumpulan Nederlands Indische Vrijzinnige Bond turut pula mendjadi kurban. Diantara 18 orang anggota Volksraad pertama jang dipilih, ada

1 1

orang anggota N.I.V.B.

(6

orang bangsa Belanda, 5 orang bangsa Bumi- putera). Tapi pada Volksraad kedua, perkumpulan itu terpaksa memberikan sebahagian dari pada kursinja, kepada partai

2

jang lain.

Tanggal 25 Djanuari 1919, tidak lama setelah keluar

Dalam dokumen K e m e r d e k a a n (Halaman 126-134)