• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

2.3 Jaringan Pemberdayaan Masyarakat

Program pemberdayaan masyarakat selain dilakukan oleh pemerintah juga dilakukan oleh LSM domestik dan Internasional. Pemerintah telah memberikan ruang

kepada LSM domestik dan Internasional untuk turut berartisipasi dalam pembangunan seperti yang dinyatakan Korten (2002:155).

Salah satu kemajuan yang positif dicapai dalam tahun 1980-an adalah pengakuan bahwa masyarakat sipil mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Adanya pengakuan bahwa lembaga swadaya masyarakat sendiri juga mempunyai peran pembangunan yang penting.

Dengan memberikan kesempatan kepada LSM domestik dan Internasional untuk turut serta berpartisipasi dalam proses pembangunan menunjukkan bahwa Pemerintah telah mengakui peran LSM dalam membantu proses pembangunan. Pemerintah juga mempunyai keterbatasan sumber daya dalam melaksanakan berbagai program pembangunan yang dimaksudkan untuk kesejahteraan masyarakat. LSM dapat melengkapi peran tersebut, saling mengisi diantara pemerintah dan LSM dalam melaksanakan program-program pembangunan. Hikmat (2001:140) menyatakan bahwa pembangunan masyarakat yang melibatkan peran aktif anatar pemerintah dan LSM pada akhirnya harus bersifat komplementer. Pemerintah mengalami banyak keterbatasan sumber-sumber daya yang tersedia untuk dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Melalui kerjasam ini diharapkan LSM diharapkan mampu menggerakkan warga masyarakat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kepentingan bersama dalam satu kesatuan komunitas.

Dengan adanya jaringan kerjasama antara pemerintah dan LSM serta masyarakat maka tercipta keserasian sehingga program pemberdayaan dapat segera

berjalan, keadaan ini juga dapat memberikan rasa tentram bagi masyarakat karena semua pihak saling berkerja sama untuk mencapai tujuan bersama, seperti yang dinyatakan oleh Soekanto (1982:33) bahwa keserasian atau harmoni dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan masyarakat. Dengan keserasian dimaksudkan sebagai keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian individu secara psikologis merasa adanya ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai.

Saat ini banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik domestik maupun Internasional yang mempunyai program pendampingan dan memberikan bantuan kepada masyarakat. Seperti yang dinyatakan Suyanto (2004:161) sebagai berikut seseorang atau sebuah keluarga miskin acapkali tetap survive dan bahkan bangkit kembali terutama bila mereka memiliki jaringan atau pranata sosial yang melindungi dan menyelamatkan. Pemberdayaan yang langgeng adalah dengan adanya proses pendampingan. Masyarakat yang berada dalam keadaan miskin, dengan adanya bantuan dari pemerintah dan LSM domestik dan Internasional akhirnya dapat bertahan dan mulai kembali secara perlahan-lahan bangkit untuk menata hari depannya.

Dalam realisasi program pemberdayaan masyarakat ada pergeseran peran pemerintah dari yang selama ini sebagai penyelenggaraan pelayanan sosial, saat ini peran pemerintah yang dominan adalah sebagai koordinator dari LSM domestik dan

Internasional yang ikut berperan serta dalam program pemberdayaan. Seperti pendapat Adimihardja dan Hikmat (2003:23-24) sebagai berikut adanya pergeseran peran pemerintah, dari peran yang selama ini cenderung sebagai penyelenggara pelayanan sosial menjadi fasilitator, mediator, koordinator, pendidik, mobilisator, sistem pendukung dan peran-peran lain yang lebih mengarah pada pelayanan tidak langsung. Adapun peranan organisasi lokal, organisasi sosial, LSM dan kelompok masyarakat lain, lebih dipacu sebagai agen pelaksana perubahan dan pelaksanaan pelayanan sosial pada kelompok rentan atau masyarakat pada umumnya.

Dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat, pemerintah tidak akan sanggup menjangkau seluruh lapisan masyarakat, karenanya perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan LSM domestik dan Internasional dalam program tersebut.

Model pembangunan yang berpusat pada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat, hal ini dimaksudkan mewujudkan hubungan dan interaksi yang harmonis antar masyarakat untuk terwujudnya pembangunan sosial yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memainkan peranannya sebagai subjek pembangunan tidak lagi hanya sebagai objek pembangunan, seperti yang dikemukakan oleh (Hikmat 2003:174) bahwa pemberdayaan sebagai strategi dalam pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat sebagai salah satu wujud nyata dalam program penyelamatan dan pemulihan, juga sebagai landasa untuk mencapai kembali

kesejahteraan masyarakat. Diperlukan peningkatan kemitraan dengan infra struktur sosial, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial, dunia usaha dan masyarakat melalui kemitraan ini diharapkan dapat terwujud hubungan dan interaksi yang semakin harmonis dan serasi antara masyarakat dan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sosial, masyarakat sebagai sumber sosial diharapkan semakin mengambil peran sebagai subjek pembangunan.

Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh LSM domestik dan Internasional biasanya dilakukan secara kolektif (kelompok). Melalui kelompok masing-masing individu belajar mendeskripsikan suatu situasi, mengekspresikan opini dan emosi mereka. Dengan kata lain, mereka belajar untuk mendefinisikan masalahnya, menganalisisnya serta merancang suatu solusi dalam memecahkan masalah tersebut. Friedmann, 1993 dalam Prijono dan Pranarka (1996 :139) menyatakan

”proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolektif (kelompok), tatpi karena proses ini merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan antara lapisan sosial atau status hiraski lain yang dicirikan dengan adanya polarisasi ekonomi, maka kemampuan individu senasib untuk saling berkumpul dalam suatu kelompok1 cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif.”

Pemberdayaan yang dilakukan oleh LSM biasanya dengan adanya pendamping, salah satu staf dari LSM domestik atau internasional akan ditempatkan di Gampong tempat mereka melakukan program pemberdayaan masyarakat. Pendamping biasanya akan selalu berinteraksi dengan masyarakat setempat, biasanya anatara pendamping dan masyarakat dampingannya akan membuat kesepakatan yang

berkenaan dengan program pemberdayaan yang sedang berlangsung. Menurut Norman dalam (Prijono dan Pranarka:139) bahwa peran pendamping sangat penting guna memperlancar proses dialog antar individu di dalam kelompok. Karena proses pemberdayaan mementingkan pematahan dalam relasi subyek dan obyek, maka pendamping tidak berfungsi sebagai orang yang mengajari atau menggurui individu dalam kelompok, tetapi ikut berfungsi sebagai orang yang belajar dari kelompok.

Pendamping biasanya akan memposisikan dirinya sebagai fasilitator tidak sebagai guru yang mengajari masyarakat, interaksi yang terjadi antara masyarakat dan pendamping memberikan banyak pelajaran baru untuk masyarakat dan juga untuk pendamping sendiri. Dalam proses pemberdayaan terdapat adanya interaksi sosial antara staf LSM dengan masyarakat setempat merupakan suatu hubungan yang didasarkan pada prinsip kesukarelaan dari LSM dan masyarakat dalam suatu kesamaan tujuan yaitu pemberdayaan masyarakat. Dalam interkasi yang terjadi, masyarakat bebas menyampaikan aspirasinya dan adanya toleransi ketika terjadi perbedaan pendapat, saling menghargai satu sama lain. Seperti pendapat Hasbullah (2006:9) sebagai berikut:

”interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama dalam aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu . Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (fredom) dan keadaban (civility).”

Dengan adanya interaksi yang rutin antara pendamping LSM dengan masyarakat diharapkan program pemberdayaaan akan menjadi lebih efektif. Masyarakat akan lebih membuka diri, ini dapat mendorong munculnya partisipasi dari masyarakat setempat. Pentingnya partisipasi dalam program pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk keberlanjutan dari program pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya partispasi masyarakat, diharapkan masyarakat suatu saat akan menjadi mandiri. Menjadikan masyarakat mandiri butuh proses yang lama, karenanya sangat penting keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat, dimana program tersebut memberikan peluang kepada masyarakat untuk mendapatkan penghasilan untuk kehidupan sehari-harinya dan untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Dokumen terkait