• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Cerdas (Smart Grids)

Dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis Klhs S (Halaman 123-130)

8 Pengembangan Pertanian Umum

5. Jaringan Cerdas (Smart Grids)

Smart grid merupakan sistem ketenagalistrikan generasi baru yang dicirikan oleh meningkatnya penggunaan komunikasi dan teknologi informasi dalam pembangkitan, distribusi dan konsumsi energi listrik. Ini merupakan sumber energi kelistrikan dengan konsep terintegrasi dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Beberapa sumber energi potensial yang dapat digunakan dalam pengembangan konsep ini adalah panas matahari dan panas bumi.

Tujuan utama smart grid adalah untuk mengatasi masalah umum sistem jaringan listrik saat ini.

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

Smart grid akan membuat pendistribusian dan penggunaan energi yang lebih efisien dan hemat biaya. Di Indonesia Smart Grid sedang dikembangkan.

MIGAS:

Beberapa usaha diupayakan dalam rangka menghilangkan dampak negatif dan mempertahankan pembangunan, yang dibuat pada setiap tahap kegiatan.

1. Operasi Eksplorasi dan Produksi

Sumber-sumber dampak meliputi: seismik, pengeboran, dan operasi pengumpulan produksi. Operasi ini mengakibatkan dampak potensial lanjutan: penghilangan vegetasi, kebisingan, polusi air sehubungan dengan air formasi, kotoran lumpur, limbah konsentrat, tumpahan minyak karena kebocoran, dan emisi gas.

Usaha manajemen terhadap hal ini adalah sebagai berikut:

a. Penghilangan Vegetasi

Vegetasi hilang dikarenakan penggundulan lahan untuk operasi seismik dan pengeboran, konstruksi jalan dan pipa, dan transportasi minyak mentah. Penerapan sistem cluster pada beberapa lokasi pengeboran merupakan salah satu upaya untuk mengekonomiskan penggunaan lahan, yang akan mengurangi penghilangan vegetasi dan perusakan hutan.

Penerapan teknologi pengeboran langsung bisa digunakan untuk mengatasi masalah tanah sejak daerah target pengeboran dalam status terproteksi karena keberadaan sesuatu yang unik di daerah tersebut.

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

ditemukan, maka lokasi pengeboran dibatalkan dan dihijaukan kembali.

Dalam pembangunan pipa transportasi sebagai sarana dipergunakan rel ketimbang truk yang membutuhkan jalan lebih lebar. Sebagai hasilnya penggundulan hutan bisa dikurangi.

b. Kebisingan

Operasi eksplorasi dan produksi menimbulkan kebisingan di dalam dan disekitar area. Intensitas yang relatif tinggi dari kebisingan dapat terjadi pada operasi geothermal selama pengujian produksi. Karena itu peredam suara telah dipasang pada setiap lokasi geothermal untuk mengurangi kebisingan akibat operasi.

c. Limbah Air Formasi dan Lumpur Pengeboran

Dalam operasi pengeboran tidak hanya minyak yang diekstraksi tetapi juga air dari formasi batu. Dalam operasi pengeboran, lumpur pengeboran atau lumpur kimia digunakan dengan fungsi untuk stem tekanan formasi dan membantu mengangkat potongan ke permukaan. Ada dua jenis lumpiur pengeboran: lumpur air dan lumpur minyak. Lumpur minyak mempunyai pengaruh penting pada lingkungan.

Untuk mencegah polusi, air formasi harus diperlakukan terlebih dahulu sebelum dibuang ke air tebuka. Air formasi dikumpulkan pada kolam tertentu untuk disaring dan dimonitor agar tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan.

d. Limbah Konsentrat

Limbah konsentrat biasanya terjadi di tanki penyimpanan minyak mentah. Tanki ini dibersihkan secara teratur, kotora yang terdapat di bawah tanki kemudian dikumpulkan, dan dibawa ke suatu tempat yang aman dan jauh dari pemukiman

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

penduduk untuk dibakar. e. Tumpahan Minyak

Tumpahan minyak dapat terjadi karena kebocoran pipa, rusaknya segel pipa, adanya hujan akan menyebarkan minyak dan mencemari lingkungan. Dengan membangun sistem drainase yang dilengkapi alat kendali pencemaran dapat membantu mencegah hal tersebut.

f. Emisi Gas

Proses produksi minyak mentah menghasilkan gas sebagai hasil pemisahan gas dari minyak. Gas ini kemudian diproses terlebih dahulu sebelum dikeluarkan agar memenuhi standar lingkungan. 2. Operasi Pemrosesan Minyak

Sumber dari dampak operasi pemrosesan minyak mentah menjadi minyak suling "bahan bakar" meliputi: pembangunan gedung dan proses produksi. Operasi ini mempunyai dampak potensial yang berakibat pada: penghilangan vegetasi, kebisingan yang berlebihan, polusi udara karena emisi gas seperti SO2.CO, H2S, NO2; partikel, hidrokarbon; polusi air karena buangan air limbah yang mengandung bahan kimia seperti phenol, sulfate, aromatis, minyak, logam berat; perubahan suhu, pH, konduktivitas, bau dan kontaminasi karena buangan limbah konsentrat.

Usaha manajemen lingkungan terhadap hal ini adalah sebagai berikut:

a. Penghilangan Vegetasi

Lahan dimana vegetasi menjadi hilang karena digunduli untuk pembangunan penyulingan, pabrik, dan fasilitas, yang atas kesemuanya itu dihijaukan kembali. Dalam area penyulingan pengebunan dilakukan.

b. Kebisingan

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

kebisingan yang berlebihan di dalam dan di sekitar area proses. Ada beberapa cara untuk mengurangi kebisingan, seperti i solasi pipa dan tabung, penerapan peredam bunyi, penyesuaian lay-outdan perwatan yang selayaknya terhadap mesin.

c. Polusi Air

Limbah dari penyulingan mengandung agen polusi seperti phenol, minyak, sulfida, krom, logam berat, atau polusi yang menyebabkan gangguan fisik seperti perubahan suhu, pH, konduktivitas, dan bau. Beberapa limbah dapat terjadi karena kebocoran pipa dan tumpahan minyak. Untuk mencegah dampak limbah ke perairan terbuka:  Penangkap minyak, memisahkan minyak dengan air melalui gravitasi

 Perlakuan primer dan sekunder untuk proses limbah fisik,kimia, dan biologi

 Bak penampungan untuk mengurangi kandungan minyak dalam air dan mengembalikan dan meningkatkan kualitas air, seperti kandungan oksigen, minyak, dan suhu, sebelum di buang ke perairan terbuka.

 Penggunaan katalis untuk regenerasi dan pendaurulangan.

d. Polusi Udara

Emisi gas dari penyulingan minyak dibagi dalam tiga jenis:

 Emisi senyawa sulfur dan SO2 dari pembakaran minyak pada energi generator dan H2S dari unit air sour stripper

 Emisi dari senyawa nitrogen seperti Nox sebagai sampingan dari pembakaran minyak

 Emisi hidrokarbon dari evaporasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak mentah juga dalam tanki penyimpanan pada berbagai tahap operasi penyulingan

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

Emisi gas dan hidrokarbon dalam partikel dikurangi dengan menggunakan tanki floating roof. Penggunaan jenis ini dapat mengurangi emisi hidrokarbon 5% ketimbang fixed roof. Karena jenis ini hampir menghilangkan ruang evaporasi.

e. Limbah Konsentrat

Proses penyulingan limbah pada dasarnya dilakukan untuk menjaga lingkungan dari kemungkinan penurunan kualitas lingkungan. Penyulingan limbah konsentrat ada dalam bentuk oily sludge, activated sludge,drum kimia,office refuse, dan lain-lainnya. 3. Operasi Pemasaran dan Penyediaan Domestik

Dampak yang potensial adalah penghilangan vegetasi, polusi udara, dan polusi air.

Usaha manajemen lingkungan yang mungkin dilakukan pada operasi ini adalah sebagai berikut: a. Penghilangan Vegetasi

Penugasan untuk melakukan penghijauan dan pengebunan lokasi.

b. Polusi Air

Limbah cair dihasilkan dari pekerjaan draining saat pembersihan tanki. Manajemen lingkungan untuk hal ini adalah dengan membangun penangkap minyak.

c. Polusi Udara

Emisi gas terjadi terjadi ketika hidrokarbon berevaporasi, terutama saat pengisian tanki, usaha yang dilakukan adalah dengan membuat tanki floating roof.

d. Limbah Konsentrat

Limbah konsentrat dalam bentuk simpanan oily sludge pada tanki penyimpanan dipindahkan saat pemindahan tanki. Penanganan selanjutnya adalah dengan menanamnya di lokasi tertentu. Untuk mencegah pencemaran air tanah, pemonitoran

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

dilakukan atas lokasi operasi.

4. Operasi Pengapalan, Pelabuhan, dan Komunikasi

Sumber dampaknya adalah dari operasi kapal tanki. Dampak potensial terutama adalah polusi air dari tumpahan minyak dan kecelakaan tanki. Usaha manajemen adalah dengan memasang alat pencegahan polusi pada tanki, seperti pemisah minyak air, tanki slops, pengawasan pembuangan minyak, dan lain sebagainya.

10

Pembangunan dan Pengembangan Pengelolaan

Air Limbah

1. Minimasi Air Limbah

Bila tidak dilakukan pengolahan maka tingkat pencemaran akan jauh meningkat dari tingkat pencemaran sekarang yang sudah tinggi. Akan lebih efektif untuk berusaha “minimasi air limbah” dan menghemat biaya untuk pengelolaan air limbah. Selain itu, minimasi air limbah tidak saja mengurangi air limbah yang harus dikumpulkan, diolah dan dibuang tetapi juga mengurangi pemakaian bahan baku, energi dan air.

2. Penyusunan dan penetapan target untuk minimasi limbah pada sektor industri, komersil, jasa dan rumah tangga.

3. Untuk Limbah Rumah Tangga

Berdasarkan pengamatan lapangan bahwa pembuangan dan pengolahan limbah manusia dengan sistem yang ada sekarang terutama mengandalkan sistem setempat, yang ada pada daerah dengan muka air tanah rendah, dengan kepadatan penduduk rendah sampai sedang, dan kondisi tanah yang sesuai, dinilai masih cukup. Namun, tank septik yang dirancang

dan dioperasikan dengan baikpun hanya mampu menurunkan BOD sampai 60%. Kebanyakan sistem sanitasi setempat yang ada kurang layak dan

BAB III

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN 2014-2018

No

Rumusan ProgramPembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

membuang limbah tanpa pengolahan yang cukup. Tanki septik tidak dikosonbgkan secara rutin

dan jasa pelayanan pengambilan lumpur sering membuang lumpurnya di kanal sungai. Untuk sembilan persen (9%) dari limbah yang

diolah dengan sistem terpusat, tingkat pengolahan pada banyak instalasi pengolahan tidak memadai. Misalnya, Jakartajuga tidak memiliki saluran

pembuangan (sewerage sysem) dalam tanah

yang memadai, tank septiknya hanya mampu menampung 25 persen populasi, dan kebanyakan orang menggunakan sungai untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK), serta pembuangan sampah yang jumlahnya sekitar 30%. Proses

pengolahan limbah menghasilkan lumpur dan pembuangan. Mandapatkan lahan untuk instalasi pengolahan juga semakin sulit terutama di kota-kota besar.

4. Dll

Sebagai tambahan, diperlukan political will dari pemerintah untuk menindaklanjuti dari langkah dan tindakan yang telah disebutkan dengan demikian akan tercipta pengelolaan air limbah yang berwawasan lingkungan.

Dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis Klhs S (Halaman 123-130)

Dokumen terkait