• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kla sifik a si Ka ncil

Klasifikasi kancil adalah sebagai berikut : dunia : Anim alia

filum : Chordat a kelas : Mam m alia ordo : Art iodact yla subordo : Rum inant ia infraordo : Tragulina fam ili : Tragulidae genus : Tragulus

spesies : j avanicus ( Osbeck 1765)

m em inna ( Erxleben 1777)

napu ( Cuvier 1822)

Fam ili Tragulidae m em punyai dua genus, yait u genus

Hym oschus dan Tragulus. Genus Hym oschus t erdiri at as sat u spesies,

yait u Hym oschus aquaticus yang hidup di Afrika Tengah dan Afrika Barat ( Lekagul dan McNeely 1977) . Genus Tragulus m em punyai t iga spesies, yait u, Tragulus j avanicus, T. m em inna dan T.napu ( Morris 1965) . Sedangkan Meij aard dan Groves ( 2004) m em bagi genus

Tragulus m enj adi t iga kelom pok yait u kelom pok Tragulus j avanicus, T.

napu dan T. versicolor. Lekagul dan McNeely ( 1977) m enyat akan bahwa T. j avanicus populasinya banyak t erdapat di Pulau Jawa dan berasal dari P. Jawa ( Meij aard dan Groves, 2004) , sedangkan T. napu

banyak t erdapat di Pulau Sum at ra dan T. m em inna hanya t erdapat di I ndia ( Walker 1968) .

Kat a “tragulus” berasal dari bahasa lat in yang berart i kam bing, sedangkan kat a “chevrot ain” berasal dari bahasa Perancis “Chevre” yang berart i seekor kam bing bet ina ( Got ch 1979) .

7

Sej arah dan N am a Kancil

Kancil m enghuni pulau Jawa sej ak j am an pra- sej arah, hal ini dibukt ikan dengan dit em ukannya kepingan fosil t ulang rahang dengan beberapa gigi yang m asih m enancap di Gua Sam pung, Ponorogo, Jawa Tim ur pada t ahun 1934 oleh Dam m erm an ( Suyant o 1983) .

Osbeck adalah orang yang pert am a kali m em proklam irkan nam a ilm iah Tragulus j avanicus unt uk kancil pada awal abad ke 18 ( Hoogerwerf 1970) . Dari nam a t ersebut dapat diket ahui bahwa hewan kancil pada m ulanya dit em ukan di pulau Jawa, karena cont oh yang dipakai sebagai dasar penam aan dit em ukan di kam pung Jungkulan yang t erlet ak di m uara Cikuj a, Jawa Barat ( Suyant o 1983) . Hal ini bukan berart i kancil hanya t erdapat di Pulau Jawa karena pada kenyat aannya sekarang kancil sudah m enyebar di beberapa t em pat baik di dalam m aupun di luar negeri.

Di I ndonesia ada di beberapa kebun binat ang yang sudah m em elihara kancil, oleh karena it u kancil sudah dikenal m asyarakat I ndonesia secara luas, t erbukt i dari adanya berbagai nam a. Di I ndonesia, nam paknya kancil sangat populer di kalangan rakyat I ndonesia baik m elalui cerit a rakyat , dongeng, cerit a anak, dan hal ini dit unj ukkan pula oleh banyaknya m asyarakat yang m engenal lewat nam anya yang beraneka ragam nam a di t iap daerah sepert i pelanduk ( Dayak) , pelandok ( Ngaj u) , pelanok ( Maanyan) , pelandok- lam pin ( I ban) , belabangan ( Dusun) , pelandok- pipih ( Sannah) , kancil ( Jawa, Malaysia) , dan peucang, m encek, kanoil ( Sunda) , pelanduk ( Sum at era) , pekanok, pelanduk lam pin, belabangan, pelandol pipin ( Kalim ant an) ( Suyanto 1983) . Sedangkan di luar negeri disebut : Pet it

Tragule de Malaisie ( Perancis) , Krachong, Lek ( Thailand) , dan Yun

( Birm a) .

Di beberapa lit erat ur asing, kancil disebut dengan nam a:

Sm aller Mouse- deer, Lesser Malay Chevrot aina, Lesser Malay Mouse Deer, Chevrot ain, Mouse- deer, Moschus kanchil, Tragulus kanchil, Tragulus brisson.

8

H abit at

Habit at adalah t em pat dim ana suat u m akhluk hidup m elangsungkan kehidupannya. Alikodra ( 1979) m enyat akan bahwa habit at adalah kom pleksit as berbagai kom ponen ant ara lain iklim , fisiografi, veget asi dengan kualit asnya dan m erupakan t em pat hidup organism e. Sedangkan Dj uwant oko ( 1986) m enyat akan bahwa habit at m erupakan suat u daerah yang sangat pent ing bagi populasi sat wa agar dapat berkem bang secara opt im al unt uk m endapat kan m akanan, air dan naungan (shelt er) . Menurut Moen ( 1972) habit at sat wa sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik biot ik m aupun non- biot ik.

Habit at sat wa sering secara sederhana dit afsirkan sebagai t ipe veget asi karena um um nya syarat hidup suat u j enis sat wa selalu m elibat kan aspek veget asi ( Dashm an 1981) . Krebs dan Davies ( 1981) m enyat akan bahwa habit at m encerm inkan t ipe veget asi yang t idak t erbat as luasnya. Veget asi diart ikan sebagai kum pulan t um buhan, biasanya t erdiri at as beberapa j enis yang hidup bersam a- sam a pada suat u t em pat dan di dalam nya t erdapat int eraksi yang erat baik ant ara individu penyusun veget asi it u sendiri m aupun dengan binat ang yang hidup bersam anya sehingga m erupakan suat u ekosist em yang hidup dan dinam is ( Marsono 1977) . Habit at yang m em enuhi syarat bagi kelangsungan hidup sat wa harus m em il iki em pat kom ponen dasar yait u: pakan, pelindung, air, dan ruang.

Kancil m enyukai t inggal di hut an prim er dan sekunder, di t anah kering yang t idak j auh dengan sungai- sungai dengan veget asi rapat , baik di dat aran rendah m aupun t inggi ( 1.200 m dpl) , kaki- kaki bukit . Tem pat persem bunyiannya di rongga- rongga pohon, celah- celah bat u, gua- gua m aupun di sem ak-sem ak.

St a t us da n Popula si

St at us kancil saat ini t erm asuk hewan liar dan j um lah populasinya belum diket ahui, nam un diduga populasinya t erj adi penurunan, hal ini disebabkan karena beberapa hal ant ara lain:

9

1 . Kerusakan habit at

Kerusakan habit at disebabkan karena pert am bahan j um lah penduduk dan peningkat an kegiat an pem bangunan ( sepert i perkebunan, pert anian t anam an pangan, perusahaan hak pengusahaan hut an t anam an indust ri, pert am bangan dan pem ukim an unt uk t ransm igrasi) m em erlukan lahan yang luas. Guna m em enuhi keperluan t ersebut t elah dibuka areal hut an, yang m erupakan habit at alam i kancil. Dengan dem ikian habit at alam i kancil ini m enj adi berkurang luasnya dan m enurun pot ensinya. Penyem pit an dan penurunan pot ensi ini sem akin bert am bah dengan adanya penebangan hut an secara liar, kebakaran hut an, dan perladangan berpindah. Penyem pit an habit at m enyebabkan kehidupan kancil m enj adi t erdesak dan ruang geraknya m enj adi t erbat as. Penurunan pot ensi hut an m enim bulkan pengaruh pada berbagai aspek baik penurunan kualit as t anah ( m isalnya erosi) , t at a guna air dan m usnahnya t um buhan yang berguna bagi m akanan sat wa. Tim bulnya aneka ragam gangguan t erhadap kehidupan sat wa ( kancil) , m enyebabkan populasi kancil berkurang di hut an. Kancil t ersebut m encari m akanan ke ladang- ladang at au perkebunan penduduk.

2 . Pem buruan

Akibat kerusakan dan kerugian yang t idak t erelakkan lagi dan berdam pak pada gagalnya panen, akhirnya t idak m ust ahil bila kancil banyak diburu, baik sebagai usaha pengam anan t anam an pert anian, m aupun sekedar pem enuhan pangan dan kesenangan. Di sam ping it u karena perburuan liar yang t idak m em perhat ikan m asa perkawinan dan perkem bangbiakan kancil sehingga populasi m enj adi t urun.

3 . Ham bat an biologi

Ham bat an biologi t erj adi m isalnya habit at yang t idak lagi serasi dan t idak cocok unt uk hewan t erus berada di t em pat t ersebut , karena persediaan m akanan t idak m encukupi lagi at au karena adanya m usuh- m usuh m isalnya predat or, parasit dan sebagainya.

10

Upaya penyelam at an dan pelest arian kancil, m aka pem erint ah m elakukan t indakan perlindungan, ant ara lain:

Pe r t a m a: m em berlakukan undang- undang bagi perlindungan kancil,

berdasarkan:

( a) Dierenbescherm ings Ordonansi 1931 ( Undang- Undang

Perlindungan Binat ang Liar 1931) St aat blad 1931 No. 134.

( b) Dierenbescherm ing Verordem ing ( Perat uran Perlindungan

Binat ang Liar 1931) St aat blad 1931 No.266 j is 1932 No. 28 dan 1935 No. 513. Selain it u Undang- Undang Nom or 5 t ahun 1990, yang dipert egas dengan Surat keput usan Ment eri Kehut anan t anggal 10 Juni 1991, Nom or: 301/ Kpt s- I I / 91 dan t anggal 8 Sept em ber 1992 Nom or: 882/ Kpt s- I I / 92.

Kedua: usaha pelest arian yang dilakukan saat ini adalah:

( a) Penangkaran unt uk penj inakan at au pem eliharaan ( b) Pem bent ukan pengawasan yang efekt if

( c) Dit unj uknya kawasan- kawasan konservasi unt uk habit at alam i kancil.

Tindak lanj ut dari pengendalian populasi ialah m elakukan perpindahan kancil ke kawasan ex -sit u at au lebih dikenal dengan sebut an “ penangkaran di lu ar habit at aslinya” at au “breeding in

capt ivit y” , sepert i ke kebun binat ang. Tuj uan ut am a konservasi ex -sit u

di kebun binat ang unt uk pem eliharaan dan penangkaran bagi sat wa ( kancil) yang t erancam punah dan kehilangan habit at nya. Meskipun sam pai saat ini pem eliharaannya di kebun binat ang m asih dit ekankan pada fungsinya sebagai sat wa peraga (orient al anim al) sehingga langkah- langkah ke arah pem budidayaan dan pem anfat aannya yang lebih opt im al belum banyak dilakukan.

M usuh da n Penya k it Ka ncil

Kancil m erupakan m angsa yang em puk bagi hewan- hewan pem angsa di hut an. Pem angsanya ant ara lain harim au (Pant hera

11

(Viverriculla m alaccensis) dan garangan (Herpest es spp) ( Suyant o

1983) , burung besar dan rept il besar ( Nowak dan Paradiso 1983) . Davis ( 1965) m elaporkan bahwa kancil di Malaysia dapat t erinfeksi oleh Plasm odium t raguli yang m enyebabkan anem i dan t rypanosom a.

Penyakit yang ut am a m enurut Hoogerwerf ( 1970) ialah hidung kekeringan ( Suyant o 1983) , pernah pula dij um pai abnorm al pada

Malayan chevrot ains yait u m alnut rit ion dan pada African chevrot ain

adanya glom erulosclerosis ( Griner 1983) , sedangkan Grondahl et al. ( 2003) m endapat kan virus bovine diarrhea pada Malay m ouse deer,

dem ikian pula pernah t erident ifikasi parasit bersilia “I sot richia

j alaludinii” dalam lam bung kancil ( I m ai et al. 1995) .

M orfologi Um um Ka ncil

Kancil, m eskipun bent uknya m enyerupai kij ang t et api badannya kecil dan t idak bert anduk. Ada pula yang m enyat akan bahwa kancil m erupakan rum inansia yang m em punyai bent uk luar lebih m irip rodensia daripada rusa. Beberapa ciri m enunj ukkan kem iripan dengan babi, yait u t idak m em punyai t anduk t et api yang j ant an m em punyai gigi t aring at as yang subur sam pai m encuat ke luar sepanj ang 3 cm , sedangkan gigi t aring bawah kurang berkem bang. Susunan gigi seri dan geraham pada kancil sam a dengan sapi ( Slij per 1954) .

Ciri khas kancil adalah m em iliki t iga garis put ih ( m irip pit a put ih) pada kerongkongan ( Meij aard dan Groves 2004) , warna badan coklat kem erahan, ada bercak- bercak hit am pada punggung dan sisi badan, sisi dalam t ungkai dan ekor berwarna put ih kekuningan. Sedangkan Hoogerwerf ( 1970) , m enyat akan bahwa kancil m em iliki kaki depan lebih pendek dari kaki belakang, langsing, kancil j ant an m em punyai taring yang m encuat ke luar dari rahang at as. Warna bulu coklat kem erahan sangat indah, di at as punggung t erdapat warna j ingga, perut dan kaki bagian dalam berwarna put ih. Lehernya t erut am a bagian t engah hit am . Di ant ara kaki depan t erdapat garis coklat m enj urus ke bagian belakang perut . Bagian at as ekor berwarna coklat dan bagian bawahnya berwarna put ih. Kancil m em punyai kaki

12

yang langsing dan pinggul yang t inggi. Walaupun sepert i rusa, kancil m em punyai punggung yang m elengkung m em bent uk kurva yang m engarah ke bawah, kancil m em punyai hidung berwarna hit am , m at anya besar sert a lidahnya panj ang, um um nya kancil m em punyai t iga buah st rip put ih di leher bawah dan dada ( Lekagul dan McNeely 1977) .

Kancil m erupakan hewan m alam yang m em iliki sifat hidup solit er dan berpasangan pada m usim kawin ( Young 1981) , penakut , senang bersem bunyi daripada m elarikan diri, larinya cepat t api m udah capek, m udah gugup dengan lingkungan baru. Kancil secara ekst erior m em punyai kem iripan dengan rusa, karena it u hewan ini dikenal dengan nam a m ouse deer. Menurut Dubost ( 1986) ada dua j enis

m ouse deer, yait u yang t erm asuk Tragulus napu dan Tragulus

j avanicus. Perbedaan yang m enyolok dari kedua j enis kancil ini adalah

bahwa Tragulus napu m em punyai bobot badan ant ara 4 -6 kg, sedangkan Tragulus j avanicus m em punyai bobot badan 1,3 – 1,8 kg. Karena berat badannya yang rendah, m aka para penelit i m enyarankan bahwa kancil m em iliki pot ensi unt uk digunakan sebagai t ernak m odel unt uk m em pelaj ari rum inansia ( Fukut a et al. 1991) . Kancil t ergolong dalam rum inansia kecil dan t erm asuk rum inansia yang t erkecil di dunia ( Medway 1978, Nowak 1991) , dan kancil m erupakan hewan ungulat a yang paling prim it if yang m asih ada ( Whit t ow et al. 1977) . Kancil dapat bert ahan hidup dalam penangkaran lebih dari 16 t ahun ( Jones 1993) .

Kudo et al. ( 1997) m elaporkan bahwa kancil adalah j enis hewan yang m udah gugup dengan lingkungan baru. Oleh karena it u sebaiknya dalam t ahap penangkaran perlu t erlebih dahulu dit ut upi dengan kain gelap dan m em biarkannya dalam keadaan gelap, t et api apabila t erlam pau gelap hewan ini akan m enj adi lebih gugup. Apabila t ahapan proses penangkaran dilakukan dengan baik hewan kancil bisa m enj adi j inak sepert i halnya hewan peliharaan lainnya, t et api kancil bet ina cenderung lebih cepat j inak dibandingkan kancil j ant an.

13

M orfom et ri

Ukuran t ubuh ( m orfom et ri) kancil hasil dari st udi beberapa lit erat ur dirangkum dalam t abel sepert i t erlihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Morfom et ri kancil

Aspek Morfom et ri Ukuran

Tinggi bahu ( Cm ) 2 5- 30 ( Hoogerwerf 1970 )

2 0- 25 ( Medway 1969, Suyant o 1983) 20 ( Sigit 1984, Parey 2003)

Panj ang kepala dan badan ( Cm ) 39.6 -48.0 ( Medway 1969) 3 0- 45 ( Suyant o 1983) 4 0- 48 cm ( Sigit 1984) 4 2- 49 ( Francis 2001) 4 5- 50 ( Parey 2003) Panj ang ekor ( Cm ) 6,5 -8 ( Sigit 1984)

6 -9 ( Francis 200 1) 6 -8 ( Parey 2003) Panj ang daun t elinga ( Cm ) 3.5 -5.0 ( Sigit 1984) Panj ang t ungkai ( Cm ) 1 0- 12 ( Sigit 1984) Berat badan ( kg) 0.7 -2.1 ( Medway 1969)

2 -2.5 ( Grzim ek’s 1972) 1, 5 – 2,5 kg ( Suyant o 1983) 0.7 -2 ( Sigit 1984) . 1.3 -1.8 ( Dubost 1986) 2.0 -2.5 ( Francis 2001) 2 -3 ( Parey 2003) 2.3 -4.6 ( Terry 1986) 1.6 -2.0 ( Andriana et al. 2003) Makanan Kancil

Kancil m encari m akan pada m alam hari, t et api suka pula dilakukan pada siang hari di t em pat - tem pat yang am an ( Suyanto 1983) . Sedangkan Hoogerwerf ( 1970) m enyat akan bahwa di alam , kancil m enyukai m akan buah- buahan hut an yang sudah j at uh ke t anah sepert i kayu besi (Eusideroxylon zwager) dan buah- buahan ceplukan

(Physalis m axim a) . Kancil di t em pat pem eliharaan sangat m enyukai

daun kangkung (I pom oea aquat ica) dan ubi (I pom oea bat at as) serta sedikit rum put ( Suyant o 1983) . Makanan t ersebut harus dit aruh di t em pat yang agak t inggi sehingga m udah dicapai oleh m ulut nya, sebab

14

j ika dit aruh di t anah, kancil agak enggan m em akannya. Medway ( 1978) m elaporkan bahwa di Kebun Binat ang New York, pasangan kancil berkem bang biak dengan pakan berupa pot ongan apel, pisang, wort el dan ubi m ent ah sert a dit am bahkan pakan pelet berupa m ixed

grain, crushed m onkey pellet , rolled oat s, dan alfalfa hay.

Kancil t erm asuk binat ang m em am ah biak, sehingga ada kem ungkinan buah- buahan yang dim akan akan dit elan bersam a bij i-bij inya dan pada wakt u m em am ah biak i-bij i- i-bij i t ersebut dim unt ahkan kem bali. Biasanya t em pat unt uk m em am ah biak agak j auh let aknya dari t em pat m encari m akan. Dengan dem ikian kancil kem ungkinan besar dapat berpot ensi sebagai pem encar bij i. Jenis m akanan lainnya adalah daun- daun yang berair dari sem ak belukar, kecam bah buah-buahan yang j at uh, kulit pisang, kulit pepaya, ubi dan ket ela, cenderung m em ilih m akanan yang m engandung sedikit serat kasar dan cukup banyak m engandung air.

Hasil pengam at an Siregar et al. ( 1984) t ent ang m akanan kancil di t uj uh kebun binat ang ( Medan, Pem at ang Siant ar, Jakart a, Bandung, Sem arang, Yogyakart a, Surabaya) adalah kacang panj ang, sayuran, pisang kepok dan bekat ul. Winart o et al. ( 1991) tentang j enis m akanan yang paling disukai kancil di kebun binat ang Ragunan dan Surabaya, berdasarkan j um lah yang dikonsum si adalah: pisang, kacang panj ang, kangkung, pepaya, j am bu bij i, j agung, t im un, t om at , wort el dan bayam . Adapun I srail et al. ( 1998) m endapat kan bahwa j enis pakan yang disukai adalah wort el, t erong, kangkung, dan t im un, sedangkan daun- daun legum inosa sepert i gam al, kaliandra dan t uri yang dicobakan sangat t idak disukai oleh kancil. Selanj ut nya Jum aliah ( 1999 ) m elakukan penelit ian di Kebun Binat ang Ragunan m endapat kan j enis pakan yang paling disukai adalah pisang berikut nya kacang panj ang, t im un dan wort el. Darlis et al. ( 1999 ) m elaporkan bahwa kancil di Malaysia m enyukai kangkung, kacang panj ang, kacang perancis (bean french) sebagai roughages dan sum ber prot ein; ubi

(sweet pot at o) , wort el (Carrot , Daucus carot a) sebagai sum ber

15

Perila k u Ka ncil

I lm u yang m em pelaj ari perilaku hewan disebut et hology, yang berasal dari kat a et hos yang berart i karakt er dan logos yang berart i ilm u. Mem pelaj ari perilaku hewan berart i m enent ukan karakt erist ik hewan dan bagaim ana t anggapannya ( responsnya) t erhadap lingkungan. Secara ringkas dapat dikat akan bahwa perilaku m erupakan hasil int eraksi hewan dengan lingkungannya. Selam a int eraksi t ersebut hewan akan m em buat respon berupa perilaku t erhadap lingkungan yang dihadapinya.

Perilaku hewan adalah suat u ekspresi hewan yang disebabkan at au dit im bulkan oleh sem ua fakt or yang m em pengaruhinya. Menurut Surat m o ( 1979) , t erbent uknya t ingkah laku at au perilaku dirum uskan sepert i berikut : B = f ( I , E, P, F ) B = t ingkah laku I = fakt or endogenus E = fakt or eksogenus P = fakt or pengalam an F = fakt or fisiologis

Sedangkan pola perilaku adalah suat u segm en at au bagian perilaku yang diorganisasi dan m em punyai fungsi khusus, dit ent ukan oleh sifat genet ik (heredit y) . Pola perilaku dapat diubah m enurut lat ihan dan pelaj aran yang dit erim a oleh individu t ersebut ( Tanudim adj a 1978) . Banyak tingkah laku hewan yang dapat diam at i, di ant aranya t ingkah laku seks, t ingkah laku sosial, t ingkah laku m akan. Tingkah laku m akan (ingest ive behavior) m erupakan salah sat u pola t ingkah laku yang ut am a ( Hart 1965, Hafez 1969, Houpt 1982) . Tingkah laku yang dit unj ukkan hewan pada wakt u m akan berbeda- beda, bergant ung pada spesies hewan, j enis m akanan dan st rukt ur anat om i alat pencernaan ( Hafez 1969) . Menurut Tanudim adj a ( 1978) , fakt or yang m em pengaruhi perilaku hewan disebut rangsangan, st im ulus at au agent s, sedangkan akt ivit as yang dit im bulkan rangsangan dinam akan respon. Selanj ut nya m enurut Scot t

16

( 1969) , rangsangan t ersebut dapat berasal dari dalam m aupun dari luar t ubuh hewan t ersebut yang disebabkan oleh perubahan lingkungan fisik m aupun sosial. Rangsangan yang berasal dari luar akan dit erim a oleh hewan m elalui panca indera yang akan dit eruskan ke sist em syaraf ot ak. Adanya rangsangan t ersebut akan m enyebabkan hewan m em berikan respon yang berupa perilaku. Fungsi ut am a perilaku adalah unt uk m em ungkinkan hewan m enyesuaikan diri t erhadap beberapa perubahan keadaan lingkungan, baik dari luar m aupun dari dalam ( Tanudim adj a 1978) .

Menurut Scot t ( 1969) , perilaku sat wa secara um um dibagi m enj adi sem bilan t ipe yang m encakup: 1) Perilaku m akan (I ngest i

behaviour) , 2) Perilaku m encari t em pat bernaung (Shelt er seeking), 3)

Perilaku pert ent angan (Ago behaviour) , 4) Perilaku seksual (Sexual

behaviour) , 5) Perilaku m em elihara (Epilem et ic behaviour) , 6) Perilaku

m em int a unt uk dipelihara (Et - epilem et ic behaviour) , 7) Perilaku m eniru (Allelom im et ic behaviour) , 8) Perilaku m em buang kot oran

(Elim inat ive behaviour) , dan 9) Perilaku m em eriksa (I nvest igat e

behaviour) . Sedangkan Tom aszewska et al. ( 1991) m enyat akan bahwa

t ingkah laku sat wa dapat diklasifikasikan m enj adi sepuluh m acam yait u: 1) Tingkah laku m akan, m inum dan kegiat an lain yang berhubungan dengan hal t ersebut (I ngest ive) , 2) Tingkah laku pencarian t em pat bert eduh (Shelt er seeking) , 3) Tingkah laku penyidikan (I nvest igat ory) , 4) Tingkah laku kecenderungan unt uk berkelom po k dan t erikat dalam t ingkah laku yang sam a pada sat u wakt u t ert ent u (Allelom im et ic) , 5) Tingkah laku berselisish, bert engkar, m enghindar (Agonisfic) , 6) Tingkah laku m em buang kot oran, kencing (Elim inat ive) , 7) Tingkah laku m em beri perhat ian dari induk k e an ak (Epim elet ic at au Care giving) , 8) Tingkah laku m int a perhat ian dari anak ke induk (Epim elet ic at au Care solicit ing), 9) Tingkah laku seksual at au reproduksi (Sexual or Reproduct ive) , dan 10) Tingkah laku berm ain (Play) .

Tingkah laku yang um um dij um pai pada sat wa liar adalah upaya unt uk m em anfaat kan sum ber daya habit at nya, m engenali t anda- t anda

17

bahaya dan berusaha m elepaskan diri dari serangan pem angsa. Alikodra ( 1990) m enyat akan bahwa t ingkah laku berkem bang sesuai dengan perkem bangan dari proses belaj ar. Sat wa liar m em punyai t ingkah laku dan proses fisiologis unt uk m enyesuaikan diri dengan lingkungannya sert a unt uk m em pert ahankan kehidupannya, sehingga dapat m elakukan kegiat an- kegiat an yang agresif, m elakukan persaingan dan bekerj a sam a unt uk m endapat kan m akanan,

Dokumen terkait