BAB III METODE PENELITIAN
4.3 Interpretasi Data Penelitian
4.3.2 Jaringan Sosial yang Dibentuk oleh Ishaq AMT Dalam
4.3.2 Jaringan Sosial yang Dibentuk oleh Ishaq AMT Dalam Memenangkan Pemilu 2019
Ada cukup banyak strategi yang dikembangkan seorang Ishaq AMT dalam berupaya untuk mempertahankan citra dirinya dan meraih kesuksesan dalam kegiatan Pemilu. Salah satunya adalah memelihara jaringan sosial di antara sesama generasi milenial di dalam daerah sendiri (Dapil II). Munculnya jaringan sosial memberi petunjuk tentang mengapa dengan kondisi di kota yang sama,
masyarakat yang satu lebih bertahan hidup atau lebih berhasil dalam kegiatan ekonominya dibandingkan masyarakat lainnya. Hal ini yang digunakan Ishaq AMT agar dapat mengetahui bagaimana jaringan sosial yang dapat dibangun di daerah pemilihannya.
Penelitian ini menemukan adanya tiga bentuk jaringan sosial sebagai salah satu strategi yang dikembangkan dan dipelihara oleh Ishaq AMT dan tim sukses beliau dalam mengatasi kesulitan-kesulitan membangun sebuah kepercayaan dan kedekatan pada generasi milenial, yaitu: (1) jaringan sosial yang didasarkan pada sistem kekerabatan dan kekeluargaan, khususnya dengan keluarga besar dan kerabatnya sendiri dari daerah Medan Deli. Jaringan sosial semacam ini sengaja dibentuk dan dikembangkan oleh Ishaq AMT dan tim suksesnya sebagai salah satu strategi mengatasi persoalan yang dihadapi di daerah asalnya (Medan Deli) dan mempertahankan kekerabatan agar lebih erat khususnya di daerah Medan Deli; (2) Jaringan sosial yang dibentuk dan dikembangkan dengan kelompok-kelompok sosial dalam pola hubungan sosial vertical, yaitu dengan orang-orang yang mempunyai kegiatan jaringan sosial atau usaha yang lebih mantap atau lebih tinggi. Bentuk jaringan sosial ini dibangun agar Ishaq AMT juga mempelajari dari orang-orang yang sudah berpengalaman dalam bidang ini sebelum Ishaq AMT memasuki bidang ini; (3) Jaringan sosial yang dibentuk pada kelompok-kelompok sosial baru guna untuk saling memenuhi kebutuhan di antara bermasyarakat.
Kelompok-kelompok sosial ini bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya:
kelompok ketetanggaan, kelompok orang yang mempunyai interest yang sama, kelompok yang terjadi karena kesamaan agama, profesi dan sebagainya.
Namun demikian, di antara ketiga pola yang dibangun Ishaq AMT dan tim suksesnya ini sering kali terjadi tumpang tindih antara pola yang satu dengan yang lainnya. Misalkan, ditemukannya jaringan sosial yang didasarkan atas hubungan kekerabatan yang bersifat vertical dan juga bersifat horizontal, dan jaringan sosial tersebut juga melibatkan adanya hubungan ketetanggaan-ketetanggaan dalam arti di kelurahan yang sama ataupun berbeda.
Jaringan sosial yang dikembangkan dan dipelihara oleh Ishaq AMT dan tim suksesnya, antara lain dapat ditelusuri sejak Ishaq AMT berencana untuk menjadi anggota DPRD Kota Medan, karena sejak awal rencana Ishaq AMT untuk mencalonkan dirinya tidak lepas dari bantuan dari tetangga atau masyarakat daerah Medan Deli itu sendiri. Ishaq AMT mengatakan bahwasanya banyak dari calon-calon legislatif yang ingin mendaftarkan dirinya sebagai calon legislatif melupakan jasa-jasa dari daerah asalnya.
“Aku juga menyayangkan kali sih kalo misalkan ada calon legislatif yang mendaftarkan dirinya tapi melupakan jati diri berasal dari daerah mana.
Contohnya ni, misalkan aku ni berasal dari daerah Medan Deli dari kecil, tapi nanti aku waktu masa kampanye atau pas lagi membantu masyarakat yah aku bantu masyarakat yang lebih padat penduduk contohnya aja Medan Marelan dari pada membantu masyarakat dari Medan Deli sendiri. Bukannya aku ga memperhatikan daerah Dapil aku yang lain, tapi memang kuakui lebih diutamakan daerah asalku (Wawancara dengan Ishaq AMT, tanggal 13 November 2019, pukul 14:00 Wib)”.
Dengan cara seperti ini setidaknya orang dari daerah Medan Deli sudah sedikit punya harapan agar daerahnya dapat terbantu dan juga mendapatkan perhatian khusus dari pihak kepemerintahan. Dalam hal ini para masyarakat Medan Deli juga bukan sekedar ditampung aspirasinya tetapi cukup juga memberikan semangat baru kepada mereka untuk kedepannya nanti.
Menurut Ishaq AMT jaringan sosial dimaknai sebagai kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam pemilihan umum. Dalam hal ini jaringan sosial ditemukan pada semua calon legislatif.
Sesuai dengan prinsip sosial, yaitu kerjasama, maka dapat dikatakan, semua calon legislatif memiliki kemampuan bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari tim sukses, keluarga, partai sampai masyarakat luas. Namun dalam konteks ini Ishaq AMT berbeda, karena yang menjadi target pemilihnya adalah masyarakat atau generasi milenial.
“Jaringan sosial pada masa Pemilu seperti ini itu yah seperti kita melakukan jalinan relasi kepada orang-orang yang kita butuhkan kalo bisa sih sebanyak-banyaknya. Jaringan sosial itu juga kayak sebuah kerja sama yang kita lakukan terhadap orang-orang terdekat atau yang kita kenal dan kita percaya untuk membantu kita. Targetan saya yang sekarang lebih banyak ke generasi milenial yang sekarang kita bisa bilang adalah golden generation untuk masa depan Indonesia yah walaupun masih banyak kalangan yang saya mintai bantuan dan kerja sama mereka”
(Wawancara dengan Ishaq AMT, tanggal 13 November 2019, pukul 14:00 Wib)
Menurut Agus Efendi sebagai Ketua Tim Sukses Ishaq AMT, jaringan sosial menjadi perekat yang mengikat seorang Ishaq AMT dengan masyarakat terutama generasi milenial yang menjadi target pemilihnya. Hampir semua calon legislatif sadar mengikatkan diri dengan berbagai pihak, terutama dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan aktifitas politiknya, seperti konstituen di daerah pemilihan, tim sukses dan partai yang dinaungi. Semua calon legislatif pasti mengakui, ikatan dengan masyarakat sangatlah penting sehingga berbagai cara dilakukan agar ikatan yang belum tersimpul dapat dibentuk dan ikatan yang telah terjalin dapat menjadi semakin kuat dan erat.
Agus Efendi sebagai Ketua Tim Sukses Ishaq AMT berpandangan bahwa, generasi milenial sebagai seorang yang memiliki hak pilih bahwa jaringan sosial bisa terdapat di dalam diri pribadi, bisa pula terdapat dalam kelompok masyarakat atau struktur sosial, apalagi saat ini ada yang namanya media sosial seperti facebook, instagram dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk menjalin hubungan sosial seorang calon legislatif dengan masyarakat dengan mudah.
Jaringan sosial menjadi salah satu syarat bagi individu masing-masing calon legislatif tidak terkecuali Ishaq AMT untuk memasuki dunia politik. Dengan kata lain, persoalan jaringan sosial menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan bagi individu calon legislatif. Para calon legislatif mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya sehingga terbentuk jaringan sosial mereka yang terencana dan sesuai harapan.
Menurut M. Zaki Abdullah, bahwasanya calon-calon legislatif yang ingin berkampanye sudah saatnya membuat variasi lain jika ingin mengambil hati para-para generasi milenial. Generasi muda tidak mudah terpengaruh lagi dengan janji-janji dan hanya sekedar perbuatan sesaat, generasi milenial sudah sangat banyak dicekoki dengan informasi-informasi hoax yang ada di media sosial sehingga hanya pembuktianlah yang membuat mereka percaya dengan orang lain.
“Bagi calon anggota legislatif yang ingin berkampanye menggunakan media sosial, khususnya kepada generasi milenial, harus membuat variasi yang tepat dalam menyampaikan visi dan misinya, karena generasi milenial tidak mudah diyakinkan karena sudah bosan dengan janji-janji hoax yang disampaikan melalui media sosial” (Wawancara dengan M.
Zaki Abdullah, tanggal 17 November 2019, pukul 21:00 Wib).
Sedangkan menurut Dhea sebagai salah satu generasi milenial menjelaskan bahwa generasi muda di Indonesia zaman sekarang sudah sangat
terlarut dengan teknologi dan juga westernisasi. Kebudayaan yang dijunjung juga sudah tidak terlihat. Beliau juga berpikiran seperti halnya masalah perpolitikan Indonesia yang sekarang terlalu terlena dengan kemudahan yang diberikan globalisasi. Dhea menganggap kampanye yang dilakukan para legislatif pun terkesan tidak ada persiapan dan juga modal angkat kaki minum kopi.
“Menurut saya, generasi milenial zaman sekarang ini sangat disibukkan dengan media sosial, sehingga nilai-nilai kebudayaan semakin mengalami pergeseran. Misalnya dalam proses kampanye yang dilakukan oleh calon anggota legislatif, banyak kampanye yang dilakukan secara konvensional, tanpa memperhatikan peranan media sosial dalam penyampaian visi dan misi yang dikampanyekan khususnya kepada kaum milenial. Kebanyakan kampanye yang dilakukan para legislatif pun terkesan tidak ada persiapan dan juga modal angkat kaki minum kopi” (Wawancara dengan Dhea, tanggal 18 November 2019, pukul 17:00 Wib).
Menurut Agus Efendi sebagai Ketua Tim Sukses Ishaq AMT, Ishaq AMT sudah melakukan sejumlah persiapan, baik yang menyangkut kualitas akademis-teoritis yang disiapkan dalam waktu yang panjang, maupun kualitas praktis yang disiapkan dalam waktu singkat. Seluruhnya dilakukan karena disadari akan membentuk modal sosial yang diperlukan ketika berhadapan dengan konstituen.
“Jaringan sosial berfungsi sebagai perekat masyarakat dengan Ishaq AMT, khususnya kaum milenial. Jaringan sosial ini sangatlah penting.
Jaringan sosial tersebut dapat berupa Facebook, Instagram dan sejenisnya, yang mana jaringan media sosial tersebut sangat mudah digunakan, baik oleh kaum tua maupun kaum milenial. Ishaq AMT juga mempersiapkan secara matang tentang penggunaan jaringan sosial ini untuk dapat memperkenalkan dan menyampaikan visi dan misinya dalam mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.” (Wawancara dengan Agus Efendi, tanggal 15 November 2019, pukul 09:00 Wib).
Menurut M. Zaki Abdullah sebagai generasi milenial, media sosial sangat berpengaruh dan sangat mempunyai dampak yang sangat besar untuk zaman sekarang ini. Baik buruk teknologi dan media sosial juga sangat besar pula. Beliau
mengatakan bahwasanya pada Pemilu 2019 lalu, dia mengenal Ishaq AMT juga memaksimalkan berkampanye melalui media sosial.
“Media sosial sangat berpengaruh zaman sekarang ini. Dalam hal berkampanye misalnya, penggunaan media sosial sebagai media berkampanye sangat efektif untuk menyasar kepada kaum milenial.
Misalnya saya mengenal Ishaq AMT sebagai calon anggota legislatif juga dari media sosial.” (Wawancara dengan M. Zaki Abdullah, tanggal 17 November 2019, pukul 21:00 Wib.
Sedangkan menurut Dhea sebagai salah satu generasi milenial, bahwa zaman modern bagi generasi milenial ini mempunyai dampak negatif dan positif.
Dampak positif dari zaman milenial ini adalah anak-anak generasi muda bisa menunjukkan giginya ke kalangan masyarakat luas, bisa mobile dengan kegiatan-kegiatan mereka dan juga dapat memudahkan mereka mengakses info-info terkini untuk menambah ilmu pengetahuan umum anak muda. Dampak negatif yang dimunculkan pada generasi milenial dianggap yang paling fatal pada negara Indonesia ke depannya. Anak muda pada zaman sekarang tidak peka dengan masyarakat di sekitarnya, mereka lebih cenderung bersifat individualis dan mementingkan diri mereka sendiri, pada dasarnya mereka lebih bersifat tidak mau tau daripada berkorban demi orang lain.
“Perkembangan teknologi di masa modern ini mempunyai dampak positif dan negatif bagi generasi milenial. Adapun dampak positifnya yaitu generasi milenial dapat menunjukkan kemampuannya di tengah-tengah masyarakat berkat bantuan informasi yang didapatkan melalui media sosial. Sedangkan dampak negatifnya yaitu generasi milenial menjadi kurang peka terhadap lingkungannya, mereka lebih cenderung bersifat individualis dalam menyelesaikan masalahnya.” (Wawancara dengan Dhea, tanggal 18 November 2019, pukul 17:00 Wib).
Menurut Annisa Rahmadhini sebagai salah pengguna media sosial menjelaskan bahwa adanya media sosial sekarang ini sangat membantu pekerjaannya.
“Walaupun saya bisa dikatakan tidak terlalu muda, tetapi saya masih aktif menggunakan media sosial ssebagaimana yang sering digunakan oleh anak-anak muda zaman ini. Saya sangat merasa termudahkan dengan cepatnya perkembangan teknologi yang ada, karena dengan teknologi inilah yang membuat saya bisa bekerja tanpa harus meninggalkan anak saya.” (Wawancara dengan Annisa Ramadhini, tanggal 21 November 2019, pukul 10:00 Wib). juga lebih mementingkan sesuatu yang menguntungkannya saja dari pada kepentingan masyarakat luas.
“Saya mengenal Ishaq AMT dari media sosial. Awalnya saya mengenal Ishaq AMT dari teman SMA saya, teman saya memperkenalkan Ishaq AMT melalui media sosialnya. Namun bagi saya, Ishaq AMT tersebut sama saja dengan calon legislatif lainnya yang lebih mementingkan kepentingannya sendiri, bedanya dia lebih mudah dibandingkan dengan calon lainnya.” (Wawancara dengan Dhea, tanggal 18 November 2019, pukul 17:00 Wib).
Menurut penjelasan Annisa Rahmadhini sebagai salah pengguna media sosial bahwa dia mengenal Ishaq AMT melalui teman-temannya di pengajian.
Namun, meskipun dia mengenal Ishaq AMT, dia tidaklah memilih Ishaq AMT dalam pemilihan legislatif 2019, karena dia menganggap Ishaq AMT terlalu mudah untuk menjadi seorang legislatif dan juga dia belum pernah melihat Ishaq AMT bersosialisasi di daerahnya.
“Saya mengenal Ishaq AMT dikarenakan beberapa dari teman-teman saya dari satu pengajian yang sama mengenalkan Ishaq AMT kepada saya.
Meskipun Ishaq AMT bukan menjadi pilihan saya, tetapi saya tetap menggunakan hak suara saya. Saya tidak memilih Ishaq AMT dikarenakan saya berpikir anak-anak muda masih banyak yang harus dijalaninya dan
juga harus ditempah dengan pengalaman-pengalaman sebelum harus menjadi pengubah negara Indonesia ini. Saya juga belum pernah melihat Ishaq AMT bersosialisasi di daerah rumah saya.” (Wawancara dengan Annisa Ramadhini, tanggal 21 November 2019, pukul 10:00 Wib).
Sedangkan menurut Mustika Ramadhani sebagai salah satu pengguna media sosial di daerah pemilihan Ishaq AMT, menjelaskan bahwa dia memilih Ishaq AMT dikarenakan adanya permintaan dari teman kerjanya yang meminta tolong kepadanya untuk memilih Ishaq AMT. Teman kerjanya sering memperlihatkan video saat seorang Ishaq AMT sedang melakukan kampanye dan sedang terjun langsung ke masyarakat. Mustika Ramadhani melihat Ishaq AMT di umur yang masih muda seperti itu dengan gigihnya berjuang agar mendapatkan kesempatan untuk bisa menduduki jabatan legislatif tahun ini. Mustika Ramadhani sepakat dengan tindakan generasi milenial yang harus bisa membuktikan kepada masyarakat bahwasanya generasi muda itu peduli dan ingin bekerja untuk memperbaiki keadaan masyarakat.
“Saya merupakan salah satu orang yang memilih Ishaq AMT dalam pemilihan legislatif 2019 yang lalu. Awalnya saya mengenal Ishaq AMT melalui teman saya yang meminta tolong untuk memilih Ishaq AMT dengan memperlihatkan video saat Ishaq AMT berkampanye. Menurut saya Ishaq AMT merupakan sosok tokoh milenial yang ingin membuktikan bahwa dia dapat bekerja untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya.”
(Wawancara dengan Mustika Ramadhani, tanggal 19 November 2019, pukul 20:00 Wib).
Sedangkan menurut Suryono sebagai peserta pemilu legislatif di Dapil II menjelaskan bahwa dia mengenal Ishaq AMT dari orang lain yang berkunjung ke kedai kopinya. Dia mendengar bahwasanya Ishaq AMT merupakan salah satu calon legislatif di Dapil II yang masih tergolong generasi muda. Dia sangat merasa bangga ada seorang generasi muda yang berani maju sebagai calon legislatif. Namun, pada saat pemilu tersebut dia tidak menggunakan hak suaranya.
“Saya pernah mendengar Ishaq AMT dari orang yang datang ke kedai kopi saya. Saya mengetahui bahwasanya Ishaq AMT adalah generasi muda yang mencalonkan dirinya dan saya salut dengan hal itu. Namun, saya tidak memilih Ishaq AMT dikarenakan memang saya tidak memilih siapapun pada saat Pemilu tersebut.” (Wawancara dengan Suryono, tanggal 23 November 2019, pukul 16:00 Wib).
Kemampuan tersebut secara tidak langsung telah ditunjukkan Ishaq AMT melalui komunikasinya yang baik saat wawancara dengan peneliti. Kemampuan berkomunikasi Ishaq AMT yang baik dengan ciri khasnya, menjadi kunci terbentuknya hubungan baik Ishaq AMT dengan berbagai pihak terutama dengan generasi milenial.
Berdasarkan pernyataan Ishaq AMT sendiri, saat ini suara dalam Indonesia didominasi oleh kalangan-kalangan milenial. Sosial media dan juga cara-cara baru memang sangat efektif dan perlu dilakukan untuk bisa berbaur dengan kehidupan masyarakat yang di hadapkan dengan krisis teknologi seperti orang sudah bergantung dengan teknologi. Menurut beliau, cara-cara lama menjadi penunjang untuk kegiatan kampanye yang lebih segar.
“Saat ini, peserta pemilu di Indonesia didominasi oleh generasi milenial, sehingga diperlukan pendekatan sosial media untuk berbaur dengan mereka. Berkampanye melalui media sosial ini sangat efektif digunakan untuk menarik suara generasi milenial.” (Wawancara dengan Ishaq AMT, tanggal 13 November 2019, pukul 14:00 Wib).
Menurut Suryono sebagai peserta pemilu legislatif dari Dapil II Medan, memang seharusnya generasi muda sudah bisa menggantikan generasi-generasi tua yang sudah terlarut dalam kejamnya perpolitikan di Indonesia yang hanya berorientasi hanya dengan uang semata. Pak Yono berharap generasi muda yang masih netral dari hiruk pikuknya kehidupan perpolitikan seperti itu bisa melihat ke masyarakat terlebih dahulu sebelum kepentingan diri sendiri.
“Generasi milenial seharusnya sudah dapat menggantikan generasi tua yang sudah larut mengejar uang semata. Saya berharap generasi milenial ini dapat lebih netral dalam mementingkan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan sendiri” (Wawancara dengan Suryono, tanggal 23 November 2019, pukul 16:00 Wib).
Menurut Ishaq AMT, bahwasanya masyarakat zaman sekarang tidak berubah dari zaman dahulu mengenai perasaan, hanya kepribadian mereka saja yang berubah dikarenakan globalisasi dan teknologi yang masuk ke dunia terlalu cepat dan missal. Masyarakat zaman sekarang juga ingin merasakan ketentraman dan juga ketenangan yang diberikan oleh orang yang mengayominya.
“Sebenarnya, perasaan masyarakat sekarang tidaklah berbeda dengan masyarakat zaman dulu yaitu sama-sama menginginkan ketentraman dan ketenangan, tetapi kepribadian masyarakat sekarang mengalami perubahan karena pengaruh globalisasi dan teknologi.” (Wawancara dengan Ishaq AMT, tanggal 13 November 2019, pukul 14:00 Wib).
Adapun strategi yang digunakan oleh Ishaq AMT dalam menggunakan jaringan sosial sebagai sarana kampanyenya, antara lain:
1. Membentuk Jaringan Sosial
Agus Efendi sebagai Ketua Tim Sukses Ishaq AMT menganggap keterikatan sang calon legislatif terhadap masyarakat sebagai sebuah modal hubungan sosial. Hubungan seorang Ishaq AMT dengan masyarakat dan para pendukungnya terutama generasi milenial dibangun secara berjenjang, mulai dari hubungan antar individu, individu ke kelompok sampai antar-kelompok. Hubungan tersebut saling berkaitan dan terus meluas membentuk suatu hubungan baru seluas dan sebesar keinginan juga kemampuan Ishaq AMT. Inilah yang disebut dengan jaringan sosial.
“Adapun pembentukan jaringan sosial yang dilakukan Ishaq AMT adalah membangun hubungan dengan generasi milenial secara bertahap, mulai hubungan antar individu, kelompok maupun
dengan masyarakat luas.” (Wawancara dengan Agus Efendi, tanggal 15 November 2019, pukul 09:00 Wib).
Secara teoritis, jaringan sosial merupakan salah satu hal penting yang seharusnya dimiliki oleh seluruh calon legislatif selain kepercayaan dan nilai-nilai. Jaringan sosial diperlukan untuk mempermudah realisasi berbagai rencana dan target, mengingat keterbatasan individu calon.
Banyak hal dalam kegiatan politik yang tidak mungkin dilakukan sendiri, meskipun ada sebagian hal yang harus dilakukan sendiri.
Ishaq AMT mengatakan bahwa jaringan sosial yang telah dibangun olehnya saat ini adalah:
a. Membangun Tim Sukses
Dari hasil wawancara dengan Ishaq AMT hampir seluruh atau mayoritas para calon legislatif membentuk tim sukses. Ishaq AMT menganggap bahwa keberadaan tim sukses sangat penting. Ishaq AMT memberi istilah tim sukses dengan teamwork, dengan tegas menganggap tim sukses sangat diperlukan, baik pada ketika sebelum pemilu, saat pemilu, maupun setelah selesai pemilu. Sebelum pemilu, peran tim sukses membantunya memetakan permasalahan yang berkaitan dengan peta karakteristik masyarakat di daerah pemilihannya. Ketika Pemilu sedang berlangsung, tim sukses bergerak untuk mengawal suara di tiap TPS atau daerah pemilihan agar suara tidak hilang. Setelah pemilu, tim sukses melakukan evaluasi bersama-sama dengan Ishaq AMT.
“Keberadaan tim sukses atau teamwork sangat penting dalam pencalonan anggota legislatif, karena tim sukseslah yang akan
bekerja baik mulai tahap kampanye, tahap pemilu, maupun pasca pemilu. Pada tahap kampanye, tim sukses berperan memetakan permasalahan terkait karakteristik pemilih, pada tahap pemili sedang berlangsung, tim sukses akan mengawal suara di setiap TPS, dan pasca pemilu tim sukses akan mengevaluasi terhadap setiap strategi yang dijalankan”
(Wawancara dengan Ishaq AMT, tanggal 13 November 2019, pukul 14:00 Wib).
Umumnya pemilihan tim sukses biasanya terdiri dari keluarga, ada yang kombinasi antara keluarga dan orang lain dan ada juga yang di dalamnya hanya berisi tokoh-tokoh masyarakat. Bahkan beberapa calon legislatif pasti menjadikan keluarga sebagai tim sukses dengan beberapa alasan. Secara teoritis, keluarga lebih dapat dipercaya daripada orang lain.
Bahkan Ishaq AMT sendiri terang-terangan menyatakan bahwa merasa lebih yakin dan tenang jika berhubungan dengan keluarga.
Bahkan menurutnya, seandainya ditipu keluarga, masih tidak terlalu sakit karena masih ada hubungan darah. Alasan kedua menurut pandangan masyarakat atau pemilih adalah karena calon legislatif merasa lebih mudah berkoordinasi dengan keluarga. Ishaq AMT juga menceritakan bagaimana mudahnya berhubungan dengan keluarga sehingga ketika ia datang bersilaturrahmi ke salah satu keluarga, maka tanpa banyak berkata-kata dan tanpa aba-aba, keluarga yang didatangi tersebut sudah mengetahui maksud dan tujuannya. Oleh karena itu keluarga tersebut akan langsung menghubungi keluarga yang lain, menghubungi masyarakat dan melakukan hal-hal yang diperlukan.
Alasan ketiga menurut pandangan masyarakat atau pemilih adalah karena dapat menghemat biaya.
Namun walaupun begitu dalam hal ini Ishaq AMT menjadikan kombinasi orang lain dan keluarga sebagai tim sukses yang salah satunya dalah generasi milenial, karena menurutnya siapapun
Namun walaupun begitu dalam hal ini Ishaq AMT menjadikan kombinasi orang lain dan keluarga sebagai tim sukses yang salah satunya dalah generasi milenial, karena menurutnya siapapun